• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan mengenai infeksi menular seksual berada dalam kategori kurang baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan responden mengetahui jenis-jenis infeksi menular. Ini dikarenakan jenis-jenis infeksi menular seksual sudah terdapat dalam kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran biologi dalam topik sistem reproduksi manusia sejak SMP. Pada penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kebanyakan responden tidak mengerti secara konkrit pengertian dan cara penularan infeksi menular seksual. Para responden hanya mempunyai pengetahuan mengenai pengertian infeksi menular seksual secara etimologis, yaitu pengertian bahwa infeksi menular seksual adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual, padahal sebenarnya infeksi menular seksual bisa ditularkan melalui cara lain selain hubungan seksual.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Berdasarkan hasil penelitian Sarwanto dan Ajik (2004) dan data BKKBN (2009), pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual masih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di atas. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Notobroto (1999) yang mengemukakan bahwa pengetahuan siswa SMA mengenai infeksi menular seksual masih dikategorikan dalam tingkat pengetahuan yang cukup baik, meskipun masih ada yang kurang baik.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia. Ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar pada usia 17 tahun, yaitu 8,3%, dibandingkan dengan usia 16 tahun yaitu 5,3%. Untuk pengetahuan cukup, paling banyak ditemukan pada usia 15 tahun yaitu sebesar 40,9%. Pengetahuan kurang terbanyak ditemukan pada usia 17 tahun, yaitu 62,5%, dan pengetahuan buruk pada usia 16 tahun yaitu sebesar 13,2%.

Hasil ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hadi, et al (2008), bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psiko seksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Hasil ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai infeksi menular seksual adalah usia, yaitu pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang muda.

Menurut Hanifah (2007) di masyarakat, gender menentukan bagaimana dan apa yang harus diketahui oleh laki-laki dan perempuan mengenai masalah seksualitas, termasuk perilaku seksual, kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS). Konstruksi sosial mengenai atribut dan peran feminin ideal menekankan bahwa ketidaktahuan seksual, keperawanan, dan ketidaktahuan perempuan

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

mengenai masalah seksual merupakan tanda kesucian sehingga dikatakan bahwa laki-laki lebih mengetahui masalah seksualitas daripada perempuan, karena perempuan dianggap lebih pasif sedangkan laki-laki lebih aktif dalam mencari informasi mengenai seksualitas.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. Pada responden dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan pengetahuan kurang sebanyak 56,8%, dibandingkan dengan perempuan sebesar 47,5%. Namun hal ini tidak bermakna karena memang pada penelitian ini proporsi responden laki-laki lebih besar (52,4%), dibandingkan dengan responden perempuan (47,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Prihyugiarto (2008), bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai infeksi menular seksual.

Menurut asumsi peneliti, usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan remaja karena saat ini, remaja mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses informasi mengenai infeksi menular seksual.

5.2.2. Sikap

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa sikap siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual adalah cukup baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan remaja mempunyai sikap yang positif dalam menanggapi masalah seks bebas dan pencegahan infeksi menular seksual. Namun, kebanyakan remaja masih mempunyai sikap yang negatif dalam mengahadapi seseorang yang menderita infeksi menular seksual. Para remaja lebih cenderung untuk manjauhi penderita infeksi menular seksual oleh karena takut tertular. Hal ini sesuai dengan hasil analisis pengetahuan sebelumnya yang mendapatkan bahwa pengetahuan remaja SMA Wiyata Dharma Medan masih kurang baik, terutama dalam hal pengertian dan cara penularan infeksi menular seksual. Berdasarkan hasil penelitian Sarwanto dan Ajik (2004) dan data BKKBN

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

(2009), sikap remaja terhadap infeksi menular seksual masih rendah. Hasil penelitian mengenai sikap remaja ini juga sejalan dengan hasil penelitian peneliti.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa seiring dengan pertambahan usia, sikap responden terhadap infeksi menular seksual tidak mengalami perubahan. Ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki sikap baik paling besar pada usia 16 tahun (7,9%), dibandingkan dengan usia 17 tahun (4,2%). Responden dengan sikap cukup paling banyak terdapat pada usia 16 tahun (60,5%), dibandingkan dengan usia 17 tahun (50%), dan responden dengan sikap kurang paling banyak pada usia 17 tahun (45,8%), dibandingkan dengan usia 16 tahun (31,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Prihyugiarto (2008), bahwa usia tidak berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap infeksi menular seksual.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sikap responden berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis kelamin laki-laki didapatkan sikap responden yang cukup sebanyak 65,9%, lebih banyak dibanding perempuan 47,5% sedangkan sikap kurang pada perempuan (40%) lebih banyak dibandingkan pada laki-laki (34,1%). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan remaja yang seragam pada setiap umur dan jenis kelamin dapat menyebabkan sikap yang seragam juga terhadap infeksi menular seksual, tanpa memandang umur dan jenis kelamin.

Dari data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan tingkat pengetahuan, dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang, dan buruk cenderung mempunyai sikap yang cukup yaitu sebesar 50%, 64,3%, 50%, dan 75%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan lebih banyak bergantung pada paparan informasi mengenai suatu hal. Dengan demikian, tingkat pengetahuan seseoarang tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi, seperti motivasi untuk mendapatkan informasi, serta akses terhadap

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

berbagai sumber informasi yang ada. Sedangkan sikap adalah tanggapan berdasarkan hasil penalaran atau pengolahan terhadap informasi serta keyakinan yang ada. Jadi hubungan antara pengetahuan dan sikap ditentukan oleh seberapa baik penalaran responden untuk memilah informasi mana yang benar dan mana yang tidak.

Pentingnya remaja mempuyai pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi bertujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya (Muhammad, 2006). Pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang belum diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi (BKKBN, 2005).

Permasalahan utama kesehatan reproduksi di Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku remaja, pelayanan kesehatan yang buruk, dan perundang-undangan yang tidak mendukung. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tergantung pada informasi yang diterimanya melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan seseorang untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut (Muhammad, 2006).

Dalam upaya untuk menurunkan angka kejadian infeksi menular seksual, promosi kesehatan dengan metode peer education terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap infeksi menular seksual (Mau, 2007).

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan mengenai infeksi menular seksual mayoritas berada dalam kategori kurang baik, yaitu sebesar 52,4%.

2. Sikap siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual mayoritas berada dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar 57,1%.

6.2. Saran

1. Pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual masih relatif rendah, untuk itu perlu dilakukan pemberian pegetahuan kepada remaja secara merata, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Melalui jalur sekolah, disarankan kepada pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reprosuksi pada siswa/i-nya. Sedangkan melalui jalur diluar sekolah disarankan kepada para orang tua dalam meningkatkan kepedulian mereka terhadap pendidikan seksual anak yang dimulai pada usia remaja.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya oleh peneliti-peneliti lain dengan memperluas variabel-variabel lainnya, misalnya perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Family Physicians, 2007. STIs: Common Symptoms & Tips

on Prevention. Available at:

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2005. Isu Pokok Kesehatan

Reproduksi Remaja. Diperoleh dari:

[Diakses pada17 Maret 2009].

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009. Lomba Karya Tulis Ilmiah

KRR. Diperoleh dari:

[Diakses pada 3 November 2009].

Barakbah, J., 2003. Konseling infeksi menular seksual. Dalam: Daili, S. F., Makes, W. I. B., Zubier, F., Judarsono, J. (eds). 2003. Penyakit Menular Seksual. Edisi ke-2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 172-177.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Daili, S. F., 2007. Tinjauan penyakit menular seksual (P.M.S.). Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. (eds). 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 363-365.

Darajad, Z., 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. _______, 1995. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhana.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Kebijaksanaan program pencegahan dan pemberantasan PMS termasuk AIDS di Indonesia. Dalam: Daili, S. F., Makes, W. I. B., Zubier, F., Judarsono, J. (eds). 2003. Penyakit

Menular Seksual.

Edisi ke-2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 178-184.

_______, 2003. Penatalaksanaan penyakit menular seksual. Dalam: Daili, S. F., Makes, W. I. B., Zubier, F., Judarsono, J. (eds). 2003. Penyakit Menular

Seksual. Edisi ke-2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta: 185-216.

_______, 2006. Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi

Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. [pdf] Jakarta:

Departemen Kesehatan. Diperoleh dari:

_______, 2008. Monitoring HIV Prevalence through STBP. Available at:

Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009. Waspada terhadap Infeksi Menular Seksual

(IMS). Diperoleh dari:

Hadi, et al., 2008. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku remaja Jakarta tentang Seks

Aman dan Faktor yang Berhubungan. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Pembangunan Nasional.

Hakim, L., 2003. Epidemiologi penyakit menular seksual. Dalam: Daili, S. F., Makes, W. I. B., Zubier, F., Judarsono, J. (eds). 2003. Penyakit Menular

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Seksual. Edisi ke-2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta: 1-15.

Handsfield, H. H., 2001. Color Atlas and Synopsis of Sexually Transmitted

Diseases. 2nd ed. USA: Mc Graw-Hill.

Hanifah, Laily, 2007. Gender dan HIV/ AIDS. Diperoleh dari : Hurlock, E. B., 1993. Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

International Christian Assembly, 2009. Infeksi Menular Seksual. Diperoleh dari: [Diakses pada 25 Maret].

Karang Taruna, 2001. Bahaya & Akibat Penyakit Menular Seksual. Diperoleh dari: pada 25 Maret 2009].

Kesrepro, 2007. Perempuan dan Infeksi Menular Seksual. Diperoleh dari:

Lestari, C. I., 2008. Penyakit Menular Seksual. Diperoleh dari:

[Diakses pada 28 Februari 2009].

Mau, D. T., 2007. Promosi Kesehatan dengan Metode Peer Education terhadap

Pengetahuan dan Sikap Siswa SMU dalam Upaya Pencegahan Penularan HIV/ AIDS di Kabupaten Belu-NTT. Diperoleh dari:

2009].

Monks, F. J. et al., 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muhammad, A. G., 2006. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan

Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Makasar dan SMA Negeri 6 Makasar tahun 2006.

Diperoleh dari:

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Murtiastutik, D. (eds), 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmodjo, S., 2007. Konsep perilaku dan perilaku kesehatan. Dalam: Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta: 133-151.

_______, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notobroto, H. B., 1999. Pengetahuan dan Sikap Siswa SMU dan Guru Bimbingan

Konseling di Jawa Timur terhadap Penyakit Menular Seksual dan AIDS.

Diperoleh dari: [Diakses pada 3 November 2009].

Prihyugiarto, T. Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam: Jurnal Ilmiah

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari:

2009].

Rauf, A., 2008. Dampak Pergaulan Bebas bagi Remaja. Diperoleh dari:

Reis, M. H., 2006. Pendidikan Seks Bagi Remaja. Yogyakarta: Alenia Press.

Sadock, B. J., Sadock, V. A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:

Behavioural Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. USA: Williams & Wilkins. Sarwanto, Ajik, S., 2004. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Remaja

terhadap Penyakit Menular Seksual serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hubungan Seks Pranikah. Diperoleh dari:

Sarwono, S. W., 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada.

World Health Organization, 1999. Sexually Transmitted Infections Prevalence Study

Methodology: Guidelines for the Implementation of STI Prevalence Surveys.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

_______, 2003. Guidelines for the Management of Sexually Transmitted Infections. [pdf] Switzerland: World Health Organization. Available at: March 2009].

_______, 2004. Prevalence Surveys of Sexually Transmitted Infections among

Seafarers and Women Attending Antenatal Clinics in Kiribati. Available at:

[Accessed 18 March 2009].

_______, 2004. Sexually Transmitted Infection: Issue in Adolescent Health and

Development. [pdf] Geneva: World Health Organization. Available at:

_______, 2006. Sexually Transmitted Diseases: Policies and Priciples for

Prevention and Care. Available at:

2009].

_______, 2009. Sexually Transmitted Infections. Available at:

March 2009].

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Tempat / Tanggal Lahir Agama Alamat : : : : Linda Chiuman Binjai / 20 Juni 1988 Budha

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Lampiran 2

Angket Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SMA TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL

I.Karakteristik Responden: Jenis kelamin : Umur : Kelas : Riwayat Pendidikan Riwayat Organisasi : : 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.

TK Perguruan Kristen Methodist Indonesia Binjai

SD Perguruan Kristen Methodist Indonesia Binjai

SMP Sutomo 1 Medan SMA Sutomo 1 Medan

Peserta Bakti Sosial KMB 2007

Panitia Bakti Sosial KMB 2008 sebagai koordinator seksi medis

Panitia PMB FK-USU 2009 sebagai seksi kakak asuh

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

II.Pengetahuan

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Apakah anda pernah mendengar tentang IMS (Infeksi Menular Seksual) ? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Apa yang dimaksud dengan IMS?

a. Penyakit akibat melakukan hubungan seksual

b. Penyakit yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual c. Penyakit yang bisa menular, dengan atau tanpa berhubungan seksual 3. Salah satu contoh infeksi menular seksual adalah:

a. Influenza b. Syphilis c. TBC

4. Manakah yang merupakan IMS yang disebabkan oleh “bakteri”?

a. Gonorrhea

b. Trichomonas vaginalis

c. Acne vulgaris

5. IMS dapat ditularkan melalui: a. Penggunaan kamar mandi umum b. Duduk di samping penderita IMS c. Tindakan aborsi yang tidak steril

6. Salah satu gejala IMS pada wanita bisa berupa: a. Haid diluar masa menstruasi

b. Kehamilan

c. Haid yang terlambat

7. Pencegahan IMS bisa dilakukan dengan: a. Abstinensia (menunda kegiatan seksual)

b. Membersihkan alat kelamin sebelum berhubungan seksual c. Memakan obat sebelum melakukan hubungan seksual

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

8. Pengobatan IMS dilakukan dengan: a. Pemberian obat antibiotik

b. Pemakaian kondom yang tepat dan konsisten c. IMS bisa sembuh sendiri tanpa pemberian obat

9. Apakah yang bisa terjadi apabila IMS tidak ditangani/ diobati dengan benar?

a. Kehamilan b. Kemandulan c. Kecacatan fisik

10.Resiko seseorang menderita IMS dapat dikurangi dengan: a. Memakan obat sebelum melakukan hubungan seksual b. Melakukan hubungan seksual di tempat yang bersih c. Mempunyai pasangan seksual tunggal

III.Sikap

1. Apakah anda setuju dengan seks bebas? a. Setuju

b. Tidak setuju

2. Saya akan menjauhi orang yang terkena IMS a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Saya akan tetap berbagi barang kebutuhan sehari-hari saya dengan penderita IMS setelah dicuci bersih dengan deterjen.

a. Setuju b. Tidak setuju

4. IMS terjadi bukan karena perilaku seks yang salah, tapi karena nasib yang kurang beruntung.

a. Setuju b. Tidak setuju

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

5. Seseorang yang menderita IMS pasti adalah seorang pemakai narkoba suntik ataupun seorang homoseksual.

a. Setuju b. Tidak setuju

6. Penggunaan kondom untuk mencegah IMS merupakan tanggung jawab seimbang antara wanita dan pria.

a. Setuju b. Tidak setuju

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saudara/i Yth.,

Saya yang bernama Linda, untuk selanjutnya disebut sebagai peneliti, adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan dan Sikap

Remaja SMA Wiyata Dharma Medan terhadap Infeksi Menular Seksual”.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

sebagai subjek dalam penelitian. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila hasil penelitian ini dipublikasikan, kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga. Responden diminta untuk mengisi angket sesuai petunjuk.

Peneliti sangat berterima kasih atas waktu yang Anda luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. Lampiran 5

MASTER DATA dan OUTPUT

Pengetahuan

No. JK Usia Kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Pengetahuan

1 Lk 15 1 salah benar benar benar salah benar benar benar benar cukup 2 Pr 15 1 salah benar salah salah benar salah salah benar benar kurang 3 Lk 16 1 salah benar benar benar salah salah salah benar benar kurang 4 Lk 15 1 salah benar benar salah benar salah benar salah salah kurang 5 Lk 15 1 salah benar salah salah benar salah benar salah benar kurang 6 Lk 15 1 salah benar salah salah benar salah benar benar benar kurang 7 Lk 17 1 salah benar salah salah benar salah benar benar benar kurang 8 Pr 15 1 salah benar benar salah benar salah salah benar benar kurang 9 Lk 15 1 salah benar benar salah benar salah benar benar benar cukup 10 Pr 15 1 salah benar salah benar salah salah salah benar benar kurang 11 Pr 15 1 salah benar benar benar salah benar salah benar benar cukup 12 Pr 15 1 salah benar salah benar salah benar salah benar benar kurang 13 Pr 15 1 salah benar benar benar salah benar salah benar benar cukup 14 Pr 15 1 salah benar salah benar benar salah salah salah benar kurang 15 Pr 15 1 salah benar salah salah salah salah salah benar benar buruk 16 Lk 16 1 salah benar benar salah benar salah benar benar salah kurang 17 Lk 16 1 salah benar salah benar benar salah benar salah benar kurang

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

18 Pr 17 1 salah benar salah salah benar salah salah benar benar kurang 19 Pr 16 1 salah benar salah salah salah salah salah benar benar buruk 20 Pr 16 1 salah benar salah salah benar salah salah salah benar buruk 21 Lk 16 1 salah benar benar benar benar salah salah salah benar kurang 22 Pr 16 1 salah benar benar benar benar salah salah salah salah kurang 23 Lk 17 1 salah benar benar salah benar salah benar benar benar cukup 24 Pr 15 1 benar benar benar salah benar salah benar benar benar cukup 25 Pr 15 1 salah benar salah benar benar benar salah salah benar kurang 26 Pr 15 1 salah benar salah benar benar benar salah salah benar kurang 27 Lk 16 1 salah benar salah salah salah salah salah salah benar buruk 28 Lk 15 1 salah benar benar benar salah benar benar salah benar cukup 29 Lk 16 2 salah benar benar benar salah benar benar benar benar cukup 30 Lk 16 2 salah benar benar benar salah benar benar salah benar cukup 31 Pr 16 2 salah benar salah salah benar benar benar salah benar kurang 32 Lk 16 2 salah benar benar benar benar salah salah benar benar cukup 33 Pr 16 2 benar salah salah benar benar benar benar salah benar cukup 34 Lk 15 2 salah benar benar salah benar benar benar benar benar cukup 35 Pr 15 2 benar benar salah benar salah benar benar benar benar cukup 36 Pr 16 2 benar benar salah salah benar salah salah benar benar kurang 37 Pr 16 2 salah benar salah benar salah salah salah salah benar buruk 38 Pr 16 2 benar benar benar benar benar benar benar benar salah baik 39 Pr 15 2 salah benar salah benar benar salah salah benar benar kurang 40 Lk 16 2 salah benar salah benar benar salah benar benar benar cukup 41 Pr 15 2 salah benar salah benar benar salah salah benar benar kurang

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

Dokumen terkait