• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.5. Tingkat Suku Bunga

2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga diartikan sebagai harga atas suatu penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori klasik fungsi tabungan dan tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang tinggi masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan / mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Dalam teori Keynes tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada 3 tingkat motif yang merupakan sumber timbulnya “permintaan akan uang” yang diberi nama Liquidity Preference. Nama ini bermakna bahwa permintaan uang menurut teori Keynes berdasarkan pada konsep bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi 3 motif yaitu :

1. Motif Transaksi

Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi- transaksi yang dilakukan serta permintaan akan uang dari masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume transaksi. Keynes berpendapat bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi ini merupakan suatu property yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga.

2. Motif Berjaga- jaga

Permintaan akan uang untuk melakukan pembayaran- pembayaran yang tidak regular atau yang diluar rencana transaksi normal. Motif ini disebut motif berjaga- jaga (Precauntionary motive). Orang yang mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan yang tak terduga, karena sifat uang yang liquid mudah ditukarkan dengan barang atau jasa yang lain.

3. Motif Spekulasi

Sesuai dengan namanya, motif dari pemegang uang ini terutama adalah bertujuan untuk memperoleh “keuntungan” yang bisa diperoleh seandainya pemegang uang bisa meramal atau menduga apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa untuk berspekulasi di pasar surat berharga orang perlu memegang uang tunai, karena keinginan spekulasi tersebut bias menghasikan keuntungan maka orang bersedia membayar untuk tujuan tertentu

(Boediono, 1992 : 31)

2.2.5.2 Penentuan Tingkat Bunga

Masalah penentuan tingkat suku bunga menjadi masalah penting bagi Negara berkembang yang sedang mengalami proses liberalisasi sistem keuangan dalam negerinya. Pertanyaan bagaimana suku bunga yang diharapkan berlaku menghadapi perubahan lingkungan dan bagaimana merespon pengaruh luar negeri dan kebijaksanaan dalam negeri adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan khusus bagi pembuat kebijaksanaan di Negara yang sedang berkembang. Hanya jika perilaku suku bunga diketahui dengan baik, kita dapat meramalkan pengaruh perubahan suku bunga tersebut pada variabel- variabel ekonomi mikro seperti tabungan, investasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi.

Meskipun model yang dikemukakan disini berstruktur sederhana, namun dapat menggabungkan prinsip- prinsip penentuan tingkat bunga seperti suku bunga luar negeri, perubahan kurs valuta yang diharapkan, dan pembangunan meneter dalam negeri. Model-model tersebut dapat diterapkan secara umum pada berbagai Negara yang sedang berkembang yang berbeda derajat perbedaannya. Melalui model ini sebenarnya dapat ditentukan secara empiris derajat keterbukaan Negara.

(Iswardono, 1996 : 197)

Dalam menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga juga terdapat perbedaan pendapat diantara ahli- ahli ekonomi Klasik dan Keynes. Menurut Keynes tingkat bunga tergantung pada jumlah uang yang beredar dan preferensi likwiditet atau permintaan uang. Yang dimaksudkan dengan preferensi likwiditet adalah permintaan keatas uang oleh seluruh masyarakat dalam perekonomian.

2.2.5.3 Struktur Tingkat Bunga

Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut :

1. Jangka waktu dari klaim keuangan

2. Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan

4. Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.

Dari keempat determinan tersebut diatas, perbedaan dari jangka waktu klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (term structure) dari suku bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor penting, akan tetapi sering kali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhaadap struktur bunga.

Struktur masa dari suku bunga berkaitan dengan hubungan antara suku bunga dari berbagai klaim keuangan yang serupa dalam karakteristiknya kecuali berbeda dalam jangka waktunya. Sekuritas pemerintah merupakan contoh terbaik dari klaim keuangan untuk melihat pengaruh dari jangka waktu terhadap struktur suku bunga karena jangka waktu merupakan pembeda utama dari treasury bills, notes (utang) dan obligasi. Semua sekuritas pemerintah ini mengandung resiko tunggakan sebesar nol, mempunyai pelakuan pajak sama terhadap penghasilan bunganya dan capital gain, dan tingkat kemudahan pemasaranannya kurang lebih sama. Jadi sebab utama dari perbedaan suku bunga atas sekuritas pemerintah yang berjangka pendek dan berjangka panjang adalah

jangka waktunya (Sawaldjo,2004:84)

Cara yang sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil (yield Curve). Berdasarkan data empiris di Amerika Serikat, dapat diamati

empat kemungkinan pola dari kurva hasil. Pertama, kurva hasil yang meningkat menunjukam meningkatnya suku bunga jika jangka waktunya meningkat dan kedua, kurva menurun menunjukkan seku bunga yang menurun jika jangka waktunya meningkat. Ketiga, berbentuk datar berarti suku bunga tetap konstan pada jangka waktu berapapun, sedang yang keempat berbentuk punuk (punggung) yaitu mula- mula naik bila jangka waktunya meningkat.

Gambar 1 : Empat kemungkinan kurva hasil

Suku bunga Suku bunga

1 2

Jangka waktu Jangka waktu

Suku bunga Suku bunga

Jangka waktu Jangka waktu

Sumber : Puspopranoto, Sawaldjo,2004,Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan,Pustaka LP3ES, Jakarta,hal 85.

2.2.5.4 Bunga Bank

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki sempanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari- hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu :

1. Bunga simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank pada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga pinjaman merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan oleh nasabah, sedangkan bunga simpanan merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan atau bunga pinjaman masing- masing saling mmempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya

(Kasmir,2004 : 122)

Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menetukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pimjaman sangat dipengaruhi keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor- faktor lainnya.

Faktor- faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga sebagai berikut :

1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.

Namun apabila dana simpanan yang ada banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

dalam memperebutkan dana simpanan maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatiikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata- rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 17%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawak bunga pesaing

3. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin lama jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat taanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid sebagai sertifikat atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7. Reputasi Perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperolehsuatu kredit sangan menentukan suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

Biasanya Bank akan menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.

Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya berbeda dengan nasabah lainnya.

10.Jaminan Pihak ketiga

Dalam hal ini pihak ynag memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau kurang dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

(Kasmir, 2004 : 122-124)

2.2.5.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Rumah

Tingkat Suku Bunga KPR merupakan tingkat suku bunga yang

ditentukan oleh masing-masing pemberi kredit. Tentu saja penentuan tingkat suku bunga mengacu pada kondisi perekonomian Negara tersebut. Akan tetapi dalam hal ini pemerintah tetap memiliki kewajiban mengendalikan tingkat suku bunga KPR sehingga masyarakat tidak

dirugikan ketika melakukan kredit pemilikan rumah. Sehingga apabila tingkat suku bunga KPR tinggi tentu saja permintaan rumah akan sedikit yang berujung pada sedikitnya penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya

Dokumen terkait