• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap masyarakat di pulau pramuka taman nasional kepulauan seribu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap masyarakat di pulau pramuka taman nasional kepulauan seribu"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI

TERHADAP MASYARAKAT DI PULAU PRAMUKA TAMAN

NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Bambang Prasetio

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

BAMBANG PRASETIO. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari

Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan

Seribu. Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB dan JOKO PRIHATNO.

Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) memiliki areal seluas 107.489 Ha yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, kawasan wisata bahari di Pulau Pramuka memilikipotensi wisata sepertiterumbu karang, pantai pasir putih, dan penangkaran penyu. Untuk mengetahui dampak ekonomi kegiatan wisata bahari, maka dilakukan penelitian analisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari serta dampak ekonomi setelah adanya pengembangan kegiatan wisata.

Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2010 sampai Januari 2011 di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kajian terhadap pengunjung dan masyarakat terlibat maupun tidak terlibat kegiatan wisata. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan kuesioner. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak ekonomi dianalisis dengan uji statistik t-student dan konsep Multiplier.

Kondisi ekonomi masyarakat Pulau Pramuka sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata bahari memiliki profesi sebagai nelayan sebesar 40%, setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari mata pencaharian masyarakat bertambah keragamannya yakni di bidang perdagangan, jasa dan akomodasi, budidaya perikanan, home industry, perbengkelan, industry kerajinan, warung, rumah makan, instansi swasta, pemerintahan dan lain-lain. Dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan kegiatan wisata bahari bahwa nilai pengganda Keynesian Multiplier di. Pulau Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525. Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan pada dampak langsung dan tidak langsung (berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal) sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp.2.141.049. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 pada total pendapatan masyarakat pada dampak langsung, tak langsung dan induced (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi di tingkat lokal). Hasil perhitungan nilai t atas pendapatan masyarakat yang terlibat sebesar -4.752 sedangkan –t hitung (--4.752) <-t tabel (t0.025;29), maka kegatan wisata bahari memberikan pengaruh nyata terhadap masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata baik sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.

(3)

SUMMARY

BAMBANG PRASETIO.The Impact Analysis of Marine Tourism Economic

to Community in Pramuka Island, The National Park of Seribu Islands.

Under Supervision of E.K.S HARINI MUNTASIB andJOKO PRIHATNO.

The National Park of Seribu Islands has area of 107.489 ha are designated by the Minister of Forestry Number 6310/Kpts-II/2002 at 13th june 2002. As one of tourist destination, nautical tourism in the Pramuka island has the potential of tourism such as coral reefs, white sand beaches, and turtle breeding. To determine the economic impact of marine tourism activities, the economic impact analysis of research conducted marine tourism to the community. This research aims to know the condition of communities before and after the introduction of marine tourism activities and economic impact after the tourist activity.

This research was conducted in December 2010 until January 2011 in the Pramuka Island The National Park of Seribu Islands. The respondents were visitors and local people are involved or not involved in tourism activity. Data was collected through literature study, interviews, and questionnaires. The Analysis of Multplier Effect and Statistical t-student was used to determine the factors which influence the economic impacts

Pramuka Island economic conditions prior to the marine tourism activities have a profession as a fisherman for 40%, after the introduction of marine tourism activities which people's livelihood in the areas are trade, services and accommodation, aquaculture, home industry, workshop, craft industry, shops, restaurants , private agencies, governments and others.The impact caused by the presence of marine tourism activities that the value of Keynesian multiplier in the Pramuka island was 1.44, it means the increase of tourist expenditure in the amount of 1 rupiah will have an impact on improving the local community in the amount 1.44 rupiah or equivalent to 4.896.525 rupiah. Ratio Income Multiplier Type 1 in the amount of 1.45, it means the increasing of 1 rupiah of business unit owners from tourist expenditure will result an increase in direct and indirect impacts (the income of a business unit owner and local employment) is the amount of 1.45 rupiah or equivalent to 2.141.049 rupiah. The value of Type 2 Ratio Multiplier income is the amount of 1.8, it means an increase of 1 rupiah in tourist expenditure will result in an increase of 1.8 rupiah or equivalent to 2.723.247 rupiah on the total income of the people in the direct, indirect and induced impact (in the form of the business owners income, employment and consumption expenditure at local level). The results of the calculation of t value on the income of the communities that were involved -4752 while t-count (-4752) <-t table (t0.025;29), so the marine tourism activity gave real effect on the communities who were involved and not involved in tourist activities both before and after the tourist activity.

(4)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI

TERHADAP MASYARAKAT DI PULAU PRAMUKA TAMAN

NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Bambang Prasetio

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

(6)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional

Kepulauan Seribu

Nama : Bambang Prasetio NIM : E34060532

Jurusan/Fakultas : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata/Kehutanan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Dr. Joko Prihatno

NIP : 19550410 198203 2 002 NIP : 19600525 198903 1 005

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Insititut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS

NIP. 19580915 198403 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas selesainya karya ilmiah ini. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis sejak Desember 2010 hingga Januari 2011 dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan wisata Pulau Pramuka di Taman Nasional Kepulauan Seribu harus mendapat perhatian penuh. Banyaknya kunjungan wisatawan dari berbagai daerah ke kawasan mengindikasikan bahwa kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka) mempunyai daya tarik wisata yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata bahari, sehingga dapat memberikan masukan terhadap pengelola TNKpS agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke TNKpS sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak yang bersangkutan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

Bogor, September 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Bambang Prasetio) dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 27 Agustus 1988. Penulis adalah putra pertama dari 4 bersaudara, pasangan dari Bapak Pramudji Ruslani dan Ibu Ella Nurlaela.

Riwayat pendidikan penulis adalah SD Negeri Kranggan III, SMP Negeri 1 Cigombong, SMA Negeri 1 Bogor dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan S1 mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Penulis aktif disejumlah organisasi kemahasiswaan, diantaranya staf pengurus Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2008-2009, sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE), sebagai anggota Music Agriculture Xpression (MAX), sebagai anggota Tenis Lapang IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti diantaranya menjadi panitia Gebyar HIMAKOVA tahun 2008, panitia Bina Corsa Rimbawan (BCR) Fakultas Kehutanan tahun 2009, dan sebagainya.

Penulis juga pernah melakukan kegiatan praktek lapang yaitu: kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Simpang Cianjur-Bandung tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap-Baturaden, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi tahun 2009, Magang kerja di Perum Perhutani Madiun tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri-Jember tahun 2010. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka

Taman Nasional Kepulauan Seribu. Penulis dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas anugerah sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Keluarga besar penulis : Pramudji Ruslani (Ayah), Ella Nurlaela (Ibu) dan Arief Budiman, Danil Gunawan serta Desi Permatasari (adik) atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

2. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Bapak Dr. Ir. Joko Prihatno, MM sebagai Kepala Balai Taman Nasional Betung Kerihun selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi selama penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku ketua sidang dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Ibu Dra. Sri Rahayu, M.Si selaku Dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberikan bekal kepada penulis.

5. Pimpinan dan staf Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.

6. Divisi-divisi Pemerintahan Daerah (PEMDA) Kabupaten Kepulauan Seribu.

7. Keluarga besar Himpunan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA).

8. Teman seperjuangan di Kelompok Pemerhati Ekowisata 43 KSHE.

9. Sahabat terbaik sepanjang masa : Lana Puspitasari, Ril Z, Juno, Oby, Arga, Olop, Angga dan seluruh keluarga besar Cendrawasih KSHE 43 serta teman-teman wisma galih yang setia menemani perjalanan panjang atas kebersamaan dan kenangan yang tak terlupakan.

(10)

DAFTAR ISI

2.5 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari ... 9

(11)

5.1.1 Tingkat Umur Wisatawan ... 35

5.1.2 Daerah Asal Wisatawan ... 35

5.1.3 Tingkat Pendidikan Wisatawan ... 36

5.1.4 Jenis Pekerjaan Wisatawan ... 36

5.1.5 Tingkat Pendapatan Wisatawan ... 37

5.2 Kondisi`Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka ... 37

5.2.1 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat di Pulau Pramuka .. 38

5.2.2 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Pada Pemilik Unit Usaha ... 40

5.2.3 Jumlah Fasilitas di Pulau Pramuka ... 41

5.2.4 Jumlah Tenaga kerja di Pulau Pramuka ... 43

5.2.5 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Tenaga Kerja ... 43

5.2.6 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Masyarakat Tidak Terlibat Kegiatan Wisata di Pulau Pramuka ... 45

5.3 Kondisi Masyarakat Setelah Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka ... 46

5.3.1 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat di Pulau Pramuka . 48 5.3.2 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Pada Pemilik Unit Usaha ... 50

5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1 Proporsi kelompok masyarakat ... 21 2 Kelompok umur pengunjung, presentasi dan jumlah tiap strata

dalam pengambilan sampel wisatawan ... 23 3 Matriks metode analisis data ... 23 4 Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan

Seribu Utara ... 28 5 Jumlah penduduk, luas serta kepala keluarga menurut jenis kelamin

tahun 2010 ... 31 6 Tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu ... 31 7 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ... 32 8 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa

transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari ... 40 9 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha

warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari ... 41 10 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha

jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari ... 44 11 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa

warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari ... 44 12 Pendapatan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari ... 45 13 Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari ... 46 14 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa

transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 50 15 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa warung makan

setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 51 16 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa homestay setelah

adanya pengembangan wisata bahari ... 52 17 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha souvenir setelah

(13)

18 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penyewaan alat

setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 53 19 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha

jasa transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 57 20 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa

warung makan setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 58 21 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha

homestay setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 58 22 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha

souvenir setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 59 23 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha

jasa penyewaan alat setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 59 24 Jumlah pendapatan masyarakat tidak terlibat wisata di Pulau Pramuka ... 60 25 Jumlah pengeluaran masyarakat tidak terlibat wisata di Pulau Pramuka . 61 26 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa

penginapan setelah dikembangkannya wisata bahari ... 64 27 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa

penginapan setelah dikembangkannya wisata bahari... 65 28 Pendapatan rata-rata masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata

perbulan ... 66 29 Perbandingan jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari ... 67 30 Sebaran unit usaha pada objek wisata Pulau Pramuka pada kondisi

sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari ... 68 31 Pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebelum dan setelah

adanya pengembangan wisata bahari ... 70 32 Uji Statistik t-student ... 70 33 Nilai Multiplier dari aliran uang kegiatan wisata bahari di Pulau

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 16

2 Lokasi penelitian ... 18

3 Pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ... 28

4 Grafik jumlah kunjungan ke Pulau Pramuka ... 34

5 Diagram presentase umur wisatawan ... 35

6 Diagram presentase daerah asal wisatawan ... 35

7 Diagram presentase tingkat pendidikan wisatawan ... 36

8 Diagram presentase pekerjaan wisatawan... 36

9 Diagram presentase tingkat pendapatan wisatawan ... 37

10 Tingkat pertumbuhan masyarakat Pulau Pramuka ... 38

11 Diagram jenis mata pencaharian masyarakat Pulau Pramuka ... 39

12 Diagram jumlah fasilitas di Pulau Pramuka ... 42

13 Diagram jumlah tenaga kerja ... 43

14 Tingkat pertumbuhan masyarakat Pulau Pramuka ... 47

15 Diagram komposisi mata pencaharian masyarakat ... 48

16 Diagram presentase unit usaha budidaya ... 49

17 Diagram presentase unit usaha ... 50

18 Diagram presentase fasilitas di Pulau Pramuka ... 54

19 Diagram presentase fasilitas di Pulau Pramuka ... 55

20 Gambar fasilitas di Pulau Pramuka ... 56

21 Diagram presentase jumlah tenaga kerja ... 57

22 Unit usaha jasa transportasi laut ... 63

23 Unit usaha jasa penginapan ... 64

24 Unit usaha penjual souvenir ... 64

25 Unit usaha jasa penyewaan alat ... 65

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 Kuisoner untuk Wisatawan ... 79

2 Kuisoner untuk Tenaga Kerja ... 81

3 Kuisoner untuk Unit Usaha ... 83

4 Kuisoner untuk Masyarakat non wisata ... 85

5 Sebaran Pengeluaran Wisatawan di Pulau Pramuka ... 87

6 Hasil Analisis Data Uji t-Student dengan SPSS 16 ... 90

7 Hasil Konsep Multiplier dengan Microsoft Excell 2007 ... 91

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) memiliki areal seluas 107.489 Ha yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002. Jumlah pulau yang berada di kawasan TNKpS berjumlah 78 buah dimana dari jumlah tersebut tercatat 20 buah yang telah dikembangkan sebagai pulau wisata, 6 buah pulau yang dihuni penduduk (pemukiman) dan sisanya dikuasai perorangan atau badan usaha dalam bentuk Hak Perorangan. Pulau-pulau yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu sangat berpotensi sebagai obyek wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, sektor pariwisata di kawasan Taman Nasional Kepuluan Seribu yang terletak di Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu sektor yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan dan memiliki andil yang cukup besar terhadap perubahan nilai sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan.

Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki pulau wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung. Salah satu pulau wisata yang terdapat di Kawasan TNKpS adalah Pulau Pramuka. Kawasan wisata bahari Pulau Pramuka memiliki potensi untuk dikembangkan dan berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Menurut data statistik Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2010 menunjukkan jumlah wisatawan baik mancanegara dan domestik yang datang ke Pulau Pramuka sebanyak 25.654 orang. Meningkatnya jumlah wisatawan mendorong masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan wisata.

(17)

domestik maupun mancanegara datang untuk menikmati keindahan panorama laut. Pengunjung yang datang sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang di kawasan Pulau Pramuka akan mengeluarkan sebagian uangnya terhadap kegiatan wisata yang ada di pulau pramuka. Sehingga berdampak terhadap tingkat pendapatan dan mata pencaharian masyarakat yang mulai bervariasi yang dahulu hanya berprofesi sebagai nelayan, saat ini masyarakat memulai membuka unit usaha yang bergerak di bidang wisata seperti rumah makan, homestay, jasa penyewaan alat, souvenir dan jasa transportasi kapal.

Menurut Depbudpar (2004), tolak ukur keberhasilan pembangunan pariwisata untuk memperoleh pemasukan adalah jumlah kunjungan, pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan mancanegara adalah dari segi pencapaian target: (1) jumlah kunjungan wisata mancanegara; (2) pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures); (3) lamanya wisata mancanegara tinggal (foreign tourist lenght of stay). Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik, mampu menggerakkan ekonomi dari satu kota ke kota lain maupun dari perkotaan ke pedesaan, yang dapat berdampak pada peningkatan ekonomi dan pendapat daerah tujuan wisata yang bersangkutan.

(18)

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dampak ekonomi wisata bahari di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.

2. Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.

3. Mengetahui dampak ekonomi terhadap masyarakat setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.

1.3 Manfaat Penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Wahab (2003), pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok.

Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia (sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan).

Menurut Institute of Tourism in Britain (1979) dalam Pendit (2006), pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata.

(20)

2.2Ekowisata

Menurut TIES (2000) dalam Damanik & Weber (2006), ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Selanjutnya, dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni : pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga; ekowisata sebagai pendekatan pengembangan.

Dari definisi di atas dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata (TIES 2000 dalam Damanik & Weber 2006), yakni sebagai berikut :

a) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

b) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan serta budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.

c) Menawarkan pengalaman-pengalaman langsung positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.

d) Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi malalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

e) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.

f) Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal. g) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan

kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata merupakan perjalanan orang ke suatu tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi dan mempelajari keunikan daya tarik (travel).

(21)

relatif tidak terganggu, dengan niat betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam, flora, fauna, termasuk aspek-aspek budaya baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut.

Istilah ekowisata (Depbudpar 2009) dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.

Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah: (1) jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism); (2) pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi); (3) pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata); (4) membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi); (5) modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).

Australian Department of Tourism, Black (1999) dalam Fandeli dan Mukhlison (2000) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis.

Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood 1999 dalam Fandeli dan Mukhlison 2000).

(22)

prioritas; (3) penafsiran yang sesuai dan pendidikan lingkungan secara alami; (4) kebijakan dan manajemen; (5) kerjasama antara pemangku kepentingan; (6) pertanggung-jawaban pemasaran; dan (7) penyesuaian monitoring dan evaluasi.

2.3 Taman Nasional

Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Bab I Pasal 1, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Kriteria umum bagi suatu Taman Nasional adalah terdiri dari areal yang utuh dan belum terganggu pada lahan yang relatif luas, memiliki nilai alamiah serta mempunyai kepentingan pelestarian dan potensi rekreasi yang tinggi, mudah dicapai oleh pengunjung dan dapat memberi keuntungan pada daerah yang bersangkutan. Taman Nasional daratan maupun perairan memiliki ciri khas tertentu, dan mempunyai multi fungsi yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Suatu kawasan untuk dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai Taman Nasional, harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; (2) memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; (3) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; (4) merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain yang karena pertimbangan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

(23)

sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Menurut Munasef (1995:200) Taman Laut merupakan wilayah laut sebagai wilayah laut yang memiliki ciri khas berupa keindahan atau keunikan yang diperuntukkan secara khusus sebagai kawasan konservasi laut, untuk dibina dan dipelihara yang berguna bagi perlindungan plasma nutfah, rekreasi, pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan.

2.4Dampak

Dampak merupakan perubahan yang terjadi di dalam suatu lingkup lingkungan akibat adanya perbuatan manusia. Untuk dapat menilai terjadinya dampak, perlu adanya suatu acuan yaitu kondisi lingkungan sebelum adanya aktivitas (Soemarwoto 1988). Oleh karena itu dampak lingkungan adalah selisih antara keadaan lingkungan tanpa proyek dengan keadaan lingkungan dengan proyek. Dampak dari suatu kegiatan pembangunan berpengaruh terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi dan budaya.

Perkiraan dampak adalah suatu proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung.

1. Siapa yang terkena dampak (Who are going to be affected). Siapa menunjukkan pada beberapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan;sebagai nelayan, petani, pedagang, pemerintahan, dan lain-lain, pendidikan;SD, SMP, SMA, Akademi/Universitas, kelompok masyarakat;tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa;individu (kepala keluarga), keluarga (istri, anak, menantu dan lain-lain) atau masyarakat.

(24)

3. Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak kegiatan pariwisata dari segi ekonomi sangat penting diketahui, karena hampir semua negara (suatu masyarakat) mengukur posisi dan manfaat pariwisata dalam suatu kaitannya dengan penerimaan ekonominya.

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup menurut Peraturan pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup tahun antara lain:

1. jumlah manusia yang akan terkena dampak; 2. luas wilayah persebaran dampak;

3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak 5. sifat kumulatif dampak;

6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

2.5 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari

Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi keanekargaman hayati laut sebagai daya tarik utama. Secara tidak langsung kegiatan wisata bahari melibatkan masyarakat lokal serta lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan beberapa dampak. Dampak yang diakibatkan sangat terkait dengan aktivitas ekonomi masyarakat atau dikenal sebagai dampak ekonomi. Wisata bahari secara umum memilki tujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi terhadap masyarakat lokal, pemangku kepentingan wisata dan pemerintah daerah.

Dampak ekonomi wisata bahari terhadap ekonomi suatu wilayah dapat berupa: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk Taman Nasional, hotel, camping ground, restoran, atraksi, transportasi dan retail), (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan dan (4) penerimaan pemerintah dari pajak dan retribusi (Frechtling 1987 dalam Milasari 2010).

(25)

Menurut Stynes et al. (2000) dalam Milasari (2010), pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan ikutan biasanya disebut dengan dampak sekunder.

Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa.

Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan dan pekerjaan. Sedangkan dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata.

Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata merupakan sumber pendapatan (income generator) dan sekaligus juga berfungsi sebagai alat pemerataan (redsitribution of income) (Yoeti 2008). Pengeluaran dari wisatawan pada kawasan wisata bahari, yang meliputi pengeluaran terhadap penyewaan homestay, rumah makan, transportasi kapal, akomodasi serta konsumsi barang dan jasa, akan menghasilkan suatu kesempatan kerja bagi masyarakat lokal dan non lokal.

(26)

(1) Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata sehingga memungkinkan orang-orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional pun;

(2) Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata; (3) Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan

restoran;

(4) Meningkatkan permintaan terhadap handicraft, souvenir goods, art painting, dan lain-lain;

(5) Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman;

(6) Meningkatkan perolehan devisa negara sehinga mengurangi beban defisit neraca pembayaran;

(7) Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional; (8) Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak

tersentuh pembangunan;

(9) Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan (Tourist Receiving Countries);

(10) Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunungi wisatawan.

(27)

2.6 Dampak Ekonomi Langsung, Tidak Langsung dan Induced

Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di laut dan digunakan sebagai salah satu obyek. Kegiatan wisata bahari ini sangat berpengaruh dan melibatkan masyarakat sekitar. Secara keseluruhan, kegiatan wisata bahari bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi.

Kegiatan wisata bahari memiliki peranan penting karena kegiatan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sekitar kawasan wisata sehingga masyarakat lokal dapat merasakan manfaat pembangunan ekonomi yang berlangsung. Beberapa studi menunjukan dampak ekonomi dari kegiatan wisata bahari dan manfaat yang dihasilkan bervariasi tergantung pada kualitas atraksi, aksesibilitas, prasarana dan lain sebagainya (Wijayanti 2009).

Menurut Ennew (2003) dan Linberg (1996) dalam Wijayanti (2009), dampak ekonomi dari pariwisata dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu manfaat langsung (direct), tidak langsung (indirect) dan Induced. Manfaat langsung dapat diakibatkan dari pengeluaran wisatawan yang langsung, seperti pengeluaran untuk restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya.

Unit usaha yang menerima manfaat langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain dan hal ini akan menimbulkan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Kemudian, apabila sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak induced. Tetapi jika industri yang memperoleh direct benefit mendatangkan input dari luar lokasi maka perputaran uang tidak menimbulkan indirect benefit tetapi suatu kebocoran (leakage) manfaat.

2.7 Konsep Multiplier

(28)

langsung terkait dengan industri pariwisata, tetapi juga industri yang tidak langsung terkait dengan industri pariwisata. Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata terkait dengan elemen-elemen penghasilan, penjualan dan tenaga kerja di daerah kawasan wisata yang terjadi akibat kegiatan pariwisata.

Analisis dampak ekonomi wisata menelusuri aliran uang dari pengeluaran wisatawan terhadap (Cooper et al. 1998) : (1) unit usaha dan pemangku kepentingan usaha selaku penerima pengeluaran wisatawan; (2) unit usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata; (3) rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya.

Dampak secara langsung meliputi perubahan produksi terhadap perubahan belanja wisatawan. Misalnya, kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dari belanja wisatawan itu.

Dampak tidak langsung meliputi perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai kegiatan berikutnya dari penerimaan hotel kepada industri para pemasoknya, yaitu pemasok barang dan jasa kepada hotel. Misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri adalah salah satu dari efek tidak langsung (indirect effect) dari perubahan penjualan hotel.

Nilai multiplier ekonomi merupakan nilai yang menunjukan sejauh mana pengeluaran wisatawan akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung(indirect effect) dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal.

(29)

pengeluaran wisatawan (META 2001); (1) Lokal pendapatan Keynesian Multiplier dimana nilai yang dihasilkan dari pengeluaran lebih atau pengurangan dari pengeluaran yang digandakan untuk mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan lokal.

Keynesian merupakan metode terbaik untuk merefleksikan keseluruhan dampak dari pengeluaran lebih dari ekowisata bahari. (2) Rasio pendapatan multiplier yakni nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung dari ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan penurunan total pendapatan lokal. Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk dari multiplier (Cooper et al. 1998) :

1. Transaksi (Penjualan) Multiplier yang mengukur jumlah tambahan penghasilan bisnis ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan. Konsep ini sama dengan output multiplier.

2. Output Multiplier yang mengukur jumlah output pendapatan ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan. Perbedaan mendasar antara kedua multiplier ini bahwa output multiplier terlibat dengan perubahan-perubahan aktual dalam tingkat produksi dan tidak dengan jumlah dan nilai dari penjualan.

3. Income Multiplier dimana mengukur tambahan pendapatan (upah dan gaji, sewa, bunga dan keuntungan) dari ekonomi sebagai hasil peningkatan pengeluaran wisatawan.

4. Employment Multiplier dimana mengukur salah satu dari total jumlah pendapatan pekerjaan berdasarkan dari unit pengeluaran wisatawan atau pekerjaan itu sendiri.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki struktur rencana penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan harapan tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini diawali dengan mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan setelah adanya keberadaan kegiatan wisata bahari serta berupa dampak ekonomi setelah adanya kegiatan. Penilaian dampak ekonomi meliputi dampak setelah adanya kegiatan wisata yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan tenaga kerja.

Kegiatan wisata bahari yang terdapat di Kepulauan Seribu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Semakin banyak wisatawan maka semakin banyak kebutuhan wisatawan yang harus dipenuhi oleh masyarakat lokal. Hal ini berdampak terhadap meningkatnya transaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka semakin besar pengeluaran wisatawan (spending tourist) di lokasi objek wisata. Hal ini akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar pulau yang membuka usaha terkait dengan kegiatan wisata. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain jasa penginapan (homestay), rumah makan, cinderamata (souvenir), jasa

pemandu (guide), transportasi antar pulau dan lainnya.

(31)

Skema Alir Kerangka Penelitiaan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. Keterangan:

--- : Metode yang digunakan

Kawasan wisata bahari Pulau Pramuka

Dampak ekonomi kegiatan wisata bahari

Analisi Dampak Ekonomi Karakteristik dan penilaian

kondisi ekonomi masyarakat

Analisis Multiplier dan uji statistik

Analisis deskriptif Sebelum

kegiatan wisata bahari

(32)

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten ini terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (KKSU) dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan (KKSS) Taman Nasional Kepulauan Seribu berada di Kecamatan Pulau Seribu Utara, yang terdiri dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Pulau Pramuka Kelurahan Panggang di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (KKSU).

(33)

Berikut adalah lokasi penelitian di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu (Gambar 2).

Gambar 2 Lokasi penelitian di Pulau Pramuka. Sumber : Data Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu 2009

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, Microsoft Excel

2007, SPSS 16. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, pengelola, masyarakat dan pengunjung.

3.3 Jenis dan Sumber Data

(34)

Setiap kelompok kepala keuarga akan didata menyangkut keadaan ekonomi sebelum dan sesudah kegiatan pengembangan wisata bahari, baik pada masyarakat yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam kegiatan ekowisata bahari. Pengumpulan data untuk kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata bahari dilakukan dengan teknik wawancara personal (Wardiyanta 2006).

Wawancara personal merupakan metode wawancara langsung terhadap masyarakat dengan melakukan pendekatan personal dan wawancara mendalam. Sedangkan untuk nilai multiplier (dampak ganda), akan dihitung melalui pengeluaran atau aliran uang dari setiap wisatawan, unit usaha, tenaga kerja.

Selain itu untuk memperoleh informasi yang lebih detail dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan aparat pemerintah dalam hal ini khususnya dengan perwakilan dari Suku Dinas (Sudin) Pariwisata, Dinas Pariwisata, dan pihak Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Data sekunder tentang kegiatan di kawasan Kepulauan Seribu diperoleh melalui laporan lembaga pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai TNKpS serta studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, buku, artikel hasil penelitian sebelumnya serta penelusuran data melalui internet.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ilmiah, pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting yang kemudian dapat dikumpulkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun teknik pengumpulan data meliputi:

1) Studi Literatur

(35)

2) Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung kepada masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan wisata baik masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata, dengan pedoman pertanyaan yang disusun secara sistematik sebelumnya. Wawancara tersebut dilakukan secara langsung yang dilakukan kepada masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut.

Wawancara yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan data secara keseluruhan yang mencakup mata pencaharian, pendapatan, biaya pengeluaran, pendidikan, umur, jenis kelamin serta mengetahui mengenai kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya kegiatan wisata bahari maupun kondisi ekonomi masyarakat setelah adanya kegiatan wisata. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan kondisi dan pengaruh ada atau tidaknya kegiatan wisata bahari bagi masyarakat sekitar kawasan.

3) Kuisioner

Untuk kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner secara langsung. Kuisioner yang diberikan bertujuan untuk mengetahui umur, daerah asal, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran yang telah dikeluarkan pengunjung selama melakukan aktivitas wisata di kawasan tersebut.

4) Pengamatan Lapang

Observasi adalah pengambilan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi atau keadaan objek kajian dengan cara mengunjungi seluruh kawasan wisata dan melihat keseluruhan kondisi kawasan secara langsung, baik kondisi fisik, sarana dan prasarana, aktifitas pengunjung serta sumberdaya manusia pengelolaannya. Selain itu untuk menyesuaikan data-data yang diperoleh dari hasil studi literatur dengan keadaan yang ada.

3.5 Teknik Pengambilan Contoh

(36)

pengeluaran wisatawan, pemilik usaha dan tenaga kerja selain itu untuk mengetahui kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari serta dampak ekonomi setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :

1. Wisatawan, yang terdiri dari wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnu),

2. Masyarakat yang berada dalam kawasan baik masyarakat yang terlibat dan masyarakat tidak terlibat. Masyarakat yang terlibat yaitu masyarakat pemilik kegiatan usaha ekonomi, pemilik unit usaha jasa penginapan (homestay), pemilik rumah makan, pemilik jasa transportasi laut, pemilik penyewaan alat dan pemilik souvenir sedangkan masyarakat yang tidak terlibat yaitu masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan wisata.

Responden adalah unit usaha yang terkait kegiatan wisata, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal yang tidak terkait kegiatan wisata. Penentuan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, akan dilakukan dengan bentuk

judgement sampling, dimana anggota responden akan dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu.

Pengambilan responden yang berasal dari masyarakat lokal, menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling, karena daftar populasi masyarakat diketahui (Sugiyono 2010). Masing-masing kelompok responden (masyarakat terlibat dan tidak terlibat) menggunakan 30 responden.

Dibawah ini merupakan proporsi kelompok masyarakat dalam penelitian (Tabel 1) sebagai berikut:

Tabel 1 Proporsi kelompok masyarakat No Kelompok

(37)

yang telah berkembang dengan jumlah pengunjung ≥ 4.000 orang/tahun. Metode ini adalah penetapan intensitas sampling atau jumlah wisatawan untuk responden dihitung dengan memperhatikan tingkat ketelitian dan jumlah populasi wisatawan yang ada dalam kawasan dan waktu tertentu.

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk mengetahui jumlah pengunjung.

Dimana :

n = Ukuran sample atau jumlah wisatawan

N = Ukuran populasi atau jumlah wisatawan dalam waktu tertentu E = Nilai kritis (batas ketelitian)

Nilai kritis e atau batas ketelitian yang biasa dipergunakan dalam perhitungan adalah 0,1 (10%) untuk populasi besar dan batas ketelitian 0,2 (20%) untuk populasi kecil. Dalam penelitian ini, setelah mengetahui jumlah responden pengunjung yang diwawancara kemudian terlebih dahulu menentukan strata menurut kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.

Dalam pengambilan jumlah wisatawan keempat kelas umur tersebut harus terwakili. Jumlah sampel wisatawan di kawasan wisata Pulau Pramuka menggunakan metode sampling acak dengan stratifikasi, yaitu mengatur jumlah setiap strata kelompok umur menurut jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti (Nasution 2007). Adapun kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah wisatawan setiap strata dapat dilihat pada tabel 2.

²

.

. ,

(38)

Tabel 2 Kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah tiap strata dalam pengambilan sampel responden pengunjung

Kelompok umur

pengunjung Proporsi sampel Jumlah sampel

‹15 tahun 10% 10

15-24 tahun 45% 44

25-50 tahun 30% 30

›50 tahun 15% 15

Jumlah 100% 99

3.6Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Informasi dan hasil keseluruhan yang didapat dihasilkan pengeluaran wisatawan, pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja serta aliran uang yang memberikan manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat induced bagi perekonomian lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda atau efek multiplier dari aliran uang yang terjadi.

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya pengembangan wisata bahari.

Wawancara dengan menggunakan

kuisioner. Analisis Deskriptif, Uji Statistik dan Keynesian

Multiplier 2 Mengetahui kondisi ekonomi

masyarakat setelah adanya pengembangan wisata bahari.

Wawancara dengan menggunakan kuisioner. 3 Mengetahui dampak ekonomi

terhadap masyarakat setelah adanya pengembaangan wisata bahari.

Wawancara dengan menggunakan kuisioner.

Dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal, terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001):

1. Keynesian Local Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

(39)

keseluruhan ekonomi lokal (dampak tidak langsung dan dampak induced). Secara sistematis dirumuskan :

Dimana :

E : Jumlah pengeluaran pengunjung

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara Induced dari E (rupiah)

META (2001) memberikan panduan untuk menganalisis dampak ekonomi dari kegiatan wisata bahari. Analisis dampak ini dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata. Kelompok pertama adalah unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi, adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran turis ke unit usaha tersebut, (2) proporsi kesempatan kerja yang diciptakan oleh unit usaha, (3) proporsi perputaran aliran uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak. Informasi tersebut memberikan estimasi mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran wisatawan terhadap masyarakat lokal.

Kelompok kedua adalah pengusaha (investor). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi, adalah: (1) rencana investasi ke depan, (2) jumlah tenaga kerja yang dapat direkrut. Data tersebut memberikan informasi mengenai

displacement effect kegiatan wisata.

,

(40)

Kelompok ketiga adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja di lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha saat ini.Data tersebut memberikan estimasi mengenai efek tidak langsung (indirect impact) dan induced impact dari pengeluaran wisatawan.

Kelompok terakhir adalah masyarakat lokal. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut. Sejumlah data tersebut memberikan informasi mengenai manfaat dan biaya yang dirasakan masyarakat lokal dari kegiatan wisata. Dampak ekonomi pariwisata secara umum mengukur tingkat pengeluaran wisatawan pada unit usaha yang menyediakan produk dan jasa terkait kegiatan wisata. Estimasi jumlah kunjungan wisatawan akan pula mengestimasi jumlah pengeluaran yang akan dilakukan oleh wisatawan. Aliran uang yang terjadi dapat diestimasi dengan menggunakan nilai pengganda (multiplier).

Dampak langsung dari adanya kegiatan wisata adalah dampak dan manfaat yang diperoleh dari setiap pengeluaran wisatawan. Manfaat langsung dapat diakibatkan dari pengeluaran wisatawan yang langsung, seperti pengeluaran untuk restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya. Unit usaha yang menerima manfaat langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain dan hal ini akan menimbulkan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Apabila sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak induced.

Penghitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Excell 2007.

Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan setelah kegiatan wisata bahari digunakan analisis sebagai berikut :

1. Analisis Karakteristik Masyarakat

(41)

kegiatan wisata, dilakukan analisis secara deskriptif. 2. Aspek Ekonomi

Aspek untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kondisi ekonomi antara rumah tangga yang terlibat dan tidak terlibat dalam kegiatan wisata, dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dua sampel yang independen. Prinsip dari uji ini adalah menentukan nilai uji statistik (nilai t0) (Hasan 2004) menggunakan parameter pendapatan antara masyarakat terlibat dan tidak terlibat kemudian dianalisa menggunakan SPSS 16.

Nilai hitung yang diperolah dari student tersebut dibandingkan dengan t-tabel pada selang kepercayaan 95% dan 99% dengan kaidah keputusan :

1. Hipotesis 0 dierima, apabila –t-hitung<t-tabel<t-hitung, maka tidak terjadi perbedaan secara nyata kondisi ekonomi antara rumah tangga terlibat dan tidak pada kondisi sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata dengan selang kepercayaan 95% sehingga H1 ditolak.

(42)

BAB IV

KONDISI UMUM KAWASAN

4.1 Sejarah Kawasan

Kawasan Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 (seratus tujuh ribu empat ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai batas-batas sebagaimana batas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu, yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa;

b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa;

c. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kotamadya Jakarta Utara, wilayah Provinsi Banten, dan wilayah Provinsi Jawa Barat;

d. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Provinsi Lampung dan Laut Jawa Berdasarkan UU No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dan PP No. 55 tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kepulauan Seribu yang semula merupakan Kecamatan Kepulauan Seribu sebagai bagian dari Kotamadya Jakarta Utara, ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yang terdiri dari dua kecamatan dan enam kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, terdiri dari tiga kelurahan dengan 79

pulau yaitu Kelurahan P. Kelapa (36 pulau), Kelurahan P. Harapan (30 pulau) dan Kelurahan P. Panggang (13 pulau).

(43)

Dahulu Pulau Pramuka dikenal dengan sebutan Pulau Elang. Pulau ini mulai dihuni penduduk yang sebagian besar berasal dari Pulau Panggang pada tahun 1972, Pulau Panggang berjarak seperempat jam dengan speedboat dari Pulau Pramuka memiliki kepadatan penduduk yang dinilai sangat tinggi. Berikut adalah lokasi Pulau Pramuka yang menjadi pusat pemertintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.

Gambar 3 Pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.

Untuk itu, melalui SK. Gubernur DKI, dimulailah proses transmigrasi dari Pulau Panggang ke Pulau Pramuka. Adapun rincian pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah kelurahan pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara

(44)

4.2 Letak dan Luas

Taman Nasional Kepulauan Seribu terletak di perairan Teluk Jakarta yang secara administratif, kawasan ini berada di dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Profinsi DKI Jakarta. Luas Taman Nasional Kepulauan Seribu kurang lebih 108.000 ha, terletak dilepas pantai utara Jakarta dengan posisi memanjang dari utara ke selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong-gosong karang. Pulau-pulau dalam Taman Nasional Kepulauan Seribu terdiri dari 78 pulau dengan peruntukan sebagai pulau rekreasi, pemukiman, pemakaman dan zona inti Taman Nasional. Terdiri dari luas daratan pulau 576.910 ha, rataan pasir dan karang 4.350.379 ha, karang dalam 98.176 ha dan luas perairan laut 102.463,535 ha dengan letak geografis antara 5◦24′ - 5◦45′ LS dan 106◦25′ - 106◦40′ BT.

4.3 Topografi

Keadaaan topografi pulau-pulau di Kepulauan Seribu merupakan daratan rendah pantai, topografi datar hingga landai (0–5 %) dengan ketinggian sekitar 0– 2 mdpl. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1–1,5 meter.

4.4 Geologi dan Tanah

Umumnya keadaan geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karang/pasir dan sedimen yang berasal dari P. Jawa dan Laut Jawa, berupa susunan bebatuan malihan atau metamorfosa dan batuan beku, di atas batuan dasar diendapkan sedimen epiklastik, menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu Kepulauan Seribu. Sebagian besar terumbu karang yang ada masih mengalami pertumbuhan.

4.5 Iklim

(45)

barat bervariasi antara 7-20 knot per jam, yang umumnya bertiup dari barat daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot per jam biasanya terjadi antara bulan Desember-Februari.

Pada musim Timur kecepatan angin berkisar antara 7-15 knot per jam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember-April dengan hujan antara 10-20 hari/bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan total curah hujan tahunan sekitar 1700 mm.

4.6 Flora dan Fauna

Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki potensi flora dan fauna yang beragam. Kawasan ini terdapat ekosistem mangrove yang keberadaanya tidak dominan dengan luasan yang relatif kecil, hanya beberapa pulau yang saja yang diketahui terdapat vegetasi mangrove seperti Pulau Penjaliran Barat, Pulau Penjaliran Timur dan Pulau Puteri Barat. Selain itu di Pulau Peteloran terdapat pelestarian penyu sisik dan di Pulau Kotok besar terdapat penagkaran elang bondol.

Padang lamun (seagrass bed) dapat ditemukan di sebagian besar perairan pulau dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu seperti Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Secara ekologis ekosistem lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan habitat, tempat mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, teripang, cumi-cumi serta biota laut lainnya.

4.7Aksesibilitas

Dari Muara Angke setiap hari ada kapal kayu/ojeg yang melayani pengunjung untuk ke Kepulauan Seribu, dengan waktu tempuh ±2,5 jam. Atau dari Marina Ancol dengan menggunakan speedboat lama perjalanan ±1 jam.

4.8Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

(46)

etnis-etnis tersebut. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu umumnya sebagai nelayan (70,99%) perikanan tangkap atau budidaya sebagai petani rumput laut musiman sedangkan sisanya bekerja di sektor jasa perdagangan dan sektor lainnya.

Jumlah penduduk yang bermukim di pulau-pulau pemukiman dalam kawasan TNKpS (di Kecamatan Pulau Seribu Utara) sebanyak 11.052 jiwa yang tersebar di lima buah pulau, yaitu Pulau Pramuka, P. Panggang, P. Kelapa, P. Harapan dan P. Kelapa Dua. Pulau Pramuka memiliki jumlah penduduk sebesar 1.639 jiwa.

Tabel 5 Jumlah penduduk, luas serta kepala keluarga menurut jenis kelamin tahun 2010

No. Nama Pulau Luas Penduduk Jumlah KK Jumlah

Lk Pr Lk Pr

1. Pulau Pramuka 16 Ha 855 834 1.689 390 45 435 Sumber : Kelurahan Pulau Panggang 2010

Laju pertumbuhan penduduk di Pulau Pramuka sebesar 3,5% dengan kepadatan 350 jiwa per ha.Tingginya angka pertumbuhan penduduk ini umumnya tidak dibarengi dengan animo untuk bermigrasi keluar pulaunya (Laporan RKL TN Kepulauan Seribu 1999), sehingga pemukiman penduduk hanya terkonsentrasi pada pulau pemukiman yang telah ada.

Beberapa pulau mempunyai tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta, seperti Pulau Panggang 35.278 jiwa/km2, Pulau Kelapa 34.156 jiwa/km2, dan Pulau Harapan 10.000 jiwa/km2 yang secara geografis berada dalam kawasan taman nasional. Berikut merupakan tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu.

Tebel 6 Tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu.

No. Jenjang Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

(47)

Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di kabupaten ini 39,21% tidak tamat SD, 43,01% tamat SD, 9,59% tamat SLTP, 7,19% tamat SLTA, 1,17% tamat Akademi/Diploma, dan 0,51% tamat sarjana. Porsi terbesar masyarakat kabupaten ini, yaitu 82,22% berpendidikan SD dan tidak tamat SD.

Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 %) berada dalam zona pemukiman kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Berikut merupakan mata pencaharian masyarakat Kepulauan Seribu (Tabel 7).

Tabel 7 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

No Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Jumlah

1. Sumber : Kelurahan Pulau Panggang 2010

Mata pencaharian masyarkat Kepulauan Seribu sebagian besar adalah berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1.567, lebih banyak dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Selain nelayan, terdapat mata pencaharian lain seperti PNS, TNI, POLRI, pensiunan/veteran, pedagang, jasa/pertukangan, karyawan swasta dan lain-lain.

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Pengunjung

Wisatawan yang datang ke Pulau Pramuka berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sekitar 45% persen dari pengunjung berasal dari Jakarta. Tujuan utama wisatawan adalah menyelam, snorkeling dan menikmati suasana panorama laut. Pengunjung datang bersama rombongan yang umumnya pasangan muda-mudi dan keluarga 5-10 orang.

Wisatawan menggunakan transportasi pribadi mobil dan motor yang diparkirkan di Muara Angke serta melanjutkan perjalanan dengan kapal motor berkapasitas penumpang 150 orang. Waktu perjalanan di laut dari Muara Angke menuju Pulau Pramuka membutuhkan waktu ± 2,5 jam perjalanan dan wisatawan berada di lokasi selama 24 jam. Wisatawan berangkat pada waktu pagi hari sekitar pukul 07.00 dan pulang keesokan harinya pada jam yang sama.

Wisatawan Pulau Pramuka didominasi oleh pria dan karyawan swasta. Berdasarkan pendidikan terakhir dan pendapatan, wisatawan di P. Pramuka umumnya memiliki pendidikan yang tinggi. Pengunjung di P. Pramuka berpendidikan Sarjana sebesar 60% serta memiliki pendapatan antara Rp.1.500.000 – Rp.2.500.000 per bulan sebesar 45%. Wisatawan di P. Pramuka menghabiskan biaya Rp.553.333 – Rp.761.666 dalam setiap kunjungan sebesar 60%. Wisatawan yang berkunjung ke P. Pramuka menginap dan melakukan pengeluaran dalam penyewaan penginapan (homestay), alat (diving dan

snorkeling), pembelian souvenir, jasa transportasi laut serta konsumsi makanan dan minuman.

(49)

0 10,000 20,000 30,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah w

isataw

an

Tahun

Wisata bahari yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka menawarkan produk dan jasa. Produk wisata yang ditawarkan terdiri dari semua kebutuhan yang dapat digunakan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan wisata. Jasa yang ditawarkan merupakan fasilitas yang diberikan oleh pengelola wisata atau masyarakat terhadap wisatawan ketika mereka memanfaatkan setiap fasilitas tersebut. Produk dan jasa wisata tidak lepas dari unsur atraksi, aksesibilitas dan amenitas (Damanik & Weber 2006). Perkembangan dari kegiatan wisata tentunya akan menimbulkan efek terhadap jumlah wisatawan. Berikut merupakan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Pramuka.

Gambar 4 Grafik jumlah kunjungan ke Pulau Pramuka.

Sumber : Sudin Pariwisata & Kebudayaan kab.Adm Kep Seribu dan Kelurahan Pulau Panggang

Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke ke Pulau Pramuka dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa jumlah wisatawan tahun 2007 sampai 2010, jumlah wisatawan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan mencapai 7.543, tahun 2008 sebesar 14.000, tahun 2009 22.689 dan pada tahun 2010 jumlah kunjungan sebesar 25.654. Peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi akibat pengembangan wista bahari di Pulau Pramuka dilakukan secara inovatif dan dikelola secara lebih efektif sejak tahun 2003.

Menurut Yoeti 1997, potensi wisata secara umum dibagi menjadi dua yakni, site attraction adalah suatu tempat yang dijadikan obyek wisata seperti tempat-tempat tertentu yang menarik dan keadaan alam serta event attraction

(50)

45.5%

23.2% 6.1%

4.0%

21.2%

Persentase Daerah Asal Wisatawan

Jakarta Bogor Bandung Solo lain-lain 8%

49% 31%

12%Persentase Umur Wisatawan

< 15 15-24 25-50 50 5.1.1 Tingkat Umur Wisatawan

Umur berkaitan dengan kemampuan fisik wisatawan untuk melakukan kunjungan. Umur juga menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatannya yang akan digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Di bawah ini merupakan diagram persentase umur wisatawan.

Gambar 5 Diagram persentase tingkat umur wisatawan.

Pada diagram diatas terlihat bahwa wisatawan berasal dari kelompok umur kurang dari 15 tahun sebesar 8%, umur 15-24 tahun 49%, umur 25-50 tahun 31% dan umur diatas 50 tahun 12%.

5.1.2 Asal Daerah Wisatawan

Pembagian kelompok wisatawan berdasarkan daerah asal dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Solo, dan lain-lain. Dibawah ini merupakan gambar yang menjelaskan daerah asal wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 2 Lokasi penelitian di Pulau Pramuka.
Tabel 4  Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Gambar 4 Grafik jumlah kunjungan ke Pulau Pramuka.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memberi gambaran karakteristik dan persepsi masyarakat sekitar kawasan wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata, mengestimasi perubahan pendapatan

Strategi kedua, Mengambil peluang dari pemerintah dan prakiraan dampak positif untuk meningkatkan ekowisata bahari Pulau Pramuka dengan memanfaatkan potensi alam,

Keberadaan kampoeng wisata tabek indah dirasakan telah mampu menekan angka pengangguran khususnya bagi masyarakat sekitar melalui tersedianya lapangan pekerjaan yang

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian dengan judul

Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar kawasan wisata, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat serta

Penyu jenis ini merupakan salah satu penyu yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS), Pulau Seribu, Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (i) Mengidentifikasi potensi wisata di Pulau Harapan TNKpS, (ii) Mengidentifikasi kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata

2011.. Pemanfaatan Perikanan Tangkap Untuk Pengembangan Wisata Bahari di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. Pulau Pramuka