FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH (KPR) PADA PT BANK TABUNGAN
NEGARA (PERSERO) CABANG MEDAN
DRAFT SKRIPSI DIAJUKAN OLEH
GANJANG ARIHTA 040502102 MANAJEMEN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan anugrah-Nya yang telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan dorongan selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen penguji I saya.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Ramona R. I. Hasibuan, MP selaku dosen penguji II saya. 6. Ibu Dra. Lucy Anna, MS selaku Dosen Wali dan Pembimbing
untuk jasa-jasanya selama perkuliahan.
8. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan.
9. Ibunda P. Sembiring, kakanda Seriana Ginting, SE, Ak dan Marina Ginting, SP yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi penulis. Dukungan dan semangat yang beriring doa dan pengharapan adalah bukti dari kasih yang tulus bagi penulis.
10.Abang sepupuku Dison Ginting, SE, Ak dan keluarga atas kesabarannya membantu penulis dalam memberikan data-data dan informasi yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 11.Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MSc selaku pembimbing I IMSAL
FE-USU dan Prof. Dr. Syaad Afifuddin Sembiring, SE, MSi selaku pembimbing II IMSAL FE-USU, serta Anggota “GolKar” di IMSAL (B’sigit, B’Roy, B’Aswan, K’Sri, Ezra, Flo, Malem, Aurora, Melton, Immanuel, Angga, Benny, Hotma, Menda, Evan, Edison, Hiskia, Teguh, Tova, Odelio, Prima, Vina, Ramses, ras krina Senina, Turang, Agi-agiku si la tersinget gelarna) mbuai bujur ras mejuah-juah man bandu kerina.
12.Saudara-saudariku di cell group Igreya (K’Bitha, Regen, MasBud, Marcel, Tian Bajur, Ari Kemih) yang setia mendoakan dan memberi banyak masukan serta semangat kepada penulis baik selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
disebutkan satu per satu yang telah menjadi rekan penulis selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
14.Sahabatku di Rasmi 9 (Jelyta, Chintya, Jupri, Ganda dan Ika) yang telah membantu penulis dalam banyak hal.
15.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan penulis atas bantuan dan dukungan kalian.
Penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga Tuhan Yang Maha Besar memberikan imbalan yang setimpal atas kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka. Kiranya damai sejahtera dari Yang Maha Kuasa yang melampaui segala akal dan pikiran senantiasa menyertai kita.
Penulis mengakui skripsi ini masih banyak kelemahannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan yang konstruktif dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Medan, Agustus 2008 Penulis,
Ganjang Arihta Ginting, (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan. Dibimbing oleh Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Nisrul Irawaty, SE, Msi sebagai dosen penguji I, dan Dra. Ramona R. I. Hasibuan, MP sebagai dosen penguji II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor tingkat suku bunga KPR dan pelayanan terhadap keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan, dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Keputusan Permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi ganda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan produk KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan sebanyak 73 orang dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan yaitu faktor tingkat suku bunga kredit dan pelayanan secara serempak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa faktor pelayanan adalah yang paling dominan mempengaruhi keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5 Gambar 2.1 Proses pengambilan Keputusan Pembelian ... 30 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT.Bank Tabungan Negara
Halaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 15
B. Pengertian Pemasaran dan pemasaran Jasa ... 16
1. Pengertian Pemasaran ... 16
2. Pengertian Pemasaran Jasa ... 17
C. Bauran Pemasaran ... 18
D. Perilaku Konsumen dan Proses Pengambilan Keputusan ... 29
1. Perilaku Konsumen ... 29
2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 30
E. Pengertian Kredit ... 31
F. Perencanaan Kredit ... 33
CABANG MEDAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 38
B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 42
1. Struktur Organisasi ... 42
2. Uraian Tugas ... 44
C. Jenis-Jenis Kredit yang Disalurkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan ... 51
D. Prosedur Pemberian Kredit Griya Utama 1 ... 52
E. Pengawasan atas Kredit Griya Utama 1 ... 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 62
B. Analisis Statistik ... 70
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 70
2. Analisis Regresi Ganda ... 72
3. Pembuktian Hipotesis ... 74
a. Uji-t (Parsial) ... 74
b. Uji-F (Serentak) ... 76
c. Variabel Dominan ... 78
d. Determinasi (R2) ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 80
Halaman Tabel 1.1 Outstanding Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Beberapa
Bank Besar per September 2007 ... 2
Tabel 1.2 Definisi Operasional Variabel ... 8
Tabel 3.1 Pembagian wilayah pembinaan KPR ... 60
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ... 62
Tabel 4.2 Pendapat Responden Terhadap Variabel Suku Bunga pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan ... 64
Tabel 4.3 Pendapat Responden Terhadap Variabel Pelayanan PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan ... 66
Tabel 4.4 Pendapat Responden Terhadap Variabel Keputusan Permintaan Kredit (Y) Pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan…….. . 68
Tabel 4.5 Validitas Tiap Pertanyaan……….. 70
Tabel 4.6 Validitas Tiap Pertanyaan………. . 71
Tabel 4.7 Reliability Statistics... 72
Tabel 4.8 Coefficientsa……….. . 73
Tabel 4.9 Perbandingan Nilai t thitung dengan ttabel... . 75
Tabel 4.10 ANOVA(b)………... . 77
Tabel 4.11 Reliability Statistic……… 78
Tabel 4.12 Model Summary………... . 79
Ganjang Arihta Ginting, (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan. Dibimbing oleh Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Nisrul Irawaty, SE, Msi sebagai dosen penguji I, dan Dra. Ramona R. I. Hasibuan, MP sebagai dosen penguji II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor tingkat suku bunga KPR dan pelayanan terhadap keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan, dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Keputusan Permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi ganda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan produk KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan sebanyak 73 orang dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan yaitu faktor tingkat suku bunga kredit dan pelayanan secara serempak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa faktor pelayanan adalah yang paling dominan mempengaruhi keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.
Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut memiliki
uang yang nilainya sama dengan harga rumah tersebut. Namun, seiring dengan
semakin sulitnya keadaan ekonomi dan banyaknya tuntutan kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat maka pembelian rumah secara tunai semakin sulit
dilakukan, terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke
bawah. Dengan demikian, pembelian rumah secara kredit dikalangan masyarakat
menjadi pilihan yang sangat menarik.
Penyaluran kredit perbankan pada sektor konsumsi mengalami
peningkatan yang drastis sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi sepuluh tahun
lalu. Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan-perusahaan besar bangkrut
sehingga sektor korporasi sangat sedikit menyerap kredit dari bank. Bank-bank
kemudian semakin menyadari bahwa peluang di pasar konsumsi semakin besar,
dimana resiko yang dihadapi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kredit pada
pasar investasi.
Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan kredit oleh
bank, salah satunya adalah sektor perumahan melalui kredit pemilikan rumah
(KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank-bank disebabkan masih
masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai, sehingga ini menjadi
peluang bagi bank-bank untuk memasarkan KPR sebanyak-banyaknya.
Strategi untuk memenangkan persaingan dalam bisnis KPR adalah suku
bunga dan pelayanan yang kompetitif (www.kompas.com, April 2008). Suku
bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan ekspansi KPR menjadi turun. Pada
sisi lain, Bank yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, pasti dapat
menarik banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan berkembang.
Pemberian kredit perbankan ke KPR berkembang cepat seiring terjadinya
penurunan suku bunga perbankan selama tahun 2007. Statistik Perbankan
Indonesia (SPI) mencatat jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke KPR
meningkat sebesar Rp 15,50 triliun yaitu 60,50 triliun pada tahun 2006 dan 76
triliun pada bulan Agustus 2007 (Info Bank, Edisi Januari 2008). Pertumbuhan
KPR juga diprediksi akan naik 10% sampai 15% dari rata-rata pertumbuhan KPR
pada tahun 2007 (www.kompas.com, April 2008).
Tabel 1.1
Outstanding Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Beberapa Bank Besar per September 2007
6. Bank Negara Indonesia 4.050 4.57 70.74
7. Bank NISP 3.503 3.96 35.34
8. Bank Internasional Indonesia 3.246 3.66 12.20
9. UOB Buana 2.571 2.90 38.66
10. Bank Danamon 1.350 1.52 20.17
Keterangan:
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat 10 peringkat bank-bank yang memiliki jumlah
outstanding KPR terbesar di Indonesia. Bank yang paling menguasai pangsa pasar
dalam memberikan KPR kepada masyarakat adalah PT Bank Tabungan Negara
(Persero). Tercatat Bank BTN memiliki pangsa pasar sebesar 21,37 % dan nilai
ini sangat jauh di atas bank-bank lainnya.
Fokus bisnis Bank BTN dalam bidang KPR sebenarnya banyak
dipengaruhi oleh faktor historis, dimana pada awalnya Bank BTN oleh
Pemerintah ditugaskan untuk menjadi satu-satunya bank yang menangani
penyaluran KPR kepada golongan masyarakat menengah ke bawah, yaitu melalui
produk KPR Rumah Sederhana (KPR RS) dan KPR Rumah Sangat Sederhana
(KPR RSS). Dalam mengemban tugas ini, sebagai sumber pendanaan maka
Bank BTN menggunakan dana subsidi yang bersumber dari Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) dan Rekening Dana Investasi (RDI) dari Departemen
Keuangan.
Seiring dengan krisis ekonomi dan perubahan kebijakan ekonomi yang
diprogramkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), maka subsidi dari KLBI
dan RDI untuk pemberian KPR semakin dibatasi sehingga untuk mendukung
bisnisnya dalam penyaluran KPR, maka Bank BTN harus menngandalkan sumber
pendanaan lainnya, yaitu dari dana masyarakat.
Berkaitan dengan pergeseran sumber pendanaan, yaitu dari dana subsidi
kepada dana komersial, maka Bank BTN juga melakukan pergeseran fokus bisnis
dalam pemberian KPR, yaitu dari KPR RS dan KPR RSS bergeser ke KPR
Komersial yang berbunga lebih tinggi. Dalam hal ini, salah satu produk unggulan
KPR komersial Bank BTN adalah Kredit Griya Utama 1(KGU 1).
Tingkat suku bunga KPR pada Bank BTN variatif, tergantung kepada nilai
KPR. KGU 1 merupakan salah satu produk KPR Bank BTN yang memiliki nilai
KPR sebesar seratus juta hingga seratus lima puluh juta rupiah dengan tingkat
Bank BTN, karena Bank BTN adalah bank yang pertama kali dan dikhususkan
menangani bisnis KPR di Indonesia selama kurang lebih 34 tahun.
Persaingan antar bank dalam menyalurkan KPR dan perlunya pengelolaan
tingkat suku bunga dan pelayanan nasabah yang baik menjadi masalah yang harus
dihadapi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor tingkat
suku bunga, dan pelayanan nasabah terhadap keputusan permintaan KPR
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Cabang Medan?
2. Diantara faktor tingkat suku bunga dan pelayanan nasabah, faktor
manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan permintaan KPR
pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan ?
C.Kerangka Konseptual
Calon debitur yang ingin mengajukan permohonan KPR ke bank harus
mengevaluasi terlebih dahulu untung ruginya mengajukan KPR kepada suatu
bank dibandingkan dengan bank lain. Debitur akan berusaha untuk memperoleh
Tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah yang memiliki simpanan dan juga harga yang dibayar oleh
nasabah yang memperoleh pinjaman kepada bank (Kasmir 2005:119). Naik
turunnya tingkat suku bunga memberikan dampak yang simultan kepada debitur
maupun bank, jika tingkat suku bunga KPR dinaikkan maka permintaan KPR
cenderung akan menurun, dan permintaan KPR yang menurun akan berdampak
negatif terhadap laba bank.
Pelayanan nasabah (customer service) secara umum adalah kegiatan yan
diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui
pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kepuasan nasabah (Kasmir
2005:130). Bank yang mampu memberikan pelayanan dalam pencapaian
kepuasan nasabah akan dapat menarik para pelanggan sehingga mampu tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah persaingan antar bank.
Ada dua variabel yang dianggap peneliti dapat mempengaruhi Keputusan
Permintaan KPR dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Kasmir (2005) diolah Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
SUKU BUNGA
PELAYANAN
KEPUTUSAN PERMINTAAN KPR PADA
D. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dibuat
hipotesis sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga, dan Pelayanan secara serempak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Permintaan KPR pada PT
Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
2. Tingkat suku Bunga merupakan faktor yang berpengaruh paling
dominan terhadap Keputusan Permintaan KPR pada PT Bank Tabungan
Negara Cabang Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor tingkat suku bunga, dan
pelayanan nasabah dalam mempengaruhi dan menentukan keputusan
permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara Cabang medan.
2. Mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap
Keputusan Permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara Cabang
Medan.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Peneliti, memperluas wawasan pemikiran peneliti dalam cara
berpikir ilmiah pada bidang pemasaran pada perbankan khususnya
b. Bagi PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan, untuk menambah
wawasan dan menjadi dasar pertimbangan bagi pimpinan dalam
mengambil kebijaksanaan KPR.
c. Bagi pihak lain, sebagai refrensi yang bermanfaat untuk mengadakan
penelitian lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional Variabel
Menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisa
permasalahan, diperlukan pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuan peneliti serta keterbatasan informasi yang diperoleh pada objek
penelitian.
Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas pada faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tingkat suku bunga (Interest Rate)
b. Pelayanan Nasabah (Customer Service)
Penelitian yang dilakukan peneliti juga terbatas pada KPR GRIYA
UTAMA 1 yang disalurkan oleh PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional yang terdapat dalam tulisan ini adalah:
a. Tingkat suku bunga KPR, yaitu harga jual yang harus dibayar oleh
peminjam (debitur) kepada bank yang didasarkan pada suatu perjanjian
b. Pelayanan Nasabah (Customer Service), yaitu pendapat debitur mengenai
kepuasan yang diterima debitur atas pemenuhan kebutuhan yang diberikan
bank sejak permohonan KPR sampai dengan berakhirnya KPR.
Tabel 1.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala Ukur
Variabel Tingkat Suku Bunga (X1)
1. Tingkat suku bunga tidak memberatkan 2. Tingkat suku bunga
sesuai dengan kemampuan debitur
3. Tingkat suku bunga kompetitif
4. Cicilan KPR dapat dibayar tepat waktu 5. Tingkat suku bunga
Variabel
Sumber : Zheithaml, et al dalam Tjiptono (2005:274) (Diolah oleh Peneliti)
3. Identifikasi Variabel
Penelitian ini memiliki 3(tiga) variabel. Ketiga variabel tersebut
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel terikat (dependent variable,
)
i
Y dan variabel bebas (independent variable, )Xi .
a. Bagian pertama yaitu variabel terikat (dependent variable, Yi) adalah
Keputusan Permintaan KPR.
b. Bagian kedua yang merupakan variabel bebas (independent variable, Xi)
meliputi:
1) Tingkat Suku bunga
2) Pelayanan Nasabah (Customer service)
4. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai
berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, orang atau kejadian, dan biasanya
skala yang diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik (Kuncoro, 2003:157). Pengukuran
dengan skala likert ini dilakukan dengan pembagian:
a. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
c. Nilai 3 Untuk jawaban Ragu-Ragu
d. Nilai 4 untuk jawaban Setuju
e. Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju
5. Tempat dan waktu penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada PT Bank Tabungan Negara Cabang
Medan yang berlokasi di Jalan Pemuda No.10-A Medan. Penelitian ini dilakukan
mulai bulan April 2008 sampai dengan Agustus 2008.
6. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ysng ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2003:73). Populasi pada penelitian ini adalah debitur pada PT Bank
Tabungan Negara Cabang Medan yang memperoleh produk KPR GRIYA
UTAMA 1 dalam periode 31 desember 2007. Jumlah debitur yang
memperoleh produk KPR GRIYA UTAMA 1 pada PT Bank Tabungan
Negara Cabang Medan dalam periode yang berakhir pada 31 desember
2007 berjumlah 734 debitur.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2005:73). Sampel diambil dengan metode
purposive sampling yaitu 10% dari populasi. Menurut Gay dalam Umar
populasi, sehingga sampel yang digunakan peneliti adalah sebanyak 73
debitur.
7. Jenis Data
Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan
evaluasi adalah :
a. Data Primer
Data primer yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi media massa
dan berbagai tulisan yang diperoleh dari PT Bank Tabungan Negara
Cabang Medan seperti: buku, majalah, surat kabar, literatur, ataupun
internet untuk mendukung penelitian ini.
8. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilaukan dengan dua cara, yaitu:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan dengan bagian perkreditan dan petugas lapangan PT
Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
b. Kuesioner
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar
pertanyaan yang diisi oleh debitur yang memperoleh produk KPR GRIYA
9. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas
menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya, dan bila
nilai korelasinya positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir pertanyaan tersebut
dinyatakan valid.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama, dan
bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
10. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah :
a. Metode analisis deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisisan yang
dilakukan dengan cara menentukan data, mengelompokkan data dan
menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah
yang dihadapi. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang
telah diisi oleh sejumlah responden penelitian.
b. Metode analisis Regresi Ganda
Analisis Regresi Ganda digunakan untuk mengadakan prediksi nilai dari
variabel terikat yaitu keputusan permintaan KPR pada PT Bank Tabungan
variabel bebas, yaitu Tingkat Suku Bunga (Interest Rate) (X1), dan
Pelayanan Nasabah (Customer Service) (X2) sehingga dapat diketahui
pengaruh positif atau negatif dari faktor-faktor Tingkat Suku Bunga, dan
Pelayanan Nasabah terhadap Keputusan Permintaan KPR pada PT Bank
Tabungan Negara Cabang Medan. Analisis regresi Linear berganda dalam
penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS (Statistic
Product And Service Solution) 15.0 For Windows. Adapun model
persamaan yang digunakan (Sugiyono, 2005:211), adalah:
Y = Keputusan Permintaan KPR
a) Uji-F (uji secara serentak)
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel tingkat suku
bunga dan pelayanan nasabah terhadap Keputusan Permintaan KPR (Y).
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel tingkat suku
bunga dan pelayanan nasabah terhadap Keputusan Permintaan KPR yaitu
variabel terikat (Y).
Kriteria Pengambilan Keputusan :
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 %
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %, atau nilai signifikansi < 0,05
b) Uji-t (uji secara parsial)
Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
individual terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel tingkat suku
bunga dan pelayanan nasabah terhadap Keputusan Permintaan KPR yaitu
variabel terikat (Y).
Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel tingkat suku
bunga dan pelayanan nasabah terhadap Keputusan Permintaan KPR yaitu
variabel terikat (Y).
Kriteria Pengambilan Keputusan :
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5 %
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Banjarnahor (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit pada PT Bank SUMUT
Cabang Tarutung” dengan tujuan:
1. Mengetahui dan menganalisis faktor tingkat suku bunga, jumlah kredit,
jangka waktu, dan pelayanan nasabah dalam mempengaruhi dan
menentukan keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Sumut Cabang
Tarutung.
2. Mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap permintaan
kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Tarutung.
Penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel dengan purposive
sampling, dengan sampel sebanyak 32 debitur yaitu 10% dari populasi.
Penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif
dan regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Varibel tingkat suku bunga kredit (X1), jumlah kredit(X2), jangka
waktu(X3) dan pelayanan(X4) bernilai positif dan signifikan pada
tingkat kesalahan α =5%, nilai signifikansi keempat variabel tersebut
adalah 0,000.
2. Variabel tingkat suku bunga (X1) dinyatakan yang paling dominan
mempengaruhi keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Sumut
B. Pengertian Pemasaran dan Pemasaran Jasa 1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan
dan konsumennya. Dalam suatu perusahaan, kegiatan pemasaran merupakan salah
satu fungsi pokok bagi kelangsungan hidup perusahaan di samping faktor-faktor
lainnya yang menentukan maju mundurnya perusahaan tersebut.
Pengertian pemasaran itu sendiri didefinisikan dalam beragam konsep
yang dikemukakan oleh pakar-pakar pemasaran, antara lain yang dikemukakan
oleh Kotler(2001:7), ”pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, memasarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain”.
Berdasarkan pengertian tersebut, pemasaran diarahkan pada suatu proses
pertukaran antara produsen dan konsumen dengan memberikan kepuasan kepada
konsumen dan imbalan yang wajar diterima oleh produsen. Melalui kegiatan
pemasaran inilah nantinya perusahaan akan dibantu dalam mencapai tujuan
usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, untuk berkembang, dan
untuk memperoleh laba.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari
perwujudan, pemberian harag, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa,
dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang
memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi (kotler, 2001:71). Untuk dapat
melakukan kegiatan pemasaran yang baik maka dibutuhkan sebuah manajemen
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran
merupakan suatu proses yang mencakup analisis, perencanaan , pelaksanaan, dan
pengawasan juga mencakup barang, jasa serta gagasan; berdasarkan pertukaran
dan tujuannya adalah memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.
2. Pengertian Pemasaran Jasa
Menurut Kotler (1994) dalam Lupiyoadi&Hamdani (2006:6), “jasa adalah
setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun..Produknya bisa terkait pada suatu produk fisik. Sedangkan Valarie
A.Zethaml dan Mary Jo Bitner (1996) dalam Lupiyoadi&Hamdani (2006:5)
menyebutkan bahwa jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya
bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya
kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan konsumen.
Terdapat beberapa karakteristik unik yang membedakan jasa dengan
barang (Tjiptono, 2005:18), yaitu:
a. Intangibility
Jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance) atau usaha yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat,
b. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
c. Variability/Heterogencity/Inconsistency
Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya
banyak variabel yang dibentuk, kualitas dan jenis tergantung siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut diproduksi.
d. Perishability
Ini berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kamar hotel
yang tidak dihuni atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan
akan berlalu atua hilang begitu saja ketika tidak dapat disimpan.
Upaya untuk memahami sistem pemasaran jasa akan lebih mudah apabila
kita terlebih dahulu memahami bisnis jasa sebagai suatu sistem. Sebagai suatu
sistem , pemasaran jasa merupakan penggabungan dari sistem operasi dan sistem
penyajian jasa dengan media yang dipakai untuk mengkomunikasikan jasa kepada
konsumen.
C. Bauran Pemasaran
Philip Kotler (2001:71) mendefinisikan, “Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam pasar sasaran”. Sedangkan Tjiptono (2005:30) menyatakan
untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat
tersebut dapat digunakan untuk menyusun starategi jangka panjang dan
merancang program taktik jangka pendek.
Penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi bisa dianalogikan dengan juru masak yang meramu
berbagai bahan masakan menjadi hidangan yang bergizi dan enak untuk disantap.
Proses meramu bahan yang dilakukan pemasar dan juru masak memiliki
persamaan, yaitu sama-sama merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan
(science) dan seni (Art). Dengan demikian, unsur pengalaman, kompetensi,
pengetahuan dan kreativitas memainkan peranan penting dalam menunjang
kesuksesan pemasar maupun juru masak.
1.Product (Produk)
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik berwujud fisik
maupun yang tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Kotler (2001: 346) mendefinisikan produk sebagai berikut;
“Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
Strategi produk yang dapat dilakukan oleh perbankan menurut Kasmir
(2005 : 141-142) yaitu sebagai berikut:
b. Menciptakan merek
c. Menciptakan kemasan
d. Keputusan label
2. Pricing (Harga)
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis,
seperti tingkat harga , struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi
harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Bagi perbankan terutama bank yang
bersifat konvensional harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi, dan
komisi biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya-biaya lainnya.
Sedangkan harga bagi bankyang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.
Penentuan harga oleh suatu bank dimaksudkan untuk mencapai berbagai
tujuan seperti untuk bertahan hidup(survival), untuk memaksimalkan laba,
memperbesar market share (pangsa pasar), memberikan kesan bahwa jasa bank
yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi, serta dengan penentuan harga juga
ditujukan agar harga yang ditawarkan tidak melebihi harga pesaing artinya bunga
simpanan di atas pesaing dan bunga pinjaman di bawah pesaing.
Bunga bank menurut Kasmir (2003:133) dapat diartikan sebagai balasan
jasa yang diberikan bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan
harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
Dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah dalam kegiatan
perbankan konvensional sehari-hari menurut Kasmir (2005 : 152), yaitu:
a. Bunga simpanan, yaitu harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah
pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balasan
jasa kepemilikan nasabah yang menyimpan uang nya di bank.
b. Bunga pinjaman, yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam
(debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada bank. Bagian bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh
harga jual adalah bunga kredit.
Besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi
oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling
mempengaruhi, di samping pengaruh faktor-faktor lainnya, sebagai jaminan,
jangka waktu, peraturan pemerintah dan taget laba.
Kasmir (2005:153) menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruh
besar kecilnya penentuan suku bunga secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan dana
Apakah bank kekurangan dana (simpanan sedikit), sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut
cepat terpenuhi dengan suku bunga simpanan. Dengan meningkatkan suku
bunga simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank.
Dengan demikian kebutuhan dana dapat terpenuhi. Demikian sebaliknya,
apabila kelebihan dana dimana simpanan banyak akan tetapi permohonan
meningkatkan permohonan kredit. Atau dapat juga dengan menurunkan
suku bunga simpanan agar mengurangi minat nasabah untuk menyimpan.
b. Persaingan
Memperhtikan pesaing merupakan faktor yang paling utama dalam
memperebutkan dana simpanan disamping faktor promosi. Dalam arti jika
untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas
bunga pesaing, msalnya 17% pertahun. Namun sebaiknya, untuk bunga
pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing.
c. Kebijaksanaan pemerintah
Pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga,
baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman dalam kondisi tertentu.
Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal tingkat suku bunga maka
bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
d. Target laba yang diinginkan
Target laba yang diinginkan merupakan besarnya keuntungan yang
diinginkan oleh bank. Jika bank yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak
bankharus hati-hati dalam mnentukan persentase laba atau keuntungan
yang dinginkan.
e. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi bunga. Hal
ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang,
f. Kualitas dan nilai jaminan
Nilai jaminan yang semakin likuid diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan
sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan jaminan tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah hal pencairan
jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito ataupun rekening giro yang dibekukan
akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan tanah.
g. Reputasi perusahaan
Bonafitas dari suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat
menentuikan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya. Hal ini
karena perusahaan yang bonafit kemungkinaan resiko kredit macer di
masa yang akan datang relatif lebih kecil.
h. Produk yang kompetitif
Produk yang kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit
tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang
dibebankan relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif.
i. Hubungan yang baik
Pihak bank akan membedakan nasabahnya menjadi dua bagian pada
umumnya, yaitu nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
Penggolongan ini didasarkan pada loyalitas nasabah. Nasabah utama
biasanya memiliki hubungan yang baik dengan bank dan bunga
j. Jaminan pihak ketiga
Pihak ketiga akan memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung
segala resiko yang dibebankan kepada kredit. Biasanya pihak yang
memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama
baik maupun loyalitas terhadap bank, sehingga bunga yang dibebankanpun
juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman pihak ketiga kurang
bonafit atau kurang dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan
sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak bank.
3. Place (Saluran Distribusi atau Lokasi)
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi
para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya
keputusan mengenai lokasi di mana sebuah hotel atau retoran harus didirikan).
Selain itu, penggunaan perantaran untuk meningkatkan aksesbilitas jasa bagi para
pelanggan (misalnya penggunaan jasa agen perjalanan dalam memasarkan paket
liburan secara langsung kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang
ditetapkan demi ketersediaan jasa (contoh, penggunaan telephone delivery
system).
Kasmir (2005 : 166) menegaskan bahwa pemilihan lokasi suatu bank perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dekat dengan kawasan industri atau pabrik
b. Dekat dengan lokasi perkantoran
c. Dekat dengan lokasi pasar
e. mempertimbagkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi
4. Promotion (Promosi)
Bauran promosi meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan
manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode-metode tersebut
terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling dan
public relations.
Menurut kasmir (2005:19), biasanya bank melakukan empat sarana
promosi yaitu:
a. Periklanan (Advertising)
Iklan merupakan sarana promosi yang digunakan oleh bank guna
menginformasikan, menarik dan mempengaruhi calon nasabah. Media
yang dapat dilakukan seperti pemasangan billoard di jalan-jalan strategis,
pencetakan brosur baik disebarkan di setiap cabang atau pasar
pembelanjaan, pemasangan spanduk, melalui koran, majalah, radio,
televisi, dan media lainnya.
Adapun pertimbangan penggunaan media yang akan dipakai untuk
pemasangan iklan di suatu media antara lain:
1) Jangkauan media yang akan digunakan
2) Sarana atau konsumen yang dituju
b. Promosi penjualan (Sales promotion)
Tujuan promosi penjualan untuk meningkatkan penjualan atau
meningkatkan jumlah nasabah. Bagi bank promosi penjualan dapat
dilakukan melalui:
1) Pemberian bunga khusus (special rate) untuk jumlah dana yang relatif
besar walaupun hal ini akan meningkatkan persaingan tidak sehat.
2) Pemberian intensif kepada setiap nasabah yang memiliki jumlah
simpanan terbesar.
3) Pemberian cendramata, hadiah serta kenang-kenangan lainnya kepada
nasabah yang loyal, serta promosi penjualan dan penjualan lainnya.
c. Publitas (Publicty)
Publitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing nasabah melalui
kegiatan seperti pemeran, bakti sosial dan kegiatan lainnya. Kegiatan
publitas dapat meningkatkan pamor bank dimata nasabahnya. Untuk itu
kegiatan publitas perlu dilakukan lebif sering dengan mempertimbangakan
hal-hal tertentu seperti biaya yang diperlukan dan juga nasabah yang
ditargetkan.
d. Penjualan Pribadi (Personal sales)
Penjualan pribadi lebih banyak dilakukan oleh petugas customer service
pada dunia perbankan. Dalam hal ini customer service memegang peranan
sebagai pembinaanhubung dengan masyarakat atau public telation.
Customer service bank dalam melayani nasabah selalu berusaha menarik
para calon nasabah menjadi nasabah yang bersangkutan dengan berbagai
5. People (Partisipan / Sumber daya Manusia)
Sumber daya manusia merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran
pada pemasaran jasa. Bila produksi dapat dipisahkan dari komsumsi seperti yang
biasa terjadi pada pemasaran barang manufaktur, pihak manajemen biasanya
dapat mengurangi pengaruh sumber daya manusia terhadap output akhir yang
diterima pelanggan. Seorang konsumen tidak terlalu memikirkan proses
pembuatan sebuah mobil, penampilan karyawan, cara berkomunikasi dan
sebagainya. Yang terpenting adalah output akhir yang dihasilkan.
Tingkah laku dan tindakan yang dilakukan seorang karyawan pada suatu
industri misalnya akan berpengaruh langsung kepada output yang diterima
pelanggan. Oleh karena itu, setiap organisasi jasa (terutama yang tingkat kontak
dengan pelanggan tinggi) haruslah secara jelas menentukan apa yang diharapkan
dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan.
6. Physical Evidence (Bukti fisik)
Upaya menawarkan bukti fisik dan karekteristik jasa merupakan salah satu
unsur penting dalam bauran pemasaran. Hal ini disebabkan karakteristik jasa yang
intangibel. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk , misalnya brosur paket
hiburan, penampilan staf yang rapi dan sopan, dekorasi internal dan eksternal
yang atraktif (seperti ruang praktek dokter anak yang didekorasi dengan nuansa
anak-anak), ruangan tunggu yang nyaman dan bentuk fisik lainnya.
7. Process (Proses)
Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen
dengan tingkat kontak dengan pelanggannya tinggi (high-contact service). Proses
pelanggan. Staf yang perhatian, gembira dan ramah dapat membant atau
mengurangi kesulitan nasabah yang harus menunggu atau antri. Kejelasan akan
kebijakan, aturan atau prosedur dalam sistem janji, kapasitas yang tersedia,
kelancaran informasi yang dibutuhkan akan sangat mempengaruhi persepsi
pelanggan akan kualitas jasa yang diberikan.
8. Customer Service (Layanan Pelanggan)
Layanan pelanggan dalam sektor jasa dapat diartikan sebagai total jasa,
yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab atas unsur
bauran pemasaran ini tidak dapat diisolasi hanya pada departemen layanan
pelanggan tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel produksi.
Manajemen kualitas jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berkaitan erat dengan
kebijakan desain produk dan personalia.
Menurut Parasuraman, et al dalam Tjiptono (2005:273) kualitas jasa
memiliki sepuluh dimensi yaitu:
a. Bukti fisik, yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan bahan-bahan komunikasi.
b. Reliabilitas, yaitu kemampuan memberikan jasa yang dijanjikan secara akurat dan andal.
c. Daya Tanggap, yaitukesediaan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
d. Kompetensi, yaitu penguasaan ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
f. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
g. Keamanan, yaitu bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan . h. Akses, yaitu kemudahan untuk dihubungi dan ditemui.
i. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada para pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan mereka.
j. Kemampuan Memahami Pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan mereka.
D. Perilaku Konsumen dan Proses Pengambilan Keputusan 1. Perilaku konsumen
Perilaku konsumen menurut The American Marketing Association dalam
Setiadi (2003:3) adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku dan
lingkungan mereka dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga ide penting dalam perilaku
konsumen yaitu:
a. perilaku konsumen adalah dinamis;
b. hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar; serta
c. hal tersebut maelibatkan pertukaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
a. Faktor kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahluk-mahluk lainnya bertindak
anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai; persepsi;
preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan
keluarga dan lembaga sosial lainnya.
b. Faktor sosial yang terdiri atas kelompok referensi yaitu seluruh kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang; keluarga; ataupun peran dan status yaitu
posisi seseorang dalam setiap kelompok. Faktor sosial ini turut
memberikan pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.
c. Faktor pribadi, seperti umur dan tahapan dalam siklus hidup; pekerjaan;
keadaan ekonomi; gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kaonsumen yang lahir dari dalam diri manusia itu sendiri seperti motivasi;
persepsi; proses belajar; serta kepercayaan dan sikap.
2. Proses pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:
pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Dan dapat digambarkan
sebagai berikut:
→
Sumber : Setiadi (2003 : 16)
Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya
kebutuhan. Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi
sesungguhnya dengan kondisi yang di harapkan.
b. Pencarian informasi, yaitu konsumen yang mulai timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak lag. Proses ini
diperoleh dari bahan bacaan, menelepon teman ataupun melakukan
kegiatan-kegiatan mencari lainnya.
c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang
diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif
terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian.
d. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan
pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif.
e. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian
terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami
beberapa tngkat kepuasan atau ketidak puasan.
E. Pengertian Kredit
Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam dimulai dari
arti “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti
“kepercayaan” atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaan akan
kebenaran”. Menurut Simorangkir dalam Untung (2005:1), kredit adalah
Pemberian prestasi (misalnya uang , barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi)
Pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam undang-undang perbankan
No. 10 tahun 1998 pasal 10 ayat 11 yakni:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu ,
berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Berdasarkan beberapa pengertian kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa
kredit adalah penyerahan uang, barang atau jasa berdasarkan kepercayaan yang
mana kontra prestasinya diberikan kemudian. Dasar pemberian kredit adalah
kepercayaan, dengan demikian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini
berarti bahwa presentasi yang diberikan benar-benar dapat dikembalikan oleh
penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat yang telah disetuji bersama.
Berdasarkan ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa unsur yang
terkandung dalam kredit (Tangkilisan, 2003:35), yaitu:
1. Kepercayaan, maksudnya kreditur memberikan kepercayaan kepada
debitur bahwa prestasi yang diberikannya akan dapat dikembalikan sesuai
dengan waktu yang telah disepakati bersama, hal ini dapat diketahui oleh
pihak bank dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian yang mendalam
mengenai calon debitur sehingga dapat diketahui kemauan dan
kemampuannya dala membayar kredit yang akan diterima.
2. Waktu, maksudnya terdapat jangka waktu antara pemberian kredit dan
3. Kesepakatan, maksudnya terdapat kesepakatan mengenai prestasi dan
kontraprestasi antara kreditur dan debitur yang terutang dalam suatu
perjanjian yang disepakati bersama.
4. Resiko, maksudnya seala kemungkinan yang mungkin terjadi jika kredit
tersebut disalurkan yang mempunyai dampak merugikan ke dua belah
pihak.
F. Perencanaan Kredit
Kegiatan usaha selalu diawali dengan suatu perencanaan walaupun
perencanaan itu selalu sederhana. Bagi sebuah Bank perencanaan merupakan hal
mutlak yang harus dilakukan, tidak hanya karena perencanaan merupakan fungsi
yang penting tetapi kepentingan menjalankan perencanaan sebelum suatu usaha
dilaksanakan merupakan suatu “rule” bagi pencapaian tujuan. Perencanaan kredit
yaitu proses untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan pada masa
yang akan datang untuk mencapai tujuan dan sasaran perkreditan.
Aspek penting yang harus diperhatikan bank dari pertimbangan suatu
rencana kredit yang mantap dan terarah adalah sebagai berikut (Sinungan,
2000:11)
1. Kondisi perekonomian dan perdagangan
2. Hal ini mutlak dilakukan karena bank sebagai lembaga keuangan, berperan
dalam kegiatan perekonomian dan perdagangan dengan
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam
pelaksanaan perencanaan tersebut.
4. Kegiatan sektor ekonomi dimana bank bergerak, apakah berada pada
sektor khusus sektor pertanian, perokonomian, industri, perdagangan, atau
real estate.
5. Keadaan nasabah yang ada
6. Dari record nasabah yang ada diadakan pengelompokan nasabah yang
dibagi menurut kelancaran usaha secara lengkap.
7. Keadaan keuangan bank
8. Pihak bank harus dengan jelas mengetahui berapa jumlah dana yang
tersedia dan benar-benar dapat dilepas.
9. Organisasi bank
10.Ditetapkan adanya pemberian wewenang disertai dengan suatu tanggung
jawab untuk berusaha agar kredit itu lancar dan menguntungkan serta
kewenangan untuk menghitung dana untuk operasi kredit
masa-masaselanjutnya.
11. Skill
12.keahlian dari personil-personil kredit di seluruh organisasi bank. Bank
perlu memperhatikan keahlian dari pejabat kredit dengan baik dan bila
perlu diadakan spesialisasi.
G. Resiko Perkreditan
Setiap usaha yang dilakukan, lebih-lebih lagi dalam kegiatan bisnis akan
selalu dihadapkan dengan berbagai bentuk resiko. Pada umumnya profit yang
diperoleh akan senantiasa berbandng lurus dengan tingkat resiko yang dihadapi.
tingkat profit margin yang diperolehnya. Demikian pula dalam persetujuan
pemberian kredit terkandung resiko yang perlu terlebih dahulu dipahami, apakah
resiko tersebut tergolong resiko yang dapat dikendalikan atau resiko liar. Berbagai
resiko yang perlu dipahami, antara lain(Djohan,2000:90)
1. Resiko Sifat Usaha
Terdapat beragam jenis usaha dalam ekonomi mengandung resiko yang
berbeda satu dengan yang lain. Tinggi rendahnya tingkat resiko usaha dapat
diketahui dari sifat-sifat usaha masing-masing dengan berbagai kriteria, antara
lain :
a. Turn over usaha semakin tinggi, resiko semakin tinggi
b. Semakin khusus tingkat spesifikasi usaha, resiko semakin tinggi.
c. Semakin besar investasi modal kerja, dibandingkan dengan investasi
pada barang modal, maka resiko akan lebih tinggi.
d. Usaha yang padat modal (capital intensive) akan mempunyai resiko
yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha yang padat karya (labor
intensive) khusus pada negara berkembang dan sebaliknya pada negara
maju.
e. Sifat pekerjaan atau usaha itu sendiri yang mempunyai resiko tinggi,
misalnya pengeboran minyak bumi lepas pantai, stuntman dalam
pembuatan fillm dan usaha –usaha lainnya yang sifatnya perintis yang
sebelumnya belum pernah dilakukan.
2. Resiko Geographis
Resiko geographis juga mempunyai pengaruh terhadap besarnya resiko dari
alam yang sering terjadi pada suatu lokasi saha tertentu misalnya banjir,
kebakaran dan meletusnya gunung berapi.
3. Resiko Politik
Kegagalan perkreditan banyak disebabkan oleh tidak adanya kebijaksanaan
politik yang jelas. Oleh karenanya analisis tentang kestabilan politik suatu
daerah atau negara akan cukup memberikan masukan tentang prediksi
keberhasilan usaha di masa mendatang.
4. Resiko Ketidakpastian (Uncertainty risk)
Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi (gambling) akan
mengandung resiko yang tinggi karena segala sesuatunya tidak dapat
direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Resiko diatas dapat dengan mudah
dibuktikan tetapi sulit untuk dihitung besarnya dan kapan resiko tersebut
datang.
5. Resiko Inflasi
Bentuk resiko lain yang sifatnya abstrak adalah resiko karena adanya inflasi.
Walaupun, hutang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh debitur, tetapi
pada masa inflasi yang tinggi, bank mengalami penurunan daya beli dari
rupiah yang dipinjamkannya.
6. Resiko Persaingan
Resiko persaingana adalah sesuatu yang wajar bagi setiap unit bisnis yang
baru masuk kedalam industri ataupun yang telah berada dalam industrinya
selalu dihadapkan dengan persaingan. Resiko persaingan ini dapat berupa
persaingan antar bank ataupun persaingan antar sesama perusahaan dalam
H. Proses Pengumpulan Informasi
Teknik-teknik analisis yang akan digunakan harus segera ditetapkan
setelah pendekatan yang akan digunakan dalam analisis kredit dapat diuraikan.
Beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk memperoleh informasi atau data
tentang si pemohon kredit, (Djohan,2000;93).
1. Wawancara (interview)
Wawancara dengan pemohon krdit atau calon debitur sebaiknya dillakukan
oleh pejabat bank (analis, kepala cabang atau direksi bank) sebelum
permohonan kredit diajukan, dalam bentuk interview pendahuluan.
2. Investigasi Kredit
Kegiatan mengumpulkan data-data yang up to date, atau data-data yang
relevan untuk bahan analisis permohonan kredit, meneliti kebenaran dan
akurasi data calon debitur dan pembuatan laporan investigasi.
3. Peninjauan On The Spot
Data permohonan kredit yang diajukan akan dicek kebenarannya melalui
peninjauan lapangan (on the spot). Lokasi kantor, lokasi usaha yang akan
dicek kebenarannya meliputi lokasi apakah di tempat yang strategis,
berorientasi konsumen atau berorientasi kepada bahan baku.
4. Sumber Informasi Ekstern
(PERSERO) CABANG MEDAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Kelahiran merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
siapapun, apakah itu menyangkut manusia, lembaga atau organisasi.
Sehubungan dengan itu Bank Tabungan Negara mengambil langkah baru
dengan menetapkan tanggal 9 Februari 1950 sebagai hari jadi Bank
Tabungan Negara .
Bank Tabungan Negara secara de facto sudah ada sejak masa
pemerintahan Hindia Belanda. Catatan sejarah menyebutkan Bank Tabungan
Negara bermula dari Postpaarbank yang didirikan berdasarkan Koninklijk Besluit
No. 27 tahun 1897 tanggal 16 Oktober 1897 dan berlaku tanggal 1 Juli 1898.
Dalam Besluit ditegaskan pula bahwa di Hindia Belanda didirikan Pusat
Perbankan yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) dan Gubernur Jendral yang
mengatur pelaksanaan pendiriannya. Tujuan didirikannya Postpaarbank antara
lain adalah unuk mendidik rakyat gemar menabung dan sekaligus
memperkenalkan lembaga perbankan. Peraturan tentang Postpaarbank
berdasarkan koninklijk Besluit No. 27 tahun 1897 semasa berlakunya selalu
ditinjau kembali dan untuk selanjutnya disempurnakan oleh Besluit Gubernur
Jendral Hindia Belanda No. 27 tahun 1934 yang dikenal dengan sebutan
Postpaarbank Ordonantie (STBI N. I. No. 653 tahun 1934) yang berlaku 1 Januari
1935. Keberadaan Postpaarbank ini berlangsung terus hingga pendudukan
Jepang dan oleh pemerintahan pendudukan Jepang tepatnya tanggal 1 April 1942
Postpaarbank diubah menjadi “Tyokin Kyoku”. Sesudah Proklamasi
Kemerdekaan R I 17 Agustus 1945, Tyokin Kyoku secara keseluruhan diambil
1948, dimana Yogyakarta sebagai ibukota RI jatuh ke tangan Belanda
menyebabkan aktivitas Kantor Tabungan Post dilanjutkan di Yogyakarta dengan
nama “Bank Tabungan Post Republik Indonesia” dan ini berlangsung hingga
akhir tahun 1949. Selanjutnya atas dasar Undang-undang Darurat No. 9 tahun
1950 tanggal 9 Februari 1950 dan dalam Lembaran Negara No. 12 tahun 1950
nama Postpaarbank sebagai nama awal bank ini dirubah menjadi “Bank
Tabungan Post”.
Tahun 1953 melalui undang-undang No. 36 tahun 1953 Lembaran Negara
No. 86 tahun 1953 ditetapkan undang-undang tentang Bank Tabungan Post.
Tabungan Post berganti nama menjadi “Bank Tabungan Negara” sesuai dengan
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang No. 4 tahun 1963 tanggal 22 Juni
1963. Kemudian melalui undang-undang No. 2 tahun 1964 Lembaran Negara No.
51 ditetapkan undang-undang tentang Bank Tabungan Negara yang mencabut
undang-undang No. 36 tahun 1953 yang telah dirobah terakhir dengan Perpu No.
4 tahun 1953. Dengan alasan “Program Ekonomi”, tahun 1965 Bank Tabungan
Negara diinmtegrasikan kedalam Bank Indonesia melalui Penetapan Presiden
No. 11 tahun 1965 Lembaran Negara yang berlaku sejak 21 Juni 1964.
Bank Umum Milik Negara termasuk Bank Tabungan Negara berubah
menjadi Bank Tunggal Milik Negara setelah ditetapkan oleh presiden. Kemudian
dengan SK Menteri Urussan Bank Sentral No. Kep 65/UBS/1965 tanggal 30 Juli
1965. Bank Tabungan Negara ditetapkan menjadi ”Bank Negara Indonesia Unit
V”. Berdasarkan undang-undang No. 20 tahun 1968, Pemerintah Orde Baru
mengubah lagi Bank Negara Indonesia Unit V menjadi “Bank Tabungan Negara”’
dimana tugas dan usahanya diarahkan untuk perbaikan ekonomi rakyat dan
pembangunan ekonomi nasional dengan jalan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk tabungan. Selain itu, sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. B-49/MK/IV/I/1974, BTN ditunjuk sebagai wadah pembiayaan proyek pembangunan Perumahan Rakyat yang bentuknya berupa
Undang-undang No. 20 tahun 1968 dilaksanakan menurut bimbingan Bank
Indonesia. Pelaksanaan teknis dan ketentuannya, sesuai Surat Menteri Keuangan
tersebut ditetapkan oleh instansi-instansi yang ada kaitannya dengan program
tersebut. Adanya peningkatan usaha Bank Tabungan Negara dalam penyediaan
rumah dalam KPR-BTN ini memerlukan suatu sistem penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk tabungan yakni “Tabungan Uang Muka Kredit
Pemilikan Rumah (TUM-KPR)” dan ini telah mendapat persetujuan dari Direksi
Bank Indonesia melalui Surat No. 18/DIR/UPUP tertanggal 16 Agustus 1985.
Berdasarkan Surat BI No. 22/9/DIR/UPG tanggal 29 April 1989, BTN
diijinkan beroperasi sebagai Bank Umum. Berdasarkan undang-undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah RI No. 24 tahun 1992
tentang Penyesuaian Bentuk Hukum BTN menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas
(Persero) PT Bank Tabungan Negara. Oleh karena itu BTN yang didirikan
berdasarkan undang-undang No. 20 tahun 1968 dibubarkan dan dilanjutkan secara
langsung oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero). Penyesuaian bentuk hukum
tersebut sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. S-940/MK.01/1992 tanggal 31
Juli 1992.
Hari ulang tahun BTN diperingati tanggal 28 Desember. Hal ini
berdasarkan suatu pertimbangan dimana pada tanggal tersebut mulai
diberlakukannya undang-undang No. 36 tahun 1953 tentang Bank Tabungan Post
yang menetapkan:
1. Mencabut Postpaarbank Ordonantie (Staatblad 1934 No. 653) yang
dirubah terakhir dengan undang-undang darurat No. 9 tahun 1950
2. Menetapkan undang-undang Tabungan Post
Namun demikian, sebelum undang-undang No. 36 tanggal 28 Desember 1953
diundangkan sebagai undang-undang Bank Tabungan Post, sebelumnya telah
diundangkan undang-undang darurat No. 9 tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950.
satu pasal didalmnya menyebutkan nama “Postpaarbank In Indonesia” dirubah
menjadi “Bank Tabungan Post”. Hal lain, sejak ditetapkan secara hukum melalui
undang-undang darurat No. 9 tahun 1950, ditetapkan pula S. Darmosusanto
sebagai Pribumi I yang menduduki jabatan Direktur Bank Tabungan Negara.
Berdasarkan kilasan sejarah tersebut, maka tanggal 9 Februari lebih tepat
dijadikan sebagai titik tolak hari jadi BTN, karena makna undang-undang darurat
No. 9 tahun 1950 lebih bersifat monumental disamping mengandung makna
histories sekaligus nasionalis. Ini dibuktikan dengan munculnya S.
Darmosusanto yang menduduki jabatan Direktur BTN Pribumi I yang menandai
bangkitnya Kelompok Pribumi dalam dunia perbankan di Indonesia. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka Direksi Bank Tabungan Negara melalui Ketetapan
Direksi No. 05/DIR/BIDIR/tanggal 27 September 1993 memutuskan hari lahir
BTN adalah tanggal 9 Februari 1950.
Dalam perkembangan selanjutnya, tugas Bank Tabungan Negara semakin
bertambah ketiga pada tanggal 29 Januari 1974 pemerintah, melalui Surat Menteri
Keuangan No.B-49/MK/1974, memberikan tugas untuk menyalurkan dana kredit
perumahan melalui pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang berlangsung
sampai saat ini. Tugas khusus inilah yang selanjutnya menjadikan BTN sebagai
Bank pelopor KPR, bahkan menjadi bank yang terkemuka dalam bisnis
pembiayaan KPR.
Ruang lingkup usaha BTN semakin meluas dengan diizinkannya untuk
beroperasi sebagai Bank Umum, yaitu melalui Surat BI No. 22/9/DIR/UPG
tanggal 29 April 1989. Status hukum BTN selanjutnya dirubah menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bank Tabungan Negara melalui Peraturan
Pemerintah RI No. 24 tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum BTN.
Sampai tahun 2002, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) telah
berkembang ke seluruh wilayah Indonesia, dan memiliki jaringan cukup luas yang
meliputi 48 Kantor Cabang termasuk Kantor Cabang Medan.
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan merupakan pencerminan dari
kebijaksanaan yang ditempuh untuk mengkoordinir manusia, peralatan dan
fasilitas lainnya yang terlibat didalamnya, guna tercapainya suatu tujuan yang
sudah ditetapkan dengan cara yang paling efisien. Dari beberapa jenis struktur
organisasi yang ada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan dengan
jumlah karyawan 150 orang termasuk kategori perusahaan besar dari segi jumlah
tenaga kerja, mempunyai sifat hubungan kerja Sentralisasi dengan kantor pusat
yang berkedudukan di Jakarta. Maksudnya seluruh aktivitas yang dilaksanakan
Kantor Cabang termasuk Kantor Cabang Pembantu yang ada di 9 lokasi (Pusat
Pasar, Perumnas Helvetia, H.M Yamin, Perumnas Simalingkar, Iskandar Muda,
Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Banda Aceh dan Lhokseumawe) harus
Struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan
dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Sumber: PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT.Bank Tabungan Negara Cabang Medan
Berdasarkan Struktur Organisasi yang digambarkan di atas terlihat bahwa
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan dipimpin oleh seorang
Kepala Cabang atau Branch Manager, yang membawahi 1 (satu) orang Deputy