ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH TYPE 54 DAN
TYPE 36 MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
NURFITA KANECHA PUSPITA N
0711010002/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH TYPE 54 DAN
TYPE 36 MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
NURFITA KANECHA PUSPITA N
0711010002/ FE/ IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH TYPE 54 DAN
TYPE 36 MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA
Disusun Oleh :
NURFITA KANECHA P.N
0711010002/FE/IE
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 26 November 2010
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Drs.Ec.H.M.Taufik, MM Dr.Hj.Sri Muljaningsih, SE, MP Sekretaris
Drs.Ec.Wiwin P, MT Anggota
Drs.Ec.H.M.Taufik, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Unuversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa
untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya
Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil
judul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit
Pemilikan Rumah Type 54 dan Type 36 Melalui BTN di Kota Surabaya “.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan
yang diterima dari Drs.H.M.Taufiq,MM. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang
dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan
bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan
dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna
pelaksanaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas
negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak
informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian
dalam penyusuna skripsi ini.
6. Ibunda, beserta Keluarga Besar tercinta dan juga sahabat-sahabat yang
telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral,
materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi,
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan
rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang
telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai
salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 23 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... ... 10
2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 15
2.2.1. Pengertian Rumah ... 15
2.2.2. Pengertian Bank ... 16
2.2.3. Pengertian Kredit ... 17
2.2.3.2. Tujuan Kredit ... 19
2.2.3.3. Peniilaian Kredit ... 19
2.2.3.4. Fungsi Kredit... 21
2.2.3.5. Jenis-Jenis Kredit ... 22
2.2.3.6. Unsur- Unsur Kredit... 23
2.2.3.7. Jaminan dan Kelayakan Kredit ... 25
2.2.3.8. Sasaran Kredit ... 26
2.2.3.9. Syarat-syarat Calon Nasabah Kredit ... 26
2.2.4. Pendapatan Perkapita ... 27
2.2.4.1 Hubungan Pendapatan Perkapita Terhadap Penyaluran KPR ... 29
2.2.5. Tingkat Suku Bunga ... 29
2.2.5.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 29
2.2.5.2. Penentuan Tingkat Suku Bunga ... 31
2.2.5.3. Struktur Tingkat Bunga ... 32
2.2.5.4. Bunga Bank ... 35
2.2.6. Pengertian Inflasi ... 39
2.2.6.1 Hubungan antara Inflasi terhadap Penyaluran KPR 42 2.2.7 Jumlah Rumah Tangga ... 42
2.2.7.1 Hubungan Jumlah Rumah Tangga dengan Penyaluran KPR ... 44
2.3. Kerangka Pikir ... 44
2.4. Hipotesis... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 50
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 52
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 52
3.3.1 Jenis Data ... 52
3.3.2 Sumber Data ... 52
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 53
3.5.1 Teknik analisis ... 53
3.6 Pendekatan Asumsi BLUE( Best Linier Unbiased Estimator) ... 58
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 63
4.1.1. Letak Geografis... 63
4.1.2. Pembangunan Perumahan Kota Surabaya ... 64
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65
4.2.1.Perkembangan Penyaluran Rumah type 54 di Kota Surabaya ... 65
4.2.2.Perkembangan Penyaluran Rumah type 36 di Kota Surabaya ... 66
4.2.3.Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surabaya... 67
4.2.4.Perkembangan Tingkat Suku Bunga KPR di Kota Surabaya ... 68
4.2.5.Perkembangan Inflasi di Kota Surabaya ... 70
4.2.6.Perkembangan Jumlah Rumah Tangga di Kota Surabaya ... 71
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE) ... 72
4.3.2. Uji Hipotesis secara Simultan ... 78
4.3.2. Uji Hipotesis secara Parsial... 79
4.3.3. Pembahasan... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
5.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 84
5.2. Saran... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkembangan Penyaluran KPR type 54 tahun 1993-2007 di
Kota Surabaya ... 65
Tabel 2 Perkembangan Penyaluran KPR type 36 tahun 1993-2007di Kota Surabaya... 66
Tabel 3 Perkembangan Pendapatan Perkapita tahun 1993-2007 di Kota Surabaya... 68
Tabel 4 Perkembangan Penyaluran Tingkat Suku Bunga tahun 1993-2007 di Kota Surabaya... 69
Tabel 5 Perkembangan Penyaluran Inflasi tahun 1993-2007 di Kota Surabaya... 70
Tabel 6 Perkembangan Penyaluran Jumlah Rumah Tangga tahun 1993-2007 di Kota Surabaya... 71
Tabel 7 Tes Autokorelasi ... 74
Tabel 8 Tes Multikolinier... 75
Tabel 9 Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 76
Tabel 10 Analisis Varian (ANOVA)... 78
Tabel11 Hasil Analisis Var Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan jumlah Rrumah Tangga berpengaruh secara nyata terhadap variabel Penyaluran KPR type54 dan type 36 ... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Empat Kemungkinan Kurva Hasil ... 34
Gambar 2 Kurva Demand Pull Inflation ... 41
Gambar 3 Kurva Cost Push Inflation ... 42
Gambar 4 Kerangka Pikir ... 48
Gambar 5 Kurva Distribusi F... 55
Gambar 6 Kurva Distribusi t ... 57
Gambar 7 Daerah Keputusan Uji Dubin Watson... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Input Data ...
Lampiran 2. Output Data type 54...
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH TYPE 54 DAN TYPE 36
MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA
ABSTRAKSI Oleh :
Nurfita Kanecha Puspita Ningtyas
Dalam era globalisasi saat ini perubahan laju pembangunan semakin terus meningkat, Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi selain sandang dan pangan. Karena rumah merupakan tempat beristirahat suatu keluarga setelah seharian menjalani rutinitas yaitu bekerja, sekolah dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Rumah Tangga berpengaruh terhadap Penyaluran KPR type 54 dan type 36 Melalui BTN di Kota Surabaya dan untuk mengetahui diantara keempat variabel diatas yang berpengaruh palin dominan terhadap Penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya
Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur, Kantor Pusat Informasi Perumahan Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur, dan Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Surabaya. Teknis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda Dengan Menggunakan alat bantu komputer program Statistic Program For Social Sciensce (SPSS) versi 16.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Melalui analisis Regresi Linier berganda diperoleh persamaan regresi dengan menggunakan uji F regresi secara simultan variabel bebas Pendapatan Perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Inflasi (X3) dan Jumlah Rumah Tangga
(X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penyaluran Kredit
Pemilikan Rumah type 54 dan type 36 Melalui BTN di Kota Surabaya (Y) diperoleh F hitung > F tabel yang berati bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Y1,Y2,Y3,Y4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap variabel
terikat (Y1 dan Y2). hasil uji signifikasi variabel bebas terhadap variabel terikat
diketahui bahwa Variabel Tingkat Suku Bunga KPR dan Jumlah Rumah Tangga berpengaruh terhadap Penyaluran KPR. Sedangkan dari hasil koefesien variabel Tingkat Suku Bunga KPR dan Jumlah Rumah Tangga yang didapat peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga KPR yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada variabel Jumlah Rumah Tangga, hal ini menunjukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga merupakan faktor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan akan perumahan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini perubahan laju pembangunan
semakin terus meningkat, terutama saat ini Bangsa Indonesia telah
memasuki tahap tinggal landas, sehingga berbagai upaya ditempuh untuk
mendorong kegiatan-kegiatan pemerataan pembangunan. Pembangunan
nasional pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat adil dan makmur merata disegala bidang.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus
terpenuhi selain sandang dan pangan. Karena rumah merupakan tempat
beristirahat suatu keluarga setelah seharian menjalani rutinitas yaitu
bekerja, sekolah dan lain-lain. Disini diharapkan setiap rumah tangga
mendapatkan/ memiliki tempat tinggal yang layak untuk mendukung
aktivitas serta menjamin kesehatannya. Selain itu rumah yang merupakan
kebutuhan papan pun sering dijadikan tolak ukur kesejahteraan manusia
dan perekonomian saat ini.
Pada masa sekarang kebutuhan perumahan yang layak dan
lingkungan yang sehat menunjukkan adanya perubahan kehidupan
cenderung meningkatkan status atau keadaan sosial sehingga
meningkatkan lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih. Perumahan
merupakan salah satu bidang pembangunan pemerintah yang selalu terkait
dengan masalah penduduk, antara lain bertambahnya jumlah rumah tangga
baru, sehingga pertambahan permintaan akan tempat tinggal searah dengan
meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun
Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.
Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut
memiliki uang yang nilainya sama dengan harga rumah tersebut. Namun,
seiring dengan semakin sulitnya keadaan ekonomi dan banyaknya tuntutan
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat maka pembelian rumah
secara tunai semakin sulit dilakukan, terutama bagi masyarakat yang
tingkat ekonominya menengah ke bawah. Dengan demikian, pembelian
rumah secara kredit dikalangan masyarakat menjadi pilihan yang sangat
menarik.Penyaluran kredit perbankan pada sektor konsumsi mengalami
peningkatan yang drastis sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi belasan
tahun lalu. Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan-perusahaan besar
bangkrut sehingga sektor korporasi sangat sedikit menyerap kredit dari
bank. Bank-bank kemudian semakin menyadari bahwa peluang di pasar
konsumsi semakin besar, dimana resiko yang dihadapi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kredit pada pasar investasi.
Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan
pemilikan rumah (KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank-bank
disebabkan masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Pada
sisi lain, sebagian masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai,
sehingga ini menjadi peluang bagi bank-bank untuk memasarkan KPR
sebanyak-banyaknya. Strategi untuk memenangkan persaingan dalam
bisnis KPR adalah suku bunga dan pelayanan yang kompetitif
(www.kompas.com, April 2008).Suku bunga KPR yang tinggi dapat
menyebabkan ekspansi KPR menjadi turun. Pada sisi lain, Bank yang
mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, pasti dapat menarik
banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan berkembang.
Belum lama ini, tepatnya pada tahun 2007 lalu, krisis kredit
perumahan (subprime mortgage crisis) telah menggemparkan
perekonomian Amerika serta mengakibatkan tingginya tingkat inflasi
diseluruh dunia, bahkan efeknya mungkin masih terasa hingga saat ini.
Data Bank of America pada Februari 2008 menyebutkan bahwa masalah
kredit macet perumahan di Amerika Serikat (AS) tersebut telah
mengakibatkan kerugian di pasar modal global kurang lebih 7,7 triliun
Dollar AS (sekitar 7.000 triliun Rupiah), juga mengakibatkan kapitalisasi
pasar dunia turun 14,7 persen, selama tiga bulan setelah puncaknya terjadi
pada akhir Oktober 2007 lalu. Selain itu, sebuah laporan lembaga
pemeringkat, Standard and Poors menyebutkan bahwa pada Januari 2008
saja pasar saham global terpukul keras dengan kerugian kolektif 5,2 triliun
asing merosot dalam beberapa bulan terakhir. Oleh karena itu, cukup
beralasan bila dikatakan bahwa kerugian akibat krisis kredit perumahan
Amerika lebih besar daripada kerugian ekonomi yang timbul akibat
serangan teroris 11 September 2001, krisis keuangan Asia 1997, kegagalan
utang Argentina pada 2001, dan krisis Peso Meksiko pada 1994. Meski
tidak dapat disamakan dengan kondisi Amerika yang merupakan negara
perekonomian terbuka besar, namun pengalaman Amerika diatas
merupakan suatu pembelajaran berarti bagi kita semua. Belajar dari
pengalaman Amerika, tidak mustahil bila masalah tersebut terjadi di
Indonesia, walaupun mungkin efeknya tidak akan sebesar masalah di
Amerika. Di Indonesia selama ini kredit perumahan atau yang lebih
dikenal dengan istilah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah menjadi salah
satu cara dalam proses pemilikan rumah.
Menurut Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 1992
tentang perumahan dan pemukiman, rumah adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga.
Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Sarana lingkungan merupakan
kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas-fasilitas pendidikan,
kesehatan, perbelanjaan, niaga, pemerintahan, peribadatan, rekreasi,
prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air, pembuangan sampah dan
lain-lain. (Timoticin K,2002:28)
Pembangunan perumahan dikota Surabaya pada umumnya
dilakukaan oleh berbagai pihak diantaranya, pembangunan perumahan
yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam persatuan
pengusaha Real Estate Indonesia (REI) yang pada umumnya
diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah.
Pembangunan perumahan yang dilaksanakan oleh konstruksi swasta yang
pada umumnya diperuntukkan bagi golongan masyarakat sedang melalui
Bank Pembangunan Perumahan yang dilakukan oleh developer lainnya
yang bukan termasuk diatas. (Anonim, 1996:8)
Rumah merupakan idaman setiap keluarga untuk memilikinya.
Oleh karena itu peran serta usaha estate dalam pembangunan nasional
khususnya dalam bidang perumahan dapat dilihat dari jumlah rumah yang
dibangun, dimana jangka waktu tersebut oleh Perum Perumnas atau
pemerintah (Rosyidi, 1992:305)
Untuk itu permintaan akan rumah sesuai dengan jumlah penduduk
yang ada baiknya dari pihak developer maupun masyarakat menginginkan
adanya penurunan tingkat suku bunga yang relatif stabil, prosedur yang
lebih memudahkan bagi pihak developer untuk mendapatkan fasilitas
kredit di bank, pembebasan tanah, maka permintaan kredit pemilikan
rumah bisa terwujud sesuai dengan keinginan masyarakat
Lembaga pembiayaan yang dipercaya oleh pemerintah selama ini
salah satunya yaitu BTN ( Bank Tabungan Negara) untuk menyediakan
kredit perumahan rakyat sehingga memungkinkan setiap orang dengan
mudah memperoleh pinjaman untuk membeli rumah dengan jaminan
rumah tersebut dan mengembalikannya untuk jangka waktu yang panjang.
Untuk memiliki/ membeli rumah sederhana dapat dilakukan
dengan cara angsuran. Pemohon KPR-BTN tidak bisa menentukan
keinginan pemilikan rumah berdasarkan selera pribadinya, melainkan
harus dipertimbangkan menurut persyaratan atau prosedur yang telah
ditentukan oleh BTN. Seperti halnya type rumah tertentu boleh diambil
berdasarkan besar penghasilan yang dimiliki oleh calon debitur tersebut,
demikian pula halnya dengan penentuan uang muka, tingkat suku bunga
serta angsuran perumahannya. Pembiayaan kredit perbankan untuk
membangun perumahan tergantung pada kemampuan bayar dan
pendapatan masyarakat sebagai konsumsi. Untuk itu KPR dengan jangka
waktu kredit cukup panjang dan tingkat suku bunga yang terjangkau
mempunyai pengaruh cukup berarti.
Di Surabaya masyarakat cenderung memilih perumahan type 54
karena perumahan type 54 adalah type standart artinya bahwa harga yang
sudah dipatok oleh pengembang tidak terlalu murah dan juga tidak terlalu
mahal. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi pilihan pada masyarakat
disitulah banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
Kredit Pemilikan Rumah type 54 di Kota Surabaya.
Akan tetapi selain type 54 masyarakat Kota Surabaya khususnya
masyarakat menengah kebawah lebih berminat pada type 36 karena
termasuk rumah sederhana dan rumah sehat. Tentunya dengan berbagai
pertimbangan salah satunya dari segi harga yang lebih terjangkau oleh
masyarakat menengah kebawah tersebut. Sehingga disini peneliti ingin
meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KPR type 54 dan
type 36 yang ada di Kota Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan diatas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pendapatan perkapita, tingkat suku bunga , inflasi, dan
jumlah rumah tangga mempengaruhi penyaluran KPR type 54
melalui BTN di Kota Surabaya?
2. Manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, inflasi,
dan jumlah rumah tangga yang paling dominan mempengaruhi
3. Apakah pendapatan perkapita, tingkat suku bunga , inflasi, dan
jumlah rumah tangga mempengaruhi penyaluran KPR type 36
melalui BTN di Kota Surabaya?
4 Manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, inflasi,
dan jumlah rumah tangga yang paling dominan mempengaruhi
penyaluran KPR type 36 melalui BTN di Kota Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku
bunga , inflasi, dan jumlah rumah tangga terhadap penyaluran KPR
type 54 melalui BTN di Kota Surabaya
2. Untuk mengetahui manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat
suku bunga, inflasi, dan jumlah rumah tangga yang paling dominan
pengaruhnya terhadap penyaluran KPR type 54 melalui BTN di Kota
Surabaya
3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku
bunga , inflasi, dan jumlah rumah tangga terhadap penyaluran KPR
type 36 melalui BTN di Kota Surabaya
4. Untuk mengetahui manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat
suku bunga, inflasi, dan jumlah rumah tangga yang paling dominan
pengaruhnya terhadap penyaluran KPR type 36 melalui BTN di Kota
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dan diberikan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi Pemerintah daerah dan Pengembang
(Developer) dalam pengembangan perumahan di kawasan Kota
Surabaya
2. Sebagai bahan pertimbangan, khususnya dalam penyediaan perumahan
sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat
3. Sebagai acuan serta masukan dan sumber informasi bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil- Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh mahasiswa lain
yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian
berkaitan dengan penelitian ini adalah:
2.1.1 Wiwin Dwi W, Skripsi (2005 : x)
Dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi permintaan
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Type 36 di Kabupaten Sidoarjo.
Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah permintaan KPR (RS),
Type 36, Tingkat Pendapatan Konsumen Harga Rumah, Tingkat Suku
Bunga KPR, dan Jangka Waktu Kredit. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh persamaan regresi
dengan menggunakan uji F regresi secara simultan variabel terikat dengan
parsial variabel harga rumah dan tingkat suku bunga KPR berpengaruh
nyata terhadap permintaan KPR type 36.
2.1.2 Dana Erlina S, Skripsi (2006 : xi)
Dengan judul penelitian “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
permintaan Rumah Type 36 KPR Mandiri di Surabaya” dalam penelitian
ini variabel yang dikaji adalah Permintaan Rumah type 36 di Surabaya,
Pendapatan Perkapita, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Fasum
dan Jumlah Penduduk .Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda sehingga diperoleh persamaan regresi dengan menggunakan uji
F regresi secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat dengan = 9,350≥ = 3,48. Sedangkan dari
hasil penelitian ini diketahui sexara parsial variabel pendapatan perkapita
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah type 36 di
Surabaya.
2.1.3 Komariyah Skipsi(2005 : viii)
Dengan judul penelitian : ”Beberapa Faktor yang mempengaruhi
Permintaan Masyarakat Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui
Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR/BTN) di Kota
Surabaya. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan
Rumah Sederhana di Kota Surabaya, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku
Bunga KPR, dan Harga Rumah. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi dengan menggunakan uji F regresi secara simultan variabel bebas
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan =
9,124> = 3,587 . Sedangkan dari hasil penelitian ini diketahui
secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan
terhadap permintaan rumah sederhana di Kota Surabaya.
2.1.4 Hairuddin (2006 : xi)
Dengan judul penelitian : “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Kredit Rumah Type 54 melalui KPR BTN di Kota Surabaya”.
Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan Rumah Type
54 di Kota Surabaya, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, dan
Jumlah Rumah Tangga. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda sehingga diperoleh persamaa regresi dengan menggunakan uji F
regresi secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat dengan = 4,102 ≥ = 3,48. Sedangkan dari
hasil penelitian ini diketahui secara parsial variabel harga rumah
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah type 54 di Kota
Surabaya.
2.1.5 Aditiamurti Wahyuni D (2005 : xi )
Dengan judul penelitian: “ Analisis Permintaan Rumah Melalui
Kredit Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara”. Dalam penelitian ini
variabel yang dikaji adalah Permintaan Terhadap Rumah Sederhana (RS)
Rumah, Tingkat Suku Bunga KPR-BTN, dan Inflasi. Penelitian ini
menggunakan metode Partial Adjusment Model atau Model Penyesuaian
Partial. Dalam penelitian ini terdapat suatu hubungan simultan atau
pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel tambahan
Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya terhadap Permintaan RS dan RSS
dengan = 4,347> =2,90. Sedangkan secara parsial bahwa
Harga Rumah dan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya mempengaruhi
masyarakat untuk menunda pembelian rumah meskipun kebutuhan rumah
mendesak. Hal ini berarti bahwa terjadi penyesuaian secara bertahap, dan
masyarakat baru akan melakukan pembelian apabila terjadi perubahan
ekonomi yang lebih memungkinkan untuk membeli.
2.1.6 Arpa Syura Tambuno,jurnal (2005)
Dengan judul Penelitian: “ Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah
KRR-BTN Bagi Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya. Dalam
penelitian ini variabel yang dikaji adalah Pengalihan hak atas rumah
berikut tanahnya, melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan
Negara (KPR-BTN). Proses alih debitur, pada pelaksanaannya ada dua
cara, yaitu secararesminya, langsung melalui PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Kantor Cabang Palangka Raya, atau melalui proses lain yang
cukup aman untuk dilakukan, walaupun tidak sesempurna alih debitur
secara langsung, yaitu dengan pengikatan pengalihan hak atas rumah
dalam penulisan tesis ini adalah yuridis empiris, yaitu penulis berusaha
melakukan pendekatan dengan masalah yang diteliti sesuai dengan sifat
hukum riil berlaku, pada Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan teknik
pengumpulan sample berbentuk purposive sampling yang didasarkan pada
tujuan dan bentuk-bentuk tertentu.
2.1.7 Ratna Wulan Wibowo,jurnal (2008)
Dengan judul penelitian: “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen (KPRA) serta
Pengaruhnya terhadap Business Cycle Indonesia. Di Indonesia selama ini
kredit perumahan atau yang lebih dikenal dengan istilah Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) telah menjadi salah satu cara dalam proses pemilikan
rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dan
pengaruh dari beberapa variabel ekonomi terhadap volume KPRA, serta
respon business cycle terhadap guncangan volume KPRA di Indonesia.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah
analisis cross correlation, vector auto regression (VAR) yang
dikombinasikan
dengan vector error correction model (VECM), dan didalamnya
mengandung
analisis varians decomposition (VD) serta impulse response function
Seluruh rangkaian analisis tersebut dapat dilakukan dengan bantuan
software
Eviews 4.1 dan Microsoft Excel.
Jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dengan
penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada ukuran waktu, tempat
penelitian dan ruang lingkup yang digunakan oleh peneliti berdasarkan
penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga
merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “ Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah type 54
dan type 36 melalui BTN di Kota Surabaya” dengan variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku
Bunga KPR, Inflasi, dan Jumlah Rumah Tangga. Sedangkan variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penyaluran Rumah
type 54 dan type 36 di Kota Surabaya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Rumah
Untuk memecahkan masalah pemukiman tidak sehat, pertambahan
penduduk yang pesat dan penyebarannya yang tidak merata terutama
peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah beserta pengembang
mengeluarkan program pembangunan rumah yang dimaksudkan agar
Dengan Memiliki Rumah diharapkan seseorang dapat meningkatkan :
a. Kepastian Pribadi
Yang berarti dengan pembangunan sebuah rumah dapat memberikan
para penghuni perasaan stabil, aman, nyaman serta rasa percaya diri,
dan bersedia untuk menerima tanggung jawab atas lingkungannya yang
baru.
b. Kesadaran penghuni
Yaitu penghuni mempunyai kesadaran dengan lingkungan yang baru,
serta bersedia membagi kesulitan dengan tetangga. Dengan kesadaran
penghuni diharapkan dapat membantu perencanaan pembangunan
perumahan.
c. Kemasyarakatan penghuni
Yang berarti hubungan antara tetangga harus dibangun dari rumahnya
dan apabila masyarakat mempunyai hubungan yang erat akan dapat
membentuk suatu perumahan yang aman dan nyaman.
2.2.2 Pengertian Bank
Secara pengertian bank bagi masyarakat umum adalah suatu
institusi dimana kegiatan yang menyangkut masalah keuangan masyarakat
dilaksanakan. Menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan, deposito
meminjam sejumlah dana untuk kelanjutan atau pengembangan usaha
dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa perbankan.
Menurut UU RI No.7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 tentang
Perbankan, yang dimaksudkan dengan BANK adalah “ Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
mengeluarkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghimpun dan menyalurkan
dana dari dan kepada masyarakat merupakan kegiatan utama perbankan.
Dari kegiatan tersebut bank mendapatkan keuntungan berupa selisih bunga
spread yang digunakan untuk terus memutar usahanya.
2.2.3 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari kata credere ( bahasa Yunani ) yang artinya
kepercayaan; dengan demikian apabila seseorang mendapat kredit maka ia
mendapatkan kepercayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari semua barang dan jasa dapat dimiliki
atau dimanfaatkan dengan menggunakan kredit.Pemilikan barang dengan
mempergunakan kredit dapat meliputi barang bergerak dan barang tidak
bergerak. Contoh dari barang bergerak meliputi motor, mobil, tv dan
sebagainya. Semua dapat dimiliki dengan jangka waktu pendek,
menengah, dan panjang sesuai perjanjian antara kreditor dan debitor.
2.2.3.1 Kredit Perumahan Rakyat
Pola umum Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap ke IV
meletakkan sektor perumahan sebagai sasaran utama untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan pemerintah dengan
memperluas pengembangan kawasan dengan fasilitas umum dan sosial
lainnya
Pelaksanaan Pembangunan Perumahan diarahkan untuk :
a. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu makin ditingkatkan
khususnya perumahan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat
berpenghasilan rendah
b. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu dikembangkan secara
lebih terarah dan terpadu dengan memperhatikan jumlah penduduk dan
penyebarannya, tata guna tanah, pembiayaan, perluasan kesempatan
kerja, kesehatan lingkungan, tersedianya fasilitas sosial yang
dibutuhkan, produksi bahan bangunan setempat serta keserasian dengan
lingkungan pemukiman pada khususnya dan dengan pengembangan
daerah pada umumnya.
c. Lembaga pembiayaan yang melayani pembangunan perumahan perlu
terhimpunnya modal yang memungkinkan pembiayaan pembangunan
perumahan dengan jumlah yang besar dan dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah
Bank yang berfungsi sebagai agent of development, khususnya
bank pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan
program pembangunan jangka panjang tahap kedua sebagai
penyandang dana, sebagai indikator antara kepentingan sektor-sektor
pemerintah, memberikan pelayanan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Sektor swasta ikut andil dalam pembiayaan pengadaan
perumahan dan sektor masyarakat yakni memberi keringanan
pembayaran atas pemilikan rumah.
2.2.3.2 Tujuan Kredit
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank dalam
mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah:
1. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dan dapat
memperluas perusahaan
2. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan
3. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat
2.2.3.3 Penilaian Kredit
Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit
mempunyai suatu nilai. Untuk menentukan kredit pihak Bank selalu
mempertimbangkan 5 C yaitu:
Character
Artinya watak kelakuan, tabiat dari debitur ada itikat baik serta
kemauan untuk membayar kredit yang diambil
Capacity
Artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang
ia terima
Capital
Artinya permodalan dari debitur yang biasanya dapat dilihat dari
neraca yang terdiri dari aktiva-aktiva yang setiap waktu dapat
tersedia untuk memenuhi segala kewajiban jangka pendek.
Collateral
Artinya jaminan, dapat berupa barang baik barang bergerak
maupun barang tidak bergerak yang nilainya sesuai dengan nilai
Conditions
Artinya kondisi mengenai perekonomian secara umum serta
kondisi dari debitur mengenai keadaan usahanya dimasa kini dan
dimasa mendatang yang erat hubungannya dengan tingkat bunga
atas kredit yang diambil
(Harijanto,1996:9)
Selain itu pihak Bank juga memiliki pertimbangan yang sering disebut
dengan 7 P yaitu:
Personality
Bank mencari data tentang kepribadian serta hal-hal lain yang erat
hubungannya dengan kepribadian si peminjam.
Purpose
Bank mencari data tentang tujuan / keperluan penggunaan kredit.
Prospect
Bank harus mengetahui harapan masa depan dari bidang usaha /
kegiatan si peminjam.
Bank harus mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman
yang akan diberikan.
Party
Yaitu mengklarifikasikan nasabah kedalam loyalitas, serta
karakternya.
Profitabiity
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Diukur dari periode ke periode.
Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang
diberikan benar-benar aman.
(Kasmir,2003 : 119)
2.2.3.4 Fungsi Kredit
Sedangkan fungsi dari pemberian kredit meliputi:
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Alat stabilitas ekonomi
5. Meningkatkan kegairahan berusaha
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan
7. Meningkatnya hubungan internasional
2.2.3.5 Jenis-jenis Kredit
Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis dilihat
dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi kegunaan:
a. Kredit Investasi
Digunakan untuk pembelian barang-barang modal yang tidak
habis dalam satu perputaran usaha. Misalnya untuk
pembangunan dan perluasan unit usaha, pembelian peralatan,
mesin-mesin dan alat transportasi.
b. Kredit Modal Kerja
Pembiayaan untuk memperluas atau meningkatkan produksi
dan operasional, misalnya untuk menambah bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya operasional lainnya.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit:
Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif, baik untuk
peningkatan usaha atau produksi maupun investasi. Hasil dari
kredit ini adalah peningkatan
b. Kredit Konsumtif
Penggunaannya untuk tujuan- tujuan konsumtif atau untuk
pembelian barang dan jasa yang tidak ada hubungannya dengan
peningkatan usaha atau investasi.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Fasilitas pinjaman atau kredit yang diberikan untuk jangka
waktu kurang dari 1(satu) tahun atau paling lama 1 (satu) tahun.
b. Kredit Jangka Menengah
Fasilitas pinjaman atau kredit yang jangka waktunya berkisar
antara 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun
Merupakan kredit yang jangka pengembaliannya diatas 3 (tiga)
tahun dan 5 (lima) tahun.
2.2.3.6 Unsur-unsur Kredit
Unsur yang terdapat dalam kredit adalah:
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang dan jasa
akan benar- benar diterimanya kembali dalam jangka waktu
tertentu dimasa yang akan datang.
b. Waktu, yaitu suatu masalah yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan
dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra
prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama
kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya,
karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari
depan itu, maka masih selalu terdpat unsur ketidaktentuan
yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan
timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah
d. Prestasi, obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk
uang, tetapi dapat juga berbentuk barang dan jasa. Namun
karena kehidupan modern sekarang ini didasarka pada uang
maka transaksi kredit menyangkut uanglah yang sering kita
jumpai dalam praktek perkreditan. (Suyatno,dkk 1999 :
14)
2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit
Bagi bank, jaminan kredit merupakan sumber kedua pembayaaran
kembali kredit bunga yang tertunggak. Sumber pertama pembayaran
kembali kredit adalah dana intern perusahaan terutama keuntungan dan
dana penyusutan. Bila debitura gagal memenuhi kewjiban keuangannya
kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang
dujamin akan depergunakan sebagai gantinya. ( Sutojo, 1995: 155).
Fungsi utama jaminan adalah memperkecil jumlah kerugian yang
diderita bank, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan kredit
dapat berupa harta fisik (tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan,
persediaan barang dan sebagainya)
Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon
1. Faktor Intern Bank
Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit
terlebih dahulu bank akan memeriksa kondisi intern operasi dan
keuangan dewasa ini, dua atau tiga tahun terakhir, serta prospek masa
depan.
2. Kredibiliras
Bank akan lebih bersemangat dalam bekerjasama dengan investor,
apabila mitra usaha mereka dapat menunjukkan kemampuan menglola
proyek yang akan dibangun dengan baik.
3. Prospek masa depan proyek
Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah
2.2.3.8 Sasaran Kredit
Dalam pemberian kredit ada dua golongan masyarakat yang
dijadikan sasaran, yaitu:
1. Golongan Pengusaha
Yaitu semua pengusaha warga Negara Indonesia yang bergerak
diberbagai sektor ekonomi, seperti sector pertanian, perindstrian,
perdagangan dan jasa lainnya ( Anonim, 1991)
Yang dimaksud dengan Golongan Masyarakat Berpenghasilan
Tetap adalah:
Semua pegawai negeri yang dimaksudkan dalam peraturan
Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1974 Bab I pasal I. pegawai negeri yang
dimaksudkan adalah Pegawai negeri sipil (baik pegawai negeri sipil
pusat, pegawai negeri sipil daerah, maupun pegawai negeri sipil
lainnya yang ditetapkan / diangkat atas dasar Peraturan pemerintah
PGPG-1968 dengan pangkat III/d kebawah dan juga bukan pejabat
2.2.3.9Syarat-syarat Calon Nasabah Kredit
a. Golongan Pengusaha ; persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
Menyerahkan Surat keterangan sebagai penduduk desa dari
Kepala Desa/ Lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk
dibiayai
Untuk nasabah yang sudah mempunyai ijin usaha, cukup
menyerahkan copy surat ijin usaha tersebut
Dapat memberikan laporan tentang penghasilan perbulan dan
b. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap; persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain:
Menyerahkan Slip gaji /pension dari instansi terkait
Menyerahkan asli Surat Keputusan (SK) pengankatan pegawai
tetap yang pertama dan asli SK penetapan pangkat pegawai
yang terakhir atau asli Surat Keputusan Pensiun Bagi yang
berstatus pensiunan
2.2.4 Pendapatan Per Kapita
Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata
penduduk, oleh karena itu untuk mendapatkan perkapita pada 1 tahun
tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu
dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama, sedangkan untuk
menetukan laju pertumbuhan pendapatan perkapita adalah dengan
mengurangi laju pertumbuhan pendapatan nasional riil dengan laju
pertumbuhan penduduk, yaitu dengan menggunakan rumus :
(Arsyad, 1992 : 22)
Dimana :
gt : tingkat pertambahan pendapatan perkapita
Pt : tingkat pertambahan penduduk pada tahun t
Dengan adanya pendapatan per kapita suatu Negara mengharapkan
pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab
dengan pendapatan perkapita suatu Negara dapat membandingkan laju
perkembangan ekonomi yang dicapai Negara dari masa ke masa
Adapun pengertian pendapatan perkapita menurut (Sukirno,
1994:56) bahwa pendapatan perkapita pada tahun yang sama dengan
jumlah penduduk baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja, laki-laki
maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, apabila penduduk suatu
daerah selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional, maka
tingkat pendapatan keluarganya menjadi rendah. Demikian sebaliknya
apabila jumlah penduduk suatu Negara lebih kecil dari kenaikan
pendapatan nasional, maka pendapatan menjadi tinggi.
Dengan demikian pendapatan perkapita dari tahun ke tahun dapat
ditentukan dengan rumus:
t = x 100% (Sukirno, 1994 : 56)
Keterangan:
t = pertambahan dalam pendapatan perkapita dinyatakan dengan %
PPKt-1 = pendapatan pada tahun t-1
Apabila pendapatan perkapita suatu darerah meningkat , maka ini berarti
terjadi peningkatan pendapatan pada tiap-tiap masyarakat daerah tersebut daerah
tersebut.
2.2.4.1 Hubungan pendapatan Perkapita Terhadap Penyaluran Rumah
Apabila pendapatan rata-rata perkapita masyarakat dalam suatu
Negara khususnya Negara Indonesia menjadi naik pada setiap tahunnya,
maka dapat dikatakan bahwa daya beli konsumen (masyarakat) pada
umumnya dalam penyaluran rumah type 54 dan type 36 di Kota Surabaya
menjadi meningkat seiring dengan laju pendapatan perkapita
2.2.5 Tingkat Suku Bunga
2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga diartikan sebagai harga atas suatu penggunaan
uang atau dana untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori klasik fungsi
tabungan dan tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang
tinggi masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan / mengurangi
Dalam teori Keynes tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan
dan penawaran uang. Menurut teori ini ada 3 tingkat motif yang
merupakan sumber timbulnya “permintaan akan uang” yang diberi nama
Liquidity Preference. Nama ini bermakna bahwa permintaan uang menurut
teori Keynes berdasarkan pada konsep bahwa orang pada umumnya
menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi 3 motif yaitu :
1. Motif Transaksi
Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan
transaksi-transaksi yang dilakukan serta permintaan akan uang dari masyarakat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga.
Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume transaksi.
Keynes berpendapat bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi ini
merupakan suatu property yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula
oleh tinggi rendahnya tingkat bunga.
2. Motif Berjaga- jaga
Permintaan akan uang untuk melakukan pembayaran- pembayaran
yang tidak regular atau yang diluar rencana transaksi normal. Motif ini
disebut motif berjaga- jaga (Precauntionary motive). Orang yang
mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan
yang tak terduga, karena sifat uang yang liquid mudah ditukarkan
3. Motif Spekulasi
Sesuai dengan namanya, motif dari pemegang uang ini terutama adalah
bertujuan untuk memperoleh “keuntungan” yang bisa diperoleh
seandainya pemegang uang bisa meramal atau menduga apa yang akan
terjadi diwaktu yang akan datang. Yang perlu digaris bawahi adalah
bahwa untuk berspekulasi di pasar surat berharga orang perlu
memegang uang tunai, karena keinginan spekulasi tersebut bias
menghasikan keuntungan maka orang bersedia membayar untuk tujuan
tertentu
(Boediono, 1992 : 31)
2.2.5.2 Penentuan Tingkat Bunga
Masalah penentuan tingkat suku bunga menjadi masalah penting
bagi Negara berkembang yang sedang mengalami proses liberalisasi
sistem keuangan dalam negerinya. Pertanyaan bagaimana suku bunga
yang diharapkan berlaku menghadapi perubahan lingkungan dan
bagaimana merespon pengaruh luar negeri dan kebijaksanaan dalam negeri
adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan khusus bagi pembuat
kebijaksanaan di Negara yang sedang berkembang. Hanya jika perilaku
suku bunga diketahui dengan baik, kita dapat meramalkan pengaruh
perubahan suku bunga tersebut pada variabel- variabel ekonomi mikro
seperti tabungan, investasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan
Meskipun model yang dikemukakan disini berstruktur sederhana,
namun dapat menggabungkan prinsip- prinsip penentuan tingkat bunga
seperti suku bunga luar negeri, perubahan kurs valuta yang diharapkan,
dan pembangunan meneter dalam negeri. Model-model tersebut dapat
diterapkan secara umum pada berbagai Negara yang sedang berkembang
yang berbeda derajat perbedaannya. Melalui model ini sebenarnya dapat
ditentukan secara empiris derajat keterbukaan Negara.
(Iswardono, 1996 : 197)
Dalam menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga
juga terdapat perbedaan pendapat diantara ahli- ahli ekonomi Klasik dan
Keynes. Menurut Keynes tingkat bunga tergantung pada jumlah uang yang
beredar dan preferensi likwiditet atau permintaan uang. Yang
dimaksudkan dengan preferensi likwiditet adalah permintaan keatas uang
oleh seluruh masyarakat dalam perekonomian.
2.2.5.3 Struktur Tingkat Bunga
Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan
oleh determinan sebagai berikut :
1. Jangka waktu dari klaim keuangan
2. Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
4. Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.
Dari keempat determinan tersebut diatas, perbedaan dari jangka
waktu klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak
dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut
struktur masa (term structure) dari suku bunga. Ketiga determinan lainnya
juga merupakan faktor penting, akan tetapi sering kali lebih mudah dalam
menentukan pengaruhnya terhaadap struktur bunga.
Struktur masa dari suku bunga berkaitan dengan hubungan antara
suku bunga dari berbagai klaim keuangan yang serupa dalam
karakteristiknya kecuali berbeda dalam jangka waktunya. Sekuritas
pemerintah merupakan contoh terbaik dari klaim keuangan untuk melihat
pengaruh dari jangka waktu terhadap struktur suku bunga karena jangka
waktu merupakan pembeda utama dari treasury bills, notes (utang) dan
obligasi. Semua sekuritas pemerintah ini mengandung resiko tunggakan
sebesar nol, mempunyai pelakuan pajak sama terhadap penghasilan
bunganya dan capital gain, dan tingkat kemudahan pemasaranannya
kurang lebih sama. Jadi sebab utama dari perbedaan suku bunga atas
sekuritas pemerintah yang berjangka pendek dan berjangka panjang adalah
jangka waktunya (Sawaldjo,2004:84)
Cara yang sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara
suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil
empat kemungkinan pola dari kurva hasil. Pertama, kurva hasil yang
meningkat menunjukam meningkatnya suku bunga jika jangka waktunya
meningkat dan kedua, kurva menurun menunjukkan seku bunga yang
menurun jika jangka waktunya meningkat. Ketiga, berbentuk datar berarti
suku bunga tetap konstan pada jangka waktu berapapun, sedang yang
keempat berbentuk punuk (punggung) yaitu mula- mula naik bila jangka
waktunya meningkat.
Gambar 1 : Empat kemungkinan kurva hasil
Suku bunga Suku bunga
1 2
Jangka waktu Jangka waktu
Suku bunga Suku bunga
Jangka waktu Jangka waktu
Sumber : Puspopranoto, Sawaldjo,2004,Keuangan Perbankan dan Pasar
Keuangan,Pustaka LP3ES, Jakarta,hal 85.
2.2.5.4 Bunga Bank
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai
harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki sempanan)
dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari- hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu :
1. Bunga simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah
yang menyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan merupakan harga
yang harus dibayar bank pada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro,
bunga tabungan dan bunga deposito
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang
harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh
bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya
dan pendapatan bagi bank. Bunga pinjaman merupakan biaya dana yang
harus dikeluarkan oleh nasabah, sedangkan bunga simpanan merupakan
pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan atau bunga
pinjaman masing- masing saling mmempengaruhi satu sama lainnya.
Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi maka secara otomatis
bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya
(Kasmir,2004 : 122)
Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menetukan besar kecilnya
suku bunga simpanan dan pimjaman sangat dipengaruhi keduanya, artinya
baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping
pengaruh faktor- faktor lainnya.
Faktor- faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan
suku bunga sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi
dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga
Namun apabila dana simpanan yang ada banyak sementara
permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
dalam memperebutkan dana simpanan maka disamping faktor
promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatiikan
pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata- rata 16% maka,
jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita
naikkan diatas bunga pesaing misalnya 17%. Namun sebaliknya untuk
bunga pinjaman kita harus berada dibawak bunga pesaing
3. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka waktu
Semakin lama jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka
6. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan
sertifikat taanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal
pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi
jaminan yang likuid sebagai sertifikat atau rekening giro yang
dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan
dengan jaminan tanah.
7. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperolehsuatu kredit
sangan menentukan suku bunga yang akan dibebankan nantinya,
karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit
macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
Biasanya Bank akan menggolongkan nasabahnya antara nasabah
utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini
didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
terhadap bank.
Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan
pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya berbeda dengan
nasabah lainnya.
10.Jaminan Pihak ketiga
Dalam hal ini pihak ynag memberikan jaminan kepada penerima
kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid baik
dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya
terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun juga berbeda.
Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang
bonafid atau kurang dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat
digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.
(Kasmir, 2004 : 122-124)
2.2.5.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Rumah
Tingkat Suku Bunga KPR merupakan tingkat suku bunga yang
ditentukan oleh masing-masing pemberi kredit. Tentu saja penentuan
tingkat suku bunga mengacu pada kondisi perekonomian Negara tersebut.
Akan tetapi dalam hal ini pemerintah tetap memiliki kewajiban
dirugikan ketika melakukan kredit pemilikan rumah. Sehingga apabila
tingkat suku bunga KPR tinggi tentu saja permintaan rumah akan sedikit
yang berujung pada sedikitnya penyaluran KPR type 54 dan type 36 di
Kota Surabaya
2.2.6 Pengertian Inflasi
Inflasi menurut Nopirin,1990 : adalah proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus menerus. Sedangkan menurut Sinungan
M,1991: inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara terus menerus. Dari pengertian diatas hal yang penting dalam
masalah inflasi adalah terjadinya kenaikan harga barang secara terus-
menerus walaupun kenaikan harga barang-barang tersebut tidak sama
presentasinya
Untuk lebuh jelasnya, berikut beberapa klasifikasi dari inflasi:
1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya Inflasi dapat ditinjau dari laju dan derasnya
inflasi, dalam hal ini dibagi menjadi:
a. Inflasi merayap ( creeping inflation ) ditandai dengan laju inflasi
yang rendah dan ukurannya kurang dari 10% per tahun sedang
kenaikan harga berjalan lamban serta dalam jangka waktu yang
b. Inflasi menengah ( galloping inflation ) dalam hal ini kenaikan
harga cukup besar (biasanya 2 digit) serta waktunya relatif pendek
dan mempunyai sifat cepat artinya kenaikan harga minggu ini
naiknya lebih cepat dibanding dengan harga minggu bulan lalu.
Akibatnya terhadap perekonomian lebih berat dibanding dengan
inflasi merayap
c. Inflasi tinggi ( hyper inflation ) sesuai dengan namanya
harga-harga umum naik lima atau enam kali, sedang nilai uang merosot
dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan
uang
2. Inflasi Menurut Sebabnya
Menurut sebabnya inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Demand pull inflation, timbul karena permintaan masyarakat akan
berbagai barang terlalu kuat.
Gambar 2 : Kurva Demand Pull Inflation
P S
P1 E1
PE0 E0
O
QE0 QE1 Q
b. Cost push inflation, timbul karena ada kenaikan ongkos/ biaya
produksi, bila ongkos produksi naik maka pada akhirnya akan
menaikkan harga dan turunnya produksi.
Gambar 3 : Kurva Cost Push inflation
P S1
PE1 S0
PE0 E0
O D
2.2.6.1 Hubungan Antara Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Perbankan
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga-harga barang
secara menyeluruh dan terus- menerus. Inflasi yang tak terkendali
menyebabkan terpuruknya perekonomian suatu Negara. Apabila kondisi
ini tidak cepat ditangani dampaknya akan semakin meluas pada
sektor-sektor lain. Salah satunya sektor-sektor perumahan, terjadinya inflasi berakibat
pada menurunnya minat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan
rumah sehingga berakibat pada minimnya penyaluran KPR type 54 dan
type 36 di Kota Surabaya.
2.2.7 Jumlah Rumah Tangga
Di dunia ini pada kenyataan seorang manusia atau pribadi
merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat, bahkan sejak ia kecil
hingga kematiannya ia tidak pernah bisa hidup sendiri. Sikap dan tindakan
seseorang mencerminkan pola dimana ia dibentuk oleh masyarakat dan
lingkungannya merupakan hasil sosialisasinya.
Lingkungan sosial yang paling dekat dengan manusia adalah
keluarga. Menurut para ahli keluarga adalah suatu satuan terkecil yang
pertama yang memberikan pengaruh terhadap sosialisasi diri manusia
terhadap pembentukan pribadi manusia. Namun sebaliknya apabila
keluarga bukan instansi pertama bagi sosialisasi diri manusia atau pribadi
maka lingkungan luar pengganti mempunyai peran terhadap pembentukan
diri manusia atau pribadi tersebut. Dalam keadaan normal seorang anak
akan banyak dipengaruhi atau dibesarkan oleh orang tuanya terlepas dari
soal kaya miskin, pendidikan terbaik yang diberikan, pencurahan kasih
sayang atau bimbingan dan pendidikan sehingga akan tumbuh dan
berkembang berdasarka pada sistem nilai yang dimiliki oleh keluarga
tersebut.
Dalam kehidupan nyata, kita temukan dimana seorang anak dapat
menjadi “seseorang” dan menjadi besar karena berasal dari keluarga yang
mempunyai kemampuan, baik secara fisik maupun materiil sehingga
mampu memberikan pendidikan yang terbaik terhadap pertumbuhan anak
2.2.7.1 Hubungan Jumlah Rumah Tangga terhadap Penyaluran Kredit
Perumahan
Apabila dalam suatu Penyaluran KPR ditentukan karena adanya
kebutuhan akan perumahan, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah
rumah tangga juga berpengaruh terhadap Penyaluran KPR karena apabila
juga akan meningkat sehingga penyaluran KPR type 54 dan type 36 di
Kota Surabaya juga akan meningkat.
2.3 Kerangka Pikir
Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah yang tidak diikuti oleh
peningkatan pendapatan perkapita tentunya akan menyulitkan masyarakat
untuk memiliki rumah. Sedangkan pertumbuhan penduduk meningkat dari
tahun ke tahun, terutama didaerah perkotaan baik karena kelahiran
maupun akibat urbanisasi yang begitu besar. Oleh karena itu pemrintah
memberikan kredit kepada masyarakat untuk memiliki rumah yang disebut
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Kredit Pemilikan Rumah merupakan program pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan kredit
kepada masyarakat diharapkan akan memudahkan masyarakat untuk
memiliki rumah, sehingga mendorong mereka untuk membeli rumah.
Namun banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk membeli
rumah type 54 dan type 36 di Kota Surabaya dapat digambarkan melalui
bagan sebagai berikut :
1. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah pendapatan nasional pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun itu. Pendapatan
perkapita disini merupakan pendapatan rata- rata penduduk disuatu
suatu Negara meningkat maka tentunya akan mempengaruhi daya beli
masyarakat ikut meningkat seiring meningkatnya pendapatan perkapita
masyarakat. (Sukirno, 1995 : 24)
Dengan meningkatnya daya beli masyarakat tentunya
menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang. Dimana
masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang belum
terpenuhi, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer yaitu
berupa pakaian, makanan, dan rumah tinggal.
Dengan meningkatnya pendapatan perkapita tentunya masyarakat
mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dalam hal ini rumah type 54
dan type 36. Yang artinya bahwa pendapatan perkapita merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah
2. Tingkat Suku Bunga KPR
Secara umum dikatakan bahwa peningkatan pendapatan
masyarakat mendorong mereka untuk menikmati hidup lebih baik, antara
lain dilakukan dengan cara berusaha untuk memiliki berbagai macam
barang konsumtif tahan lama, diantaranya adalah rumah tinggal. Akan
tetapi bila dana tabungan mereka tidak mencukupi, maka untuk memenuhi
kebutuhan tersebut mereka memanfaatkan Kredit Perbankan. (Sutojo,
1995 : 168)
Kegiatan Perbankan tidak bisa dipisahkan dari faktor tingkat suku
bunga adalah biaya peminjaman atau pendapatan dari perkreditan yang
dinyatakan dalam presentase tahunan. Tingkat bunga memainkan peran
penting bagi kalangan rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai
pembelian barang- barang tahan lama, diantaranya rumah tinggal.
Tingkat suku bunga kredit merupakan harga dari penggunaan uang
untuk jangka waktu tertentu, dimana harga tersebut terjadi di pasar.
Menurunnya tingkat suku bunga kredit menyebabkan terjadinya
peningkatan permintaan akan kredit, sehingga kredit yang akan disalurkan
juga akan mengalami kenaikan. (Anonim, 1999)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
tingkat suku bunga mempengaruhi penyaluran Kredit Pemilikan Rumah
dalam hal ini type 54 dan type 36.
3. Inflasi
Sukirno (1996 : 303) mengemukakan bahwa tingkat inflasi adalah
presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu.
Dengan hal itu dapat dijelaskan bahwa apabila harga- harga dalam suatu
tahun terus nelambung tinggi akan mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi
yang besar pula. Salah satu faktor yang menimbulkan inflasi adalah karena
perubahan permintaan, atau disebut Inflasi Tarikan Permintaan. Inflasi
tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan (dalam hal ini
produsen) tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat
akan beroprasi pada kapasitasnya yang maksimal, sehingga dengan begitu
akan menimbulkan kenaikan harga- harga. Padahal kenaikan harga-harga
tersebut akan menurunkan jumlah permintaaan rumah yang berujung pada
minimnya jumlah penyaluran KPR type 54 dan type 36.
4. Jumlah Rumah Tangga
Rumah tangga adalah unit satuan yang terkecil sekaligus kelompok
kecil dalam masyarakat. Setiap keluarga berusaha menyediakan kebutuhan
manusia yang paling pokok yaitu : makanan dan minuman, pakaian ,dan
tempat tinggal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak jumlah rumah tangga disuatu tempat maka kebutuhan akan tempat
tinggal juga akan meningkat, yang artinya jumlah rumah tangga
Gambar 4 : Paradigma Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 54 dan tupe 36 Melalui BTN di
Kota Surabaya
Sumber : Peneliti