• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana pada

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

4.3 Analisis Deskriptif

4.3.1 Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana pada

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa pascasarjana pada layanan digital dengan model Seven Pillars. Model Seven Pillars terdiri dari 7 (tujuh) tahapan yaitu:

1. Kemampuan mengenal kebutuhan informasi

2. Kemampuan mengetahui sumber informasi

3. Kemampuan membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi

4. Kemampuan menentukan lokasi dan akses informasi

5. Kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh

6. Kemampuan mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan

informasi kepada orang lain

7. Kemampuan menciptakan informasi.

4.3.2 Kemampuan Mengetahui Kebutuhan Informasi (Pilar Pertama)

Ketika mahasiswa pascasarjana datang berkunjung ke layanan digital berarti mahasiswa pasacasarjana menyadari akan kebutuhan informasi sehingga datang ke layanan digital untuk mencari informasi.

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan mengenal kebutuhan informasi. Kemampuan mahasiswa mengenal kebutuhan informasi diukur dengan kuisioner nomor 1 yaitu apakah sebelum melakukan pencarian informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital terlebih dahulu mengindentifikasi informasi yang dibutuhkan dan kuisioner nomor 2 apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat dari tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2. Kemampuan mengidentifikasi informasi

Nomor pertanyaan 1 Jawaban Responden

Ya persentase Tidak persentase

Kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi

98 100% - -

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan seluruh mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital (100%) memiliki kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi.

Dengan datangnya mahasiswa pascasarjana ke layananan digital berarti dia sudah mengidentifkasi informasi yang dibutuhkan sebelum mencari informasi di tempat informasi itu berada. Hal ini sesuai dengan tahapan pertama model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mampu mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi.

Kegiatan mengidentifikasi informasi adalah kegiatan dalam mengetahui informasi apa yang dibutuhkan seseorang. Ketika mengindentifikasi informasi maka seseorang harus mengetahui apa dan tujuan dari informasi yang dicari. Identifikasi informasi yang tidak tepat akan menghasilkan informasi yang tidak berguna.

Tabel 3. Kemampuan merumuskan topik

Nomor pertanyaan 2 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik ketika akan mencari informasi

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana (86,7%) menyatakan merumuskan terlebih dahulu topik ketika akan mencari informasi dan sebagian kecil (13,3%) menyatakan tidak merumuskan topik terlebih dahulu ketika akan melakukan pencarian informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar pertama model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa yang literat akan mengetahui kebutuhan informasinya dengan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan melakukan pencarian informasi. Sehingga dengan kemampuan tersebut mahasiswa akan mengetahui topik apa yang akan dicari.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital pada umumnya memiliki kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Sebagian kecil tidak memiliki kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Berdasarkan hasil tersebut dilihat masih ada beberapa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital membutuhkan bantuan penelusuran dalam hal merumuskan topik permasalahannya.

Kegiatan merumuskan topik adalah kegiatan menentukan informasi apa yang akan dibahas. Dalam merumuskan topik, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan judul dari topik permasalahan yang akan dicari, menentukan kata kunci yang akan digunakan dan subjek dari informasi yang akan dicari.

Berdasarkan poin pertama dan poin kedua pada pilar pertama literasi informasi maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital telah mengidentifikasi kebutuhan informasinya maka selanjutnya dia akan berusaha untuk mengetahui topik permasalahan dari informasi agar dapat menemukan informasi yang tepat.

4.3.3 Kemampuan Mengetahui Sumber Informasi yang Relevan dengan Kebutuhan (Pilar Kedua)

Pengetahuan akan sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari situs- situs, iklan, surat kabar dan lain-lain.

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan. Kemampuan mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi diukur dengan kuisioner nomor 3 yaitu apakah mahasiswa pascasarjana pada layanan digital mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan dan nomor 4 yaitu apakah mahasiswa pascasarjana pada layanan digital memperhatikan kriteria sumber informasi seperti kesesuaian topik, sumber informasi terpercaya dan terbaru yang dapat dilihat dari tabel 4 dan tabel 5.

Tabel 4. Kemampuan mengetahui jenis sumber informasi

Nomor pertanyaan 3 Jawaban Responden

Ya persentase Tidak Persentase

Kemampuan mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

88 89,7% 10 10,3%

Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan bahwa pada umumya (89,7%) mahasiswa S2 pascasarjana mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi dan sebagian kecil (10,3%) mahasiswa tidak mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar kedua model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa yang literat akan memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi. Berdasarkan data di atas

disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagian kecil tidak memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi.

Sumber informasi terdiri dari bermacam-macam baik bentuk elektronik maupun bentuk tercetak. Bentuk cetak dapat diperoleh pada perpustakaan, toko buku dan pusat-pusat informasi lainnya. Bentuk cetak misalnya buku, jurnal majalah, ensiklopedi, kamus, laporan penelitian dan lain-lain. Bentuk elektronik dapat diperoleh pada layanan internet. Bentuk elektronik misalnya jurnal online, artikel online, buku online , CD-ROM dan lain-lain.

Tabel 5. Kemampuan memperhatikan kriteria sumber informasi

Nomor pertanyaan 4 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan memperhatikan kriteria sumber informasi seperti kesesuaian topik, sumber

informasi terpercaya dan terbaru

91 92,8% 6 7,2%

Berdasarkan tabel di atas dapat diintrerpretasikan pada umumnya (92,8%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memperhatikan kriteria sumber informasi misalnya kesesuaian topik, sumber informasi terpercaya dan terbaru dan sebagian kecil (7,2%) tidak memperhatikan kriteria sumber informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar kedua literasi informasi. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengetahui kriteria sumber informasi. Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa telah memiliki kemampuann memperhatikan kriteria sumber informasi.

Kriteria sumber informasi terdiri dari tiga yaitu relevan (kesesuaian) yaitu sejauh mana informasi yang dikandung suatu sumber informasi sesuai dengan masalah yang dibahas. Kriteria yang kedua kredibilitas (kepercayaan) yaitu

sejauh mana suatu sumber informasi dapat dipercaya dari segi kualitas dan kebenarannya. Kriteria yang ketiga kemutakhiran yaitu dapat dilihat dari tahun terbit karya tersebut, keterangan kapan direvisi terakhir kali, daftar pustaka dan kalau melalui sumber internet dapat dilihat dari kapan situs dibuat terakhir kali di up date.

Berdasarkan poin ketiga dan poin keempat pada pilar kedua literasi informasi maka dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan sumber informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital harus mengetahui sumber informasi mana yang sesuai dengan kebutuhan informasinya. Setelah menemukan sumber informasi maka mereka memperhatikan apakah sumber informasi yang dipilih telah memenuhi kriteria sumber informasi yang baik.

4.3.4 Kemampuan Membangun Strategi Penelusuran (Pilar Ketiga)

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan membangun strategi penelusuran. Kemampuan membangun strategi penelusuran dapat dilihat dari kuisioner nomor 5 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih dan nomor 6 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari seperti Google atau Yahoo. Jawaban responden dapat dilihat dari tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Kemampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi

Nomor pertanyaan 5 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih

86 87,7% 12 12,3%

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya (87,7%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital merumuskan topik

permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih dan sebagian kecil (12,3%) mahasiswa tidak merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar ketiga model literasi Seven Pillar Seorang mahasiswa dikatakan memiliki literat apabila memiliki kemampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih. Dan sebagian kecil tidak memiliki keamampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih.

Sumber informasi yang baik adalah sumber informasi yang sesuai dengan topik permasalahan. Kemampuan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dalam memilih sumber informasi yang cocok dengan topik-topik tertentu atau topik yang diinginkan. Misalnya informasi mengenai hukum maka sumber informasi yang cocok salah satunya adalah jurnal elektronik WEST LAW. Jurnal WEST LAW ini berisi informasi mengenai kasus hukum, perundang- undangan, tinjauan hukum dan direktori-direktori hukum. Jurnal Westlaw juga menyediakan informasi bisnis dan berita. Ada sekitar 1000 jurnal yang terdapat pada jurnal WEST LAW. Untuk menggunakan jurnal ini maka pengguna harus terdaftar sebagai member. Jurnal WEST LAW ini ini dapat diakses diseluruh lokasi.

Tabel 7. Kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari

Nomor pertanyaan 6 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan memahami teknik atau strategi

pencarian pada mesin pencari seperti Google atau Yahoo.

Berdasarkan tabel di atas dapat dinterpretasikan bahwa pada umumnya (85,7%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari seperti Yahoo dan Google dan sebagian kecil (14,3%) tidak memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari.

Hal ini sesuai dengan pilar ketiga model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memliki kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari. Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari misalnya Yahoo dan Google. Sebagian kecil tidak memiliki kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari misalnya Yahoo dan Google. Sehingga bagi mahasiswa tersebut perlu bantuan pustakawan dalam mengetahui strategi penelusuran pada mesin pencari.

Ada berbagai mesin pencari (search engine) di internet. Metode pembuatan indeks pada setiap mesin pencari berbeda-beda, dan hasil pencariannya pun berbeda-beda. Misalnya strategi pencarian di mesin pencari Google berbeda dengan strategi pencarian informasi di Yahoo. Search engine Google akan menampilkan link (alamat) keseluruhan situs yang berhubungan dengan hasil pencarian terhadap kata tersebut. Google menyediakan fasilitas penelusuran informasi berbasis web dan juga gambar. Dimana pada Google terdapat disediakan fasilitas batasan penelusuran yaitu penelusuran lanjutan dimana pengguna dapat memberikan batasan misalnya format, tahun, bahasa, penerbit, cakupan geografis dan lain-lain. Hasil pencarian Google lebih fokus menuju apa yang diinginkan. Karena pada Google diperbolehkan menggunakan simbol-simbol misalnya tanda (+) yang artinya mendampingi yang akan mempersempit hasil penelitian. Dan masih banyak simbol-simbol lain yang dapat digunakan.

Sedangkan pada Yahoo tidak langsung mengarah kesitus yang bersangkutan. Melainkan keseluruhan situs yang ada digolongkan menjadi beberapa kategori (sistem indeks). Sistem kategori ini dipergunakan untuk

membantu pengguna menentukan informasi yang paling relevan dengan yang diingikannya. Namun pada Yahoo tidak disediakan penggunaan simbol-simbol seperti yang disediakan oleh Google. Yahoo menyediakan fasilitas penelusuran web, gambar, email, up date, berita, musik dan lain sebagainya.

Berdasarkan poin kelima dan keenam pada pilar ketiga literasi informasi dapat disimpulkan bahwa ketika mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital telah mengetahui sumber informasi yang sesuai dengan topik permasalahan kemudian dia akan mencari dengan alat pencari atau mesin pencari apa yang dipakai untuk memperoleh informasi tersebut. Misalnya memilih menggunakan mesin pencari Google yang menyediakan berbagai fasilitas untuk mencari informasi yang sesuai dengan topiknya.

4.3.5 Kemampuan Menentukan Lokasi dan Mengakses Informasi (Pilar Keempat)

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan menentukan lokasi dan mengakses informasi. Kemampuan menentukan lokasi dan mengakses informasi dapat dilihat dari kuisioner nomor 7 yaitu apakah mahasiswa sebelum melakukan pencarian informasi mengetahui lokasi informasi yang dicari misalnya alamat web (URL), nama e-journal dan lain-lain dan nomor 8 yaitu apakah mahasiswa mengakses informasi dengan menggunakan strategi penelusuran misalnya dengan operator boolean (and, or, not). Jawaban responden dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9.

Tabel 8. Kemampuan mengetahui lokasi informasi

Nomor pertanyaan 7 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan mengetahui lokasi informasi misalnya alamat web (URL), nama e journal dan lain-lain sebelum melakukan pencarian informasi.

Berdasarkan tabel di atas dapat dinterpretasikan bahwa hampir setengah (42,8%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengetahui lokasi informasi misalnya alamat web (URL), nama e-journal sebelum melakuka n pencarian informasi dan sebagian besar (57,2%) tidak mengetahui lokasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar keempat model literasi Seven Pillar Seorang mahasiswa dikatakan literat terhadap informasi apabila memiliki kemampuan mengetahui lokasi informasi. Sehingga berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan mengetahui lokasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi. Sebagian besar tidak memiliki kemampuan mengetahui lokasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi sehingga peran pustakawan dalam kemampuan ini sangat diperlukan. Kegiatan mengetahui lokasi sumber informasi adalah kegiatan dimana para pengguna mengetahui lokasi dimana informasi itu berada. Misalnya ketika seseorang mencari informasi pada situs tertentu maka seseorang tersebut telah mengetahui alamat web atau e-journal itu.

Alamat URL terdiri dari bermacam-macam yaitu kalau belakangnya ed berarti informasi tersebut dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan gov berarti informasi tersebut dikeluarkan lembaga pemerintahan. Jurnal-jurnal elektronik saat ini sudah banyak dan bagus sesuai dengan berbagai bidang ilmu misalnya WEST LAW untuk hukum, PROQUEST untuk kedokteran, AGRICOL untuk pertanian, EBSCO, EEE, ACE dan lain-lain.

Tabel 9. Kemampuan menggunakan strategi penelusuran

Nomor pertanyaan 8 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan menggunakan strategi penelusuran misalnya operator boolean (and, or, not)

Berdasarkan tabel di atas dapat dinterpretasikan bahwa hampir setengah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital (26,5%) mengakses informasi dengan menggunakan strategi penelusuran misalnya operator boolean dan sebagian besar (73,5%) mahasiswa tidak mengetahui mengakses informasi dengan menggunakan teknik atau strategi penelusuran.

Hal ini sesuai dengan pilar keempat model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat terhadap informasi apabila memiliki kemampuan mengakses informasi dengan menggunakan strategi atau teknik penelusuran misalnya boolean operator. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memilih mengakses informasi dengan strategi atau teknik pencarian informasi. Pada umumnya tidak mengakses informasi dengan teknik atau strategi penelusuran sehingga peranan perpustakaan sangat dibutuhkan dalam memperkenalkan cara penggunaan strategi penelusuran.

Ada beberapa macam strategi penelusuran yaitu operator boolean, pencarian melalui kata kunci (keyword search), penggunaan tanda (*), pemotongan kata atau penggunaan akar kata.

Pengoperasian strategi operator boolean menggunakan kata and, or dan not. Masing-masing kata memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kata and digunakan apabila kita ingin mencari informasi yang mengandung dua kata atau lebih sekaligus. Kata or digunakan apabila kita ingin mencari informasi yang mengandung salah satu istilah-istilah yang diperlukan dan ini digunakan untuk sinonim atau kata-kata yang berhubungan. Kata not digunakan apabila kita ingin menemukan sumber informasi yang mengandung satu kata, tetapi tidak mengandung kata lainnya.

Berdasarkan poin ketujuh dan kedelapan pada pilar keempat maka dapat disimpulkan bahwa setelah memilih mesin pencari selanjutnya menentukan dimana lokasi informasi yang dipilih. Hanya sebagian saja mahasiswa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital telah mengetahui lokasi dari sumber informasi yang dicari. Sehingga mereka tidak mengetahui strategi penelusuran apa yang digunakan untuk mencari informasi pada lokasi informasi yang telah

dipilih tersebut. Misalnya menggunakan strategi operator boolean atau proximility dan lain-lain.

4.3.6 Kemampuan Membandingkan dan Mengevaluasi Informasi (Pilar Kelima)

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi. Kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi dapat dilihat dari kuisioner nomor 9 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital membandingkan informasi yang sudah diperoleh dengan informasi yang ditemukan dan nomor 10 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengevaluasi informasi yang ditemukan sebelum men-download-nya atau menyimpannya. Jawaban responden dapat dilihat pada tabel 10 dan tabel 11.

Tabel 10. Kemampuan membandingkan informasi

Nomor pertanyaan 9 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan membandingkan informasi yang sudah diperoleh dengan informasi yang ditemukan.

88 89,7% 10 10,3%

Berdasarkan tabel di atas dapat dinterpretasikan bahwa pada umumnya (89,7%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital membandingkan informasi yang sudah diperoleh dengan informasi yang ditemukan dan sebagian kecil (10,3%) mahasiswa tidak membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang ditemukan.

Hal ini sesuai dengan pilar kelima model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang ditemukan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang ditemukan. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang tidak

memiliki kemampuan membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang ditemukan.

Membandingkan informasi yang dimaksud adalah kegiatan membandingkan informasi yang diperoleh satu sama lainnya berdasarkan kriteria yang dipilih misalnya isi atau kandungan, tahun, pengarang, kesesuaian topik dan lain-lain.

Tabel 11. Kemampuan mengevaluasi informasi

Nomor pertanyaan 10 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan mengevaluasi

informasi sebelum men-download- nya atau menyimpannya

84 85,7% 10 14,3%

Berdasarkan tabel di atas dapat dinterpretasikan bahwa pada umumnya (85,7%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpannya dan sebagian kecil (15,3%) mahasiswa tidak mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpannya.

Hal ini sesuai dengan pilar kelima model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpannya. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpan. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpannya.

Mengevaluasi informasi adalah mengukur informasi sejauh mana informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi kriteria. Kegiatan mengevaluasi informasi dapat dilakukan dengan cara membaca informasi yang diperoleh secara berulang-ulang. Bagian-bagian yang dapat di

evaluasi adalah bagian pendahuluan yaitu sasaran, tujuan, apakah latar belakang sudah cukup memberi alasan: bagian isi atau tubuh tulisan yaitu apakah isi sudah mendukung tujuan: dan bagian penutup yaitu apakah kesimpulan sudah menggambarkan rincian seluruh informasi.

Berdasarkan poin kesembilan dan kesepuluh pada pilar kelima dapat disimpulkan bahwa ketika mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memperoleh informasi maka informasi yang diperoleh dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya setelah dipilih mana yang sesuai dengan kriteria maka informasi tersebut dievaluasi untuk mengukur sejauh mana informasi yang telah dipilih telah memenuhi kriteria informasi yang sesuai.

4.3.7 Kemampuan Mengorganisasian, Menerapkan dan Mengkomunikasikan Informasi(Pilar Keenam)

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan mengorganisasikan, menerapkan, dan mengkomunikasikan informasi. Kemampuan mengorganisasikan, menerapkan, dan mengkomunikasikan informasi dapat dilihat dari kuisioner nomor 11 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengelompokkan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya, kuisioner nomor 12 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital menggunakan informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah misalnya mengerjakan tugas dan kuisioner nomor 13 yaitu apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengkomunikasikan informasi yang diperoleh kepada orang lain misalnya mendiskusikan. Jawaban responden dapat dilihat pada tabel 12, tabel 13 dan tabel 14.

Tabel 12. Kemampuan mengorganisasikan informasi

Nomor pertanyaan 11 Jawaban Responden

Ya Pesentase Tidak Persentase

Kemampuan mengelompokkan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya

77 78,5% 21 21,5 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa mahasiwa S2 pascasarjana pada Layanan Digital pada umumnya (78,5%) mengelompokkan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya dan sebagian kecil (21,5%) tidak megelompokkan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya.

Hal ini sesuai dengan pilar keenam model literasi Seven Pillar Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengorganisasikan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada

Dokumen terkait