• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.3 Analisis Univariat

4.3.2. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Dan Sesudah D

Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Setelah dilakukan skoring secara keseluruhan pada seluruh responden untuk variabel tingkat pengetahuan sebelum dan setelah di berikan pelatihan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Sebelum dan Sesudah Diberikan Pelatihan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

No.

Pengetahuan Siswa Sebelum Pelatihan Jumlah (n) Persentase (%) 1 Tinggi 11 36,7 2 Sedang 17 56,7 3 Kurang 2 6,7 Total 30 100

No. Pengetahuan Siswa Setelah Pelatihan Jumlah

(n) Persentase (%)

1 Tinggi 18 60,0

2 Sedang 11 36,7

3 Kurang 1 3,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa sebelum diberikan pelatihan, siswa berada pada tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), siswa dengan tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 11 orang (36,7%), dan siswa dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 orang (6,7%).

Terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan Pelatihan HIV/AIDS ,mayoritas siswa berada pada tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (60%), siswa dengan tingkat pengetahuan sedang ada sebanyak 11 orang (36,7%), dan siswa dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).

4.3.3. Tingkat Sikap Siswa Sebelum Dan Sesudah Di berikan Pelatihan HIV Dan AIDS pada SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan Man Meulaboh-I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Setelah dilakukan skoring secara keseluruhan pada seluruh responden untuk variabel tingkat sikap sebelum dan setelah diberikan pelatihan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Sikap Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pelatihan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

No. Sikap Siswa Sebelum Pelatihan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 9 30,0

2 Sedang 17 56,7

3 Kurang 4 13,3

Total 30 100

No. Sikap Siswa Setelah Pelatihan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 15 50,0

2 Sedang 10 33,3

3 Kurang 5 16,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa sebelum diberikan pelatihan, siswa berada pada kategori sikap sedang yaitu sebanyak 9 orang (30,0%), siswa dengan tingkat sikap tinggi yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), dan siswa dengan kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).

Tingkat sikap setelah di berikan pelatihan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat sikap, mayoritas siswa berada pada kategori sikap baik yaitu sebanyak 15 orang (50,0%), siswa dengan tingkat sikap sedang ada sebanyak 10 orang (33,3%), dan siswa dengan kategori kurang yaitu sebanyak 5 orang (16,7%).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap siswa sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat ini adalah uji chi square pada

taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk menganalisis hubungan variabel penelitian dengan pengetahuan dan sikap siswa dan uji dependent-t test untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan sikap siswa tentang HIV/ AIDS.

4.4.1. Hubungan Pelatihan HIV Dan AIDS Dengan Pengetahun Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Hubungan pelatihan HIV/AIDS dengan pengetahuan siswa didasarkan pada skala interval dengan menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel 4.5. Hubungan Pelatihan HIV Dan AIDS Dengan Pengetahuan Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Pengetahuan

Tinggi Sedang Kurang Total Pelatihan N % N % N % N % Sig. Komunikator 1. Baik 1 0 45,5 1 1 50, 0 2 4,5 2 2 10 0 2. Buruk 8 100, 0 0 0 0 0 8 10 0 7,272 0,012 Pesan 1. Baik 1 0 83,3 2 16, 7 0 0 1 2 10 0 2. Buruk 8 44,4 9 50, 0 1 5,6 1 8 10 0 4,463 0,036 Media 1. Baik 1 7 73,9 5 21, 7 1 4,3 2 3 10 0 2. Buruk 1 14,3 6 85, 7 0 0 7 10 0 9,475 0,024 Komunikan 1. Baik 1 0 62,5 5 31, 3 1 6,3 1 6 10 0 1,185 0.966

2. Buruk 8 57,1 6 42, 9 0 0 1 4 10 0 Umpan balik 1. Baik 1 6 64,0 9 36, 0 0 0 2 5 10 0 2. Buruk 2 40,0 2 40, 0 1 20, 0 5 10 0 5,418 0,114

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa berdasarkan komunikator (yang memberikan pelatihan), 45,5% siswa memberikan penilaian bahwa komunikator tersebut baik dalam memberikan pelatihan terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan siswa (p=0,012).

Berdasarkan Pesan (materi pelatihan), 83,3% siswa memberikan penilaian bahwa pesan yang diberikan adalah baik terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan variabel pesan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan siswa (p=0,036).

Berdasarkan media, diketahui bahwa 73,9% siswa memberikan penilaian bahwa media yang digunakan dalam memberikan pelatihan adalah baik terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan siswa (p=0,024).

Berdasarkan komunikan, 62,5% siswa memberikan penilaian bahwa komunikan berada pada kategori baik terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi

dan hasil uji chi square menunjuukkan variabel komunikan tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuan siswa (p=0,966).

Berdasarkan umpan balik, proporsi siswa yang berpengetahuan tinggi 64,0% terdapat pada siswa yang menilai umpan balik baik dan hasil uji chi square

menunjuukkan variabel umpan balik tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuan siswa (p=0,114).

4.4.2. Hubungan Pelatihan HIV AIDS dengan Sikap Siswa Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan Man Meulaboh-I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Hubungan pelatihan HIV /AIDS dengan sikap siswa didasarkan pada skala interval dengan menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel 4.6. Hubungan Pelatihan HIV Dan AIDS Dengan Sikap Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Sikap

Baik Sedang Kurang Total Pelatihan

N % N % N % n %

Nilai X² Nilai Sig.

Komunikator 1. Baik 8 36,4 9 40,9 5 22,7 22 100 2. Buruk 7 87,5 1 12,5 0 0 8 100 6,307 0,018 Pesan 1. Baik 4 33,3 4 33,3 4 33,3 12 100 2. Buruk 11 61,1 6 33,3 1 5,6 18 100 4,444 0,049 Media 1. Baik 12 52,2 7 30,4 4 17,4 23 100 2. Buruk 3 42,9 3 42,9 1 14,3 7 100 0,373 0,849 Komunikan 1. Baik 8 50,0 5 31,3 3 18,8 16 100 2. Buruk 7 50,0 5 35,7 2 14,3 14 100 0,134 0,872 Umpan balik 1. Baik 12 48,0 8 32,0 5 20,0 25 100 2. Buruk 3 60,0 2 40,0 0 0 5 100 1,200 0,389

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa berdasarkan komunikator (yang memberikan pelatihan), 36,4% siswa memberikan penilaian bahwa komunikator tersebut baik dalam memberikan pelatihan terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,018).

Berdasarkan Pesan (materi pelatihan), 33,3% siswa memberikan penilaian bahwa pesan yang diberikan adalah baik terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil uji chi square menunjuukkan variabel pesan mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,049).

Berdasarkan media, diketahui bahwa 55,5% siswa memberikan penilaian bahwa media yang digunakan dalam memberikan pelatihan adalah baik terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,849).

Berdasarkan komunikan, 50,0% siswa memberikan penilaian bahwa komunikan berada pada kategori baik terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil

uji chi square menunjuukkan variabel komunikan tidak mempunyai hubungan yang

signifikan dengan sikap siswa (p=0,872).

Berdasarkan umpan balik, proporsi siswa dengan sikap baik diketahui 48,0% menilai umpan balik ada pada kategori baik dan hasil uji chi square menunjukkan variabel umpan balik tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,389).

4.5. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Sebelum (Pretest) Dan Sesudah Diberi Perlakuan (Postest) Pada Siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan Man Meulaboh-I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Setelah dilakukan skoring secara keseluruhan pada seluruh responden untuk variabel pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah di berikan perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

4.5.1 Kelompok Perlakuan

Tabel 4.7. Perbedaan Rerata Nilai Pretest Dan Postest Pengetahuan Dan Sikap Kelompok Perlakuan SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Variabel Rerata T P Sebelum 9,10 Pengetahuan Sesudah 10,33 -2,096 0,045 Sebelum 30,70 Sikap Sesudah 34,63 -2,125 0,042

Berdasarkan tabel 4.7. di ketahui bahwa terdapat perbedaan secara signifikan rerata nilai pretest dan postest antara kedua variabel pada kelompok perlakuan baik variabel pengetahuan maupun variabel sikap dimana masing-masing nilai p adalah 0,045 dan 0,042

4.5.2 Kelompok Kontrol

Tabel 4.8. Perbedaan Rerata Nilai Pretest dan Postest Pengetahuan dan Sikap Kelompok Kontrol SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Variabel Rerata T P Sebelum 7,57 Pengetahuan Sesudah 7,97 -0,631 0,533 Sebelum 28,53 Sikap Sesudah 28,97 -0,203 0,841

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa terdapat perbedaan untuk rerata nilai pretest dan postest antara kedua variabel pada kelompok kontrol baik variabel pengetahuan maupun variabel sikap dan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan pada masing-masing variabel baik itu pengetahuan maupun dan sikap dengan nilai p (0,533) dan p (0,841).

4.6 Perbedaan Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sebelum (Pretest) dan Sesudah diberi Perlakuan (Postest)

Setelah dilakukan skoring secara keseluruhan pada seluruh responden untuk variabel pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah di berikan perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Postest Pengetahuan Kelompok Perlakuan dengan Kontrol SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Variabel Rerata Mean T P

Kelompok Sebelum 9,10

Perlakuan Sesudah 10,33 -1,233 -2,096 0,045 Kelompok Sebelum 7,57

Kontrol Sesudah 7,97 -0,400 -0,631 0,533 Berdasarkan Tabel 4.9. diketahui bahwa variabel pengetahuan pada siswa kelompok perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 9,10 menjadi 10,33 pada nilai t -2,096, dan dengan nilai p=0,045 artinya terdapat perbedaan pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi pada

pengetahuan siswa. Untuk kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS dengan nilai p=0,533 dan nilai rerata 7,97.

Tabel 4.10 Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Postest Sikap Kelompok Perlakuan dengan Kontrol SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan MAN Meulaboh I Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Variabel Rerata Mean T P

Kelompok Sebelum 30,70

Perlakuan Sesudah 34,63 -3,933 -2,125 0,042 Kelompok Sebelum 28,53

Kontrol Sesudah 28,97 -0,433 -0,203 0,841 Berdasarkan Tabel 4.10. diketahui bahwa variabel sikap pada siswa kelompok perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 30,70 menjadi 34,63 pada nilai t -2,125, dan dengan nilai p=0,042 artinya terdapat perbedaan sikap siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi pada sikap siswa. Untuk kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS dengan nilai p=0,841 dan nilai rerata 28,97.

4.7. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan pelatihan HIV/AIDS terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa terhadap HIV/AIDS di kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan hasil uji chi square pada analisis bivariat, untuk pengetahuan ditemukan

(dua) variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan pelatihan yaitu variabel komunikator dan media, untuk sikap ditemukan satu variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan pelatihan yaitu variabel komunikator, maka dapat diuji secara serempak dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan menggunakan metode enter, seperti pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

No Variabel Nilai B Nilai p

Pengetahuan 1. Komunikator -0,467 0,040* 2. Media 0,390 0,096 Sikap 1. Komunikator -0,591 0,009* Keterangan : *signifikan

Berdasarkan tabel 4.11 diatas diketahui bahwa dari kedua variabel diatas variabel komunikator yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa .

BAB 5 PEMBAHASAN

5.3.Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pelatihan HIV/AIDS

Pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa mengenai HIV/AIDS dari 15 (lima belas) indikator pengetahuan dengan alternatif salah satu pilihan jawaban yang benar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pelatihan, siswa berada pada tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), siswa dengan tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 11 orang (36,7%), dan siswa dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 orang (6,7%).

Setelah dilakukan intervensi Pelatihan HIV/AIDS kepada siswa maka terjadi peningkatan pengetahuan. Mayoritas siswa berada pada tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (60%), siswa dengan tingkat pengetahuan sedang ada sebanyak 11 orang (36,7%), dan siswa dengan tingkat

perbedaan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).

Hasil uji pair t-test menyatakan bahwa variabel pengetahuan pada siswa kelompok perlakuan menunjukkan terdapat rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 9,10 menjadi 10,33 pada nilai t -2,096, dan dengan nilai p=0,045 artinya terdapat perbedaan pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi pada pengetahuan

siswa. Untuk kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS dengan nilai p=0,533 dan nilai rerata 7,97.

Keadaan ini menyampaikan informasi kepada peneliti bahwa intervensi Pelatihan HIV/AIDS efektif meningkatkan pengetahuan siswa terkait HIV/AIDS walau sebagai catatan khusus bagi peneliti bahwa pengukuran pengetahuan setelah intervensi dilakukan langsung sesaat setelah pelatihan berlangsung.

Pelatihan HIV/AIDS adalah kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan dalam meningkatkan kecakapan/kompetensi psikososial seseorang untuk mengatasi berbagai tuntutan dan tantangan hidup sehari-hari terkait persoalan HIV/AIDS. Tujuan Umum Pelatihan HIV/AIDS adalah agar siswa memiliki kecakapan melaksanakan hidup sehat sehari-hari (merubah perilaku untuk hidup sehat, fisik maupun mental) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan pola hidup yang lebih baik-fisik,mental, maupun sosial.

Meningkatnya pengetahuan siswa setelah diberikan Pelatihan HIV/AIDS sebagai bentuk pendidikan kesehatan didukung oleh Simonds yang dikutip oleh Gianz (1997) dan menyatakan pendidikan kesehatan akan merubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat dari perilaku-perilaku yang dapat mengancam/membahayakan kesehatan ke perilaku yang kondusif bagi kesehatan saat ini dan masa yang akan datang. Sedangkan Green (1980) mengartikan pendidikan kesehatan sebagai pengalaman belajar yang dimaksud untuk memudahkan atau membantu penyesuaian perilaku yang bersifat sukarela, yang kondusif bagi

kesehatan. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soekidjo (1993) yang mendefenisikan pendidikan kesehatan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)nya, untuk mencapai kesehatan secara optimal.

5.4.Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pelatihan HIV/AIDS

Sikap siswa tentang HIV/AIDS adalah respon atau tanggapan siswa mengenai kasus HIV/AIDS dari 15 (lima belas) indikator sikap dengan alternatif salah satu pilihan sikap yang benar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pelatihan, siswa berada pada kategori sikap sedang yaitu sebanyak 9 orang (30,0%), siswa dengan tingkat sikap tinggi yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), dan siswa dengan kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).

Setelah dilakukan intervensi Pelatihan HIV/AIDS kepada siswa maka terjadi peningkatan tingkat sikap yakni mayoritas siswa berada pada kategori sikap tinggi yaitu sebanyak 15 orang (50,0%), siswa dengan tingkat sikap sedang ada sebanyak 10 orang (33,3%), dan siswa dengan kategori kurang yaitu sebanyak 5 orang (16,7%).

Hasil uji pair t-test menyatakan bahwa variabel sikap pada siswa kelompok perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 30,70 menjadi 34,63 pada nilai t -2,125, dan dengan nilai p=0,042 artinya terdapat perbedaan sikap siswa tentang HIV dan AIDS sebelum

dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi pada sikap siswa. Untuk kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap sikap siswa tentang HIV dan AIDS dengan nilai p=0,841 dan nilai rerata 28,97.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Firman (2005) menunjukkan bahwa pendidikan peer education dengan menggunakan alat peraga dan simulasi mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa sebesar 68,2% dan secara statistik dengan nilai p=0,037 dengan uji .independet test menunjukkan terdapat pengaruh signifikan peer education dan simulasi dengan pengetahuan dan sikap siswa tentang pendidikan kesehatan reproduksi.

Menurut Sullivan et al (1997) peningkatan pengetahuan dan sikap setelah dilakukan intervensi pendidikan khususnya dengan metode partisipatif cenderung lebih meningkat meskipun dilakukan evaluasi setelah 1 minggu, namun setelah hari ke-30, informasi yang diperoleh tersebut hanya tersimpan sebesar 30-40 persen. Kemungkinan bahwa segala sesuatu yang pernah dipelajari masih tersimpan di dalam memori menunggu isyarat pengambilan yang benar, sebagian informasi hampir dipastikan hilang dari penyimpanan.

Hal ini menjelaskan kepada peneliti bahwa intervensi Pelatihan HIV/AIDS efektif meningkatkan tingkat sikap siswa terkait HIV/AIDS walau pengukuran skala sikap setelah intervensi dilakukan langsung sesaat setelah pelatihan berlangsung.

Thurstone menyatakan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Hal ini dapat diartikan bahwa sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek yang diungkapkan sebagai

perasaan mendukung atau tidak mendukung. La Pierre mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sementara Secord dan Backman (1964) mendefenisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifuddin Azwar, 2007).

Mar’at (1985) menggambarkan terjadinya perubahan sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut: Rangsang stimulus Proses stimulus Sikap Reaksi Tingkah laku (terbuka) (tertutup)

Gambar 5.1. Skema Proses terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus

diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.

Dari skema yang dijelaskan oleh Mar’at (1985) dan bila dikaitkan dengan terjadinya perubahan tingkatan sikap pada siswa yang mendapat intervensi Pelatihan HIV/AIDS maka dapat disampaikan bahwa Pelatihan HIV/AIDS merupakan rangsang dan proses stimulus dalam bentuk dukungan informasi yang memberi dorongan kepada siswa dalam perubahan tingkatan sikapnya.

5.5.Pengaruh Komunikator Pelatihan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa

Dani Vardiansyah menyampaikan dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi bahwa Pengirim pesan atau komunikator adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Karena itu, komunikator kita defenisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.

Dalam Pelatihan HIV/AIDS yang bertindak sebagai komunikator adalah Fasilitator Pelatihan HIV/AIDS yang didefenisikan sebagai manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang pencegahan HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi serta pengetahuan kesehatan lainnya, yang berhubungan dengan upaya pendidikan pencegahan HIV/AIDS.

Hasil penelitian menginformasikan bahwa berdasarkan komunikator (fasilitator pelatihan), 45,5% siswa memberikan penilaian bahwa komunikator

tersebut baik dalam memberikan pelatihan terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan siswa (p=0,012).

Selanjutnya hasil penelitian juga menginformasikan bahwa berdasarkan komunikator (fasilitator pelatihan), 36,4% siswa memberikan penilaian bahwa komunikator tersebut baik dalam memberikan pelatihan terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil uji chi square menunjukkan variabel komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,018).

Dari analisis multivariat berdasarkan hasil uji chi square pada analisis bivariat dengan menggunakan uji regresi linear berganda metode enter untuk mengetahui hubungan pelatihan HIV/AIDS terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa terhadap HIV/AIDS di Kabupaten Aceh Barat maka diketahui untuk pengetahuan ditemukan 2 (dua) variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan pelatihan yaitu variabel komunikator dan media, untuk sikap ditemukan satu variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan pelatihan yaitu variabel komunikator. Kesimpulan analisis multivariat menyatakan bahwa dari kedua variabel diatas maka variabel komunikator yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa .

Hasil penelitian menjelaskan bahwa komunikator atau fasilitator dalam Pelatihan HIV/AIDS ini sudah memenuhi kriteria fasilitator dalam menyampaikan pesan untuk merubah pengetahuan dan sikap siswa yakni:

2. Memiliki minat pada upaya pencegahan HIV/AIDS

3. Kreatif, rajin dan mampu mengembangkan bahan-bahan yang diperlukan untuk alat peraga, permainan dan simulasi. (Modul Pelatihan dan Pendidikan Kecakapan Hidup, 2007).

5.6.Pengaruh Pesan Pelatihan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa

Vardiansyah (2004) menyatakan bahwa pesan pada dasarnya bersifat abstrak dan untuk membuatnya konkret sehingga dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.

Dalam Pelatihan HIV/AIDS yang disebut pesan adalah Materi Pelatihan HIV/AIDS dan didefenisikan sebagai kesatuan menyeluruh dari suara, mimik, gerak- gerik, bahasa lisan dan bahasa tulisan terkait HIV/AIDS yang disampaikan kepada siswa.

Hasil penelitian menyampaikan informasi bahwa 83,3% siswa memberikan penilaian bahwa pesan yang diberikan adalah baik terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan variabel pesan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan siswa (p = 0,036).

Selanjutnya hasil penelitian juga menginformasikan bahwa 33,3% siswa memberikan penilaian bahwa pesan yang diberikan adalah baik terdapat pada siswa dengan sikap baik dan hasil uji chi square menunjukkan variabel pesan mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap siswa (p=0,049).

Dari hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa materi Pelatihan HIV/AIDS sebagai wujud pesan sudah dirancang sesuai dengan sistematika pembuatan pesan pelatihan dalam merubah pengetahuan dan sikap siswa yaitu:

1. Perumusan dasar pemikiran yang jelas terhadap materi yang akan disampaikan 2. Perumusan tujuan materi yang akan disampaikan

3. Perumusan keterampilan yang akan dikembangkan

4. Perumusan bahan dan alat yang diperlukan dalam menyampaikan materi 5. Pertimbangan karakteristik peserta pelatihan

6. Pertimbangan alokasi waktu pelatihan 7. Pertimbangan lokasi tempat pelatihan 8. Pertimbangan tahapan penyampaian pesan

9. Perumusan makna inti dari pesan yang disampaikan (Modul Pelatihan dan Pendidikan Kecakapan Hidup, 2007).

5.7.Pengaruh Media Pelatihan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa

Medium dapat diartikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.

Dalam Pelatihan HIV/AIDS yang disebut media adalah alat bantu yang dipergunakan dalam Pelatihan HIV/AIDS untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan.

Hasil penelitian menyampaikan informasi bahwa 73,9% siswa memberikan penilaian bahwa media yang digunakan dalam memberikan pelatihan adalah baik

terdapat pada siswa dengan pengetahuan tinggi dan hasil uji chi square menunjukkan

Dokumen terkait