• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Tani Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Tani Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) TANI DI DUSUN III DESA PEMATANG LALANG KECAMATAN PERCUT SEI

TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : TUTY MOVREYNTA NIM : 040903018

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihNya’lah maka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ni adalah, Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Telah banyak pihak yang telah membantu penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rrasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu,

Bapak prof. Dr. Arif Nasution MA, selaku dekan FISIP USU, Bapak ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Dr. Marlon Sihombing MA, juga sekaligus sebagai pembimbing penulis sendiri, terima kasih buat bapak yang telah membimbing penulis selama ini. Semoga bapak diberikan umur yang panjang, dan rizki yang berlimpah. Dan juga kepada ibu Dra. Beti Nasution Msi, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Istimewa dengan rasa sayang dan cintaku kepada kedua orang tuaku, ayahanda LM. Sianipar, dan ibunda S. Br Tampubolon.

(3)

Buat bapak’ku tersayang, aku bangga padamu. Berjuta-juta terima kasihku buatmu. Buat motivasi, semangat, dan cintamu. Pak, makasi banyak bapak udah nemeni aku sampai aku mampu untuk menatap kedepan. Tanpamu, aku bukanlah apa-apa, tanpa kehadiranmu, aku cumalah sampah. Terima kasih buat cinta, dan kasih sayang kalian berdua padaku. Aku janji akan berikan yang terbaik buat kalian, dan semoga umur panjang dan rizki yang berlimpah-limpah Tuhan hadiahkan hamya untuk kalian.

Terindah, buat ketiga saudaraku, B’ono, ayu, dan franz. Makasi banyak buat setiap hal yang kalian berikan untuk’ku. Smoga abang jadi orang yang hebat (hehehe), kyk superman bang. Ayu, smoga Tuhan titipkan kata-kata yang termanis dari mulutmu, dan buat adik kecilku ipran, jadilah yang terbaik, jadilah orang yang bisa dijadikan sandaran, dan apa yang kau inginkan, smua pasti kau dapatkan.

Buat my big family, SIANIPAR itu is de best deh. Aku bangga Tuhan titipkan aku ada diantara kalian. Buat opung jaitku tersayang, tunggu aku ya pung, biar opung bisa ngerasai sdikit dariku. Buat Uda margareth, inang uda, Uda dancel, inang uda juga, makasi ya da, nang, buat doa-doanya. Dan buat adik-adik’ku, margareth, dancel, dan meisha, cepat gede ya, biar bisa bantu kakak, hahaha.

(4)

buat kelompok tani Pembangunan, Olo martani, Sumber Makmur, dan juga kelompok tani Saudur, atas kerjasama, dan keramahannya, ketika penulis berkunjung.

Terima kasihku juga kepada para dosen-dosen yang telah banyak memberikan pengajaran-pengajarannya buat penulis selama ini, buat k mega dan k emi, thanks ya kak, udah banyak bantu aku dalam urusan administrasi selama perkuliahan.

For my special one, U’re de best dech. Kau adalah adam terakhir yang diciptakan Tuhan buatku. Tetap semangat ya cute’Q, jadilah raja buat dirimu, keluarga, dan juga buat sekitarmu. Biar cita-cita Qt untuk 5 tahun kedepan tercapai.. Dhe2 tunggu loh !!!

Mmmwuuahh…

Buat my very-very special best friends (fida), still be my fren like I meet u before. Be ur self honey, I miss u. Terima kasih ketika Qt bisa berbagi tawa dan tangis bersama, our frenship ill never end…

Sari, chayo ya jeng,, semua itu indah pada waktunya. Melva,, jng centil lg say, ntar digoda kapten jack baru tau loh,,hehe. Juga buat oja, ella, tika ma ina, kpn lg Qt nonton barengnya jeng,,aq tunggu loh. I love u all, MMMWUUAHHH

Buat temen2 cowk AN 04 aq yang bolehlah dikatakan ganteng,,iiiihhh,,hehehe,

Indra, oji, arfan, wan, akbar, juli (kaco), dodo, asfar, jovin, trus, pak dekan 04, arifa, si playboy kampung fikrizal, dan smua2na deh, I love u guys

(5)

Dan penulis sadar, bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi perbaikan skripsi ini, kedepan penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca sekalian.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih dan selamat membaca.

Medan, Januari 2008 Hormat saya

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Teori Implementasi dan Program ... 7

1.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan ... 10

1.5.3 Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani di Dusun III Desa Pematang Lalang 17 1.5.3.1 Pengertian Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani ... 17

1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani ... 17

1.5.3.3 Proses Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani ... 18

(7)

dari Desa ... 33

1.5.5 Peranan Pemerintah Desa ... 37

1.5.5.1 Mempercepat Daya Gerak Pembangunan di Pedesaaan ... 39

1.6 Defenisi Konsep ... 41

1.7 Defenisi Operasional ... 41

1.8 Sistematika Penulisan ... 43

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 45

2.2 Lokasi Penelitian ... 45

2.3 Populasi dan Sampel ... 45

2.3.1 Populasi ... 45

2.3.2 Sampel ... 46

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

2.4.1 Pengumpulan Data Primer ... 46

2.4.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 47

2.5 Teknik Analisa Data ... 47

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Desa Pematang Lalang ... 48

3.2 Mata Pencaharian ... 49

3.3 Kependudukan Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 50

3.4 Agama ... 51

3.5 Sarana Perhubungan ... 51

3.6 Potensi Desa Pematang Lalang ... 53

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Distribusi Identitas Responden (Kelompok Tani) ... 54

(8)

4.3 Analisis Kelompok Tani Dusun III Desa Pematang Lalang ... 71

4.3.1 Kelompok Tani Pembangunan ... 71

4.3.2 Kelompok Tani Sumber Makmur ... 72

4.3.3 Kelompok Tani Olo Martani ... 73

4.3.4 Kelompok Tani Saudur ... 75

BAB V ANALISA DATA 5.1 Komunikasi ... 76

5.1.1 Transmisi ... 76

5.1.2 Kejelasan ... 76

5.2 Sumber Daya ... 77

5.2.1 Sumber Daya Manusia (Human resources) / Staf ... 77

5.2.2 Informasi ... 78

5.2.3 Kewenangan / Otoritas ... 78

5.2.4 Fasilitas ... 79

5.3 Disposisi ... 79

5.4 Struktur Birokrasi ... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 81

(9)

DAFTAR TABEL

Table 1 banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Pematang Lalang Tahun 2006. ... 49

Table 2 Jumlah Penduduk Desa Pematang Lalang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006. ... 50

Table 3 Distribusi Responden Berdasarkan Sex Ratio. ... 54

Table 4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur. ... 55

Table 5 Disribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. ... 56

Table 6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Pemerintah Desa dalam Melaksanakan KUBE Tani. ... 57

Table 7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kejelasan Hukum Pelaksanaan KUBE Tani. ... 58

Table 8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dominasi Pemerintah Desa dalam Menjalankan Kewenangan. ... 59

Table 9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai SDM Pihak-pihak yang Ditunjuk oleh Pemerintah Desa dalam Membantu Kelompok Tani Melaksanakan KUBE Tani. ... 60

(10)

Table 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian Peralatan dengan Kebutuhan Kelompok Tani. ... 62 Table 12 Distribusi Jawaban responden Mengenai Kuantitas Peralatan

yang Disediakan. ... 63 Table 13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemudahan dalam

Mendapatkan Peralatan dan Fasilitas yang Dijanjikan. ... 64 Table 14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan

Pemerintah Desa. ... 65 Table 15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Pemerintah

Desa yang Bersahabat. ... 66 Table 16 Distribusi Lembaga Pembantu yang Disediakan oleh

Pemerintah Desa. ... 67 Table 17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi

Pemerintah Desa Mengenai Anggaran Dana yang Masuk Ataupun Keluar... 68 Table 18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai ampak KUBE

Tani. ... 69 Table 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat KUBE

(11)
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Rekomendasi izin pengajuan judul skripsi.

Surat permohonan pengajuan judul skripsi dan pengesahan judul skripsi. Surat kesediaan sebagai dosen pembimbing.

Jadwal seminar proposal usulan penelitian skripsi. Undangan seminar proposal usulan skripsi. Surat daftar hadir peserta seminar proposal.

Surat izin penelitian dari BAPPEDA pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Desa

Daftar pertanyaan penelitian atau angket. Contoh surat berita acara serah terima bibit.

Contoh daftar nama kelompok tani Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Contoh daftar kelompok tani penerima bantuan benih P2BN Tahun 2007. Contoh surat permohonan pengajuan bantuan kepada pemerintah daerah. Contoh daftar identifikasi CP/CL kegitan pengelolaan lahan dan air program peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.

(13)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) TANI, DI DUSUN III, DESA PEMATANG LALANG, KECAMATAN PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG.

(Studi pada kelompok tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Tuty Movrenta Nim : 040903018

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dr. Marlon Sihombing, MA.

Pertanian merupakan mata pencaharian 80% masyarakat Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dimana, terdapat 6 kelompok tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, yang sudah berjalan selama 2 tahun. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani adalah kelompok-kelompok usaha bersama petani yang dibentuk sebagai usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas hidup petani, dari petani yang prasejahtera, menjadi petani yang mandiri, dan diharapkan mampu untuk memperbaiki kehidupannya melalui peningkatan hasil produksi panen.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi program kelompok usaha bersama (KUBE) Tani dan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. Penelitian ini dilakukan di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kelompok tani serta kendala yang dihadapi oleh kelompok tani dalam meningkatkan hadil prodiksi panennya guna memperbaiki kualitas hidup kelompok tani.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisa Deskriptif. Dimana, teknik sampling yang digunakan adalah sampling purposive, adapun sampel yang diambil adalah empat kelompok tani yang berjumlah 136 orang. Peneliti juga mengambil GAPOKTAN sebagai informan. Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penyebatan kuesioner (kelompok tani), dan wawancara dengan informan. Kemudian hasil data melalui penyebaran kuesioner dituangkan kedalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian dianalisa kembali untuk mendapatkan gambaran atau kesimpulan yang lebih jelas mengenai obyek yang diteliti.

Secara umum, Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani belum berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan program ini belum sepenuhnya mampu untuk memperbaiki kesejahteraan kelompok tani khususnya, dan petani lainnya pada umumnya.

(14)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) TANI, DI DUSUN III, DESA PEMATANG LALANG, KECAMATAN PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG.

(Studi pada kelompok tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Tuty Movrenta Nim : 040903018

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dr. Marlon Sihombing, MA.

Pertanian merupakan mata pencaharian 80% masyarakat Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dimana, terdapat 6 kelompok tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, yang sudah berjalan selama 2 tahun. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani adalah kelompok-kelompok usaha bersama petani yang dibentuk sebagai usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas hidup petani, dari petani yang prasejahtera, menjadi petani yang mandiri, dan diharapkan mampu untuk memperbaiki kehidupannya melalui peningkatan hasil produksi panen.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi program kelompok usaha bersama (KUBE) Tani dan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. Penelitian ini dilakukan di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kelompok tani serta kendala yang dihadapi oleh kelompok tani dalam meningkatkan hadil prodiksi panennya guna memperbaiki kualitas hidup kelompok tani.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisa Deskriptif. Dimana, teknik sampling yang digunakan adalah sampling purposive, adapun sampel yang diambil adalah empat kelompok tani yang berjumlah 136 orang. Peneliti juga mengambil GAPOKTAN sebagai informan. Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penyebatan kuesioner (kelompok tani), dan wawancara dengan informan. Kemudian hasil data melalui penyebaran kuesioner dituangkan kedalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian dianalisa kembali untuk mendapatkan gambaran atau kesimpulan yang lebih jelas mengenai obyek yang diteliti.

Secara umum, Implementasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani belum berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan program ini belum sepenuhnya mampu untuk memperbaiki kesejahteraan kelompok tani khususnya, dan petani lainnya pada umumnya.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan berbagai program pembangunan suatu pemerintahan adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin. Karena hakekat dari suatu pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Apalagi Undang-Undang Dasar 1945 juga telah mengamanatkan kepada pemerintah yang berkuasa, untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu juga disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Di Indonesia, banyak orang yang sebenarnya hidup dalam taraf jauh dari kelayakan atau kemelaratan hidup, membuat mereka tidak dapat atau kadangkala tidak pernah memikirkan soal kelayakan, yang penting asal dapat hidup untuk hari ini. Dan orang seperti ini cukup banyak ditemui dan terbanyak dari mereka berada di pedesaan.

Karena keadaan social ekonomi pedesaan Indonesia pada umumnya yang kurang memungkinkan untuk membangun diri, uluran tangan pemerintah sangat diperlukan, baik dalam bantuan pengetahuan, modal, bimbingan, dan sebagainya. Serta untuk menghindari terjadinya pembangunan yang sesat.

(16)

Akibat hal diatas, laju perkembangan, terutama perkembangan pembangunan pedesaan berjalan sangat lambat. Ditambah lagi dengan budaya yang ada, yang biasanya mempunyai nilai-nilai yang sebahagiaan justru membatasi atau menghalangi pembangunan. Akibatnya, jurang perbedaan antara desa dan kota semakin tinggi.

Kalau keadaan seperti itu dibiarkan, akan menimbulkan ketegangan social yang sangat besar dan sulitdiatasi. Adanya perbedaan perhatian dan laju pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan akan menimbulkan masalah tersendiri. Banyak orang desa yang akan hijrah ke kota tanpa suatu kepastian kerja, sebaliknya di desa yang ditinggalkan, banyak pekerjaan yang terpaksa terbengkalai, akibatnya produksi pedesaan akan berkurang. Berkurangnya produksi pedesaan dapat menimbulkan kelaparan kota. Sebab produksi pedesaan sangat diperlukan oleh orang kota dalam kehidupan sehari-hari.

Karena kehidupan penduduk desa umumnya tergantung dari usaha tani, dan kehidupan yang layak juga merupakan hak petani, dimana juga desa merupakan lumbung padinya perkotaan dan titik tumpu kegiatannya adalah proses produksi komoditas panen, maka petani adalah yang paling penting untuk dibangun dan disejahterakan terlebih dahulu. Bila kehidupan petani sudah lebih baik, maka otomatis mereka akan mampu untuk membangun desanya. Dan ini akan mempermudah dan meringankan tugas pemerintah. Tidak akan ada yang dirugikan tentunya, malah ini akan memperbaiki image pemerintah, bukan hanya sebagai pemegang kekuasaam mutlak, tetapi juga sebagai pengayom masyarakat.

(17)

selanjutnya guna mengatasi dampak krisis lebih buruk dan melihat semakin urgennya permasalahan kemiskinan petani di pedesaan, pemerintah telah mencanangkan dan melaksanakan aneka ragam program dalam rangka membangun masyarakat petani, yang disalurkan melalui berbagai departemen, salah satunya adalah departemen pertanian.

Salah satu dari kesekian program yang telah dibangun pemerintah melalui departemen pertanian adalah program kelompok usaha bersama (KUBE) Tani, yang dirancang pemerintah dalam satu paket khusus di bawah naungan dan koordinasi Depertemen Pertanian. Dengan membentuk kelompok-kelompok tani, dan mengusahakan agar setiap kelompok dapat mandiri, sehingga diharapkan mampu untuk memperbaiki kehidupannya.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani merupakan kelompok-kelompok usaha bersama petani yang dibentuk sebagai usaha pemerintah dalam memperbaiki taraf hidup masyarakat petani, dari petani yang pra sejahtera menjadi petani yang sejahtera, melalui peningkatan hasil produksi panen (pertanian).

Program kelompok usaha bersama (KUBE) Tani di dusun III, Desa Pematang Lalang telah berjalan hampir selama dua tahun, dan telah terbentuk 16 kelompok tani di Desa Pematang Lalang ini, dan 6 kelompok tani khususya terdapat di Dusun III, desa ini. Dan meskipun juga telah berjalan selama itu, dan telah banyak kegiatan yang telah dilakukan, namun tetap saja kelompok tani ini belum mampu sepenuhnya memperbaiki kualitas kehidupan kelompok pada khususnya, dan angngota kelompok pada umumnya.

(18)

dari papan dan tepas. Dan hanya 25% masyarakatnya yang mampu membangun rumahnya dari batu. Bukan hanya itu, meski terlihat hamparan sawah yang luas, sebelum kita menginjakkan kaki menuju desa ini, tapi 65% masyarakat petani di desa ini, masih petani plasma. Mereka hanya mengerjakan sawah milik orang lain, dengan system penyewaan, dengan ketentuan pembagian hasil yang telah disepakati. Dan kebanyakan dari pemilik sawah di desa Pematang Lalang ini adalah orang-orang kota.

Meskipun kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang ini telah dirancang begitu indah, dan merupakan metode pendekatan yang terintegrasi, namun implementasi program tersebut belum mampu berlaku sebagaimana tujuan yang ingin dicapai, dan juga belum berlaku bagi kelompok tani yang ada di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Dimuka telah dikatakan sebelumnya, bahwa pada dasarnya tujuan semua program adalah sama, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan supaya tujuan itu tercapai, sebaiknya semua program itu, dikoordinasiakan secara baik. Disinilah perlunya kesadaran dan peranan kelompok tani, serta perlunya koordinasi program yang baik antara pemerintah, pemerintah desa, kelompok tani itu sendiri serta Departemen Pertanian sebagai pihak yang paling tahu, bagaimana membantu petani meningkatkan hasil produksi panen pertaniannya. Dengan adanya koordinasi yang baik, semua kegiatan dapat dipadukan, sehingga sifatnya dapat saling mendukung, serta tidak mempersulit masyarakat, maupun pemerintah setempat.

(19)

lebih giat dan lebih tekun, dipakai sebagai dorongan untuk berfikir dan bertindak kearah bagaimana membuat kehidupan di desa mempunyai perspektif yang cerah dan menarik.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Implementasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani, Di Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data, maka terlebih dahulu merumuskan permasalahan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan suatu masalah yaitu, “ Bagaimana Implementasi Kelompok Usaha Bersama di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang “.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani, di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah

1. Manfaat Secara Ilmiah

Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam studi Administrasi dan Pembangunan serta untuk memperbanyak referensi karya ilmiah bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Manfaat Secara Akademis

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi srata-1 dalam konsentrasi pembangunan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, serta untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa. 3. Manfaat Secara Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk pembangunan masyarakat desa, terutama Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tani.

b. Bagi penulis sendiri adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang pembangunan masyarakat desa, terutama melalui implementasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tani.

1.5 Kerangka Teori

(21)

defenisi dan proporsi, untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.

1.5.1 Teori Implementasi dan Program

Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan kebijakan. Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 1991:1) : “merumuskan proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan”.

Patton dan Sawichi (dalam Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi”.

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk mempengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “Street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target group). Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai implementor, sebaliknya untuk kebijakan makro, usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi.

Mengenai keterlibatan berbagai aktor dalam implementasi, randall B. Ripley dan Grace A. Franklin (1986:11) menulis sebagai berikut : “Implementatition process incolve

many important actors holding diffuse and competing goals and expectatitions who work

within a contexts of an increasingly large and complex mix of government programs that

require participation from numerous layers and units of government and who are affected

(22)

Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel yang individual maupun variabel organisasional, dan masing – masing variabel pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain.

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi terciptanya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, dimana dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1. Tujuan yang akan dicapai,

2. Kegiatan-kegiatan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu, 3. Aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan, dan,

5. Strategi pelaksanaan.

Dengan program ini, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Program pada dasarnya merupakan kumpulan proyek-proyek yang bertujuan untuk mencapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan.

Menurut Charles O Jones (1991,296) : “pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan”.

(23)

Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung pada unsur pelaksanaanya. Dan unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya, karena pelaksanaan, baik itu organisasi maupun perorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Dimana ada tiga kegiatan daripada implementasi, yaitu :

1. Penafsiran

Yaitu kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima.

2. Organisasi

Yaitu merupakan wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan. 3. Penerapan

Yaitu dimana pelaksanaan program sesuai dengan perencanaan yang dilengkapi dengan prosedur kerja serta jadwal kegiatan dan disiplin.

Kegagalan atau keberhasilan implementasi dapat dilihat dari kemampuan policy makers secara nyata dalam mengoperasionalkan progam-program. Agar tercapainya sesuai tujuan serta terpenuhinya misi program, diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi pelaksananya.

(24)

upaya-upaya policy makers untuk memengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Implementasi atau penerapan program dengan demikian telah menjadi suatu jaringan yang tidak kelihatan. Maka implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. kegagalan

1.5.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan 1. Teori G. Edward III

Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan : 1. Komunikasi

a. Transmisi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam pengimplementasian kebijakan/program telah mentransmisikan perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas, dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. 2. Sumber Daya

a. Sumber daya manusia (human resources)

(25)

b. Informasi

Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.

c.Kewenangan atau otoritas

Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d.Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.

3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas birokrasi tidak flexibel.

2. Teori Merilee S. Grindle ( 1980)

Keberhasilan implemetasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context

of implementation). Variabel isi kebijakan mencakup: (1) sejauh manak kepentingan

(26)

menyebutkan implementornya dengan rinci; dan (6) apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rejim yang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

3. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of the problems); (2) Karakteristik kebijakan / undang – undang (ability of

statue to structure implementation); (3) Variabel lingkungan (nonstatutory variabels

affecting implementation).

Karakteristik Masalah:

(1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air minum bagi penduduk atau harga beras yang tiba – tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah – masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, penganguran, korupsi, dan sebagainya. Sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.

(27)

program akan relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda.

(3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total popolasi. Sebuah program akan lebih relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.

(4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

Karekteristik Kebijakan :

(1) Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah diimplemeantasikan karena implementor mudah memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.

(2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoretis. Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.

(3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial.

(4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. (5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

(28)

(7) Seberapa luas akses kelompok – kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

Lingkungan Kebijakan:

(1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah menerima program – program pembaruan dibanding dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi proram, karena program – program tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi modern.

(2) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik. Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-insentif, seperti kenaikan harga BBM atau kenaikan pajak akan kurang medapat dukungan publik.

(3) Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups).

(4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor. 4. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Hornm, ada lima variabel yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni; (1) standar dan sasaran kebijakan; (2) sumberdaya; (3) komunikasi antarorgansasi dan penguatan aktivitas; (4) karakteristik agen pelaksana; dan (5) kondisi sosial, ekonomi dan politik

(29)

(2) Sumberdaya.Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya manusia (human

resources) maupun sumberdaya non manusia (non human resources).

(3) Hubungan antar organisasi. dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

(4) Karakteristik agen pelaksana. Maksud karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjasdi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program. (5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi

lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, dan bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan.

(6) Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : a). respons implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; b). kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c). intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

5. Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli (1983)

Ada empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni;

(30)

3. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program 4. karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

6. Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining (1999)

Menurut Weimer dan Vining (1999:396) ada tiga kelompok variabel besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni;

1. Logika kebijakan

2. Lingkungan tempat kebijakana dioperasikan dan 3. Kemampuan implementor kebijakan

Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksud agar suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal (reasonable) dan mendapat dukungan teoretis.

Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan., yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi, hankam, dan fisik atau geografis.

Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kempetensi dan ketrampilan dari para implementor kebijakan.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis mempergunakan model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh George. C Edwards III.

(31)

1.5.3. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Usaha Besama (KUBE) Tani di Dusun III Desa Pematang Lalang.

1.5.3.1 Pengertian

1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tani adalah kelompok warga atau keluarga binaan departemen pertanian yang dibentuk oleh warga atau kelompok binaan departemen pertanian yang telah dibina melalui proses kegiatan perkembangan tata cara bercocok tanam untuk melaksanakan kegiatan peningkatan hasil produksi panen dan usaha perbaikan ekonomi petani dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan social kelompok tani.

2. KUBE tani merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pertanian dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan kelompok tani.

3. Pembentukan KUBE tani dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan departemen pertanian melalui PPL (Pembina Penyuluh Lapangan), pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan.

1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan KUBE tani diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemisikinan kelompok tani, melalui:

1. Peningkatan hasil produksi panen para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok

2. Peningkatan pendapatan 3. Pengembangan usaha

(32)

5. Sasaran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tani adalah anggota dari masing-masing kelompok tani.

1.5.3.3 Proses Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tani di Dusun III Desa Pematang Lalang.

Langkah atau kegiatan pokok pembentukan KUBE tani pada kelompok tani adalah : 1. Pelatihan keterampilan berusaha, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

praktis berusaha kelompok tani serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan hasil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percara diri dan harga diri kelompok tani untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya.

2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan kemampuan kelompok tani dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diharapkan bagi kelompok tani penerima bantuan untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada anggota kelompok tani. 3. Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan berkembangnya

KUBE tani, mengingat sebagian besar kelompok tani merupakan kelompok yang miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional pendamping dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dan juga Pemerintah Daerah.

Terdapat 16 kelompok tani di Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 6 kelompok tani terdapat di dusun III, 5 kelompok tani terdapat di dusun II, dan 5 kelompok tani lainnya terdapat di dusun I.

(33)

(GAPOKTAN), Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Ruang lingkup keanggotaan GAPOKTAN ini meliputi beberapa kelompok tani, yaitu kelompok tani:

A. Rahayu B. Suka Maju C. Bersatu D. Bersama E. Sehati

F. Pembangunan G. Nauli

H. Sekata I. Rapuli J. Saurdut K. Makmur L. Serasi M. Sempurna N. Sumber Makmur O. Giat Maju

1.5.3.4 Organisasi dan Manejemen 1. Kepengurusan KUBE tani

(34)

pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya.

Program kelompok usaha bersama tani itu sendiri dibawah peranan dan tanggung jawab Departeme Pertanian. Dimana PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) merupakan badan yang dikoordinir oleh Departemen Pertanian sebagai badan perwakilan Departemen Pertanian yang berfungsi sebagai konsultan, mediator informasi, serta perpanjangan tangan Pemerintah kepada petani dalam meningkatkan hasil pertanian, guna memperbaiki kehidupan petani yang pra sejahtera menjadi sejahtera. Dimana fungsi PPL adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Konsultan

PPL berperan sebagai badan yang memberikan pengarahan-pengarahan dalam usaha peningkatan hasil pertanian serta pemecahan masalah terhadap persoalan-persoaln yang timbul dalam pertanian.

2. Sebagai Mediator Informasi.

PPL berperan sebagai penyedia informasi pengetahuan bagi petani, bagaimana meningkatkan hasil pertanian melalui ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, yang secara tidak langsung juga meningkatkan pengetahuan petani itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui forum terbuka, diskusi-diskusi, seminar ataupun melakukan studi banding.

3. Sebagai Perpanjangan Tangan Pemerintah

Dimana PPL menjembatani penyaluran bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyrakat.

(35)

dan hanya dengan tingkat pendidikan yang rendah, lebih ahli dibidangnya daripada PPL yang lulusan Perguruan Tinggi yang telah mengecap bangku pendidikan. Hal ini dilihat dengan dilakukannya penanaman padi secara bersamaan dengan waktu dan kondisi tanah yang sama. Dimana dalam 2 petak sawah, petak sawah yang dikerjakan oleh petani, dengan penggunaan pupuk dan peralatan yang terbatas lebih menghasilkan padi yang unggul, dibandingkan dengan petak sawah yang dikerjakan oleh PPL, yang menggunakan peralatan yang lebih memadai, dan dengan pengetahuan yang dimilikinnya.

2. Keanggotaan KUBE

Anggota KUBE adalah kelompok tani sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE tani berkisar minimal antara 5 sampai 10 orang / KK.

(36)

Ketua kelompok Sariman. S

Sekretaris Anjur. S

Bendahara Jontik Tp.bolon

Anggota 48

Anggota Anggota I

atau dengan kata lain menyewakan sawahnya padaorang lain tidak ikut menjadi anggota dari kelompok tani, karena hanya merekan yang mengerjakan sawah sajalah yang mejadi anggota dalam satu kelompok tani, meskipun sawah yang mereka kelola bukanlah milik mereka.

Kelompok Tani Dusun III Desa Pematang Lalang 1. Nama KUBE : Olo Martani

Kelompok tani olo martani dibantuk pada tanggal 26 januari 2006, dengan jumlah anggota sebanyak 31 orang, yang terdiri dari laki-laki 29 orang, dan wanita sebanyak 2 orang,. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun (45,1 %), dengan latar belakang pendidikan mayoritas 45,1% (14 orang), tamatan SLTP, dan 1 orang lulusan akademik (sarjana). Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang paling maju dari 6 kelompok tani yang terdapat di dusun III desa Pematang Lalang.

A. Struktur Organisasi :

(37)

2.Jual beli pupuk 3.Jual beli pestisida

4.Menyewakan alat-alat mekanisasi (handtractor dan treser) C. Sistem Bagi Hasil :

1.Mendapat laba dari pembelian padi (GKP) 2.Laba dari pupuk dan obat-obatan

3.Laba dari penyewaan alat-alat mekanisasi D. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki : 1.Lantai jemur gabah

2.Gudang padi 3.Handtractor 4.Reser

E. Sarana dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah : -NIHIL-

F. Manfaat/Keuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok : 1.Mendapat laba dari penjualan gabah kering giling

2.Memperoleh laba dari penyewaan alat-alat mekanisasi G. Hambatan-hambatan dalam melakukan KUBE : 1.Sarana transportasi (pengangkutan) yang kurang memadai 2.Alat-alat yang disewakan sering rusak

3.Cuaca yang tidak menentu

2 Nama KUBE : SAUDUR

Kelompok tani saudur dibentuk pada tgl 28 januari 2007, dengan jumlah anggota sebanyak 24 orang, yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 1 orang wanita.

(38)

Ketua kelompok Effendi Surbakti

Sekretaris Arfan

Bendahara Ismail

Anggota 48

Anggota Anggota I A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Dilakukan : 1.Gotong royong

2.Membentuk tali air cacing C. Sistem Bagi Hasil : 1.Sema 3 kaleng perkanto

D. Sarana dan Prasarana Ya ng Dimiliki : 1.Tali air cacing

2.Irigasi induk

3.Irigasi sekunder dan primer

E. Sarana dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah : 1.Pupuk NPK

2.Bibit

F. Manfaat/keuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok : -NIHIL-

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE : 1.Sarana transportasi yang kurang memadai

(39)

Ketua kelompok Parulian Sihombing

Sekretaris Panjaitan

Bendahara Pasaribu

Anggota 48

Anggota Anggota I 3. Nama KUBE : SUMBER MAKMUR

Kelompok tani sumber makmur dibentuk pada tgl 20 januari 2007, dengan jumlah anggota sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 27 orang laki-laki, dan 5 orang wanita. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun (46,8%), dengan latar belakang pendidikan mayoritas 43,75% (14 orang) tamatan SLTP dan SMU, serta 2 orang lulusan akademik (sarjana).

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Telah Dilakukan : 1.Gotong-royong

2.Bibit bersama 3.Tanam bersama

4.Pemberantasan hama bersama C. Sistem Bagi Hasil :

-NIHIL-

D. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki : 1.Irigasi induk

E. Sarana Dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah : 1.Bibit varietas cicerang/64

2.Pupuk NPK

(40)

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE : 1.Irigasi yang kurang memadai

2.Tanggul air asin

3.Kurangnya pembuangan air atau pintu klep

4 Nama KUBE : PEMBANGUNAN

Kelompok tani pembangunan dibentuk pada tgl 20 januari 2007, dengan jumlah anggota terbanyak dari 6 kelompok tani yang terdapat di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebanyak 49 orang, yang terdiri dari 46 orang laki-laki, serta 3 orang wanita. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun, dengan latar belakang pendidikan mayoritas 40,8% (120 orang), tamatan SLTP dan tidak ada satupun dari anggota yang menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat sarjana.

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Telah Dilakukan : 1.Usaha jual beli padi (gabah), pribadi

C. Sistem Bagi Hasil : -NIHIL-

D. Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki : 1.Handtractor

Ketua kelompok Amin Sianipar

Sekretaris Nelson Sihite

Bendahara Parulian Simanjuntak

Anggota 48

(41)

E. Sarana Dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah : 1.Bibit

2.Pupuk

3.Saluran irigasi

F. Manfaat/Keuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok : 1.Kebersamaan

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE : 1.Tidak adanya tali air cacing

2.Kurangnya obat-obatan pembasmi keong

3. Administrasi KUBE

Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur, pembukuan dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan / pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya.

Buku Anggota dan Peraturan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) a. Landasan, Azas dan tujuan GAPOKTAN

1. GAPOKTAN berlandaskan Pancasila dan UUD 1945

2. GAPOKTAN berazaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan 3. GAPOKTAN bertujuan :

(42)

b. Ikut membangun tatanan Perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 c. Meningkatkan pengetahuan anggota melalui penyuluhan, latihan maupun

keterampilan lainnya

d. Menggalang seluruh kebutuhan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran produksi dari seluruh anggota dan kendala-kendala yang dihadapi untuk kemudian dipecahkan bersama.

b.Usaha

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka GAPOKTAN menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Kilang padi dan Usaha Prossesing lainnya

2. Mengadakan usaha sarana produksi pertanian dan pemsaran hasil-hasil pertanian

3. Mengadakan usaha lain yang menguntungkan anggota GAPOKTAN, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku

4. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dan untuk meningkatkan kesejahateraan anggota.

c. Syarat Keanggotaan

Yang dapat diterima menjadi anggota GAPOKTAN ialah: 1. Kelompok Tani dan LUEP atau Kumpulan Kelompok Tani

2. Mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup GAPOKTAN

3. Telah menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan GAPOKTAN yang berlaku

(43)

1. Kelompok Tani yang akan menjadi anggota GAPOKTAN harus mengajukan surat pemintaan/ permohonan kepada pengurus ( bagi yang tidak ikut dalam musyawarah) 2. Pengurus secara musyawarah mempertimbangkan permohonan tersebut dan

keputusannya harus diberikan dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu sejak tanggal permohonan diterima

3. Permohonan yang diterima segera didaftarkan dalam Buku Daftar Anggota.

Keanggotaan GAPOKTAN berakhir bilamana Anggota: 1. Minta berhenti atas kehendak kelompok sendiri

2. Diberhentikan oleh Pengurus GAPOKTAN berdasarkan hasil rapat anggota, karena tidak memenuhi lagi syarat keanggotaan atau berbuat sesuatu yang merugikan GAPOKTAN.

d. Hak dan Kewajiban Anggota

Setiap anggota harus tunduk pada ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan keputusan yang diambil dalam pertemuan kelompok/ rapat anggota.

1. Setiap Anggota berhak:

a. Untuk hadir dan berbicara tentang hak-hak yang dirundingkan dalam pertemuan rapat anggota

b. Untuk memilih dan dipilih jadi Pengurus

(44)

d. Memperoleh keuntungan dari setiap usaha yang dilakukan Unit Usaha GAPOKTAN yang besarnya ditetapkan berdasarkan musyawarah.

2. Setiap Anggota GAPOKTAN mempunyai kewajiban

a. Untuk hadir dan secara aktif mengambil bahagian dalam pertemuan/ rapat b. Berprtisipasi dalam kegiatan, usaha yang diselenggarakan oleh GAPOKTAN

c. Mengembangkan dan memelihara usaha GAPOKTAN berdasarkan atas azas kekeluargaan

d. Taat pada peraturan yang diputuskan oleh Rapat Anggota. e. Pengurus

1. Pengurus GAPOKTAN dipilih dari dan oleh anggota GAPOKTAN dalam pertemuan/ rapat anggota

2. Yang dapat dipilih menjadi Pengurus GAPOKTAN ialah mereka yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Wakil dari kelompok Tani Anggota yang aktif melaksanakan hak dan kewajibannya b. Mempunyai sifat kejujuran, kepemimpinan dan keterampilan kerja

c. Dapat memimpin dengan baik.

1. Anggota pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun 2. Pengurus setiap waktu dapat diberhentikan bila terbukti bahwa:

a. Pengurus melakukan kecurangan dan merugikan GAPOKTAN

b. Pengurus baik dalam sikap maupun tindakkannya menimbulkan pertentangan dalam anggota GAPOKTAN dan kegiatan GAPOKTAN

(45)

3. Anggota pengurus yang masa jabatannya telah lampau dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya

4. Bilaman seseorang Anggota Pengurus berhenti sebelum masa jabatannya lampau, maka pertemuan kelompok/ rapat anggota dapat mengangkat gantinya.

f. Tugas, Hak dan Kewajiban Pengurus 1. Pengurus bertugas untuk:

a. Memimpin GAPOKTAN

b. Menyelenggarakan peraturan-peraturan kelompok

c. Memelihara buku daftar Anggota, daftar Pengurus dan buku organisasi lainnya. 2. Hak Pengurus:

a. Untuk menugaskan/ memanggil anggota kelompok dalam hal kegiatan yang menyangkut GAPOKTAN

b. Mengadakan pertemuan kelompok/ rapat anggota.

3. Kewajiban Pengurus:

a. Pengurus berkewajiban memberitahukan tentang segala sesuatu yang menyangkut GAPOKTAN

b. Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan paham

(46)

d. Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, dan keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok

e. Anggota pengurus GAPOKTAN tidak boleh menjadi pengurus GAPOKTAN lainnya yang sejenis, kecuali untuk gabungan seperti dalam Kelurahan atau dan Kecamatan, Kabupaten/ Kota atau Propinsi.

g. Pembinaan Bimbingan dan Perlindungan

1. Pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah

2. Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada GAPOKTAN

3. Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan GAPOKTAN, Pemerintah:

a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada GAPOKTAN sesuai dengan kepentingan Anggotanya

b. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.

h. Pertemuan Pengurus GAPOKTAN

1. Pertemuan pengurus GAPOKTAN dilaksanakn sekurang-kurangnya satu kali dua minggu atau lebih sesuai dengan kebutuhan

2. Biaya yang timbul dalam pertemuan kelompok diambil dari kas GAPOKTAN, yang berasal dari iuran anggota kelompok dan simpanan anggota dan keuntungan usaha i. Iuran Anggota/ Simpanan Anggota

(47)

2. Setiap biaya yang keluar dari kas GAPOKTAN ditetapkan berdasarkan persetujuan dari pengurus

3. Pengurus diwajibkan membuat laporan tentang perhitungan dan pertanggung jawaban mengenai keuangan, inventarisasi peralatan, keanggotaan dan hal lain yang dianggap perlu.

j. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui musyawarah anggota GAPOKTAN.

k. Anggaran Rumah Tangga

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

2. Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Angaran dasar l. Penutup

Anggaran Dasar disyahkan dalam pertemuan GAPOKTAN dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

1.5.4 Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa A. Pembangunan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian

(48)

sebagainya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan pertanian hanya merupakan salah satu bagian dari pembangunan pedesaaan.

Perlunya kesepahaman tersebut di atas, dilandasi oleh munculnya berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan pedesaan.

Pertama, belum adanya koordinasi antar berbagai institusi dan pelaksana pembangunan lainnya. Akibatnya pembangunan pedesaan dalam arti yang sebenarnya tidak pernah terwujud dengan baik. Keberhasilan program atau proyek tidak lebih dari keberhasilan potongan-potongan kegiatan pada suatu kelompok masyarakat desa.

Kedua, nuansa ego sektoral dalam perencaan maupun pelaksanaan program atau proyek masih sangat kenta. Akibatnya, potensi sumberdaya, khususnya dana, yang apabila disinergikan cukup besar potensinya menjadi tidak optimal dalam pemanfaatannya.

(49)

Keempat, desain keberlajutan suatu program atau proyek masih belum banyak dilakukan secaa serius oleh institusi pelaksana. Akibatnya, banyak program atau proyek yang berakhir seiring dengan berakhirnya program atau proyek tersebut.

Akibat lebih lanjut dari permasalahan-permasalahan tersebut, secara umum telah menjadikan kondisi pedesaan menjadi sebagai berikut : (a) mutu dan ketersediaan infrastruktur publik menurun; (b) menurunnya kapasitas kolektif masyarakat desa; (c) meningkatnya potensi konflik akibat tidak meratanya pelaksanaan program atau proyek; (d) keterlibatan pemerintah desa dalam pelaksanaan program atau proyek masih belum optimal; (e) akses masyarakat terhadap pendidikan, akses masyarakat terhadap informasi pertanian juga semakin memburuk.

Belajar dari pengalamam di atas, telah diidentifikasi beberapa faktor kunci yang diyakini dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan kegiatan suatu program atau proyek, yaitu : (a) perencanaan dan persiapan harus dibuat dengan baik, terukur dan akurat; (b) lakukan identifikasi potensi desa, baik sumberdaya alam, SDM, infrastruktur dan sosial ekonominya, dengan melibatkan semua komponen masyarakat setempat; (c) menyusun rancangan kegiatan berikut dengan tahapan pelaksanaannya, sesuai dengan hasil identifikasi potensi desa, (d) mengintegrasikan berbagai program yang akan dilaksanakan dalam suatu desa (wilayah) dengan tetap memperhatikan rancangan dan tahapan pelaksanaan yang telah disusun; dan (e) melakukan pendampingan dan penyediaan (supervisi) secara intensif terhadap pelaksanaan program atau proyek.

(50)

B. Saran Pembelajaran untuk Pelaksanaan PUAP

Pada tahun 2008, Departemen Pertanian akan melaksanakan program pembangunan pedesaan, yaitu Peningkatan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Program ini akan dilaksanakan di 10.000 desa di seluruh Indonesia. Program ini pada intinya merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri, melalui peningkatan kemampuannya untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang usaha agribisnis di pedesaan. Di dalam program ini direncanakan disediakan dana Rp. 100 juta untuk setiap desa sebagai sumber modal usaha bagi para petani yang mengembangkan agribisnis di pedesaaan. Desain program ini merupakan kelanjutan, pendalaman, dan penyempurnaan dari program-program pembangunan serupa yang telah dilakukan.

Agar program PUAP dapat terlaksana dan berhasil dengan baik, faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang telah diuraikan di atas (butir 4), hendaknya dapat diacu. Apabila langkah persiapan dan perencanaan telah dilakukan dengan baik, mengumpulkan dan menganalisis informasi dasar tentang potensi desa merupakan langkah berikutnya yang sangat penting; karena dari langkah ini akan diperoleh informasi potensi desa yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Terkait dengan langkah ini, upaya mensinergikan progam PUAP dengan berbagai program yang telah dan sedang dilakukan, menjadi perlu dilakukan. Dengan melakukan sinergi tersebut, penggalian informasi dasar tidak perlu dilakukan lagi (cukup dengan memanfaatkan data base yang telah ada), sehingga terjadi efisiensi dalam pelaksanaannya.

(51)

usaha agribisnis bagi masyarakat desa. Belajar dari beberapa program Departemen Pertanian yang berhasil, pendampingan ternyata menjadi salah satu yang menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Pengalaman menunjukkan apabila tidak dilakukan pendampingan, pelaksanaan kegiatan pada umumnya tidak fokus, tidak ada rasa memiliki, pelaksanaan kegiatan apa adanya, dan rawan penyimpangan.

Perlu adanya dilakukan identifikasi dan pemetaan program-program yang dilakukan oleh Departemen Pertanian dan Departemen.institusi lain yang terkait dengan pembangunan pedesaan, agar kehadiran program PUAP dapat memperkuat (bukan memperlemah) program yang telah ada sebelumnya tersebut.

Pada akhirnya, satu yang perlu kita pahami bersama bahwa keberhasilan suatu program dalam pelaksanaannya membutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang. Seringkali kita terjebak atau terkesima dengan keberhasilan suatu program (yang sebenarnya dibangun dalam kurun yang cukup lama), dingin mengembangkan dengan skala yang lebih luas dan dalam waktu yang singkat. Keinginan membangun dengan semangat serba cepat dan instan, seringkali menjadi bomerang dalam pelaksanaannya.

1.5.5. Peranan Pemerintah Desa

Dalam topik ini yang dimaksud dengan pemerintah desa adalah yang dinamakan kepala desa.

(52)

Mengingat situasi di pedesaan, di mana tingkat pendidikan dan taraf hidup yang rendah, maka pada umumnya masyarakat desa dihinggapi suatu mentalitas “cargo cult” yaitu suatu kepercayaan bahwa seorang pemimpin yang kharismatis bisa mendatangkan kesejahteraan. Dalam diri masyarakat tertanam dan nampak suatu keyakinan bahwa usaha peningkatan taraf hidup mereka sebagian besar di tangan dan ditentukan oleh kepala desa. Dalam masyarakat masih nampak keinginan untuk senantiasa dibimbing dan didorong dengan instruksi serta memerlukan pimpinan yang kuat dan disegani. Berpangkal pada mentalitas di atas, posisi kepala desa menjadi kuat, sebab di samping secara formal kepala desa mempunyai wewenang mengatur dan memimpin desa, secara informal diterima menjadi pemimpin mereka.

Bagi masyarakat desa kepala desa bukan semata-mata sebagai kepala pemerintahan desa namun sekaligus sebagai “bapak” bagi seluruh penduduk desa yang dipimpinnya. Melihat sikap masyarakat tersebut, dapat dimengerti pendapat yang mengatakan bahwa berhasil-tidaknya pembangunan di pedesaan sangat ditentukan oleh peranan seorang kepala desa atau tanggung jawab pembangunan pedesaan terutama terletak di atas pundak kepala desa, hal ini disebabkan :

1. Kepala desa dikebanyakan daerah di Indonesia mempunyai wewenang yang betul-betul nyata. Bahkan dapat dikatakan mereka merupakan raja-raja kecil di daerahnya, ditambah dengan sikap “nerimo” dari penduduk desa, hubungan antara kepala desa dengan rakyatnya tampak sebagai hubungan patrimonial.

(53)

walaupun seorang kepala desa terpilih dalam pemilihan langsung, tetapi Bupatilah yang akan membuat keputusan terakhir dan membuat surat pengangkatan.

Melihat posisi kepala desa di atas sebenarnya pemikiran yang paling perlu atau utama diberikan adalah bagaimana membuat supaya kepala desa dapat melaksanakan pembangunan desanya sebaik-baiknya dan secepat mungkin.

1.5.5.1 Mempercepat Daya Gerak Pembangunan di Pedesaan

Mengingat kepala desa sebagai pembangunan di pedesaan, sudah tentu membutuhkan landasan ilmu yang cukup dalam bidangnya. Sebaliknya mereka yang akan diangkat jadi kepala desa mempunyai pengetahuan atau diberi pengetahuan sebelumnya tentang teori-teori kepemimpinan, pengetahuan tentang pemerintahan desa dan mengerti ilmu Management, supaya mereka mampu menggerakkan dan mengendalikan usaha pembangunan di pedesaan sebaik mungkin. Pembangunan pedesaan adalah oleh dan dari serta untuk rakyat, karena itu setiap kepala desa harus sadar atau disadarkan bahwa berhasil tidaknya usaha pembangunan yang diadakan sebagian besar tergantung dari pada ada tidaknya partisipasi masyarakat. Partisipasi aktif dari masyarakat desa baru dapat diperoleh jika dilaksanakan pola kepemimpinan yang partisipasif atau terbuka. Dalam ilmu menagement disebut pola partisipatif atau open management, dimana, unsur dari partisipatif atau open management adalah :

a. Ikut sertanya yang dipimpin dalam pengurusan (social partisipation).

b. Adanya pertanggungjawaban dari pada pimpinan terhadap yang dipimpin (Social

Responsibility).

(54)

d. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap pimpinan (Social

Controll)

Dari uraian di atas nampak bahwa sebenarnya menjadi seorang kepala desa bukanlah pekerjaan mudah. Di samping dituntut pengetahuan yang luas tentang masyarakat desa dan cara-cara kepemimpinan, dituntut keahlian dan kemampuan untuk menyusun suatu rencana kerja yang terpadu dan menyeluruh, daripadanya dituntut lagi sifat-sifat : a. Bisa ngemong (mengasuh), artinya mempunyai penduduk desa dengan baik selaku

seorang “bapak yang bijaksana”.

b. Mampu ngomong (berbicara), artinya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berbicara serta menjelaskan sesuatu masalah, baik ke bawah (kepada penduduk desanya) maupun kepada pihak atas desa (Camat, Bupati, Gubernur) mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan desa dan warga desa.

(55)

1.6 Defenisi Konsep

Singarimbun, (1995:37) : “Konsep merupakan istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu social”.

Agar memperoleh batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :

1. Implementasi program adalah kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini, eksekutif mengatur cara-cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapakan kebijakan yang telah diseleksi. Dimana, gagal atau berhasilnya implementasi, dapat dilihat dari kemampuannya secara nyata dalam mengoperasionalkan program-program, dimana agar tercapainya sesuai tujuan, serta terpenuhinya misi program, diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi-organisasi pelaksananya.

2. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tani merupakan kelompok – kelompok petani yang dirancang Pemerintah dalam satu paket khusus, di bawah naungan dan koordinasi departemen Pertanian, sebagai bentuk usaha pemerintah dalam memperbaiki taraf hidup kelompok tani, dari petani yang prasejahtera menjadi petani yang sejahtera melalui peningkatan hasil produksi panen.

1.7 Defenisi Operasional

(56)

Berikut ini akan diuraikan variabel yang diteliti beserta indikator-indikator yang dipakai sebagai alat pengukurnya, yang terdiri dari.

Implementasi, dengan indicator : 1. Komunikasi

a. Transmisi

Mentransmisikan perintah-perintah implementasi dari keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas. c. Konsistensi

Aturan implementasi harus konsisten, sebagaimana juga jelas jika implementasi kebijakan adalah untuk efektif, dimana semakin besar jumlah kepentingan bersaing yang ingin mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan, semakin besar kesempatan berbagai perintah implementasi tidak konsisten.

2. Sumber Daya a. Staf

Tidak hanya cukup dengan adanya jumlah implementator yang memadai untuk menjalankan sebuah kebijakan bila tidak dibarengi dengan ketrampilan yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan.

b. Informasi

(57)

c. Kewenangan/otoritas

hak untuk mengeluarkan jaminan, membawa kasus ke pengadilan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d. Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, seperti kurangnya bangunan, perlengkapan persediaan yang esensial bisa menunda Implementasi kebijakan.

3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, transparansi, dan sifat demokratis.

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas birokrasi yang tidak fleksibel.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari, latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

(58)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum mengenai lokasi (objek) penelitian, batas-batas wilayah, penduduk dan sebagainya.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan sajian data-data dari lapangan dan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian. BAB VI : PENUTUP

(59)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) : “metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada saat penelitian dilakukan, atau masalah yang bersifat actual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki, diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat”. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

(60)

karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 6 kelompok tani Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.yang berjumlah 170 kk.

2.3.2 Sampel

Sugiyono, (2003:91) : “Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Apa yang dipelajari dari sample itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk keseluruhan populasi. Dan untuk itu, sample yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Dimana penentuan jumlah sampel diambil berdasarkan tujuan peneliti. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 4 kelompok tani yang berjumlah 136 orang dan peneliti juga mengambil GAPOKTAN sebagai informan dalam penelitian ini.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipergunakan melalui 2 cara, yaitu :

2.4.1 Pengumpulan data primer

(61)

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan. Dimana dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani).

b. Angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden. Dimana dalam penelitian ini, angket disebarkan kepada setiap anggota masing-masing kelompok tani.

c. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian serta mencatatnya kedalam catatan penelitian.

2.4.2 Pengumpulan data sekunder

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka yang diperoleh dari buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2.5 Teknik Analisa Data

(62)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Desa Pematang Lalang

Wilayah Desa Pematang Lalang mempunyai luas 20,10 km2 , dengan persentase 11,77% terhadap luas kecamatan, yang terdiri dari 3 dusun, 6 RT, 6 RW, dan 486 Rumah tangga dengan rata-rata 5 orang per rumah tangga. Dimana Desa Pematang Lalang terletak dan berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Selat Malaka b. Sebelah Selatan : Desa Cinta Damai c. Sebelah Timur : Desa Sei Tuan d. Sebelah Barat : Desa Cinta Damai

Jarak Ibukota Kecamatan yang berkedudukan di jalan Medan – Batang Kuis, desa Bandar Klippa ke kantor Desa Pematang Lalang berjarak 22 km, dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 3.452 jiwa dengan kepadatan rata – rata 171 jiwa per km2, terdiri atas 1.602 jiwa laki – laki, dan 1.850 jiwa perempuan.

(63)

3.2. Mata Pencaharian

[image:63.595.102.520.306.634.2]

Untuk menopang keberlangsungan hidup, mata pencaharian penduduk Desa Pematang Lalang pada umumnya adalah pertanian, dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada table di bawah ini.

Gambar

Tabel 1 Banyaknya penduduk menurut mata pencaharian di Desa Pematang
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pematang Lalang
Table 3  Distribusi Responden Berdasarkan Sex Ratio
Table 4  Distribusi Responden Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 42 di atas dapat di ketahui bahwa responden yang mengatakan setelah mendapatkan pembagian kompor gas LPG tersebut, pengeluaran ekonomi untuk bahan bakar keluarga

Dari tabel skor adaptasi psikososial wanita menopause baik pekerja maupun bukan pekerja tentang konsep diri terlihat bahwa kedua kelompok responden sama- sama memiliki konsep

Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa walaupun responden banyak yang menjawab pelayanan yang dilakukan Puskesmas cukup memuaskan, namun tidak dapat dipungkiri Puskesmas

membantu penulis dalam penelitian.. Kajian Ekosistem Mangrove Di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu

Rata-rata Etika Administrasi dan Pelayanan Aparat Desa Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa sebanyak 10 responden atau (50) % dari jumlah responden yang

Menurut asumsi peneliti tingkat pengetahuan masyarakat masih kurang disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah yaitu dari hasil penelitian bahwa

Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Percut (Dusun Bagan) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Hasil evaluasi menunjukkan dari 50 responden yang sudah mengisi kuesioner sebanyak 86% atau 43 orang menyatakan sudah pernah mengakses website atau aplikasi Desa Kolam, dari respon