• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

C. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Badan

Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelunasan dan pelaporan PPh Wajib Pajak Badan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, penulis menganalisa dalam beberap data tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan untuk SPT Tahunan PPh Badan . Penilaian kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam pelunasan dan pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan dibedakan atas beberapa kategori, antara lain:

1. Badan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan dan seharusnya menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

2. Jumlah Wajib Pajak yang sudah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan 3. Ketepatan waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa batas penyampaian setiap SPT Tahunan Wajib Pajak Badan adalah paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak., dan penyampaian SPT dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. Dalam hal penyetoran Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum SPT Tahunan PPh WP Badan disampaikan.

Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam kaitannya dengan penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan dapat dilihat dari data berikut :

Tabel 4.1

Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Badan yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya

Tahun Pajak

Wajib Pajak Badan Realisasi Penyampaian SPT WP Terdaftar Wajib SPT KB LB Nihil Total

2012 11,525 6,057 1,070 9 1,590 2,669 44,06%

2013 12,245 5,617 935 13 1,812 2,760 49,14%

Tabel 4.1 : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Tabel 4.2

Ketepatan Waktu dalam Melaporkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

Tahun Pajak

Status Tepat Waktu Terlambat Jumlah

% Tepat Waktu % Terlambat

2012 Badan 90,47% 2,497 6,23% 172 1443

2013 Badan 86,70% 2,393 13,30% 367 1443

Tabel 4.2 : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Informasi dalam table di atas disajikan berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

Terhadap data-data tersebut, penulis dapat menganalisa beberapa hal terkait dengan pengawasan pembayaran dan pelaporan SPT PPh Wajib Pajak Badan yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu dari 11,525 menjadi 12,245. Namun, jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar yang wajib SPT mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu dari yang berjumlah 6,057 menjadi 5,617

b. Jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan dari 2,669 menjadi 2,760. Tetapi jumlah tersebut masih jauh dari Jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar yang Wajib SPT. Hal ini membuktikan bahwa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Tahunan PPh Badannya di KPP Pratama Medan Polonia masih rendah.

c. Ketepatan waktu Wajib Pajak Badan dalam melaporkan SPT Tahunan PPhnya mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 3,77% (dari 2,497 menjadi 2,393) dan keterlambatannya meningkat sebesar 7,07% ( dari 172 menjadi 367)

d. SPT yang disampaikan pada Tahun Pajak 2012 sampai dengan 2013 didominasi oleh SPT Nihil, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan perpajakan Wajib Pajak Badan sudah dalam pengisian SPT mengalami peningkatan sehingga tidak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam pengisian SPT yang dapat mengakibatkan Pajak Kurang Bayar dan/atau Lebih Bayar

Tidak semua wajib pajak badan terdaftar yang wajib SPT tersebut melaporkan SPT Tahunan PPh Badannya ditambah lagi dengan meningkatnya keterlambatan dalam melaporkan SPT Tahunan, hal ini menunjukkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Medan Polonia masih rendah. Dan hal ini diakibatkan oleh beberapa alasan sebagai contoh adalah kurangnya kesadaran wajib pajak badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dan juga diakibatkan sebuah reaksi perlawanan yang dilakukan Wajib Pajak untuk menghindari pajak yang akan merugikan negara. Disamping itu, salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya jumlah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT adalah kurangnya pemahaman Wajib Pajak untuk menghitung jumlah pajak terutangnya.

D.Hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan Polonia Terhadap Pembayaran PPh Badan

Terkait dengan pengawasan yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Polonia, ada beberapa hambatan atau kesulitan yang harus dicari jalan alternatifnya. Adapun hambatan atau kesulitan tersebut diantaranya masih rendahnya pengetahuan tentang perpajakan bagi sebagian Wajib Pajak Badan.

Adapun hambatan-hambatannya ialah sebagai berikut :

1. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

2. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak Badan tentang pajak dan membuat NPWP hanya untuk memenuhi persyaratan untuk membuka usaha secara legal.

3. Adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan sebagai bentuk perlawanan yang dilakukan akibat kurangnya rasa Nasionalisme bernegara.

E. Upaya Yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakannya

Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak Fiskus dalam meningkatkan kewajiban perpajakannya yaitu :

1. Memberikan Informasi tentang Pajak :

Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak Badan mengenai kewajiban perpajakannya salah satunya diakibatkan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak itu sendiri, salah satunya adalah karena kurangnya informasi-informasi tentang pajak. Pentingnya pemberian informasi tentang pajak tersebut dapat disalurkan melalui beberapa media diantaranya :

a. Media Televisi

Peranan televise sangat besar dalam hal penyampaian informasi-informasi khususnya informasi tentang perpajakannya, karena secara umum televise sudah menjadi sumber kebutuhan akan informasi bagi setiap orang

b. Radio

Sebagai media elektronik yang dapat menyebarkan informasi, radio merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan informasi-informasi tentang perpajakan

Informasi tentang perpajakan yang diberikan melalui surat kabar adalah informasi yang mencakup Surat Keputusan ataupun Surat Edaran Pemerintah yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak

d. Media Internet

Internet merupakan alternative yang sangat membantu dalam hal penyebaran informasi-informasi tentang perpajakan salah satunya adalah melalui website resmi perpajakan di Indonesia, diantarany maupun website

2. Memberikan jasa pelayanan kepada Wajib Pajak

Pelayanan yang baik kepada masyarakat akan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun pelayanan jasa yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak tersebut diantaranya :

a. Memberikan penyuluhan tentang pajak b. Menyediakan loket penerimaan SPT

c. Menyediakan AR (Account Representative) untuk membimbing Wajib Pajak dalam hal pengisian SPT

d. Pelayanan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan NPPKP (Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak)

Pentingnya penyuluhan perpajakan sangat berperan besar dalam meningkatkan loyalitas Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, misalnya saja dengan melakukan seminar seminar mengenai perpajakan di Indonesia

dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Bentuk lain dari penyuluhan yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak adalah berupa selebaran-selebaran pajak ataupun berupa spanduk yang dibuat ditempat-tempat umum.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pada bab sebelumnya yaitu :

(1) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam penyampaian/pelaporan SPT Tahunan PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia masih rendah. Jumlah Wajib Pajak Badan terdaftar wajib menyampaikan SPT PPh Wajib Pajak Badan dengan Wajb Pajak Badan yang menyampaikan SPTnya tidak seimbang. Malah lebih rendah jumlah Wajib Pajak Badan yang

menyampaikan SPT Tahunan PPhnya.

(2) Menurunnya tingkat ketepatan waktu dan meningkatnya keterlambatan dalam menyampaikan/melaporkan SPT Tahunan PPh Badan

(3) Hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Polonia dalam melaksanakan pengawasan terhadap pembayaran dan pelaoran PPh Badan adalah diakibatkan oleh kesadaran Wajib Pajak Badan yang masih kurang, karena beberapa hal tertentu.

B. Saran

Sebagai penutup, penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi KPP. Saran yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :

(1) Untuk lebih mengefektifkan Pengawasan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Badan, maka sebaiknya pemerintah lebih memperbanyak pegawai-pegawai yang betugas melaksanakan fungsi pengawasan tersebut

(2) Kegiatan penyuluhan terhadap Wajib Pajak harus lebih ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih paham mengenai kewajiban perpajakannya.

(3) Pengawasan pelaporan PPh Badan harus ditingkatkan baik terhadap Wajib Pajak Badan yang belum melaporkan maupun terhadap Wajib Pajak Badan yang terlambat melaporkan Pajak Penghasilannya sekalipun dianggap tidak materiil. Hal ini di samping untuk melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan juga untuk meningkatkan kesadaran serta memberikan efek jera kepada Wajib Pajak Badan dalam melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

(4) Hendaknya Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang didalamnya terdapat Tax Centre lebih meningkatkan kerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak Badan dalam melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta Mardiasmo, 2006. Perpajakan Andi, Yogyakarta

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta

Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 29/PJ/2014 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan

Peraturan Kementrian Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak Keputusan Kementrian Keuangan No. No. 276/KMK/01/1989 tentang

Dokumen terkait