BTN DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
DiajukanOleh : Tiara Ulfa Dwi Jayanti
0811010012/ FE/ IE Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul “ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERIMAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH TYPE 36 PADA BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) DI SURABAYA” dapat diselesaikan
dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Ilmu Ekonomi Study
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya
bantuan, bimbingan yang diberikan ibu Ibu Dr. Sri Muljaningsih, SE, MP, selaku
dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal
untuk membimbing skripsi. Serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih selaku
Dosen Pembimbing yang sebesar-besarnya dan yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas
ii
3. Bapak Drs.Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Pimpinan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
7. Ayah dan Ibu serta kakak saya tercinta yang telah memberikan dukungan
moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
8. Teman-teman jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan terima kasih
atas dukungan dan doanya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak tersebut diatas. Dalam penyusunan skripsi ini , penulis
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbatasan yang
dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat
Surabaya, Mei 2012
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI... x
2.1 HasilPenelitianTerdahulu ... 8
2.2 LandasanTeori ... 12
2.2.1 Pengertian Rumah ... 12
2.2.2 Pengertian Bank ... 13
2.2.3 Pengertian Kredit ... 14
2.2.3.1 Kredit Pemilikan Rumah... 15
2.2.3.2 Tujuan Kredit ... 16
2.2.3.3 Penilaian Kredit... 16
2.2.3.4 Fungsi Kredit... 18
2.2.3.5 Jenis – Jenis Kredit ... 19
2.2.3.6 Unsur – Unsur Kredit ... 20
2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit ... 21
2.2.3.8 Sasaran Kredit ... 22
2.2.3.9 Syarat – syarat Calon Nasabah Kredit ... 23
2.2.5 Tingkat SukuBunga... 25
2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga... 25
2.2.5.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga ... 26
2.2.5.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga... 28
2.2.5.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 32
2.2.5.5 Jenis – jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit.... 34
2.2.5.6 Penetapan Tingkat Bunga ... 35
2.2.5.7 Struktur Tingkat Bunga... 36
2.2.5.8 Bunga Bank... 39
2.2.5.9 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Kredit ... 40
2.2.6 Pengertian Inflasi ... 40
2.2.6.1 Hubungan Antara Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan... 43
2.2.7 Teori Harga ... 43
2.2.7.1 Pengertian Harga... 43
2.2.7.2 Aturan Baku Menetapkan Harga... 44
2.2.7.3 Harga Dipasar Persaingan Sempurna... 45
2.2.7.4 Hubungan Harga Rumah Rata – rata Terhdap Penyaluran Rumah ... 46
2.3 Kerangka Pikir... 46
2.4 Hipotesis ... 51
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52
3.2 Teknik Penetapan Sampel ... 53
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 54
3.3.1 Jenis Data ... 54
3.5.1 Teknik Analisis ... 54
3.5.2 Uji Hipotesis ... 55
3.6 PendekatnAsumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dapat koefisien ... 59
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 64
4.1 Letak Geografi dan Topografi Kota Surabaya ... 64
4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kota Surabaya... 64
4.1.2 Pembangunan Perumahan Kota Surabaya... 65
4.1.3 Keadaan Perumahan Kota Surabaya ... 65
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.2.1 Jumlah Penyaluran Kredit Rumah ... 66
4.2.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 67
4.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga ... 68
4.2.4 Perkembangan Tingkat Inflasi... 69
4.2.5 Perkembangan Harga Rata – rata Rumah... 70
4.3 Hasil Analisis AsumsiRegresi Klasik ( BLUE / Best Linier Unbiased Estimator ... 71
1. Autokorelasi ... 71
2. Multikolinier ... 73
3. Heterokedastisitas ... 74
4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 76
4.3.2 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 78
4.3.3 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 80
4.3.4. Pembahasan... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88
5.1 Kesimpulan... 88
Gambar1 Keinginan untuk meminjam dan ketersediaan untuk memberi
pinjaman menentukan besarnya suku bunga ... 26
Gambar 2 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga ... 27
Gambar 3 Teori keynes tentang Tingkat Suku Bunga ... 29
Gambar 4 Teori Keynes Permintaan Uang, Penawaran dan Suku Bunga.... 31
Gambar 5 Empat Kemungkinan Hasil Kurva... 38
Gambar 6 Kurva Demand Pull Inflation ... 42
Gambar 7 Kurva Cost Push Inflation ... 42
Gambar 8 Kerangka Konseptual Paradikma Penelitian ... 50
Gambar 9 Kurva Distribusi F ... 57
Gambar 10 Kurva Distribusi t ... 58
Gambar 11 Statistik Durbin Waston ... 62
Gambar 12 Kurva Statistik Durbin Waston ... 73
Gambar 13 Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis secara simultan atau keseluruhan ... 80
Gambar 14 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Pendapatan perkapita (X1) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y) . 81 Gambar 15 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga (X2) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y)... 82
Gambar 16 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Inflasi (X3) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y) ... 84
Gambar 17 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Harga Rata –
Tabel 1 Penyaluran Kredit Rumah tahun 2001 - 2010... 67
Tabel 2 Perkembangan Pendapatan Perkapita 2001 - 2010 ... 68
Tabel 3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga 2001 - 2010... 69
Tabel 4 Perkembangan Inflasi Tahun 2001 - 2010 ... 70
Tabel 5 Perkembangan Harga Rata – rata Rumah tahun 2001 - 2010 ... 71
Tabel 6 Tes Multikolinier... 74
Tabel 7 Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 75
Tabel 8 Analisi Varian (ANOVA) ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Input Jawa Timur
Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Analisis Faktor permintaan kredit
kepemilikan rumah pada BTN di Surabaya
Tabel Variables Entered / Removed
Tabel Model Summary
Tabel ANOVA
Lampiran 3 : Tabel Coefficients
Tabel Collinearity Diagnostic
Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics
Tabel Correlations
Lampiran 5: Tabel Pengujian Nilai F
Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t
Variables Entered/Removedb
Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah b.
Model Summaryb
.942a .887 .796 364.28453 1.127
Model
Predictors: (Constant), x4=harga rata-rata rumah, x3=inflasi, x2=tingkat suku bunga, x1=pendptan perkapita
a.
Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah b.
ANOVAb
5192358 4 1298089.603 9.782 .014a
663516.1 5 132703.217
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), x4=harga rata-rata rumah, x3=inflasi, x2=tingkat suku bunga, x1=pendptan perkapita
a.
1828.929 6977.498 .262 .804
.452 .161 3.099 2.805 .038 .782 .259 3.855
232.113 228.914 .531 1.014 .357 .413 .477 2.097
-178.586 53.116 -.686 -3.362 .020 -.833 .544 1.838
.000 .000 -2.195 -1.613 .168 -.585 .580 1.723
(Constant)
Dependent Variable: y=jml penyaluran kredit rumah a.
830.8840 2936.4800 1694.5000 759.55824 10 -464.297 407.75537 .00000 271.52166 10 -1.137 1.635 .000 1.000 10 -1.275 1.119 .000 .745 10 Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value Std. Residual
DI SURABAYA
Oleh :
Tiara UlfaDwiJayanti
Abstraksi
Permintaan kredit kepemilikan rumah dalam perekonomian berpengaruh terhadap pembangunan, hal ini ditandai dengan semakin luasnya pengembangan perumahan di wilayah pinggiran kota. Perumahan juga merupakan salah satu bidang pembangunan pemerintah yang selalu terkait dengan masalah penduduk. Lembaga pembiayaan yang di percaya oleh pemerintah dalam pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) salah satunya yaitu BTN (Bank Tabungan Negara) untuk menyediakan kredit rumah rakyat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor Pendapatan perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga KPR (X2),Inflasi (X3), Harga Rumah rata – rata (X4), berpengaruh terhadap permintaan kredit kepemilikan rumah type 36 pada Bank BTN di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperolehdari Kantor Badan Pusat Statistik cabang Surabaya dengan kurun waktu10 tahun, mulai tahun 2001 – 2010. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program For Sosial Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Hasil uji signifikan Variabel Independent terhadap Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Rumah Type 36 Pada Bank BTN Di Surabaya (Y), maka dapat diketahui bahwa variabel Inflasi (X3) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Penerimaan Kredit Kepemilikan Rumah Pada Bank BTN Di Surabaya. Dengan melihat hasil koefisien variabel independent Pendapatan Perkapita (X1),Tingkat Suku Bunga KPR (X2),Harga Rata - rata Rumah (X4) merupakan variabel yang tidak dominan terhadap permintaan Kredit Kepemilikan Rumah Bank BTN Di Surabaya.
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini perubahan laju pembangunan
semakin terus meningkat, sehingga berbagai upaya ditempuh untuk mendorong
kegiatan - kegiatan pemerataan pembangunan. Pembangunan nasional pada
hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil dan
makmur merata disegala bidang.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus
terpenuhi selain sandang dan pangan. Karena rumah merupakan tempat
beristirahat suatu keluarga setelah seharian menjalani rutinitas yaitu bekerja,
sekolah dan lain-lain. Disini diharapkan setiap rumah tangga mendapatkan/
memiliki tempat tinggal yang layak untuk mendukung aktivitas serta
menjamin kesehatannya. Selain itu rumah yang merupakan kebutuhan papan
pun sering dijadikan tolak ukur kesejahteraan manusia dan perekonomian saat
ini.
Pada masa sekarang kebutuhan perumahan yang layak dan
lingkungan yang sehat menunjukkan adanya perubahan kehidupan
masyarakat baik adanya peningkatan pendapatan perkapita yang
cenderung meningkatkan status atau keadaan sosial sehingga
merupakan salah satu bidang pembangunan pemerintah yang selalu terkait dengan
masalah penduduk, antara lain bertambahnya jumlah rumah tangga baru, sehingga
pertambahan permintaan akan tempat tinggal searah dengan meningkatnya jumlah
penduduk setiap tahun.
Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.
Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut memiliki
uang yang nilainya sama dengan harga rumah tersebut. Namun, seiring dengan
semakin sulitnya keadaan ekonomi dan banyaknya tuntutan kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat maka pembelian rumah secara tunai semakin
suli dilakukan, terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah
ke bawah. Dengan demikian, pembelian rumah secara kredit dikalangan
masyarakat menjadi pilihan yang sangat menarik. Penyaluran kredit perbankan
pada sektor konsumsi mengalami peningkatan yang drastis sejak Indonesia
dilanda krisis ekonomi belasan tahun lalu. Bank - bank kemudian semakin
menyadari bahwa peluang di pasar konsumsi semakin besar, dimana resiko
yang dihadapi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kredit pada pasar
investasi.
Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan kredit
oleh bank, salah satunya adalah sektor perumahan melalui kredit pemilikan
rumah (KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank - bank disebabkan
masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Pada sisi lain, sebagian
masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai, sehingga ini menjadi
Strategi untuk memenangkan persaingan dalam bisnis KPR adalah suku
bunga dan pelayanan yang kompetitif (www.kompas.com, April 2008).
Suku bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan ekspansi KPR menjadi
turun. Pada sisi lain, Bank yang mampu memberikan pelayanan yang
memuaskan, pasti dapat menarik banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan
berkembang. Belum lama ini, tepatnya pada tahun 2007 lalu, krisis kredit
Perumahan telah menggemparkan perekonomian Amerika serta
mengakibatkan tingginya tingkat inflasi diseluruh dunia, bahkan efeknya
mungkin masih terasa hingga saat ini.
Data Bank of America pada Februari 2008 menyebutkan bahwa
masalah kredit macet perumahan di Amerika Serikat (AS) tersebut telah
mengakibatkan kerugian di pasar modal global kurang lebih 7,7 triliun
Dollar AS (sekitar 7.000 triliun Rupiah), juga mengakibatkan kapitalisasi pasar
dunia turun 14,7 persen, selama tiga bulan setelah puncaknya terjadi pada akhir
Oktober 2007 lalu. Selain itu, sebuah laporan lembaga pemeringkat, Standard
and Poors menyebutkan bahwa pada Januari 2008 saja pasar saham global
terpukul keras dengan kerugian kolektif 5,2 triliun Dollar AS yang diakibatkan
karena saham-saham AS yang dibeli investor asing merosot dalam beberapa
bulan terakhir. Oleh karena itu, cukup beralasan bila dikatakan bahwa
kerugian akibat krisis kredit perumahan Amerika lebih besar daripada
kerugian ekonomi yang timbul akibat serangan teroris 11 September 2001,
krisis keuangan Asia 1997, kegagalan utang Argentina pada 2001, dan krisis
Amerika yang merupakan Negara perekonomian terbuka besar, namun
pengalaman Amerika diatas merupakan suatu pembelajaran berarti bagi
kita semua. Belajar dari pengalaman Amerika, tidak mustahil bila masalah
tersebut terjadi di Indonesia, walaupun mungkin efeknya tidak akan sebesar
masalah di Amerika. Di Indonesia selama ini kredit perumahan atau yang
lebih dikenal dengan istilah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah menjadi salah
satu cara dalam proses pemilikan rumah.
Menurut Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 1992
tentang perumahan dan pemukiman, rumah adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga.
Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Sarana lingkungan merupakan
kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas-fasilitas pendidikan,
kesehatan, perbelanjaan, niaga, pemerintahan, peribadatan, rekreasi,
olahraga, dan lapangan terbuka serta fasilitas umum lainnya. Sedangkan
prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air, pembuangan sampah dan
lain-lain. (Timoticin K,2002:28)
Pembangunan perumahan dikota Surabaya pada umumnya
dilakukaan oleh berbagai pihak diantaranya, pembangunan perumahan yang
dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam persatuan pengusaha
masyarakat yang berpenghasilan menengah. Pembangunan perumahan yang
dilaksanakan oleh konstruksi swasta yang pada umumnya diperuntukkan bagi
golongan masyarakat sedang melalui Bank Pembangunan Perumahan yang
dilakukan oleh developer lainnya yang bukan termasuk diatas. (Anonim,
1996:8)
Rumah merupakan idaman setiap keluarga untuk memilikinya. Oleh
karena itu peran serta usaha estate dalam pembangunan nasional khususnya
dalam bidang perumahan dapat dilihat dari jumlah rumah yang dibangun, dimana
jangka waktu tersebut oleh Perum Perumnas atau pemerintah (Rosyidi,
1992:305)
Untuk itu permintaan akan rumah sesuai dengan jumlah penduduk yang
ada baiknya dari pihak developer maupun masyarakat menginginkan adanya
penurunan tingkat suku bunga yang relatif stabil, prosedur yang lebih
memudahkan bagi pihak developer untuk mendapatkan fasilitas kredit di
bank, pembebasan tanah, maka permintaan kredit pemilikan rumah bisa
terwujud sesuai dengan keinginan masyarakat (Rosyidi,1992:314)
Lembaga pembiayaan yang dipercaya oleh pemerintah selama ini
salah satunya yaitu BTN ( Bank Tabungan Negara) untuk menyediakan
kredit perumahan rakyat sehingga memungkinkan setiap orang dengan mudah
memperoleh pinjaman untuk membeli rumah dengan jaminan rumah tersebut
dan mengembalikannya untuk jangka waktu yang panjang. Untuk memiliki/
Pemohon KPR-BTN tidak bisa menentukan keinginan pemilikan rumah
berdasarkan selera pribadinya, melainkan harus dipertimbangkan menurut
persyaratan atau prosedur yang telah ditentukan oleh BTN. Seperti halnya
type rumah tertentu boleh diambil berdasarkan besar penghasilan yang dimiliki
oleh calon debitur tersebut, demikian pula halnya dengan penentuan uang
muka, tingkat suku bunga serta angsuran perumahannya. Pembiayaan
kredit perbankan untuk membangun perumahan tergantung pada
kemampuan bayar dan pendapatan masyarakat sebagai konsumsi. Untuk itu
KPR dengan jangka waktu kredit cukup panjang dan tingkat suku bunga
yang terjangkau mempunyai pengaruh cukup berarti.
Di Surabaya khususnya, masyarakat menengah kebawah lebih berminat
pada type 36 karena termasuk rumah sederhana dan rumah sehat. Tentunya
dengan berbagai pertimbangan salah satunya dari segi harga yang lebih
terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah tersebut. Sehingga disini
peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan KPR type
36 yang ada di Kota Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan diatas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pendapatan perkapita, tingkat suku bunga , harga rumah, dan
inflasi mempengaruhi permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota
2. Manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, harga rumah, dan
inflasi yang paling dominan mempengaruhi permintaan KPR type 36
melalui BTN di Kota Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku
bunga , harga rumah, dan inflasi terhadap permintaan KPR type 36
melalui BTN di Kota Surabaya
2. Untuk mengetahui manakah diantara pendapatan perkapita, tingkat
suku bunga, harga rumah, dan inflasi yang paling dominan
pengaruhnya terhadap permintaan KPR type 36 melalui BTN di Kota
Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dan diberikan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi Pemerintah daerah dan Pengembang
(Developer) dalam pengembangan perumahan di kawasan Kota
Surabaya
2. Sebagai bahan pertimbangan, khususnya dalam penyediaan perumahan
sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat
3. Sebagai acuan serta masukan dan sumber informasi bagi peneliti
2.1 Haasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh mahasiswa lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan
penelitian ini adalah:
2.1.1 Wiwin Dwi W,Skripsi (2005 : x)
Dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit
Pemilikan Rumah Sederhana type 36 di Kabupaten Sidoarjo. Dalam
penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan KPR (RS), Type 36,
Tingkat suku Bunga KPR, dan Jangka waktu kredit. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil
penelitian secara parsial harga rumah dan tingkat suku bunga KPR
berpengaruh nyata terhadap permintaan KPR type 36.
2.1.2 Dana Erlina S, Skripsi (2006 : xi)
Dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit Rumah Type 36 KPR Mandiri di Surabaya” dalam
penelitiian ini variabel yang dikaji adalah permintntaan rumah Type 36 di
Surabaya, Pendapatan Perkapita, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga,
Jumlah Fasum dan Jumlah Penduduk. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil penelitian ini diketahui
secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan
2.1.3 Komariyah Skripsi (2005 : viii)
Dengan judul penelitian : “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Masyarakat Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui
Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR/BTN) di Kota
Surabaya. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah permintaan
rumah Sederhana di kota Surabaya, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku
Bunga KPR, dan Harga Rumah. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier dengan model cobb douglas sehingga diperoleh hasil
penelitian ini diketahui secara parsial variabel pendapatan perkapita
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah sederhana di
Kota Surabaya.
2.1.4 Aditiamurti Wahyuni D (2005 : xi)
Dengan judul penelitian “Analisis Permintaan rumah Melalui Kredit
Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara”. Dalam penelitian ini
variabel yang dikaji adalah Permintaan Terhadap Rumah Sederhana (RS)
dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), Gross Domestik Product, Harga
Rumah, Tingkat Suku Bunga KPR- BTN, dan Inflasi. Penelitian ini
menggunakan metode parsial Adjusment Model atau Model Penyesuaian
Partial. Dalam penelitian ini terdapat suatu hubungan simultan atau
pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel tambahan
Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya terdapat Permintaan RS dan RSS
dengan Fhitung = 4,347> Ftabel= 2,90. Sedangkan secara parsial bahwa
Harga Rumah dan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya mempengaruhi
mendesak. Hal ini berarti bahwa terjadi penyesuaian secara bertahap, dan
masyarakat baru akan melakukan pembelian apabila terjadi perubahan
ekonomi yang lebih memungkinkan untuk membeli .
2.1.5 Arpa Surya Tambuno, Jurnal (2005)
Dengan judul penelitian: “Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah
KRR-BNT Bagi Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya. Dalam Penelitian ini
variebel yang dikaji adalah Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya,
melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR-BTN).
Proses alih debitur, pada pelaksanaannya ada dua cara, yaitu secara
resminya, langsung melalui PT. Bank Tabungan Negara(Persero) Kantor
Cabang Palangka Raya, atau melalui proses lain yang cukup aman untuk
dilakukan, walaupun tidak sesempurna alih debitur secara langsung, yaitu
dengan peningkatan pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya yang
dibuat dihadapan Notaris. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah
yuridis empiris, yaitu penulis berusaha melakukan pendekatan dengan
masalah yang diteliti sesuai dengan sifat hukum rill yang berlaku, pada
Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan teknik pengumpulan sample
berbentuk purposive sampling yang didasarkan pada tujuan dan bentuk –
bentuk tertentu.
2.1.6 Ratna Wulan Wibowo, Jurnal(2008)
Dengan Judul Penelitian: “ Analisis Faktor-Fartor Yang Mempengaruhi
terhadap Business cycle Indonesia. Di Indonesia selama ini kredit
perumahan atau yang lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) telah menjadi salah satu cara dalam proses pemilikan rumah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dan pengaruh
dari beberapa variabel ekonomi terhadap volume KPRA, serta respon
business cycle terhadap guncangan volume KPRA di Indonesia.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah analisis cross correlation, vector auto regression(VAR) yang
dikombinasikan dengan vector error correction model (VECM), dan
didalamnya mengandung analisis varians decomposition (VD) serta
impulse response function (IRF). Seluruh rangkaian analisis tersebut dapat
dilakukan dengan bantuan software Eviews 4.1 dan Microsofl Excel.
Jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian, dengan
penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada ukuran waktu, tempat
penelitian dan ruang lingkup yang digunakan oleh peneliti berdasarkan
penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga
merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Beberapa
Faktor Yang Mempangaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 36
melalui BTN di Kota Surabaya” denagn variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Pendapat Perkapita, Tingkat Suku Bunga,
Harga Rumah, Inflasi. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Rumah
Untuk memecahkan masalah pemukiman yang tidak sehat,
pertambahan penduduk yang pesat dan penyebarannya tidak merata
terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah beserta
pengambang mengeluarkan program pembangunan rumah yang
dimaksudkan agar dapat dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini
masyarakat di kota Surabaya.
Dengan memiliki rumah diharapkan seseorang dapat
meningkatkan:
a. Kepastian Pribadi
Yang berarti dengan pembangunan sebuah rumah dapat memberikan
para penghuni perasaan stabil, aman, nyaman serta rasa percaya diri,
dan bersedia untuk menerima tanggung jawab atas lingkungannya
yang baru.
b. Kesadaran Penghuni
Yaitu penghuni mempunyai kesadaran dengan lingkungan yang baru,
serta bersedia membagi kesulitan dengan tetangga. Dengan kesadaran
penghuni diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembangunan
c. Kemasyarakatan Penghuni
Yang berarti hubungan antara tetangga harus dibangun dari rumahnya
dan apabila masyarakat mempunyai hubungan yang eratakan dapat
membentuk suatu perumahan yang aman dan nyaman.
2.2.2 Pengertian Bank
Secara pengertian bank bagi masyarakat umum adalah suatu
institusi dimana kegiatan yang menyangkut masalah keuangan masyarakat
dilaksanakan. Menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan, deposito,
maupun melakukan sejumlah pengiriman dana atau bahkan mungkin
untuk meminjam sejumlah dana untuk kelanjutan atau pengembangan
usaha dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa perbankkan.
Menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang Perbankan, yang dimaksudkan dengan BANK adalah “Badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk – bentuk lainnya rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.
(Kasmir, 2004: 23)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghimpun dan menyalurkan
dana dari dan kepada masyarakat merupakan kegiatan utama perbankan.
Dari kegiatan tersebut bank mendapatkan keuntungan berupa selisih bunga
2.2.3 Pengertian Kredit
Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,
dimulai dengan arti “kredit” yang berasal dari bahasa yunani “credete”
yang berarti “kepercayaan”.Kepercayaan yang dimaksud di dalam
perkreditan adalah antara si pemberi dan si penerima kredit.Kredit adalah
pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi
(kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang.
1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.
(Simorangkir, 2004 :100)
2. Sedangkan pengertian yang lebih baik untuk kegiatan perbankan di
Indonesia, yaitu menurut pasal 1; Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Abdullah,2003 :84)
3. Kredit yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
menggandakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan
dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati.
(Muljono,2000:9)
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit
persetujuan pinjam-meninjam antar pihak bank dengan pihak lain dalam
hal pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya dalam jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.
2.2.3.1 Kredit Pemilikan Rumah
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang
diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli
atau memperbaiki rumah. (Bank Indonesia ‐ www.bi.go.id ). Pola umum
Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap ke IV meletakkan sektok
perumahan sebagai sasaran utama untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dilakukan pemerintah dengan memperluas
pengembangan kawasan dengan fasilitas umum dan sosial lainnya.
a. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu makin ditingkatkan
khususnya perumahan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat
berpenghasilan rendah.
b. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu dikembangkan secara
lebih terarah dan terpadu dengan memperhatikan jumlah penduduk dan
penyebaran, tata guna tanah, pembiayaan, perluasan kesempatan kerja,
kesehatan lingkungan, tersedianya fasilitas sosial yang dibutuhkan
,produksi bahan bangunan setenpat serta keserasian dengan lingkungan
pemukiman pada khususnya dan dengan pengembangan daerah pada
umumnya.
c. Lembaga pembiayaan yang melayani pembangunan perumahan perlu
lebih ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat mendorong
perumahan dengan jumlah yang besar dan dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Bank yang berfungsi sebagai agent of development, khususnya
bank pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan
program pembangunan jangka panjang tahap kedua sebagai penyandang
dana, sebagai indicator antara kepentingan sektor – sektor pemerintah,
memberikan pelayanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sektor swasta ikut andil dalam pembiayaan pengadaan perumahan dan
sector masyarakat yakin member keringanan pembayaran atas pemilikan
rumah.
2.2.3.2 Tujuan Kredit
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank dalam
mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah:
1. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dan dapat
memperluas perusahaan
2. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan
3. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin kebutuhan masyarakat (Simorangkir,2004:102)
2.2.3.3 Penilaian Kredit
Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit
mempunyai suatu nilai. Untuk menentukan kredit pihak bank selalu
Character
Artinya sifat atau watak dari orang – orang yang akan diberikan kredit
benar – benar dapat dipercaya
Capacity
Artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang ia
terima
Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas rentabilitas dan
ukuran lainnya.
Collateral
Artinya jaminan, dapat berupa barang baik barang bergerak maupun
barang tidak bergerak yang nilainya sesuai dengan nilai kredit yang
akan diterima oleh debitur
Condition
Artinya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor
masing – masing (Kasmir, 2004: 104)
Selain itu pihak Bank juga memiliki pertimbangan yang sering disebut
dengan 7 P yaitu:
Personality
Bank mencari data tentang kepribadian serta hal – hal lain yang erat
Perpose
Bank mencari data tentang tujuan/ keperluan penggunaan kredit
Prospect
Bank harus menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak.
Payment
Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan – golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Diukur dari period ke periode.
Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. (Kasmir,2004: 107)
2.2.3.4 Fungsi Kredit
Sedangkan fungsi dari pemberian kredit meliputi:
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
6. Meningkatkan kegairahan berusaha
7. Meningkatkan kemerataan pendapatan
8. Meningkatnya hubungan internasional (Kasmir, 2004:97)
2.2.3.5 Jenis – jenis Kredit
Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis dilihat
dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi kegunaan :
a. Kredit investasi
Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek atau pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Misalnya
untuk pembangunan pabrik dan perluasan unit usaha, pembelian
peralatan, mesin – mesin dan alat traspotasi.
b. Kredit Modal Kerja
Pembiayaan untuk memperluas atau meningkatkan produksi dan
operasional, misalnya untuk menambah bahan baku, membayar
gaji pegawai atau biaya – biaya operasional lainnya.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit:
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif, baik untuk
peningkatan usaha atau produksi maupun investasi. Kredit ini
untuk meningkatkan barang dan jasa.
b. Kredit Konsumtif
Penggunaannya untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha. Contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit
perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagang tersebut. Contohnya kredit ekspor
impor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Fasilitas pinjaman atau kredit yang diberikan untuk waktu kurang
dari 1(satu) tahun atau paling lama 1(satu) tahun.
b. Kredit Jangka Menengah
Fasilitas pinjaman atau kredit yang jangka waktunya berkisar
antara 1(satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang jangka pengembaliannya diatas 3(tiga)
tahun dan 5(lima) tahun. (Kasmir, 2004: 99)
2.2.3.6 Unsur – unsur kredit
Unsur yang terdapat dalam kredit adalah:
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang dan jasa akan benar –benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan
b. Waktu, yaitu suatu masalah yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang
akan datang.
c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama
kredit diberikanantara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang
akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin
tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia
untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur
keridaktentuan yang akan tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang
menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko
inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit.
d. Prestasi, obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat
juga berbentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern
sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit menyangkut
uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek prkreditan.
(Suyanto,dkk 1999 :14)
2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit
Bagi bank, jaminan kredit merupakan sumber kedua pembayaran
kembali kredit bunga yang bertunggak. Sumber pertama keuntungan dan
dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya
kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang
Fungsi utama jaminan adalah memperkecil jumlah kerugian yang
diterima bank, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan kredit
dapat berupa harta fisik (tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan,
persediaan barang dan sebagainya)
Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon
debitur tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini
1. Faktor Interen Bank
Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit
terlebih dahuli bank melihat kondisi intern operasi dan keuangan
dewasa ini, dua atau tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan.
2. Kredibilitas
Bank akan lebih bersemangat dalam bekerjasama dengan investor,
apabila mitra usaha mereka dapat menunjukkan kemampuan
mengelola proyek yang akan dibangun dengan baik.
3. Prospek masa depan proyek
Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah
2.2.3.8 Sasaran Kredit
Dalam pemberian kredit ada dua golongan masyarakat yang
dijadikan sasaran yaitu:
1. Golongan Pengusaha
Yaitu semua pengusaha warga Negara Indonesia yang bergerak
diberbagai sector ekonomi, seperti sector pertanian, pendidikan dan
2. Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap
Yang dimaksud dengan Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap
adalah:
Semua pegawai negeri yang dimaksudkan dalam peraturan Pemerintah
(PP) No. 6 tahun 1974 Bab 1 pasal 1, pegawai negeri yang
dimaksudkan adalah Pegawai negeri sipil (baik pegawai negeri sipil
pusat, Pegawai negeri sipil daerah, maupun pegawai negeri sipil
lainnya yang ditetapkan / diangkat atas dasar Peraturan pemerintah
PGPG – 1968 dengan pangkat III/d kebawah dan juga bukan pejabat.
2.2.3.9 Syarat – syarat Calon Nasabah Kredit
a. Golongan Pengusaha ; persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
Menyerahkan surat keterangansebagai penduduk desa dari Kepala
Desa/ Lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai
Untuk nasabah yang sudah mempunyai ijin usaha, cukup
menyerahkan copy surat ijin usaha tersebut
Dapat memberikan laporan tentang penghasilan perbulan dan dapat
mempertanggung jawabkan kebenarannya.
b. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap; persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain:
Menyerahkan slip gaji/ pensiun dari instansi terkait
Menyerahkan asli Surat Keputusan (SK) pengangkatan pegawai
terakhir atau asli Surat Keputusan Pensiun Bagi yang berstatus
pensiunan.
2.2.4 Pendapatan Per Kapita
Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata – rata
penduduk, oleh karena itu untuk mendapatkan perkapita pada 1 tahun
tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu
dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Pendapatan Perkapita Penduduk = PDRB x100………
Jumlah Penduduk
(Sukirno :2002,75)
Dengan adanya pendapatan perkapita suatu negara mengharapkan
pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab
dengan pendapatan perkapita suatu negara dapat membandingkan laju
perkembangan ekonomi yang dicapai negara dari masa ke masa.
Adapun pengertian pendapatan perkapita menurut (Sukirno, 1994:
56) bahwa pendapatan perkapita pada tahun yang sama dengan jumlah
penduduk baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja, laki- laki
maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, apabila penduduk suatu
daerah selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional, maka
apabila penduduk suatu negara lebih kecil dari pada kenaikan pendapatan
nasional, maka pendapatan menjadi tinggi.
Apabila pendapatan perkapita suatu daerah meningkat, maka ini
berarti terjadi peningkatan pendapatan pada tiap – tiap masyarakat daerah
tersebut.
2.2.4.1 Hubungan Pendapataan Perkapita Terhadap Penyaluran Rumah
Apabila pendapatan rata-rata perkapita masyarakat dalam suatu
Negara khususnya negara Indonesia menjadi naik pada setiap tahunnya,
maka dapat dikatakan bahwa daya beli konsumen (masyarakat) pada
umumnya dalam permintaan rumah type 36 di Kota Surabaya menjadi
meningkat seiring dengan laju pendapatan perkapita.
2.2.5 Tingkat Suku Bunga
2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Kasmir (2003 : 37 ) mengemukakan bahwa “ Bunga Kredit dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Bunga
bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
( yang memiliki simpanan ) dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah
yang memperoleh pinjaman.
Suku bunga menurut Diulio ( 1993 : 45) adalah harga dana yang dapat
dipinjamkan (loanable funds) yang besarnya ditentukan preferensi dan sumber
Pinjaman menyebabkan penerbitan piranti keuangan oleh unit defisit yang
karena arus dana yang masuk tidak cukup untuk seluruh keperluannya pergi ke
pasar keuangan untuk memenuhi rencana pengeluarannya.Pemberian pinjaman
terdiri dari tabungan unti surplus ditambah dengan perubahan stok uang yang
dikuasai bank sentral dikurangi dana – dana yang tidak tersedia untuk pinjaman
karena para penabung memilih untuk memegang uang daripada memegang piranti
keuangan preferensi pemberian pinjaman pada umunya memiliki hubungan positif
dengan suku bunga. Sementara pinjaman atas utang berhubungan secara negatif.
Gambar 1 : Keinginan untuk meminjam dan ketersediaan untuk memberi pinjaman menentukan besarnya suku bunga.
Suku bunga (%) L
ro
B
Qo Dana
Sumber : Diulio Eugene. A. 1993 Uang dan Bank, Seri buku schaum,
cetakan Kedua, Erlangga : Surabaya, halaman 45.
2.2.5.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Menurut teori klasik adalah fungsi tingkat bunga, makin tinggi tingkat
bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Investasi
semakin terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga
makin kecil.
Tingkat suku bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada
dorongan untuk naik dan turun) akan tercapai bila keinginan menabung
masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi
(Nopirin, 2000 :70)
Secara grafik keseimbangan suku bunga dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2 : Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga tabungan
I1
Io
Invest1
Invest0
So S1 Jumlah rupiah
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat,
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik Io, dimana jumlah tabungan
sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas Io maka jumlah tabungan
melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan
saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan
tingkat suku bunga turun balik ke posisi Io dan sebaliknya.
Para pengusaha saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif
jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan memdorong tingkat suku bunga lagi ke
Io.
Kenaikan efisiensi produksi, misalnya akan mengakibatkan keuntungan
yand diharapkan naik, sehingga pada tingkat bunga yang sam pengusaha bersedia
meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya atau untuk dana yang
sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar pada tingkat yang lebih tinggi
keadaan ini pada gambar 2 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan
investasi kekanan atas dan keseimbangan tingkat bunga yang baru Ij (Nopirin,
2000 : 71).
2.2.5.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga
Keynes memiliki pandangan berbeda dengan kaum klasik tentang tingkat
suku bunga, tingkat suku bunga menurutnya merupakan suatu fenomena moneter.
Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang
(ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
(GNP), sepanjang uang ini akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat
dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedangkan menurut kaum
klasik, uang hanya mempengaruhi harga barang (Nopirin, 2000 : 90)
Secara grafik teori keynes tentang penentuan tingkat bunga digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 3 : Teori keynes tentang Tingkat Suku Bunga
Jumlah uang
Tingkat bunga (%)
roq
Liquidity preference
Jumlah uang dan penawaran uang
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat,
BPFE UGM : Yogyakarta, halaman 92
Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah
dijelaskan sebagai berikut : Pertama, Keynes mengatakan bahwa masyarakat
mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat
bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat
bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi meraka yakin bahwa tingkat bunga
waktu tingkat bunga naik mereka akan mengalami kerugian (capital lons).
Meraka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga
yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang
pada waktu tingkat bunga naik. Kedua, berkaitan dengan ongkos, memegang
uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pula ongkos memegang
uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila
tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga akan makin rendah
sehingga permintaan akan uang kas akan naik.
Kedua pendekatan diatas semua menunjukan adanya hubungan negatif
antara tingkat bunga dengan permintaan uang kas. Bersama jumlah uang beredar
yang tetap (dengan anggapan bahwa jumlah uang beredar ini ditetapkan oleh
pemerintah), permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga
dalam keseimbangan (roq pada gambar 3 ) apabila jumlah uang kas yang akan
diminta sama dengan penawarannya (jumlah uang beredar), Apabila pada suatu
ketika tingkat harga dibawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan
menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang
dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun
(tingkat bunga naik), sampai ke tingkat keseimbangan dimana masyarakat sudah
puas dengan komposisi kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang).
Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di atas keseimbangan, masyarakat
menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga.
Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga
Gambar 4 : Teori Keynes Permintaan Uang, Penawaran dan Suku Bunga
Suku Bunga (%) MSo MS1
r0 Eo
r1 E1 DM
Permintaan dan penawaran uang
Sumber :Sukirno, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi . PT.Raja
Grafindo Persada Jakarta, halaman 304
Pergerakan ke kiri berarti penawaran uang turun. Dan pergerakan ke kanan berarti
penawaran uang bertambah. Suku bunga dalam ekonomi ditentukan oleh
keseimbangan dalam permintaan dan penawaran uang.
Pada mulanya jumlah penawaran uang adalah MSo, Kurva ini bersilang dengan
kurva MD pada Eo dan ini berarti bahwa suku bunga adalah r0. Selanjutnya
penawaran uang bertambah dan menjadi MS1. Kurva ini bersilang dengan kurva
MD di E1 dan ini berarti suku bunga turun menjadi r1. Contoh ini menunjukkan
bahwa perubahan – perubahan dalam penawaran uang akan mempengaruhi suku
2.2.5.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah sebagai berikut :
1.Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan
bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak
sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan
turun.
2.Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata – rata 16% maka, jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas
bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada di bawah bunga pesaing.
3.Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4.Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
5.Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,
maka bunganya relatif lebih rendah.
6.Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan
sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama
perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang
diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat
deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk
dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7.Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet
dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8.Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk
produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
9.Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama
(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan
pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.
Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak
bank, sehingga dalam penentuan suku bungapun berbeda dengan nasabah
biasa.
10.Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang diberikan jaminan kepada penerima kredit.
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi
kemampuan membayar, nama maupun loyalitasnya terhadap bank, maka
bunga yang dibeban pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika
penjamin pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak dapat dipercaya,
maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh
pihak perbankan.(Kasmir, 2004 : 122 – 124)
2.2.5.5 Jenis – jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit
Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis
kreditnya. Pembebanan disini maksudnya metode perhitungan yang akan
digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayar.
Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi jumlah angsuran
perbulannya. Di mana jumlah angsuran terdiri dari hutang/ pokok
pinjaman dan bunga.
1. Sliding rate
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya,
sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurut
seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran
pokok pinjaman setiap bulan sama. Cicilan nasabah semakin
menurun.
2. Flat rate
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya,
demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama,
sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas.
3. Floating rate
Jenis ini membedakan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di
pasar uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat
tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. (Kasmir,
2004: 127)
2.2.5.6 Penentuan Tingkat Bunga
Masalah penentuan tingkat suku bunga menjadi masalah penting
bagi Negara berkembang yang sedang mengalami proses liberalisasi
system keuangan dalam negerinya. Pertanyaan bagaimana sauku bunga
yang diharapkan berlaku menghadapi perubahan lingkungan dan bagai
mana merespon pengaruh luar negeri dan kebijaksanaan dalam negeri
adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan khususnya bagi pembuat
kebijaksanaan di negara yang sedang berkembang. Hanya jika perilaku
perubahan suku bunga tersebut pada variable - variabel ekonomi mikro
seperti tabungan, investasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan
ekonomi.
Meskipun modal yang dikemukakan disini berstruktur sederhana,
namun dapat menggabungkan prinsip - prinsip penentuan tingkat bunga
seperti suku bunga luar negeri, perubahan kurs valas yang diharapkan, dan
pembanguh selurnan mobeter dalan negeri. Model - model tersebut dapat
diterapkan secara umum pada berbagai negara yang sedang berkembang
yang berbeda derajat perbedaannya. Melalui model ini selanjutnya dapat
ditentukan secara empiris derajat keterbukaan negara. (Iswardono, 1996 :
1997)
Dalam menganalissi factor - faktor yang mempengaruhi tingkat
suku bunga juga terdapat perbedaan pendapat diantara ahli - ahli ekonomi
klasik dan Keynes. Menurut Keynes tingkat bunga tergantung pada jumlah
uang yang beredar dan preferensi likwiditet atau permintaan uang. Yang
dimaksud dengan likwiditet adalah permintaan atas uang oleh seluruh
masyarakat dalam perekonomian.
2.2.5.7 Struktur Tingkat Bunga
Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan
oleh determinan sebagai berikut:
1. Jangka waktu dari klaim keuangan
2. Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
3. Derajad resiko tunggakan dari klaim keuangan
Dari keempat determinan tersebut diatas, perbedaan dari jangka
waktu klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak
dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut
struktur masa (tremstructure) dari suku bunga. Ketika determinan lainnya
juga merupakan faktor penting, akan tetapi sering kali lebih rendah dalam
menentukan pengaruhnya terhadap struktur bunga.
Struktur masa dari suku bunga berkaitan dengan hubungan antara
suku bunga dari klaim keuangan yang serupa dalam karakteristiknya
kecuali dalam jangka waktunya. Sekuritas pemerintah merupakan contoh
terbaik dari klaim keuangan untuk melihat pengaruh dari jangka waktu
terhadap struktur suku bunga karena jangka waktu merupakan pembeda
utama dari treasury bills, notes (utang) dan obligasi. Semua sekuritas
pemerintah ini mengandung resiko tunggakan sebesar nol, mempunyai
perlakuan pajak sama terhadap penghasilan bunganya dan capital gain,
dan tingkat kemudahan pemasarannya kurang lebih sama. Jadi sebab
utama dari perbedaan suku bunga atau sekuritas pemerintah yang
berjangka pendek dan berjangka panjang adalah jangka waktunya
(Sawaldjo, 2004 : 84)
Cara yang sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara
suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil
(yield Curve). Berdasarkan data empiris di Amerika Serikat, dapat diamati
empat kemungkinan pola kurva hasil.
1. Kurva hasil yang meningkat menunjukkan meningkatnya suku bunga
2. Kurva menurun menunjukkan suku bunga yang menurun jika jangka
waktunya meningkat,
3. Berbentuk datar berarti suku bunga tetap konstan pada jangka waktu
berapapun,
4. Berbentuk punuk (punggung) yaitu mula - mula naik bila jangka
waktunya meningkat.
Gambar 5 : Empat kemungkinan hasil kurva
Suku Bunga Suku Bunga
1. 2.
Jangka waktu Jangka Waktu
Suku Bunga Suku Bunga
3. 4.
Jangka Waktu Jangka Waktu
2.2.5.8 Bunga Bank
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank
yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli
atau menjual prodaknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang
harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari - hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu:
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balasan jasa
bagi nasabah yang meyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan
merupakan harga yang harus dibayar bank pada nasabahnya. Sebagai
contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai
contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya
dan pendapatanbagi bank. Bunga pinjaman merupakan biaya dana yang
harus dikeluarkan oleh nasabah, sedangkan bunga simpanan merupakan
pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan atau bunga
pinjaman masing - masing saling mempengaruhi satu sama lainnya.
bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya
(Kasmir,2004 : 121)
2.2.5.9 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Rumah
Tingkat Suku Bunga KPR merupakan tingkat suku bunga yang
ditentukan oleh masing- masing pemberi kredit. Tentu saja penentuan
tingakat suku bunga mengacu pada kondisi perekonomian Negara
tersebut. Akan tetapi dalam hal ini pemerintah tetap memiliki kewajiban
mengendalikan tingkat suku bunga KPR sehingga masyarakat tidak
dirugikan ketika melakukan kredit pemilikan rumah. Sehingga apabila
tingkat suku bunga KPR tinggi tentu saja permitaan rumah akan sedikit
yang berujung pada sedikitnya permintaan KPR type 36 di kota Surabaya.
2.2.6 Pengertian inflasi
Inflasi menurut Nopirin,2000 : adalah proses kenaikan harga-
harga umum barang- barang secara terus menerus. Sedangkan menurut
Sinungan M,1991 : inflasi adalah kecenderungan harga- harga untuk
menaik secara terus menerus.
Dari pengertian diatas hal yang penting dalam masalah inflasi
adalah terjadinya kenaikan harga barang- barang secara terus menerus
walaupun kenaikan harga barang- barang tersebut tidak sama
presentasinya.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa klasifikasi dari inflasi:
1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya inflasi dapat ditinjau dari laju dan derasnya
a. Inflasi merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju
inflasi yang rendah dan ukurannya kurang dari 10% per tahun
sedang kenaikan harga berjalan lamban serta dalam waktu yang
lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation) dalam hal ini
kenaikan harga cukup besar (biasanya 2 digit) serta waktunya
relative pendek dan mempunyai sifat cepat artinya kenaikan harga
minggu ini lebih cepat dibanding dengan harga minggu bulan lalu.
Akibatnya terhadap perekonomian lebih berat dibanding dengan
inflasi merayap
c. Inflasi tinggi (hyper inflation) sesuai dengan namanya
harga- harga umum naik lima atau enak kali, sedang nilai uang
merosot dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk
menyimpan uang. ( Nopirin, 2000)
2. Infasi Menurut Sebabnya
Menurut sebabnya inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Demand pull inflation, timbul karena permintaan masyarakat
Gambar 6: kurva Demand pull inflation
P
P2 E1 S
P1 EO
D
QEO QE1 Q
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM, Yogyakarta
b. Cost push inflation, timbul karena ada kenaikan ongkos/ biaya
produksi, bila ongkos produksi naik maka pada akhirnya akan
menaikkan harga dan turunnya produksi.
Gambar 7: kurva Cost push inflation
P S1
S2
P1
P2 D
0 Q2 Q1 Q
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM,
2.2.6.1 Hubungan Antara Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Perbankan
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga- harga barang
secara menyeluruh dan terus - menerus. Inflasi yang tak terkendali
menyebabkan terpuruknya perekonomian suatu Negara. Apabila kondisi
ini tidak cepat ditangani dampaknya akan semakin meluas pada sektor-
sektor lain. Salah satunya sektor perumahan, terjadinya inflasi berkaitan
pada menurunnya minat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan
rumah sehingga berakibat pada minimnya penerimaan KPR type 36 di
kota Surabaya.
2.2.7 Teori Harga 2.2.7.1 Pengertian Harga
Menurut (Rosyidi, 2001 : 237) dalam bukunya “Pengantar teori
ekonomi “ harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat penilaian
yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan
barang - barang yang lain, apa pun bentuknya. Jadi suatu barang dikatakan
berharga bila barang tersebut :
1. Mempunyai kegunaan
Artinya suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginanakan
menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.
2. Jumlah terbatas
Kelangkaan suatu barang akan mendorong orang untuk memanfaatkan
kelangkaan dengan menjualnya. Dengan kata lain akan menimbulkan
penawaran terhadap barang tersebut, suatu barang akan memiliki nilai
Harga terjadi karena dua faktor yang terdapat bersama- sama dalam
suatu barang atau jasa, yaitu faktor manfaat dan faktor kelangkaan.
Dari kedua faktor tersebut munculah pengertian bahwa harga terbentuk
karena seimbangnya permintaan dan penawaran. Lebih jauh dari pada
itu, dapat juga diketahui bahwa perubahan salah satu maupun
keduanya akan merubah harga.
2.2.7.2 Aturan Baku menentukan Harga
Dalam penentuan persaingan pasar sempurna, perusahaan tidak
menuntukan harga prodaknya. Pasar bekerja da menenrukan harga untuk
semua produsen. Produsen mengambil harga yang disediakan pasar,
masing - masing produsen bertindak sebagai price taker, produsen tidak
mempunyai kekuatan pasar (market power). Dengan harga jual prodak
yang tersedia, masing- masing prodak menentukan jumlah produksi
optimalnya. Masing- masing prodak akan mendapatkan keuntungan yang
optimal jika produsen memproduksi hingga ongkos untuk memproduksi
prodak yang terakhir sama dengan harga yang disediakan pasar. Dalam
pasar persaingan sempurna, produsen tidak menentukan harga prodaknya.
Produsen yang mampu mengendalikan harga (untuk derajat
tertentu) disebut price maker. Perusahaan yang demikian adalah
perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar (market power). Produsen
yang mempunyai market power dalam menentukan harga prodaknya
teetap memperhatikan kendala permintaan pasar (konsumennya).