• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Pengunjung

5.1.5 Tingkat Pendapatan Wisatawan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan wisatawan yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, pendapatannya dalam hal ini adalah uang saku. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan wisatawan dibagi menjadi tiga kelompok. Adapun sebaran pendapatan wisatawan Pulau Pramuka dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 9 Persentase tingkat pendapatan wisatawan.

Dari diagram diatas, sebanyak 42% wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp.500.000 – Rp.1.500.000. Sebanyak 45 % wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp 1.500.001 – Rp.2.500.000 Sebanyak 13% wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp 2.500.001 – Rp.3.500.000

5.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan

Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka

Kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu pertama kali dimulai dengan adanya pembangunan di Pulau Putri yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti akomodasi (cottage,bungalow), restoran, fasilitas menyelam dan berenang. Menurut Rachmawati 2003, perkembangan kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu dimulai sejak tahun 1970an, sejak saat itu Kepulauan Seribu belum

820 840 860 880 900 920 940 960 980 1998 1999 2000 2001 Jumlah masyarakat Tahun

terbentuk sebagai Taman Nasional. Dari 106 pulau yang ada di Kepulauan Seribu, sebanyak 73 pulau telah dikelola oleh pihak swasta dan 30 pulau dikelola oleh pemerintah. Pihak swasta lebih banyak mempergunakan pulau tersebut untuk kegiatan wisata baik pribadi maupun publik. Sedangkan pulau yang dikelola pemerintah digunakan sebagai pemukiman, perambu lalu lintas, peninggalan sejarah dan cagar alam (BAPPEDA DKI dan ITB,2000 dalam Rachmawati 2003).

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1986 Tahun 2000 tentang wilayah Kepulauan Seribu dinyatakan bahwa jumlah pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu adalah 110 pulau yang secara Administratif dibagai menjadi 6 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Pulau Panggang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa, Pulau Untung Jawa, Pulau Harapan dan Pulau Pari. Dari keenam kelurahan tersebut Kelurahan Pulau Kelapa memiliki pulau yang paling banyak (36 pulau) dan yang paling sedikit pulaunya adalah Kelurahan Pulau Tidung (6 pulau). Berikut merupakan pertumbuhan penduduk Pulau Pramuka.

Gambar 10 Tingkat pertumbuhan masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Laporan tahunan dan bulanan per kelurahan (2002).

Jumlah masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari pada tahun 1998 sebesar 876 jiwa, pada tahun 1999 sebesar 906 jiwa, 2000 sebesar 950 jiwa dan pada tahun 2001 sebesar 963 jiwa.

5.2.1 Jenis mata pencaharian masyarakat

Sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari di Pulau pramuka, sebagian besar masyarakat memanfaatkan keberadaan sumber daya laut sebagai mata pencaharian utama, yakni sebagai masyarakat nelayan. Definisi nelayan

40% 35% 3% 4% 10% 6% 2% Nelayan Budidaya perikanan Peadagang/buruh TNI/POLRI Pegawai Negeri Swasta Lain-lain

menurut Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan di laut atau melaut. Berikut merupakan presentase mata pencaharian masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata.

Gambar 11 Komposisi mata pencaharian masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu (2002).

Sektor perikanan khususnya nelayan merupakan mata pencaharian terbesar yaitu 40% diikuti oleh budidaya perikanan 35%, pedagang/buruh sebesar 3%, pegawai negeri 10%, pegawai swasata 6%, TNI/POLRI 4% dan lain-lainnya sebesar 2%. Nelayan di Pulau Pramuka secara umum adalah nelayan tradisional dengan berbagai tipe, yaitu sebagai nelayan harian, mingguan, nelayan bulanan. Penghasilan yang diperoleh tidak menentu tergantung musim.

Masyarakat Pulau Pramuka juga memiliki usaha kegiatan di bidang budidaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya laut untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi di Pulau Pramuka sangat beragam. Kegiatan ekonomi yang berkembang meliputi usaha perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya. Budidaya tersebut bermacam-macam sesuai dengan keberadaan sumberdaya laut yang ada.

Aktifitas budidaya laut yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Pulau Pramuka merupakan mata pencaharian alternatif selain kegiatan menangkap ikan di laut sebagai nelayan. Kegiatan usaha budidaya laut yang dikembangkan di Pulau Pramuka antara lain budidaya rumput laut, teripang dan ikan kerapu. Usaha budidaya rumput laut banyak dikembangkan oleh masyarakat karena biaya yang dibutuhkan sebagai modal tidak terlalu besar namum mempunyai hasil yang cukup baik.

5.2.2 Tingkat pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha

Pemilik unit usaha yang terdapat di Pulau Pramuka pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata berupa pemilik jasa transportasi dan warung makan. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan yang mereka peroleh berbeda-beda. Unit usaha jasa transportasi laut yang terdapat di Pulau Pramuka ± 6 unit kapal.

Untuk pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai sebanyak 6 pemilik kapal. Berikut merupakan perbandingan pendapatan dan pengeluaran sebelum adanya kegiatan wisata untuk pemilik jasa transportasi kapal (tabel 8). Tabel 8 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa

transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari

No Nama kapal Pendapatan

(Bulan) Pengeluaran (Bulan) Selisih (Bulan) 1 Bintang Alam I Rp.20.250.000 Rp.17.500.000 Rp.2.750.000 2 Radja Rp.18.000.000 Rp.16.850.000 Rp.1.150.000 3 Bintang Alam II Rp.22.500.000 Rp.17.100.000 Rp.5.400.000 4 KM. Elang Jaya Rp.27.500.000 Rp.18.650.000 Rp.8.350.000 5 Bahtera Rp.24.750.000 Rp.17.400.000 Rp.7.350.000 6 Sinar Laut Rp.21.600.000 Rp.19.000.000 Rp.2.600.000 Pendapatan yang diperoleh oleh pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya kegiatan wisata bahari merupakan uang yang diperoleh dari hasil mengangkut dan mengantarkan masyarakat maupun wisatawan yang hendak bepergian dari Muara Angke ke Pulau Pramuka begitu juga sebaliknya.

Dari ke 6 pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai. Pemilik KM Elang Jaya memiliki pendapatan tertinggi dibandingkan dengan pemilik jasa transportasi lainnya. Rata-rata pendapatan pemilik unit usaha jasa transportasi laut Rp.22.433.333 dengan rata-rata pengeluaran Rp.17.750.000.

Wisatawan yang datang merupakan para akademisi atau peneliti yang ingin mengetahui keadaan Pulau Pramuka. Sedangkan untuk pengeluaran dari pemilik usaha ini adalah berupa pengeluran untuk bahan bakar, biaya perawatan, tenaga kerja, biaya keluarga dan lain-lain. Selain pemilik unit usaha jasa transportasi laut, terdapat unit usaha warung makan. Pendapatan dan pengeluaran pemilik warung makan (Tabel 9).

Tabel 9 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari

No Nama Warung Makan Pendapatan

(Bulan) Pengeluaran (Bulan) Selisih (Bulan) 1 Murdia Rp.3.500.000 Rp.2.750.000 Rp.750.000 2 Lucia Rp.2.500.000 Rp.1.500.000 Rp.1.000.000 3 2 Flower Rp.3.000.000 Rp.1.800.000 Rp.1.200.000 4 Paryo Rp .2.750.000 Rp.1.500.000 Rp.1.250.000 5 Ramsung Rp.3.500.000 Rp.2.300.000 Rp.1.200.000 6 Hamida Rp.2.500.000 Rp.1.250.000 Rp.1.250.000 Rumah makan/warung yang terdapat di Pulau Pramuka sebelum adanya kegiatan wisata berjumlah ± 6. Warung makan tersebut merupakan kegiatan unit usaha berskala kecil yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar, wisatawan dan juga para pegawai. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari semua warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah sebesar Rp. 2.958.333 dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp.1.850.000.

Dokumen terkait