• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kesehatan Bank

1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat Kesehatan Bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode tertentu sesuai dengan standart Bank Indonesia(Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April tentang tata cara Penilaian Kesehatan Bank Umum, disempurnakan dengan surat keputusan Bank Indonesia No. 30/227/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum).

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dinilai dari berbagai segi, penilaian itu bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau penurunan. Bagi yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya diperhatikan terus kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang tidak terus menerus tidak sehat, mungkin harus dapat pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawasan dan Pembina bank-bank. Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen, marger, akusisi, atau malah likuidir keberadaannya jika memang sudah parah kondisi kesehatan bank tersebut.

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitas atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sentivitas terhadap resiko pasar.

Penilaian terhadap faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur jusdgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan perbankan. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.

Hasil penelitian atas dasar bobot dan nilai kredit tersebut yang dikurangi dengan nilai kredit ats pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank yang menunjukan hasil penilaian tingkat kesehatan bank . Atas dasar penilaian tersebut 4 (empat) golongan predikat kesehatan bank yakni pada table berikut:

Tabel 1.4 Tingkat Kesehatan Perkreditan

No Tingkat Kesehatan Bank

1 0-5 % Sehat

2 > 5 – 10 % Cukup Sehat

3 > 10 – 25 % Kurang Sehat

4 > 25 % Tidak Sehat

Tabel 1.5 Klasifikasi Kolektibilitas Kredit

No Kolektibilitas Debitur Aktiva yang diklasifikasikan ( % x Pinjaman Debitur )

1 Debitur lancar 0 %

2 Debitur dalam perhatian khusus

25 %

3 Debitur kurang lancar 50 %

4 Debitur diragukan 75 %

5 Debitur macet 100 %

2. Fungsi Kesehatan Bank

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat dan memelihara kpercayaan mayarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu

kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakn oleh pemerintah dalam melaksanakan bebagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Denagan menjalnkan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik keada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik,dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajiban setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian dibidang perbankan.

Mengingat peranan industri yang sangat strategis dalam suatu perekonomian, maka yang berkepentingan terhadap tingkat kesehatan bank yang tidak hanya pemilih dan pengelola bank yang bersangkutan tetapi juga masyarakat secara keseluruhan terutama para pengguna jasa perbankan.

3. Faktor-faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (CAMELS)

Menurut Triandaru, dkk,(2006) ada 6 (enam) faktor penilaian tingkat kesehatan bank yaitu Permodalan (capital), Kualitas aset (asset quality), Manajemen (management), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity), dan

Sentivitas terhadap resiko pasar (Sentivity to market risk) atau disebut juga dengan CAMELS. Bank BPR Syari’ah Gebu Prima memaparkan ke 6 (enam) Fator tersebut sebagai berikut :

a. Permodalan (capital)

Penilai pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1) Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) terhadap

Ketentuan yang berlalu. 2) Komposisi permodalan

3) Trend ke depan / proyeksi KPMM

4) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan modal bank

5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)

6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha 7) Akses kepada sumber permodalan

8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

b. Kualitas asset (Asset Quality)

Penilaian pendapatan kuantatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilkukan melalui penilaian terhadap komponen sebagai berikut:

1) Aktiva prodiktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif.

2) Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit

3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah disbanding dengan aktiva produktif

4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva produktif (PPAP)

5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif

6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif 7) Dokumentasi aktiva produktif

8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah c. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap factor manajemen antara lain terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

1) Manajemen umum

2) Penerapan sistem manajemen resiko

3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya

d. Rentabilitas (Earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif factor rentabilitas antara lain di lakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

2) Return On Asset (ROA) 3) Return On Equity (ROE) 4) Net Interest Margin (NIM)

5) Biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operaasional (BOPO)

6) Perkembangan laba operasional

7) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan 8) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya 9) Prospek laba

e. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif factor rentabilitas antara lain di lakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

1) Aktiva likuid dibandingkan dengan pasiva likuid 2) 1 Month naturity mismatch ratio

3) loan to the deposit ratio (LDR)

4) proyeksi cash flow 3 bulan mendatang

5) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti, 6) kebijakan dan pengelolaan likuiditas

7) kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya,

8) stabilitas dana pihak ketiga (DPK)

f. Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar (Sensitivity To Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif factor sensitivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagi berikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibanding dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar

2) Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar

Dokumen terkait