• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2) Tingkat Pendidikan Ibu

2. Tingkat Pendidikan Ibu Siswa Kelas IV di SDN Gugus IV Perampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017

3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Gugus IV Perampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017

7

F. Manfaat Penelitian

Informasi yang diperoleh dari kajian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis diantaranya :

1. Teoritis

a) Pengembangan Konsep Keilmuan

Artinya penelitian ini dapat menemukan konsep adanya hubungan yang signifikan atau tidak antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar.

b) Penerapan Metodologi

Artinya penelitian ini dapat mengarah pada pengembangan konsep analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. 2. Praktis

a) Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan pembanding bagi penelitian berikutnya.

b) Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa.

G. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel penelitian juga merupakan sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal terbukti kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu Variabel bebas (x) yaitu tingkat pendidikan ibu dan Variabel terikat (y) yaitu prestasi belajar siswa.

8 1. Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan Ibu yang peneliti teliti meliputi Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

2. Prestasi belajar adalah prestasi yang berhasil dicapai siswa kelas IV pada semester gasal tahun 2016 yang telah terkaper pada rapot siswa, data yang peneliti gunakan yaitu nilai rapot siswa pada mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS. Nilai tersebut akan diakumulasikan dan dicari rata-ratanya dari masing-masing rapot siswa kelas IV di SDN Gugus IV Perampuan Kecamatan Labuapi Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

Dari kedua variabel tersebut kemudian dicari ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan ketrampilan (Gagne, 1985 : 40). Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya (Winkel, 1996 : 162).

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdani, 2011 : 138-139).

10 Kemampuan berprestasi merupakan sesuatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik, karena kemampuan berprestasi itu dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain :

1. Penerimaan, dalam proses penerimaan ini bagaimana siswa-siswa itu bisa menerima atau menyerap materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Pengaktifan, dalam proses belajar mengajar biasanya kemampuan dari masing-masing siswa itu berbeda-beda, sehingga tidak semuanya siswa tersebut bisa aktif dalam proses belajar mengajar, dalam proses pengaktifan itu sudah bisa terlihat apakah siswa itu berprestasi atau tidak.

3. Pra pengolahan, disini sebelum guru itu memberikan materi, mereka sudah bisa memikirkan apakah materi tersebut bisa diterima atau diolah pemikiran peserta didik atau tidak.

4. Pengolahan, dalam proses ini sudah terlihat siswa itu bisa atau tidak dalam menerima atau mengolah materi-materi yang disampaikan, hal ini bisa dibuktikan dengan cara evaluasi yang akhirnya nanti akan terlihat pada prestasi peserta didik.

11 5. Penyimpulan, proses penyimpulan inilah kita bisa mengatakan

mana siswa yang berprestasi dan mana yang tidak berprestasi. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (Intern) dan faktor dari luar (ekstern) (Hamdani, 2011 : 139-144).

1. Faktor internal

Faktor intern adalah faktor yang yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut. :

a) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya intelengensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dan anak yang lainnya sehingga pada anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi daripada dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat diatas, jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat

12 penting bagi anak dalam usaha belajar. Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk merekasi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan hanya persoalan kualitas otak, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, maka semakin tinggi juga peluang untuk memperoleh prestasi yang tinggi.

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sagat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Uzer dan Lilis mengatakan bahwa faktor jasmaniah, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.

c) Sikap

Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.

13 Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. d) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang, dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar atau kegiatan. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolahnya, siswa diharapkan dapat mmengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunnyai minat yang tinggi terhadap

14 sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti yang berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Bakat memengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.

Kuatnya motivasi belajar turut memengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan

15 cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Dengan adanya dorongan dalam diri siswa, akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran untuk membangkitkan motivasi kepada mereka supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sisoal dan lingkungan nonsosial.

Lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar.

16 Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan Slameto, bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu penddikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerja sama yang perlu ditingkatkan, ketika orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar.

17 b) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

c) Lingkungan masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.

Dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal disuatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

18 Menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu (Hamdani, 2011 : 146) : a. Norma skala angka dari 0 – 10;

b. Norma skala angka dari 0 – 100.

Angka terendah menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0 – 10 adalah 5,5 sedangkan untuk skala 0 – 100 adalah 55 atau 60. Pada prinsipnya, jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot setiap bidang studi setelah mengalamai proses belajar mengajar.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang akan

19 dikembangkan (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 Ayat (8)). Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni disebutkan mengenai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pada pasal 14 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (Pasal 17 Ayat (1)). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Pasal 17 Ayat (2)).

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar (Pasal 18 Ayat (1)). Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan (Pasal 18 Ayat (2)). Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Pasal 18 Ayat (3)).

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesiallis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Pasal 19 Ayat (1)). Pendidikan tinggi

20 diselenggarakan dengan sistem terbuka (Pasal 19 Ayat (2)) (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003).

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik (Hasbullah, 1999 : 33):

1. Fungsi pendidikan keluarga :

a. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak. b. Menjamin kehidupan emosional anak.

c. Menanamkan dasar pendidikan moral. d. Memberikan dasar pendidikan sosial.

e. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. 2. Aspek keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak (Surya,

2007 : 6.10):

a. Jumlah anak dalam keluarga

Jumlah anak dalam keluarga ditemukan oleh para pakar punya pengaruh dalam perkembangan anak. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak berpengaruh pada pencapaian akademik. Makin besar jumlah anak dalam satu keluarga, makin rendah pencapaian akademik dari anak-anak tersebut. Hal ini dapat kita pahami karena dengan jumlah anak yang besar, perhatian orang tua harus terbagi.

21 b. Nomor kelahiran

Anak pertama dalam keluarga menunjukkan perkembangan kemampuan akademik dan fisik, sebagaimana yang ditemukan oleh Belmont dan Marolla. Namun demikian, ada juga yang menemukan bahwa urutan kelahiran tidak punya pengaruh dalam perkembangan anak.

c. Perubahan struktur keluarga

Perubahan struktur keluarga, misalnya adanya perceraian, adanya bapak/ibu tiri juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. hal ini dapat kita pahami karena perubahan keluarga, lebih-lebih yang berupa perceraian akan mengakibatkan munculnya masalah dalam keluarga.

d. Latar belakang pendidikan orang tua

Latar belakang pendidikan orang tua mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam perkembangan bahasa. Hal ini dapat kita pahami karena anak belajar bahasa dari orang yang selalu dekat dengannya, apakah itu ibunya atau pengasuhnya. Jenis dan jumlah kosakata yang dikuasai anak sangat tergantung dari jenis dan jumlah kosakata yang dikuasai orang-orang yang dekat dengannya.

e. Status sosial ekonomi

Para pakar di negeri barat menemukan bahwa ada hubungan langsung antara kecerdasan dan status sosial ekonomi.

22 Anak yang berasal dari tingkat status sosial ekonomi yang berbeda-beda dapat ditandai dari jenis mainan dan bahasa yang mereka gunakan. Secara logika kita dapat memahami hal ini karena anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi akan mendapatkan segala kebutuhannya sehingga jika ia tergolong berkemampuan normal saja, ia akan mampu belajar dengan baik. Bandingkan dengan anak yang harus membantu orang tua mencari nafkah. Kesempatan untuk belajar dan menikmati mainan atau kebutuhan lain akan sangat terbatas.

Ibu sama hal nya orang tua yang merupakan pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak (Hasbullah, 1999 : 21).

1. Orang tua berperan untuk membantu anak agar dapat berhasil dalam mencapai penyesuaian kehidupan dewasa yang meliputi penyesuaian berikut ini (Surya, 2007 : 2.8):

a. Personal, yaitu penyesuaian untuk menjadi orang dewasa dengan pribadi mandiri.

b. Sosial, yaitu penyesuaian dengan tuntutan kehidupan interaksi sosial.

c. Edukasional, yaitu tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan dewasa yang bahagia.

23 d. Vokasional, yaitu penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang

diperlukan untuk menunjang kehidupan.

e. Marital, yaitu penyesuaian dengan tuntutan persiapan dan kehidupan pernikahan dengan berbagai aspek-aspeknya.

f. Moral dan spiritual, yaitu penyesuaian terhadap tugas-tugas kehidupan moral dan agama.

2. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain, adalah (Hasbullah, 1999 : 89) :

a. Memelihara dan membesarkannya, tanggungjawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena si anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain.

d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup muslim.

24 Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian tingkat pendidikan ibu adalah jenjang ataupun tahap pendidikan formal yang ditempuh ibu (pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs), pendidikan menengah (SMA/MA, SMK/MAK), dan pendidikan tinggi), dalam usahanya meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi dalam diri, yaitu mengatur keuangan, mendidik anak, dan memanage seluruh aktivitas rumah tangga.

3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar Siswa

Keberhasilan belajar yang dicapai anak di sekolah tidak dapat dilepaskan dari peran pendidikan dalam keluarga yaitu ayah dan ibu siswa (Surya, 2007 : 1.26). Seorang ibu bagi keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya (Azis, 2015 : 39). Asuhan dan pendidikan yang didapatkan anak dalam keluarga akan berperan sebagai fondasi utama bagi pendidikan-pendidikan selanjutnya. Fondasi utama tersebut akan mempengaruhi minat anak sebagai siswa dalam belajar di sekolah, dan melahirkan anak yang berprestasi sebagai wujud tolak ukur hasil belajar yang telah ia peroleh.

Menurut Surya (2007 : 6.10) mengemukakan beberapa aspek keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak, dan salah satu aspek tersebut adalah latar belakang pendidikan orang tua mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam perkembangan

25 bahasa. Hal ini dapat kita pahami karena anak belajar bahasa dari orang yang selalu dekat dengannya, apakah itu ibunya atau pengasuhnya. Jenis dan jumlah kosakata yang dikuasai anak sangat tergantung dari jenis dan jumlah kosakata yang dikuasai orang-orang yang dekat dengannya.

Dari ulasan tersebut dapat terlihat bahwa ibu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap anak, selain pola asuh dan cara mendidiknya ternyata sejak dini bahasa ibu juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Mendasarkan perihal tersebut mengharuskan seorang ibu menguasai pengetahuan secara komprehensif sehingga mampu memahami setiap kebutuhan yang diperlukan bagi keluarganya.

Kemudian dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang ibu, maka akan cenderung bertambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Seorang ibu dengan memiliki pengetahuan yang luas, tingkat pendidikan bagus, dan keshalehan yang tinggi tentu akan berbeda cara memberikan pendidikan kepada anak dibandingkan dengan seorang perempuan lain yang tidak mengenyam pendidikan. Sehingga pendidikan wajib diperoleh setiap wanita yang akan menjadi ibu dalam kehidupan keluarganya (Azis, 2015 : 39).

Dapat disimpulkan, bahwa bagaimana kepribadian anak di kemudian hari bergantung dari bagaimana seorang ibu mendidik anaknya. Begitu pula dengan prestasi sehingga semakin tinggi tingkat

26 pendidikan seorang ibu, akan semakin mampu menciptakan anak yang memiliki pribadi terbina dan terdidik diantaranya dalam keberhasilannya memperoleh prestasi di sekolah.

Dokumen terkait