• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

DESI HANDAYANI HARAHAP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Desi Handayani Harahap

(4)
(5)

ABSTRAK

DESI HANDAYANI HARAHAP. Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Pengembangan pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu menjadi pemicu banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat dari adanya kegiatan wisata. Masyarakat adalah salah satu obyek dari dampak yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Pengembangan wisata yang dilakukan di kawasan Perkampungan Budaya betawi dapat menjadi salah satu pembangunan pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan baik dampak positif maupun dampak negatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata, mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata, menganalisis dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata, mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata, dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP. Untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif, perubahan pendapatan, Contingent Valuation Method (CVM), dan model regresi linier berganda dengan alat pengolah data SPSS 16 for Windows dan Microsoft Excel 2010.

Hasil menunjukkan bahwa estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan rata-rata masyarakat adalah Rp 224.097,87 per bulan. Peningkatan pendapatan berdasarkan present value sebesar Rp -220.773,28 per bulan. Peningkatan pendapatan rata-rata terbesar dirasakan oleh kelompok pekerjaan petugas parkir dengan peningkatan pendapatan Rp 503.750,00. Berdasarkan present value peningkatan pendapatan rata-rata petugas parkir menjadi Rp 162.277,73. Penilaian dampak sosial terlihat dari adanya pergeseran profesi pekerjaan dan terserapnya tenaga kerja akibat adanya pengembangan wisata. Pengembangan wisata ini juga merubah sikap dan perilaku masyarakat yang juga merugikan kawasan seperti adanya perambahan kawasan dan pembangunan bangunan yang dilakukan secara illegal. Dampak lingkungan adanya pengembangan wisata yaitu terjadi pencemaran akibat sampah dari kegiatan wisata, serta perubahan tata guna lahan yang menyebabkan kawasan konservasi terganggu sehingga terjadi banjir dan longsor. Nilai rata-rata WTP responden terhadap program pelestarian lingkungan obyek wisata adalah sebesar Rp 4.175,44 per bulan per rumahtangga. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama tinggal di lokasi wisata, dan variabel dummy pengetahuan responden terhadap fungsi dan kerusakan Setu Babakan.

(6)

ABSTRACT

DESI HANDAYANI HARAHAP. Analysis of Perkampungan Budaya Betawi Tourism Development Effects to Native People. Supervised by AHYAR ISMAIL.

Tourism development which show improvement from time by time, causes many effect which are caused by tourism activity. Native settlement people is one of object from effect caused by tourism activity. Tourism development which is done in Perkampungan Budaya Betawi area could gives some effect to native people, both positive or negative effect.

The objective of this study are to identify native settlement people social-economic characteristic and perception to tourism object environment quality, estimate income and public income change caused by tourism development, analyze tourism development social and environment effect, estimate native’s WTP value to tourism object conservation, and analyze factor affecting WTP value. To answer this study’s objective, descriptive analysis, income changes, Contingent Valuation Method (CVM), and multi linear regression model method are used with SPSS 16 for windows, and Microsoft Excel 2010 as data analyzer software.

Results show that public’s income and average income change estimation is about Rp 224.097,87/month. Income raises based by present value is Rp -220.773,28/month. Largest average income raises is recieved by parking attendant group with Rp 503.750,00 income raises. Based by present value, average income raises parking attendant is Rp 162.277,73. Social effect evaluation appear from employees profession switches and working manpower caused by tourism development. The tourism development also changes people’s attitude and behaviour which are damaging the settlement such as exceeding settlement area and illegal building construction. Environment effect from tourism development is, litter contamination from tourism activity, and land function changes which causes disaster to conservation area such as flood and avalanche. Respondent’s average WTP values to tourism object environment conservation program is Rp 4.175,44/month for each household. Factors affect significantly to respondent’s WTP value are education degree, income rate, number of family member, years of living, and dummy variant respondent knowledge to Setu Babakan benefit and cost.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

DESI HANDAYANI HARAHAP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah pariwisata, dengan judul Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Skripsi ini mengkaji dampak sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat akibat adanya pengembangan wisata. Penelitian ini memberi gambaran karakteristik dan persepsi masyarakat sekitar kawasan wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata, mengestimasi perubahan pendapatan masyarakat, menganalisis dampak sosial dan lingkungan akibat adanya pengembangan wisata, mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : Ayah (Turman Harahap), Almh.Ibu (Rosnauli Lubis), Kakak (Elva, Sri Genotiva), Abang (Fandi, Rahmat, Anwar, Akhir), dan Adik (Fadillah) atas segala motivasi, perhatian, serta limpahan doa yang tak pernah putus; Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi ilmu dan arahan serta Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP dan Ibu Hastuti, Sp, MP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan; Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang akademik; Bapak Indra selaku ketua pengelola Perkampungan Budaya Betawi, para responden RW 06 RW 07 RW 08 RW 09, dan Kantor Kelurahan Srengseng Sawah yang telah membantu selama pengumpulan data; Nabila atas segala bentuk bantuan, doa, dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; para sahabat (Dessy, Deiby, Tudrika, Rahayu), teman-teman IMATAPSEL 47, keluarga besar Asrama Putri Darmaga IPB dan semua teman-teman ESL 47 atas kebersamaan, bantuan, motivasi, saran dan kritik, selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang.

Bogor, Maret 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pariwisata ... 9

2.2 Obyek Wisata ... 9

2.3 Wisatawan ... 11

2.4 Wisata yang Berkelanjutan ... 12

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata ... 14

2.6 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan ... 9

2.7 Penilaian Ekonomi ... 11

2.8 Metode Regresi Linier Berganda... 12

2.9 Penelitian Terdahulu ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1 Kerangka Teoritis ... 23

3.1.1Kawasan Lindung ... 23

3.1.2Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi ... 24

3.1.3 Peran serta Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata ... 24

3.1.4 Contingent Valuation Method (CVM) ... 25

3.1.4.1 Konsep CVM ... 25

3.1.4.2 Tahapan CVM ... 25

3.1.5 Regresi Linier Berganda ... 25

3.2 Kerangka Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

(14)

4.3 Metode Pengambilan Sample ... 33

4.4 Metode Analisis Data ... 34

4.4.1 Identifikasi Karakteristik dan Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi ... 35

4.4.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata ... 35

4.4.3 Menganalis Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Perkampungan Budaya Betawi ... 37

4.4.4 Estimasi Nilai WTP Masyarakat dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Perkampungan Budaya Betawi ... 37

4.4.5 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Perkampungan Budaya Betawi ... 39

4.4.6 Pengujian Parameter Regresi ... 41

V. GAMBARAN UMUM ... 44

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ... 44

5.2 Sejarah Status Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ... 45

5.3 Pengelolaan Wisata ... 47

6.2 Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Lingkungan ... 57

6.2.1 Kondisi Lingkungan ... 57

6.2.2 Kebersihan Lingkungan ... 58

6.2.3 Pencemaran Air Setu Babakan ... 59

6.3 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata ... 59

6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ... 64

6.4.1 Dampak Sosial ... 64

6.4.2 Dampak Lingkungan ... 68

6.5 Estimasi Nilai WTP Masyarakat terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Perkampungan Budaya Betawi ... 70

(15)

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 79

7.1 Simpulan ... 79

7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 85

(16)

DAFTAR TABEL

1. Data kunjungan wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi (PBB)

tahun 2008-2013 ... 3

2. Matriks metode analisis data ... 34

3. Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 52

4. Data karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ... 53

5. Data karakteristik responden berdasarkan usia ... 53

6. Data karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan formal ... 54

7. Data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 55

8. Data karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ... 55

9. Data karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di lokasi wisata ... 56

10.Data karakteristik responden berdasarkan pengetahuan tentang fungsi dan kerusakan Setu Babakan ... 57

11.Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kondisi lingkungan ... 58

12.Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kebersihan lingkungan ... 58

13.Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap pencemaran air Setu Babakan ... 59

14.Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat tanpa dan adanya kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi 2014 ... 60

15.Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi terhadap pendapatan total 2014... 62

16.Data pertumbuhan penduduk Kelurahan Srengseng Sawah tahun 2009-2013 ... 64

17.Penyerapan tenaga kerja kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi tahun 2014 ... 66

18.Distribusi kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian alam Setu Babakan ... 71

19.Distribusi WTP responden terhadap upaya pelestarian alam Setu Babakan ... 73

(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Klasifikasi valuasi non-market ... 17

2. Metode penilaian untuk kualitas lingkungan ... 25

3. Kerangka pemikiran operasional ... 32

4. Kurva WTP responden ... 73

5. Scatterplot model regresi berganda ... 76

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data responden masyarakat Kelurahan Srengseng Sawah 2014... 86

2. Hasil model regresi linier berganda ... 89

3. Uji heterokedastisitas ... 90

4. Uji normalitas ... 91

5. Kuesioner penelitian terhadap masyarakat sekitar ... 92

(18)
(19)

89

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan industri, semakin banyak orang yang membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya dengan melakukan aktivitas wisata. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor diantaranya adalah sektor pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan bagi pemerintah guna meningkatkan kondisi perekonomian negara. Peranan utama sektor pariwisata dalam hal perekonomian Indonesia adalah fungsinya sebagai devisa negara, dengan demikian pengembangan sektor wisata merupakan salah satu upaya dalam pembangunan nasional.

Pengembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya akan dapat membantu pelestarian dan pengembangan budaya setempat. Selain itu, pengembangan dan peningkatan pariwisata budaya dapat membuka apresiasi wisatawan terhadap seni budaya bangsa, khususnya kesenian dalam arti luas. Bagi para seniman, peningkatan pariwisata itu akan meningkatkan karya serta kreatifitas mereka (Tashadi 1993).

(20)

Prayogi (2011) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata disuatu daerah tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat maupun daerah tersebut. Disadari ataupun tidak pengembangan pariwisata di suatu daerah juga akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat, budaya maupun alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan secara hati-hati dari berbagai pihak sehingga pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dapat menjamin pengembangan pembangunan wisata yang berkelanjutan.

Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata. Salah satu provinsi yang berpotensi adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. DKI Jakarta memiliki potensi wisata berupa adat istiadat, dan budaya serta keramahtamahan yang memiliki nilai tersendiri untuk dikembangkan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2013), jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2013 mencapai 2.293.000 orang. Meningkat sekitar 7,8 persen dari jumlah wisman yang berkunjung ke Jakarta pada tahun 2012 yang mencapai 2.125.513 orang. Peningkatan itu, salah satunya diakibatkan cukup banyaknya festival yang digelar di Kota Jakarta, sehingga menjadi daya tarik bagi para wisman untuk berkunjung ke ibukota negara Indonesia. Selain itu, banyaknya festival yang digelar Dinas Pariwisata dan Budaya, tidak hanya meningkatkan jumlah wisman ke Jakarta, tetapi juga meningkatkan jumlah wisatawan nusantara atau domestik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2013), kunjungan wisatawan nusantara ke Jakarta pada tahun 2013 tercatat sebanyak 31.646.700 orang.

Peningkatan pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke DKI Jakarta tidak terlepas dari dukungan potensi pariwisata yang tersebar di DKI Jakarta. Kawasan wisata yang berpotensi meningkatkan pariwisata DKI Jakarta salah satunya adalah Perkampungan Budaya Betawi (PBB). PBB merupakan kawasan wisata yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kondisi alam yang nyaman dan tenang dengan pemandangan Setu Babakan menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat.

(21)

3 Jakarta. Secara fungsional Setu Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air Sungai Ciliwung. Fungsi Setu Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Keputusan ini secara otomatis menyertakan Setu Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Setu Babakan, pengunjung objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya Betawi seperti acara kesenian berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada panggung terbuka di sekitar Setu Babakan setiap Hari Minggu. Pada acara ini biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari. Perpaduan antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang ke Setu Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak tahun 2008 sampai tahun 2013, jumlah pengunjung objek wisata Perkampungan Budaya Betawi pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi (PBB)

Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2013)

(22)

berjalan kaki. Pembangunan yang dilakukan dari akhir tahun 2010 sampai sekarang diantaranya adalah pembangunan pulau buatan, penginapan, rumah adat, dan taman yang ditanami tanaman-tanaman khas Betawi.

Pembangunan dan pengembangan wisata yang dilakukan pengelola tersebut mempengaruhi masyarakat yang berada di sekitar kawasan terutama penduduk asli kawasan. Tingkat kunjungan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun merupakan kondisi yang baik bagi kegiatan wisata di PBB sehingga wisata ini perlu dikembangkan. Namun di sisi lain, pengembangan wisata yang dilakukan di kawasan wisata PBB dapat menjadi salah satu pembangunan pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Penelitian tentang dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak lingkungan dari pengembangan wisata serta analisis kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan wisata dalam upaya pelestarian lingkungan kawasan wisata PBB penting dilakukan untuk memberi pertimbangan bagi stakeholder dalam alternatif kebijakan pengembangan wisata Perkampungan Budaya Betawi.

1.2 Perumusan Masalah

(23)

5 Perkampungan Budaya Betawi, sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah No.3 tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Sebelum kawasan ini berubah fungsi menjadi lahan konservasi budaya Betawi, kehidupan masyarakat di kawasan ini sebagian adalah bertani dan pengangguran. Seiring dengan perkembangan wisata dan perubahan alih fungsi lahan milik masyarakat seperti sawah dan kebun menjadi areal objek wisata, kehidupan masyarakat di sekitar kawasan ini mengalami pergeseran baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pergeseran dari aspek ekonomi terlihat dari kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat seperti mendirikan usaha-usaha yang menunjang wisata maupun menjadi pekerja wisata yang dianggap lebih menjanjikan dari segi pendapatan. Sementara dari aspek sosial dan lingkungan terlihat dari perubahan pola kehidupan masyarakat seperti sikap dan perilaku masyarakat yang timbul akibat adanya kegiatan wisata. Selain itu, pengembangan wisata di kawasan Perkampungan Budaya Betawi menyebabkan perubahan secara fisik kawasan baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Perubahan fisik tersebut dapat dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan dan terjadinya perubahan tata guna lahan yang menyebabkan kawasan lindung terganggu.

Pengembangan wisata ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, standar hidup serta merangsang penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang lebih besar. Usaha warung merupakan salah satu contoh kegiatan ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan ini.

Munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan ekosistem, masalah sosial dan lingkungan. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bijaksana akan menimbulkan bencana dan pencemaran yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat maupun pengelola di kawasan tersebut.

(24)

mengelola lingkungan Setu Babakan dengan baik diperlukan sumberdaya manusia serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata perlu diketahui sehingga pengelolaan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi tetap mempertahankan fungsi ekologi dari Setu Babakan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan dari dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan wisata di kawasan wisata PBB terhadap masyarakat sekitar sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi?

2. Bagaimana pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata Perkampungan Budaya Betawi?

3. Bagaimana dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Perkampungan Budaya Betawi?

4. Berapa nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi?

5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pengembangan wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan terhadap masyarakat sekitar kawasan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

(25)

7 3. Menganalisis dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di

Perkampungan Budaya Betawi.

4. Mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2. Bagi pihak institusi pendidikan bermanfaat sebagai bahan referensi untuk

kajian penelitian yang berhubungan dengan dampak pengembangan wisata dan besarnya nilai WTP masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

3. Bagi pihak terkait seperti Badan Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, pengusaha pariwisata, serta masyarakat setempat berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi, yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi obyek wisata dan terlibat dalam kegitan wisata.

(26)

terhadap masyarakat sekitar kawasan, serta analisis kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan wisata dalam upaya pelestarian lingkungan kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Estimasi perubahan pendapatan pada masyarakat dianalisis hanya dengan melihat perubahan pendapatan yang diperoleh masyarakat tanpa dan dari adanya obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi yang dikembangkan dan dibangun mulai tahun 2010-2014. Hal tersebut ditunjukkan pada tahun tersebut mulai dibangun sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Perubahan pendapatan ini diasumsikan sebagai dampak pengembangan wisata yang dirasakan masyarakat dari aspek ekonomi. Analisis dampak sosial berdasarkan perubahan yang dirasakan masyarakat, yaitu perubahan pola kehidupan seperti sikap dan perilaku masyarakat. Perubahan sikap atas orientasi ekonomi menyebabkan munculnya penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan. Analisis dampak lingkungan hanya dilihat dari perubahan secara fisik kawasan baik di dalam kawasan wisata maupun lingkungan sekitar. Dampak sosial dan lingkungan dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang dirasakan dari segi sosial dan lingkungan jauh sebelum pembangunan kawasan wisata dilakukan di tahun 2010.

(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam Warpani (2007), pariwisata adalah sektor jasa yang mendapat perhatian penting, karena dari pariwisata diharapkan dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dan merata, khususnya perekonomian masyarakat lokal. Pariwisata adalah berbagai bentuk kegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

Undang-undang No. 10 tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan menyatakan, pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata tidak hanya memberi pengalaman berwisata, tetapi sekaligus mengantar wisatawan pada nilai-nilai untuk menjaga kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (KAN 2013).

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Luas lingkup pariwisata meliputi (Sedarmayanti 2005):

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah, seperti: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan lain-lain.

(28)

2.2 Obyek Wisata

Menurut Undang-undang No.9 tahun 1990 pasal 1 tentang pariwisata, obyek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai sumber daya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata.

Menurut Adisasmita (2010), pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam, misalnya pariwisata pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan, pariwisata sosial dan pariwisata alternatif.

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Pariwisata pantai adalah kegiatan parwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olah raga air lain, termasuk sarana dan prasarana akomosadi, makan dan minum.

2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)

Pariwisata etnik adalah perjalanan untuk mengamatai perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik (exotic).

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Pariwisata budaya adalah perjalanan untuk meresapi (dan terkadang untuk ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Alam (Ecotourism)

Pariwisata alam adalah perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli (belum tercemar), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada (pernah ada) di tempat tersebut.

5. Pariwisata Agro (Agro Tourism)

(29)

11 kelestariannya. Wistawan ikut tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut mersakan kehidupan dan kegiatannya.

6. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)

Pariwisata perkotaan adalah bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

7. Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk pariwisata ini sengaja diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk pariwisata yang umumnya berskala besar. Dalam pariwisata alternatif ini keuntungan ekonomi diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung diarasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata.

8. Pariwisata Religi

Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan religi atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki kelebihan. Kelebihan itu misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya.

2.3 Wisatawan

(30)

World Tourism Organization (WTO), menyatakan wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam.

Menurut Undang-undang RI No.10 tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan, wisatawan merupakan orang yang melakukan wisata. Setiap wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan agama, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, serta perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi.

2.4 Wisata yang Berkelanjutan

Hall (2000) menyatakan bahwa wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah salah satu kegiatan wisata yang mengusahakan agar kegiatannya itu seminimal mungkin tidak memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dan budaya lokal. Selain itu, dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar dan juga dapat menjaga kelestarian ekosistem. Wisatawan juga dituntut untuk bisa menjaga lingkungan dan kebudayaan lokal. Wisata yang berkelanjutan juga mengarah kepada periode jangka panjang bagi aktivitas manusia. Sementara itu, perkembangan infrastruktur pada industri wisata juga belum bisa dikembangkan kedalam perencanaan jangka panjang. Rasa tanggung jawab dan bersikap adaptif adalah salah satu kunci yang dapat mengembangkan sektor wisata yang berkelanjutan.

Menurut Hall (2000), prinsip-prinsip wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah:

(31)

13 2. Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan interpretasi lingkungan dan kegiatan teknis di lapangan, serta mengenalkan kebudayaan lokal dan nilai-nilai tradisional.

3. Menyempurnakan dalam memulihkan kondisi lingkungan.

4. Mengadakan penelitian dalam kegiatan ekowisata agar dapat mengurangi dampak wisatawan yang ditimbulkan terhadap kelestarian lingkungan. 5. Memfasilitasi dalam kegiatan spritual dan penyembuhan emosional. 6. Memfasilitasi kegiatan rekreasi dan relaksasi.

7. Memberikan pengetahuan kepada wisatawan tentang kearifan lokal dan nilai-nilai lingkungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.

8. Kegiatan wisata diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan berhubungan dengan masyarakat lokal.

9. Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengelola warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan serta sumberdaya alam agar tetap terjaga.

Wisata berkelanjutan (sustainable tourism) meliputi segala segmen dalam industri pariwisata dengan adanya panduan dan kriteria dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Dalam hal ini adalah mengurai pemakaian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, meningkatkan peran serta wisatawan dalam menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan.

(32)

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata

Menurut Yoeti (2008) ada beberapa dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya pariwisata:

1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu pelayanan untuk menyediakan kebutuhan, keinginan, dan harapan wisatawan yang terdiri berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya.

2. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar.

3. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. 4. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto

(GDB).

5. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.

6. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila Neraca Pariwisata mengalami surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran Indonesia, dan sebaliknya.

Selain itu pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan dampak negatif antara lain:

1. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling, sehingga terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di sekitarnya.

2. Di pusat-pusat konsentrasi kegiatan pariwisata harga-harga bahan makanan menjadi mahal yang dapat meningkatkan inflasi tiap tahunnya. 3. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia

kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang.

4. Terjadi urbanisasi, pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar. 5. Ramainya lalu-lintas wisatawan, ternyata ditumpangi oleh penyelundupan

obat bius dan narkotika.

Sedarmayanti (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat sosial budaya dari adanya pengembangan pariwisata, yaitu:

(33)

15 2. Meningkatkan kecerdasan masyarakat.

3. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani. 4. Mengurangi konflik sosial.

2.6 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan

Pengembangan pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Akan tetapi pengembangan pariwisata juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan, terutama jika berhubungan dengan penurunan nilai kelestarian lingkungan. Berikut dipaparkan dampak negatif yang dihasilkan pariwisata terhadap lingkungan fisik alami (Hartanto 1996).

1. Flora dan fauna

a. Adanya gangguan terhadap perkembangbiakan spesies tertentu yang diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan para wisatawan.

b. Lenyapnya populasi spesies tertentu

c. Perusakan vegetasi yang disebabkan oleh pembangunan 2. Masyarakat setempat

Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima dampak dari kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya. Oleh karena itu aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan dan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan pariwiata.

3. Polusi

a. Timbulnya polusi air karena kegiatan-kegiatan para wisatawan. b. Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.

c. Polusi suara yang disebabkan oleh sesaknya kegiatan manusia dan kemacetan lalu lintas serta tidak terkontrolnya kehidupan malam. 4. Erosi

a. Timbulnya landslide yang diakibatkan oleh terkontrolnya daerah terbangun dan penggundulan hutan.

(34)

5. Sumberdaya alam

a. Surutnya sumberdaya air tanah dan penipisan tanah dikarenakan terlalu padatnya daerah terbangun dan rusaknya sumberdaya mata air. b. Bahaya kebakaran disebabkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung

jawab. 6. Dampak visual

a. Daerah terbangun yang tidak asri disebabkan oleh kurangnya perencanaan dan pengawasan.

b. Pemandangan kumuh yang disebabkan oleh sampah dan kurangnya kesadaran akan kebersihan.

Selain itu Yoeti (2008) juga menyebutkan beberapa dampak negatif yang dihasilkan pariwisata terhadap lingkungan, yaitu:

1. Pembuangan sampah sembarangan selain menyebabkan bau tidak sedap, juga membuat tanaman disekitarnya mati.

2. Pembuangan limbah hotel, restoran, dan rumah sakit yang merusak air sungai, danau atau laut.

3. Kerusakan terumbu karang sebagai akibat nelayan tidak lagi memiliki pantai untuk mencari ikan, karena pantai telah dikaveling untuk membangun hotel dan restoran. Akibatnya, para nelayan membom terumbu karang. Akibat kemudian yang lebih jauh: tidak ada lagi daya tarik pantai.

4. Perambahan hutan dimana-mana. Akibatnya, orangutan sukar hidup di habitatnya sendiri, burung cendrawasih menjadi langka, akhirnya daya tarik wisata alam menjadi sirna.

5. Perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali, merambah hutan bakau untuk dijadikan tambak udang.

(35)

17 2.7 Penilaian Ekonomi

Menurut Fauzi (2006), penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Travel Cost Method, Hedonic-Pricing, dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method. (Fauzi 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut:

Sumber: Fauzi (2006)

Gambar 1 Klasifikasi Valuasi Non-market

Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada

cara-Valuasi non-market

Tidak Langsung (Revealed WTP)

Langsung (Survei) (Expressed WTP)

Contingent Valuation, Random Utility Model, Contingent Choice Hedonic Price, Travel

(36)

cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin 1997). Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Hanley dan Spash 1993), yaitu:

1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.

2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan satu alat pembayaran yang disarankan kepada responden baik mereka setuju atau tidak setuju. Dengan menggunakan alat yang disarankan tersebut, respon dari responden diarahkan untuk menjawab apakah setuju/tidak dengan jawaban „ya / tidak”. Jawaban ya/tidak tersebut akan dianalisa dengan menggunakan teknik respon biner seperti penggunaan analisa regresi logit untuk menentukan WTP.

3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.

4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara.

2.8 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menduga hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel tak bebas (dependent variable), dimana dengan dugaan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. Komponen error (ɛ) yang tidak diamati

(37)

19 parameter yang menggambarkan karakteristik populasi yang akan diduga (Juanda 2009).

Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda. Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Menurut Algifari (2000) Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS) yang akan menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/ BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik, yaitu:

1) Nonmultikolinearitas, artinya antara variabel independen yang satu dengan independen yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna.

2) Homoskedastisitas, artinya varians semua variabel adalah konstan.

3) Nonautokorelasi, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu. Misalnya, nilai suatu variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai variabel lain pada masa yang akan datang. Menurut model klasik ini tidak mungkin terjadi.

4) Nilai rata-rata kesalahah (error) populasi pada model stokastiknya sama dengan nol.

5) Variabel independen adalah nonstokastik ( nilainya konstan pada setiap kali percobaan yang dilakukan secara berulang.

6) Distribusi kesalahan (error) adalah normal.

Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009) :

Y = β1 X1i+ β2 X2i+ β3 X3i+ ... + βk Xki+ εi...(1) Jika semua pengamatan X1i bernilai 1, maka model diatas menjadi:

Y = β1+ β2 X2i+ β3 X3i+ ... + βk Xki+ εi...(2) Keterangan :

Y = Peubah tak bebas

i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi) / n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk

(38)

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun penelitian mengenai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari pengembangan objek wisata masih sedikit dilakukan karena hasilnya akan berbeda untuk tempat dan waktu yang berbeda. Penelitian untuk mengukur nilai atau manfaat ekonomi barang dan jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai pasar sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Namun, penelitian untuk mengukur nilai atau manfaat ekonomi obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan preferensi masyarakat sekitar obyek wisata belum banyak dilakukan.

(39)

21 Sidarta (2002) melakukan penelitian dengan judul tesis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Pariwisata Sanur, Denpasar-Bali). Peneliti menyebutkan bahwa perkembangan pariwisata di kasawan pariwisata Sanur telah menyebabkan perubahan dalam hal aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Aspek sosial dan ekonomi meliputi perubahan pekerjaan dan pendapatan, pola pembagian kerja, serta kesempatan kerja dan berusaha. Aspek lingkungan yaitu perubahan tata guna lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) dampak terhadap sosial dan ekonomi yaitu, (a) perubahan pekerjaan dari jenis pekerjaan non pariwisata ke pekerjaan yang berhubungan dengan sektor pariwisata, (b) pola pembagian kerja dalam mencari nafkah, mengelola usaha, mengurus rumah tangga, dan keterlibatan dalam kegiatan adat, (c) kesempatan kerja dan berusaha, dimana kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah hotel-hotel, losmen/wisma, penginapan sederhana, dan yang lainnya. (2) Dampak terhadap penggunaan lahan yaitu berubahnya fungsi lahan dari persawahan, tegalan/huma, perkebunan dan pekarangan menjadi pemukiman, hotel, restoran/rumah, dan fasilitas wisata. Perubahan fungsi lahan ini mengakibatkan berubahnya fungsi ekologis kawasan dalam kurun waktu dasa warsa terakhir.

(40)
(41)

23

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada kawasan lindung, pengembangan pariwisata pada kawasan yang dilindungi, peran serta masyarakat terhadap pengembangan wisata, Contingent Valuation Method (CVM), dan regresi linier berganda.

3.1.1Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama yaitu melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan berkelanjutan (Adisasmita 2010). Dengan semakin terbatasnya ruang, maka untuk menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan dan terpeliharanya fungsi pelestarian lingkungan, maka upaya pengaturan dan perlindungan terhadap kawasan lindung perlu dituangkan dalam kebijakan pengembangan pola pemanfaatan ruangnya.

Mengacu kepada Kepres No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, maka kawasan lindung dikelompokkan dalam:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, terdiri atas: a. Hutan lindung

b. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung c. Kawasan resapan air

2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: a. Sempadan pantai

b. Sempadan sungai

c. Kawasan sekitar waduk dan situ d. Kawasan sekitar mata air e. Tanah timbul

3. Kawasan suaka alam, terdiri atas: a. Cagar alam

b. Suaka margasatwa

(42)

Penetapan sebuah kawasan yang dilindungi memiliki tujuan sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 pasal 3 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yakni untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Bagi pembangunan, pengelolaan kawasan lindung memberikan kontribusi sebagai dasar dan petunjuk cara pembangunan yang baik agar manfaat pembangunan dapat dirasakan secara terus-menerus (Soemarwoto 2001).

3.1.2Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi

Menurut Hammit et al. (1998), pariwisata kadang menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap keberadaan sumberdaya, keberlangsungan habitat flora dan fauna serta kadang dapat menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata alam dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah, tumbuhan, kehidupan liar dan sumber air di kawasan tersebut. Selain dampak terhadap lingkungan, pariwisata yang menghasilkan wisata massal dapat pula berdampak negatif terhadap sosial budaya (Yoeti 2008).

Selain itu, untuk mengurangi terjadinya dampak terhadap kawasan yang dilindungi tersebut, Dirjen Pariwisata dalam Yoeti (2000) telah menetapkan dasar-dasar pengembangan wisata alam, yang secara umum sebagai berikut: (1) bersifat ramah lingkungan, termasuk lingkungan sosial-budaya, (2) tetap terjaganya fungsi dan daya dukung lingkungan, (3) ada tindakan untuk mengantisipasi dampak, (4) merupakan tanggung jawab semua pihak terkait, (5) ada pendidikan dan pelatihan bagi pekerja kepariwisataan dan (6) adanya akses informasi ke masyarakat tentang konservasi alam.

3.1.3 Peran Serta Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata

(43)

25 kawasan harus dapat mengantisipasi pertambahan penduduk dan perubahan budaya, (4) pegawai penjaga kawasan harus diambil dari penduduk setempat.

Peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan rekreasi tercantum dalam UU No.10 tahun 2009 pasal 19 yang menyatakan bahwa untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, setiap orang berhak memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata, melakukan usaha pariwisata, menjadi pekerja/buruh pariwisata, dan berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.

3.1.4 Contingent Valuation Method (CVM)

3.1.4.1 Konsep Contingent Valuation Method (CVM)

Menurut Perce dan Moran (1994) dalam Sanim (2011), prosedur penilaian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendekatan langsung (direct method), dan pendekatan tidak langsung (indirect method). Pendekatan langsung merupakan suatu teknik untuk menentukan nilai preferensi suatu individu atau masyarakat secara langsung dengan cara survei atau eksperimen, misalnya dengan cara Continget Valuation Method (CVM) dan Contingent Ranking Method (CRM). Pendekatan tidak langsung merupakan teknik untuk menentukan nilai preferensi masyarakat dari fakta atau informasi yang didapat dari pengamatan di pasar.

Sumber: Tampapillai (1993) dalam Sanim (2011)

(44)

CVM merupakan metode teknik survey untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan (Yakin 1997). Tujuan dari CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness to Pay) dari masyarakat, serta mengetahui keinginan menerima (Willingness to Accept) kerusakan suatu lingkungan. Menurut Fauzi (2006), Willingness to Pay (WTP) adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui ukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya.

Menurut Kurniarto (2006), tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran barag publik yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari public goods benar-benar ada. Pasar hipotetis (kuesioner dan repsonden) sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotesis yang digunakan untuk pembayaran. Kuesioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu: 1) penulisan yang jelas tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian public goods, jenis kesanggupan, dan alat pembayaran; 2) pertanyaan tentang WTP yang diteliti; 3) pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Sebelum menyusun kuesioner terlebih dahulu dibuat skenario yang diperlukan dalam rangka membangun suatu pasar hipotetis public goods yang menjadi pengamatan.

3.1.4.2Tahapan Contingent Valuation Method (CVM)

Besarnya nilai WTP dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM memiliki lima tahapan (Hanley and Spash 1993), yaitu: 1. Membuat Pasar Hipotetik

(45)

27 dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.

2. Mendapatkan penawaran Besarnya Nilai WTP

Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu:

a. Metode tawar menawar (Bidding Game)

Suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden. b. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)

Suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khusunya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan pewawancara.

c. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)

Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar, dimana responden dapat memilih nilai maksimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar.

d. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)

Metode yang menggunakan satu alat pembayaran yang disarankan kepada responden baik mereka setuju atau tidak setuju. Respon dari responden di arahkan untuk menjawab apakah setuju/tidak dengan jawaban

“ya/tidak”.

3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-rata WTP

(46)

tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4. Memperkirakan Kurva WTP

Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP yang terdiri dari jumlah responden yang bersedia mereka bayarkan.

5. Evaluasi Penggunaan CVM

Evaluasi penggunaan CVM berfungsi untuk menilai sejauh mana CVM berhasil diterapkan. Penilaian dilakukan dengan melihat tingkat keandalan fungsi WTP dengan melihat R-squares dari model regresi linier berganda WTP responden.

3.1.5 Regresi Linier Berganda

Menurut Supranto (2008), Regresi linier Berganda adalah bentuk persamaan yang terdapat lebih dari dua variabel. Menurut Firdaus (2004), Ada beberapa cara dalam menuliskan persamaan regresi linier berganda, antara lain:

Populasi Yi = A + B1 X1i + B2 X2i + … + Bk Xki + єi …..(1) Yi = B1 + B2 X2i + B3 X3i + … + Bk Xki + єi …..(2)

Sampel Yi = a + b1 X1i + b2 X2i + … + bk Xki + ei …..(3) Yi = b1 + b2 X2i + b3 X3i + … + bk Xki + ei …..(4)

Persamaan (1) maupun persamaan (2) masing-masing terdiri dari satu variabel tak bebas (Y) dan (k-1) variabel bebas (X), yaitu X2, X3, …, Xk. Jadi jumlah total variabelnya adalah 1 + (k-1) = k variabel.

Regresi populasi dan sampel untuk model regresi dengan tiga variabel (berarti k = 3), satu variabel tak bebas Yi dan dua variabel bebas X2 dan X3 dapat ditulis sebagai berikut:

Populasi Yi = B1 + B2 X2i + B3 X3i + єi ….(6) Sampel Yi = b1 + b2 X2i + b3 X3i + ei ….(7) Ŷi = b1 + b2 X2i + b3 X3i , i = 1, 2, n ….(8) ei = Yi - Ŷi = pendugaan kesalahan pengganggu.

(47)

29 Secara lengkap asumsi-asumsi yang digunakan dalam model regresi berganda adalah:

1. E (єi) = 0 untuk setiap i.

2. Cov (єi, єj) = 0 i ≠ j. Asumsi ini dikenal sebagai asumsi tidak adanya korelasi

berurutan atau tidak ada autokorelasi.

3. Var (єi) = σ, untuk setiap i. Asumsi ini dikenal sebagai asumsi

homokedastisitas atau varians sama.

4. Cov (єi│ X2i) = Cov (єi│ X3i) = 0. Artinya, kesalahan pengganggu єi dan

variabel bebas X tidak berkorelasi.

5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linieritas yang pasti di antara variabel bebas.

Regresi merupakan persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole, 1982). Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut:

Y = b0+ Σ bi Xi + Ei

Keterangan:

Y = peubah tak bebas b0 = intersep

bi = parameter penduga Xi

Xi = peubah bebas yang menjelaskan peubah tak bebas Y Ei = pengaruh sisa (error term)

i = 1, 2, 3, …, n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi

3.2 Kerangka Operasional

(48)

debit air sungai Ciliwung. Fungsi Setu Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Keputusan ini secara otomatis menyertakan Setu Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi. Selain menjadi kawasan pelestarian budaya Betawi dan juga daerah resapan air, kawasan ini juga merupakan kawasan wisata yang saat ini diminati oleh berbagai wisatawan baik yang berasal dari daerah Jakarta maupun luar Jakarta.

Perkampungan Budaya Betawi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan kondisi masyarakat sekitar kawasan. Status Setu Babakan sebagai daerah resapan air bertambah menjadi objek wisata menimbulkan perubahan pola kehidupan masyarakat yang menuntut kebutuhan hidup yang semakin beragam.

Pemerintah, pengelola dan masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam pelestarian sumberdaya alam sebagai kawasan wisata. Hal ini mengacu pada Undang-Undang No.5 Tahun 1990 pasal 4, yaitu konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan wisata ini diperlukan kerjasama antara pemerintah maupun masyarakat.

(49)

31 Betawi dilihat dengan mengestimasi pendapatan masyarakat tanpa adanya kawasan dan dari adanya kawasan.

Dampak sosial dan lingkungan dianalisis secara deskriptif untuk menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata yang terjadi di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. Dampak sosial tersebut meliputi perubahan perilaku masyarakat yang juga menyebabkan pergeseran profesi sehingga menimbulkan penyerapan tenaga kerja. Dampak lingkungan dilihat dari perubahan secara fisik kawasan. Perubahan fisik tersebut dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan dan terjadinya perubahan tata guna lahan yang menyebabkan kawasan lindung terganggu.

Pengelolaan suatu kawasan wisata alam agar tetap terjaga kelestariannya memerlukan dana yang cukup besar, oleh karena itu kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata yang memanfaatkan barang dan jasa lingkungan perlu diketahui sehingga pengelolaan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi tetap mempertahankan fungsi ekologi dari Setu Babakan. Sejumlah dana yang dikenakan kepada masyarakat digunakan untuk menjaga keberadaan dan pelestarian alam Setu Babakan, dengan melakukan pemeliharaan kebersihan baik di daratan maupun di wilayah perairan Setu Babakan, serta menjaga vegetasi dan satwa yang berada di kawasan Setu Babakan agar tetap lestari.

(50)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional

= Objek Penelitian

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dan daerah resapan air Setu Babakan

Aktivitas wisata

Alternatif kebijakan pengembangan wisata Perkampungan Budaya Betawi

Analisis

(51)

33

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Perkampungan Budaya Betawi merupakan salah satu obyek wisata alam dan budaya yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan serta keberadaan Setu Babakan yang ada di kawasan sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui survei dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada masyarakat sekitar kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi dan terlibat dalam kegiatan wisata. Data sekunder diperoleh dari pihak-pihak instansi terkait objek penelitian seperti Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Kelurahan Srengseng Sawah, Internet, dan berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif.

4.3 Metode Pengambilan Sample

(52)

adalah sebanyak 65 orang. Penetapan jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sample secara statistik yaitu minimal 30 data/sample dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1982).

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks Metode Analisis Data

(53)

35 4.4.1 Identifikasi Karakteristik dan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi

Lingkungan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi

Identifikasi karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu (Hasan 2002). Metode deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi. Persepsi yang akan diidentifikasi terkait dengan kondisi sosial dan lingkungan kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. Hasil identifikasi ini dijelaskan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2010. Hasil analisis deskriptif akan menyajikan rangkuman statistik sederhana dalam bentuk tabulasi dan/atau grafik, berdasarkan kelompok-kelompok variabel terpilih.

4.4.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata

Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Perkampungan Budaya Betawi dianalisis dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok pekerjaan. Pendapatan rata-rata ini dihitung dengan mengurangi pendapatan masyarakat dari adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi dan pendapatan masyarakat tanpa adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi. Perhitungan akan menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana:

= Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi

(54)

= Pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi

Selain itu, dilakukan juga perhitungan kedalam present value. Perhitungan ini di asumsikan pada tahun pengembangan dan pembangunan kawasan yaitu 2010-2014 dimana di tahun tersebut dilakukan pengembangan wisata yaitu pembangunan pulau buatan, penginapan, rumah adat, dan taman yang ditanami tanaman-tanaman khas Betawi. Penelitian ini merupakan penelitian sosial sehingga dalam perhitungan present value menggunakan rata-rata suku bunga Bank Indonesia sebesar 6,34 % (Bank Indonesia 2014). Perhitungan present value ini menggunakan rumus compounding yaitu: FV = PV (1+z)^n, dimana z merupakan tingkat bunga (dalam desimal), dan n adalah banyaknya waktu (tahun).

Selanjutnya analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi pendapatan yang diperoleh dari usaha maupun sebagai pekerja di wisata Perkampungan Budaya Betawi. Hasil analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari adanya wisata merupakan pendapatan utama bagi masyarakat.

Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase tipologi usaha terhadap pendapatan total sesorang, yaitu:

1. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30 persen (<30%) disebut sebagai usaha sambilan.

2. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70 persen (30-70%) disebut sebagai cabang usaha.

3. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100 persen (70,01-100%) disebut sebagai usaha pokok.

Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya wisata Perkampungan Budaya Betawi dapat dihitung dengan rumus:

dimana:

Gambar

Gambar 2 Metode Penilaian untuk Kualitas Lingkungan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 2 Matriks Metode Analisis Data
Tabel 7 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

JL. RAYA SLAWI – JATIBARANG KM.. gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuhdan lain- lain tentang lingkungan alam hewan, tanaman, cuaca, tanah air, batu-batuan). Gumayun, 18

Susu fermentasi adalah salah satu produk susu yang dihasilkan dari.. susu penuh, sebagian atau full cream, susu yang dipekatkan atau

Sehubungan dengan latar belakang pendidikan yang dijalani Muhammad Abduh sebagaimana yang diuraikan di atas, nampaknya dia memiliki kemampuan intelektual yang tidak hanya

Berdasarkan waktu pengukuran, terdapat perbedaan frekuensi respirasi domba pada sore hari lebih dengan frekuensi respirasi domba pada pagi hari yang sejalan

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menulis Dialog Sederhana Dua atau Tiga Tokoh yang merupakan salah satu materi Bahasa Indonesia kelas

Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang

Sub Divisi Perencanaan &amp; Anggaran Divisi SDM Divisi Pemasaran Perbankan Sub Divisi Klaim Marine/Aviation Divisi Teknologi Informasi Sub Divisi Hubungan Kerja

dibungkus dalam kemasan yang mewah namun harganya cukup terjangkau, sehingga penulis ingin mengetahui bahwa apakah label halal, harga dan celebrity endorser juga menjadi