• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Tingkat Pencapaian Pertumbuhan Karang Jenis Montipora sp

4.3. Tingkat Pencapaian Pertumbuhan Karang Jenis Montipora sp.

Pertumbuhan didefinisikan oleh Syahrir (2003) sebagai proses

pertambahan ukuran baik panjang, lebar, tinggi ataupun volume karang yang dapat mencirikan sifat hidup dari suatu individu. Secara umum pertumbuhan karang jenis Montipora sp. yang ditransplantasikan di Pulau Karya terus mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Pada akhir penelitian, tinggi karang yang tercatat sebesar 8,5 cm dan panjang karang sebesar 7,15 cm.

6,08 7,02 7,10 7,13 7,13 7,15 6,68 7,62 7,96 8,08 8,08 8,50 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 April (n=29) Mei (n=29) Juni (n=28) Juli (n=26) Agust (n=25) Sept (n=18) Per tu m b u h an ( cm ) Perubahan waktu Panjang Tinggi

Gambar 10. Tingkat pencapaian pertumbuhan fragmen karang jenis Montipora sp.

Bulan April merupakan data awal pertumbuhan mutlak karang jenis Montipora sp. (t0). Dimensi rata-rata panjang dan tinggi karang tercatat pertama kali secara berturut-turut sebesar 6,08 (±1,45) cm dan 6,68 (±1,35) cm. Pada bulan Mei dimensi panjang dan tinggi karang bertambah menjadi 7,02 (±1,49) cm dan 7,62 (±1,47) cm. Selama enam bulan tingkat pertumbuhan mutlak panjang dan tinggi karang jenis Montipora sp. sebesar 7,15 (±1,38) cm dan 8,50 (±1,16) cm.

Setelah enam bulan penanaman fragmen karang mengalami pertambahan tinggi lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan panjang. Berdasarkan Gambar 10 dapat dikatakan bahwa pertumbuhan karang jenis Montipora sp. cenderung mengalami pertambahan tinggi. Pola pertumbuhan yang cenderung meninggi tersebut diduga merupakan pola adaptasi terhadap tingkat sedimentasi untuk mencegah polip karang tertutupi partikel sedimen. Penelitian yang dilakukan oleh Phillip dan Fabricius (2002) menunjukan bahwa karang yang

32

terkena sedimentasi dengan kadar 2,5 g h cm-2 dalam jangka waktu lebih dari 24 jam akan menyebabkan penurunan jumlah zooxanthelae bahkan dapat

menyebabkan bleaching pada karang.

Pola pertumbuhan karang yang cenderung meninggi dapat juga disebabkan sifat terumbu karang yang fototaksis. Dengan tingkat sedimentasi yang cukup tinggi akan mengakibatkan cahaya matahari yang masuk kedalam perairan akan semakin berkurang sehingga fragmen karang tersebut akan mencari sumber cahaya berasal. Penelitian yang dilakukan oleh Weinberg (1996) in Supriharyono (2007) dengan satu perlakuan yaitu karang diberikan asupan sinar matahari yang cukup dengan kadar nutrient yang rendah dan karang lainnya yang diberikan perlakuan asupan nutrient yang cukup dengan kadar sinar matahari yang rendah menunjukan hasil karang yang memiliki asupan sinar matahari lebih banyak akan mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih cepat.

Pola pertumbuhan fragmen karang yang terjadi berbeda dengan pola pertumbuhan pada fragmen karang yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa. Yudasakti (2009) dengan penelitian transplantasi terumbu karang dengan jenis fragmen karang yang sama mengalami pola pertumbuhan yang cenderung memanjang. Rata-rata panjang dan tinggi awal fragmen yang digunakan adalah 80,84 mm dan 80,36 mm. Setelah enam bulan penanaman tinggi rata-rata fragmen karang bertambah 23,81 mm sedangkan panjang rata-rata fragmen karang bertambah 61,66 mm. Hal ini membuktikan bahwa pola pertumbuhan terumbu karang tidak akan sama disetiap lokasi. Peryataan tersebut sesuai dengan yang dinyatakan Clarck dan Edward (1995), kondisi lingkungan akan

Berdasarkan data hasil transplantasi karang setelah enam bulan

penanaman, laju pertumbuhan terumbu karang yang ditransplantasikan di perairan Pulau Karya memiliki pola yang berfluktuatif (Gambar 11).

Gambar 11. Laju pertumbuhan fragmen karang jenis Montipora sp.

Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada bulan April-Mei yaitu 0,94 cm/bulan untuk dimensi tinggi dan panjang. Laju pertumbuhan mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi sebesar 0,35 cm/bulan untuk dimensi tinggi sedangkan untuk dimensi panjang laju

pertumbuhannya sebesar 0,08 cm/bulan. Pada bulan Juni-Juli laju pertumbuhan menjadi sebesar 0,11 cm/bulan untuk dimensi tinggi dan 0,04 cm/bulan untuk dimensi panjang. Laju pertumbuhan fragmen karang mencapai titik terendahnya pada bulan Juli-Agustus.

0,08 0,04 0,02 0,00 0,94 0,35 0,11 0,00 0,42 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

April Mei Juni Juli Agust sept

Laj u p e rtu m b u h an ( cm /b ln ) Perubahan waktu Panjang Tinggi

34

Pada bulan Juli-Agustus dimensi tinggi dan panjang fragmen karang tidak mengalami pertambahan dibandingkan bulan Juni-Juli. Menurut Coles dan Jokiel (1996) in Supriharyono (2007), perubahan suhu yang mendadak dengan kisaran

4-6 °C selain dapat menghentikan pertumbuhan karang juga dapat mengurangi

pertumbuhan karang. Pada bulan Agustus-September pertumbuhan karang kembali mengalami peningkatan pada dimensi tinggi sebesar 0,42 cm/bulan dan pada dimensi panjang 0,02 cm/bulan.

Secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan fragmen karang di Pulau Karya sebesar 0,18 cm/bulan untuk panjang fragmen dan 0,30 cm/bulan untuk laju pertumbuhan tinggi fragmen. Yudasakti (2009) dalam skripsinya menyatakan laju pertumbuhan Montipora sp. di Pulau Kelapa sebesar 1,29 cm/2 bulan untuk panjang fragmen dan 0,7 cm/2 bulan untuk laju pertumbuhan tinggi fragmen. Secara kualitatif pertumbuhan fragmen karang jenis montipora sp. yang

ditransplantasikan di Pulau Karya memiliki laju pertumbuhan yang lebih lambat bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan fragmen karang montipora sp. yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa.

Penelitian lain mengenai transplantasi yang menggunakan fragmen karang jenis Montipora sp. di Pulau Pari dilakukan oleh Syahrir (2003). Dalam

skripsinya Syahrir menyatakan laju pertumbuhan panjang yang didapatkan sebesar 0,48 cm/bulan. Pertumbuhan laju panjang tersebut memiliki kecepatan yang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan fragmen karang di Pulau Karya ataupun Pulau Kelapa.

35 5.1. Kesimpulan

Kondisi perairan Pulau Karya berdasarkan Kepmen LH no. 179 tahun 2004 memiliki beberapa parameter yang tidak termasuk kedalam kondisi perairan yang cocok untuk karang tumbuh. Parameter tersebut adalah parameter salinitas dan nutrien (nitrat dan fosfat). Parameter salinitas selama enam bulan berada di bawah kisaran aman, sedangkan untuk parameter nitrat berada pada kisaran aman pada Bulan Juli dan September. Kondisi yang tidak jauh berbeda ditunjukan pada parameter fosfat yang berada pada kisaran aman di Bulan April, Juli dan

September.

Secara keseluruhan persentase sintasan penelitian ini mengalami

penurunan setiap bulannya. Tingkat persentase sintasan pada akhir penelitian ini apabila dibandingkan dengan penelitian transplantasi di Pulau Kelapa memiliki tingkat persentase yang lebih besar. Akan tetapi, persentase sintasan di Pulau Karya lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada transplantasi Pulau Pari.

Pola pertumbuhan yang terbentuk pada penelitian ini yaitu pola pertumbuhan ke arah tinggi. Pola pertumbuhan yang dimiliki oleh fragmen karang ini berbeda dengan pola pertumbuhan yang dimiliki oleh fragmen karang dengan jenis yang sama dilokasi yang berbeda (Pulau Kelapa dan Pulau Pari). Hasil pengamatan laju pertumbuhan terumbu karang di Pulau Karya apabila dibandingkan secara kualitatif dengan laju pertumbuhan Montipora sp. yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa dan Pulau Pari cenderung lebih lambat.

36

Secara keseluruhan transplantasi yang dilakukan di Pulau Karya yang

menggunakan fragmen karang jenis Montipora sp. kurang berhasil atau dapat dikatakan kondisi perairan di Pulau Karya kurang cocok untuk mendukung kegiatan transplantasi karang jenis Montipora sp.

5.2 Saran

1. Pengambilan data pertumbuhan fragmen karang memiliki jangka waktu yang lebih lama agar dapat terlihat pengaruh musim terhadap pertumbuhan karang.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan guna membuktikan dugaan penurunan sintasan setelah enam bulan penanaman.

3. Penambahan frekuensi pengamatan kondisi perairan setiap bulannya agar data yang disajikan dapat lebih menggambarkan pengaruh luar terhadap pertumbuhan karang.

37

Brown, B.E. and S. Suharsono. 1990. Damage and recovery of coral reefs affected by El Nino related seawater warming in the Thousand Islands, Indonesia. Coral Reefs 8 : 163–170.

Cesar, H. 2000. Coral reefs: Their Function, Threats and Economic Value. Dalam: Wilkinson, C. (ed.) 2000. Collected Essays on the Economics of Coral Reefs. CORDIO, Departement for Biology and Environmental Sciences, Kalmar University, Kalmar, Sweden. hal : 145-157.

Clark, S. and A. J. Edwards. 1995. Coral transplantation as an aid to reef rehabilitation: evaluation of a case study in the Maldive Islands. Coral Reefs 14 : 201–213.

Connell, J. H., T. P. Hughes and C. C. Wallace. 1997. A 30-year study of coral abundance, recruitment, and disturbance at several scales in space and time. Ecological Monographs vol. 67 : 461-488.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Edwards, A. J. and S. Clark. 1998. Coral Transplantation: A Useful Management Tool or Misguided Meddling?. Marine Pollution Buletin vol. 37 : 474-487. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Estradivari, M. Syahrir, S. Nugroho, Y. Safran dan T. Silvianita. 2007. Terumbu Karang Jakarta : pengamatan jangka panjang terumbu karang kepulauan seribu (2004-2005). Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Jakarta.

Fitriani, D. 2007. Metode Transplantasi Karang Dengan Teknik Fragmentasi Sebagai Salah Satu Upaya Pengelolaan Terumbu Karang. [Tesis]. Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan Universitas Sriwijaya. Palembang. Grimsditch, G. D. and R. V. Salm. 2005. Coral Resilience and Resistance to

Bleaching. A Global Marine Programme Working Paper, IUCN, Switzerland.

Hilbertz, W.H. 1992. Solar Generated Building Material From Seawater as a Sink for Carbon. Ambio 21 : 126-129.

38

Iswara, S. 2010. Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Acropora spp., Hdnopora rigida dan Pocillopora verrucosa yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. [skripsi]. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jaap, W.C. 1999. Coral Reef Restoration. Ecological Engineering 15 (2) : 345-364.

Koop, K., D. Booth, A. Broadbents, J. Brodie, D. Bucher, D. Capone, J. Coll, W. Dennison, M. Erdmann, P. Harrison, O. Hoegh-Guldberg, P. Hutchings, G. B. Jones, A. W. D. Larkum, J. O’neil, A. Steven, E. Tentori, S. Ward, J. Williamson and D. Yellowlees. 2001. ENCORE : the Effects of Nutrient Enrichment on Coral Reef. Synthesis of Results and Conclusions. Marine Pollution Buletin. Vol.42 (2) : 91-120.

Menteri Negara Lingkungan Hidup [MENKLH]. 2008. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

Nybakken J.W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan. Gramedia Pustaka Tama. Jakarta.

Okubo, N., H. Taniguchi and M. Omori. 2009. Sexual Reproduction in Transplanted Coral Fragments of Acropora nasuta. Zoological Studies 48 (4) : 442-447.

Okubo, N., H. Taniguchi and T. Motokawa. 2005. Successful methods for transplanting fragments of Acropora formosa and Acropora hyacinthus. Coral Reefs 24 : 333-342.

Phillip, E. and K. Fabricius. 2002. Photophysiological stress in scleractinian corals in response to short-term sedimentation. Experimental Marine Biology and Ecology. 287 : 57-78.

Pratama, J. 2005. Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora, Seriatopora, dan Heliopora Dalam Transplantasi Karang Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prawidya, R. 2003. Tingkat Kelangsungan Hidup, Laju Pertumbuhan, dan Rasio Pertumbuhan Beberapa Jenis Karang Batu (Stony Coral) Yang Ditransplantasikan di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rachmawati, R. 2001. Terumbu Buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta.

Richmond, R.H. 2001. Reproduction and Recruitment in Corals: Critical Links in the Persistence of Reefs. in: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York. hal : 175-197.

Rinkevich, B. 1995. Restoration strategies for coral reefs damaged by recreational activities: the use of sexual and asexual recruits. Restoration Ecology 3 : 241–251.

Sadarun. 1999. Transplantasi Karang Batu di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. [Tesis]. Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soedharma, D. dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia. D. Soedharma, D. Arafat (Ed). Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang Indonesia. LIPI Press, anggota Ikapi. Jakarta. Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekositem Terumbu Karang. Penerbit

Djambatan. Jakarta.

Syahrir, M. 2003. Studi pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang scleractinia, coenothecalia, dan stolononifera yang ditransplantasikan di perairan pulau Pari, kepulauan seribu. [skripsi]. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indopasific. Angus & Robertos. Australia.

West, J. M. and R. V. Salm. 2003. Resistance And Resilience to Coral Bleaching: Implications for Coral Reef Conservation and Management. Conservation Biology (17) : 956-967.

Yudasakti, P. K. 2010. Tingkat Keberhasilan dan Laju Pertumbuhan Transplantasi Karang Montipora sp., Porites sp. dan Stylophora sp. di Perairan Pulau Kelapa Kepulauan Seribu. [skripsi]. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lampiran 1. Data mentah pertumbuhan panjang fragmen karang jenis Montipora sp.

Modul Fragmen Genus PANJANG

26-Apr 18-May 20-Jun 24-Jul 12-Aug 9-Sep

12 1 Montipora 7.8 6.6 7.1 7.6 7.6 - 3 Montipora 6.9 7.1 7.1 7.1 7.1 - 5 Montipora 5.88 6.3 6.4 6.8 6.8 6.8 13 1 Montipora 8.5 7.4 7.9 7.9 7.9 8.2 3 Montipora 7.1 7.4 8.2 8.3 8.3 8.8 5 Montipora 5.8 9.7 9.7 9.7 9.7 - 14 1 Montipora 4.98 5.4 5.7 5.7 5.7 - 3 Montipora 7.39 8.5 9.3 9.5 9.5 - 5 Montipora 6.03 6.2 6.4 6.4 6.4 6.5 15 1 Montipora 7.29 7.6 7.7 7.8 7.8 8 3 Montipora 7.84 8.2 8.5 8.6 8.6 8.6 5 Montipora 4.4 7.9 6.5 6.5 6.5 - 18 1 Montipora 6.6 7.9 8 - - - 3 Montipora 6.6 4.8 5.2 5.5 5.5 - 5 Montipora 5.3 6.4 7.9 - - - 23 1 Montipora 8.4 8.9 9.1 9.1 9.1 9.2 3 Montipora 5.9 5.8 5.2 5.5 5.5 5.7 5 Montipora 5.9 6.2 5.4 5.8 5.8 5.7 26 1 Montipora 2.7 11.2 - - - - 3 Montipora 5.1 6 6.1 6.1 6.1 6.2 5 Montipora 4.4 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8 31 1 Montipora 6.4 6.7 7.9 7.8 7.8 7.9 3 Montipora 5.2 5.4 5.4 5.4 5.4 5.7 5 Montipora 5.7 5.3 5.7 6 6 6.1 34 1 Montipora 5.3 6.2 6.2 6.3 6.3 6.5 3 Montipora 7.5 7.8 8.4 8.8 8.8 8.5 5 Montipora 2.9 8 8.2 - - - 35 1 Montipora 7.2 8.1 8.6 8.9 8.9 9.1 5 Montipora 5.3 5.7 6.1 6.4 6.4 6.4 Jumlah Spesies 29 29 28 26 25 18

42

Lampiran 2. Data mentah pertumbuhan tinggi fragmen karang jenis Montipora sp.

Modul Fragmen Genus TINGGI

26-Apr 18-May 20-Jun 24-Jul 12-Aug 9-Sep

12 1 Montipora 8.5 10.5 11.3 8.9 8.9 - 3 Montipora 6 8 7.8 8.3 8.3 - 5 Montipora 8.03 8.5 9 9.2 9.2 9.9 13 1 Montipora 7.2 9.1 9.4 9.4 9.4 10.3 3 Montipora 7.2 7.4 7.1 6.7 6.7 7.4 5 Montipora 7.9 5.2 5.4 5.4 5.4 - 14 1 Montipora 3 5.8 6.4 6.5 6.5 - 3 Montipora 6.9 7.9 7.4 7.8 7.8 - 5 Montipora 5.3 7.1 7.2 7.5 7.5 7.5 15 1 Montipora 6.3 8.3 8.6 8.3 8.3 8.6 3 Montipora 7.1 8.6 8.9 9.2 9.2 9.8 5 Montipora 9.35 9.9 11 10.2 10.2 - 18 1 Montipora 7.4 8.6 10.3 - - - 3 Montipora 5.6 7.7 7.7 8 8 - 5 Montipora 8.5 10.6 8.2 - - - 23 1 Montipora 5.2 8.7 8.9 9.2 9.2 9.3 3 Montipora 5.4 6.3 6.9 7 7 7.4 5 Montipora 6.4 7.1 7 7 7 7.3 26 1 Montipora 7.6 5.4 - - - - 3 Montipora 5.8 6.4 7.7 8.1 8.1 8.4 5 Montipora 4.9 5.5 6.3 6.3 6.3 6.4 31 1 Montipora 7.1 7.9 8.2 8.6 8.6 8.8 3 Montipora 5.9 7.9 7.8 8.2 8.2 8.9 5 Montipora 5.5 7.3 7.3 7.3 7.3 7.4 34 1 Montipora 6.7 7 7.1 7.3 7.3 7.3 3 Montipora 7.9 7.9 8.8 10.6 10.6 9.9 5 Montipora 5.7 4.8 5 - - - 35 1 Montipora 7.6 7.9 8 8.1 8.1 9.3 5 Montipora 7.6 7.6 8.3 8.8 8.8 9.1 Jumlah Spesies 29 29 28 26 25 18

Lampiran 3. Data kondisi perairan di Pulau Karya Parameter Satuan Bulan Pengamatan April Mei 1 2 3 Rataan 1 2 3 Rataan Salinitas 32 32 32 32 31 31 31 31 Suhu ⁰C 28 29 28,5 28,5 28 29 29 28,7 Kekeruhan NTU 1,05 0,8 0,6 0,82 1,15 1,3 1,5 1,32 Kecepatan Arus m/s 0,0357 0,0408 0,0263 0,0343 0,0909 0,0869 0,0853 0,0877 Arah Arus 122 123 120 121,7 126 126 126 126 Kecerahan % 100 100 100 100 100 100 100 100 Nitrat mg/l 0,0356 0,0208 0,0383 0,032 0,013 0,010 0,015 0,013 Ortofosfat mg/l 0,011 0,015 0,011 0,012 0,015 0,027 0,013 0,019 Ammonia mg/l 0,201 0,170 0,227 0,199 0,099 0,146 0,115 0,120 Sedimentasi mg/cm2/hari 1.7891 1.1569 1.1787 1.3749 1.8950 1.6430 2.1470 1.8950

Lampiran 3. Data kondisi perairan di Pulau Karya (lanjutan)

Parameter Satuan

Bulan Pengamatan

Juni Juli Agustus September 1 2 3 Rataan 1 2 3 Rataan 1 1 Salinitas 31 31 31 31 30 30 30 30 30 32 Suhu ⁰C 29 29 29 29 29,5 29,5 29,5 29,5 29 28,7 Kekeruhan NTU 0,75 0,85 0,85 0,82 0,75 0,85 - 0,8 1.5 1,7 Kecepatan Arus m/s 0,1250 0,0909 0,1080 0,1080 0,2500 0,2500 0,2500 0,2500 0.07 0,08 Arah Arus 126 126 126 126 127 127 127 127 100 114 Kecerahan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Nitrat mg/l 0,102 0,061 0,057 0,073 0,001 0,001 0,001 0,001 0.0089 0,005 Ortofosfat mg/l 0,027 0,033 0,029 0,030 0,006 0,010 - 0,008 0.0273 0,011 Ammonia mg/l 0,136 0,066 0,059 0,087 0,028 0,181 - 0,104 0.0300 0,046 Sedimentasi mg/cm2/hari 2.1150 2.1150 2.3087 2.3087 5.7137 5.8232

44

Lampiran 4. Tahap persiapan modul sampai dengan tahap pengukuran

Pembuatan cetakan modul Penjemuran modul Pengangkutan modul

Pemasangan dan penomoran Penyusunan modul transplantasi Penurunan modul

46

Dokumen terkait