1 SKRIPSI
ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO
(STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2012-2014)
OLEH :
YESIKA KARINA GINTING 110502121
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode
Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)” adalah benar hasil karya tulis saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik
pada Program Studi Strata 1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Mei 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Yesika Karina Ginting
ii ABSTRAK
ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2014)
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi Pasar Modal Indonesia yang saat ini sedang berkembang pesat. Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung meningkat secara terus menerus. Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan. Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan kinerja pasar yang dicerminkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino selama periode 2012-2014 dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana saham periode Januari 2012 – Desember 2014, data tentang perkembangan benchmark (Indeks Harga Saham Gabungan), dan data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif dan uji beda dengan menggunakan teknik statistic parametric t-test untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis 1 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,122) > α (0,05), yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan pengujian hipotesis 2 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,480) > α (0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Treynor periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan hipotesis 3, pengujian pada Sortino reksa dana saham
terhadap Sortino IHSG, dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), nilai sig. (2 tailed) (0.010) < α(0.05) yang berarti terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sortino periode Tahun 2012-2014.
iii
ABSTRACT
ANALYSIS OF MUTUAL FUND’S PERFORMANCE USING SHARPE METHODS, TREYNOR METHODS AND SORTINO METHODS (STUDY OF
STOCK MUTUAL FUND IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2014)
Mutual fund is one of the Indonesian capital market’s instrument which is growing rapidly. The number and types of mutual funds published in Indonesia tends to increase continuously. Equity fund is a type of mutual fund that is most attractive to investors because it has a promising performance. Investing in mutual funds has its own challenges because of mutual fund shares is an investment with the characteristics of high risk-high return. This study aimed to analyze the differences performance between equity funds and market performance as reflected through the Composite Stock Price Index by using Sharpe Methods, Treynor Methods and Sortino Methods during the period 2012-2014, to obtain the best equity fund to invest. The data used in this research is secondary data, that are Net Asset Value (NAV) of the mutual fund period January 2012 - December 2014, data on the development of benchmarks (Composite Stock Price Index), and the data rate of Indonesia Bank Certificate (SBI ) which is processed using descriptive analysis and different test using statistical techniques parametric test for two paired samples (paired sample t-test). The results based on hypothesis testing 1 with sig. (2-tailed) (0.122)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Sharpe Methods during period 2012-2014. Based on hypothesis testing 2 with sig. (2-tailed) (0.480)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Treynor Methods during period 2012-2014. Based on the hypothesis 3, with
95% confidence level (α = 0.05), sig. (2 tailed) (0.010) <α (0.05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was significantly different used Sortino Methods during period 2012-2014.
iv KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan karuniaNya yang senantiasa selalu menyertai penulis sehingga
penulisan skripsi dengan judul Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe,
Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2012-2014) dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan pendidikan
Program Studi S-1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua
tercinta Dolat Ginting dan Alm. Nursani br. Barus yang telah menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi penulis, terima kasih untuk kasih sayang, doa, perhatian,
dukungan dan bimbingan yang luar biasa dan yang tidak berkesudahan.
Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
v
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra.
Marhayanie, SE, M.si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran,
kritik dan evaluasi yang bersifat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai
penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik, saran, dan arahan
yang sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang menjadi bekal bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Abang dan kakak penulis (Peribadi Karo-karo, Rimenda br.Ginting, Alm. Eka
Suranta Ginting, dan Daniel Rudi Yansen Ginting), terima kasih untuk segenap
kasih, doa, bimbingan, dan dukungannya yang tiada batas dan sangat berharga
vi
9. Yang selalu menghibur dan memberikan semangat bagi penulis, keponakan yang
dikasihi (Peri Samuel, Pebina, Angel dan Grace), sahabat terbaik penulis (Relita
Yolanda, Kak Dhani Pandiangan dan Sari Pandiangan), teman-teman di
Manajemen Grup B stambuk 2011, dan yang lainnya yang namanya tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis sebagai manusia, oleh karena itu penulis menerima masukan dan
saran dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi
ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Mei 2015
Penulis,
vii DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK……. ... ii
ABSTRACT….. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI…. ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 13
1.3Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Landasan Teori ... 16
2.1.1 Investasi ... 16
2.1.1.1 Pengertian Investasi ... 16
2.1.1.2 Tujuan Investasi ... 16
2.1.1.3 Dasar Keputusan Investasi ... 17
2.1.1.4 Proses Keputusan Investasi ... 19
2.1.2 Pasar Modal ... 19
2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal ... 19
2.1.3 Reksa Dana ... 20
2.1.3.1 Pengertian Reksa Dana ... 20
2.1.3.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksa Dana dan Peranannya ... 23
2.1.3.3 Klasifikasi Reksa Dana ... 24
2.1.3.3.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolionya ... 25
2.1.3.3.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya 25 2.1.3.3.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Kewajiban nya ... 25
2.1.3.3.4 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Strategi Investasinya ... 26
2.1.3.4 Kelebihan Reksa Dana ... 27
2.1.3.5 Return dan Risiko Reksa Dana ... 29
2.1.3.5.1 Return Reksa Dana ... 29
2.1.3.5.2 Risiko Reksa Dana ... 29
2.1.3.5.3 Hubungan Antara Return dan Risiko Reksa Dana ... 30
viii
2.1.3.6.1 Pengertian Kinerja Reksa Dana ... 31
2.1.3.6.2 Penilaian Kinerja Reksa Dana ... 33
2.1.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 37
2.1.4.1 Pengertian IHSG ... 37
2.1.4.2 Return IHSG ... 38
2.2 Penelitian Terdahulu ... 39
2.4 Kerangka Konseptual ... 40
2.5 Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Jenis Penelitian ... 42
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
3.3. Batasan Operasional ... 42
3.4. Defenisi Operasional ... 43
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
3.6. Jenis dan Sumber Data ... 48
3.7. Metode Analisis Data ... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Analisis Deskriptif ... 58
4.1.1 Karakteristik Penelitian ... 58
4.1.2 Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe ... 61
4.1.2.1 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2012 ... 62
4.1.2.2 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2013 ... 64
4.1.2.3 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2014 ... 66
4.1.2.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Rata-rata Indeks Sharpe IHSG Tahun 2012-2014 ... 68
4.1.3 Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Treynor ... 71
4.1.3.1 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2012 ... 72
4.1.3.2 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2013 ... 74
4.1.3.3 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2014 ... 76
4.1.3.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Rata-rata Indeks Treynor IHSG Tahun 2012-2014 ... 78
ix
Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2012 ... 81
4.1.4.2 Perbandingan Indeks Sortino Reksa Dana Saham Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2013... 83
4.1.4.3 Perbandingan Indeks Sortino Reksa Dana Saham Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2014... 84
4.1.4.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Sortino Reksa Dana Saham dan Rata-Rata Indeks Sortino IHSG Tahun 2012-2014 ... 85
4.1.5 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino ... 89
4.2 Pengujian Hipotesis ... 94
4.3 Pembahasan ... 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
5.1 Kesimpulan ... 103
5.2 Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
x DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia ... 3
1.2 Kinerja Setiap Jenis Reksa Dana... 5
1.3 Perbandingan Return Reksa Dana Saham Terhadap IHSG.... 7
2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 45
3.2 Sampel Reksa Dana Saham ... 47
4.1 Average Return Reksa Dana Saham Tahun 2012-2014 ... 58
4.2 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2012 ... 62
4.3 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2013 ... 64
4.4 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2014 ... 66
4.5 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2012-2014 ... 69
4.6 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2012... 72
4.7 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2013... 74
4.8 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2014... 76
4.9 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2012-2014 ... 79
4.10 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2012 ... 81
4.11 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2013 ... 83
4.12 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2014 ... 84
4.13 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2012-2014 ... 86
4.14 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino Tahun 2012-2014 ... 89
4.15 Rata-Rata Indeks Sharpe, Indeks Treynor serta Indeks Sortino Reksa Dana Saham dan IHSG pertahun (Tahun 2012-2014) ... 94
4.16 Paired Sample Test Indeks Sharpe ... 95
4.17 Paired Sampe Test Indeks Treynor ... 96
xi DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
xii DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran I Daftar Reksa Dana yang Menjadi Populasi Penelitian . 109
Lampiran II Daftar Reksa Dana yang Menjadi Sampel Penelitian ... 113
Lampiran III NAB Reksa Dana Saham 2012-2014 ... 115
Lampiran IV Data IHSG Tahun 2012-2014 ... 125
Lampiran V Data SBI Tahun 2012-2014 ... 126
ii ABSTRAK
ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2014)
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi Pasar Modal Indonesia yang saat ini sedang berkembang pesat. Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung meningkat secara terus menerus. Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan. Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan kinerja pasar yang dicerminkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino selama periode 2012-2014 dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana saham periode Januari 2012 – Desember 2014, data tentang perkembangan benchmark (Indeks Harga Saham Gabungan), dan data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif dan uji beda dengan menggunakan teknik statistic parametric t-test untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis 1 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,122) > α (0,05), yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan pengujian hipotesis 2 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,480) > α (0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Treynor periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan hipotesis 3, pengujian pada Sortino reksa dana saham
terhadap Sortino IHSG, dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), nilai sig. (2 tailed) (0.010) < α(0.05) yang berarti terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sortino periode Tahun 2012-2014.
iii
ABSTRACT
ANALYSIS OF MUTUAL FUND’S PERFORMANCE USING SHARPE METHODS, TREYNOR METHODS AND SORTINO METHODS (STUDY OF
STOCK MUTUAL FUND IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2014)
Mutual fund is one of the Indonesian capital market’s instrument which is growing rapidly. The number and types of mutual funds published in Indonesia tends to increase continuously. Equity fund is a type of mutual fund that is most attractive to investors because it has a promising performance. Investing in mutual funds has its own challenges because of mutual fund shares is an investment with the characteristics of high risk-high return. This study aimed to analyze the differences performance between equity funds and market performance as reflected through the Composite Stock Price Index by using Sharpe Methods, Treynor Methods and Sortino Methods during the period 2012-2014, to obtain the best equity fund to invest. The data used in this research is secondary data, that are Net Asset Value (NAV) of the mutual fund period January 2012 - December 2014, data on the development of benchmarks (Composite Stock Price Index), and the data rate of Indonesia Bank Certificate (SBI ) which is processed using descriptive analysis and different test using statistical techniques parametric test for two paired samples (paired sample t-test). The results based on hypothesis testing 1 with sig. (2-tailed) (0.122)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Sharpe Methods during period 2012-2014. Based on hypothesis testing 2 with sig. (2-tailed) (0.480)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Treynor Methods during period 2012-2014. Based on the hypothesis 3, with
95% confidence level (α = 0.05), sig. (2 tailed) (0.010) <α (0.05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was significantly different used Sortino Methods during period 2012-2014.
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia yang dapat
menjadi penggerak ekonomi nasional melalui peranannya sebagai wahana sumber
pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para pemodal. Pasar modal
pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki
dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana (untuk ekspansi
usaha ataupun untuk memperbaiki struktur modal perusahaan) (Tandelilin, 2001).
Untuk mewujudkan peranannya tersebut Pasar Modal Indonesia menciptakan dan
mengembangkan berbagai produk, salah satunya adalah reksa dana.
Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, reksa dana
didefenisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Dari defenisi tersebut tersirat bahwa reksa dana merupakan suatu
sarana bagi pemodal baik perorangan maupun institusi yang ingin melakukan
investasi di pasar modal namun mempunyai berbagai keterbatasan seperti waktu serta
pengetahuan dalam bidang pasar modal.
Manajer investasi selaku pengelola reksa dana akan menginvestasikan dana
2
pasar uang, dimana komposisi portofolio efek antara keduanya disesuaikan dengan
kebijakan investasi reksa dana sebagaimana peraturan yang berlaku.
Produk reksa dana di Indonesia dimulai pada tepatnya tanggal 7 September
1995 yaitu ketika Bapepam memberikan pernyataan efektif atas reksa dana perseroan
bersifat tertutup PT. BDNI Reksa Dana yang dikelola oleh Manajer Investasi PT.
BDNI Securities. Selanjutnya perkembangan reksa dana mengalami kemajuan ketika
pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
dan peraturan pelaksanaannya.
Dalam undang-undang tersebut dimuat ketentuan peraturan yang berkaitan
dengan reksa dana yaitu bentuk-bentuk reksa dana yang diterbitkan di Indonesia.
Bentuk reksa dana tersebut ialah perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Sejak ditetapkannya ketentuan wahana investasi tersebut dalam UUPM,
perkembangan reksa dana meningkat secara pesat, namun peningkatan tersebut hanya
terjadi pada reksa dana yang berbentuk KIK.
Sebagaimana telah dinyatakan diatas bahwa reksa dana di Indonesia terutama
yang berbentuk KIK terus mengalami perkembangan. Reksa dana tersebut meliputi
jenis reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa
dana terproteksi, reksa dana indeks, dan reksa dana syariah. Di samping
perkembangan dalam jumlah terjadi juga kenaikan total dana yang berhasil di himpun
dari masyarakat atau biasa disebut total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana.
Berikut statistik perkembangan reksa dana di Indonesia yang dimulai dari tahun1996
3 Tabel 1.1
Perkembangan Reksa Dana di Indonesia
Sumber: www.bapepam.go.id (Data diolah)
Tabel 1.1 diatas memperlihatkan perkembangan reksa dana yang dimulai dari
Tahun 1996 dimana pada tahun tersebut telah terbentuk 25 reksa dana dengan total
Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 2,78 triliun, kemudian meningkat mencapai
angka Rp 8 triliun pada Juni 1997. Namun, krisis keuangan yang terjadi pada Tahun
1997 turut bereaksi negatif untuk reksa dana. Banyak masyarakat yang menarik
dananya dan hal tersebut menyebabkan total NAB reksa dana turun menjadi Rp 4,9
triliun di akhir tahun 1997. Pertumbuhan reksa dana mulai normal kembali pada
tahun 2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun dan jumlah reksa dana mencapai
Periode Jumlah Reksa Dana
NAB (Rp miliar)
1996 25 2,782.32
1997 77 4,916.60
1998 81 2,992.17
1999 81 4,974.10
2000 94 5,515.95
2001 108 8,003.76
2002 131 46,613.83
2003 186 69,477.71
2004 246 104,037.82
2005 328 29,405.73
2006 403 51,620.07
2007 473 92,190.63
2008 567 74,065.81
2009 612 112,983.34
2010 616 1 44,693.90
2011 671 1 67,231.55
2012 754 1 87,591.77
2013 794 1 92,544.53
2014 894 2 41,571.09
4
108 reksa dana. Terlihat bahwa pada tahun berikutnya NAB reksa dana mengalami
peningkatan yang cukup tajam yaitu menunjukkan angka Rp 49,6 triliun dan terus
meningkat hingga penghujung Tahun 2004 total NAB reksa dana mencapai Rp 104
triliun dengan 246 reksa dana yang telah terbentuk. Pada Tahun 2005, reksa dana
mulai mengalami krisis kembali.
Pemerintah menaikkan tingkat suku bunga sehingga total NAB reksa dana
merosot hingga ke angka Rp 29 triliun, terlihat sangat drastis bila dibandingkan
dengan total NAB pada akhir Tahun 2004. Diketahui penurunan NAB tersebut juga
dikarenakan agen penjual yang salah dalam memasarkan reksa dana, dan pemahaman
investor yang kurang benar mengenai produk reksa dana. Namun, selama Tahun
2006, industri reksa dana mulai menunjukkan tanda-tanda ke arah kebangkitan
setelah sempat mengalami keterpurukan akibat adanya penarikan dan penyertaan
dalam jumlah besar (massive redemption) yang terjadi pada Tahun 2005 dan akhirnya seiring dengan penurunan tingkat suku bunga, pada akhir Tahun 2007 NAB reksa
dana meningkat menunjukkan angka Rp 92 triliun dengan jumlah reksa dana yang
terbentuk mencapai 473 reksa dana.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kepercayaan investor terhadap
industri reksa dana sudah mulai pulih. Tahun berikutnya total NAB reksa dana
melemah kembali ke angka Rp 74 triliun, namun jumlah reksa dana tetap mengalami
peningkatan menjadi 567 reksa dana. Berikutnya NAB terus mengalami
5
telah mencapai Rp 241,66 triliun dan jumlah reksa dana yang terbentuk adalah 894
reksa dana.
Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung
meningkat secara terus menerus. Hal tersebut akan membuat pemodal mempunyai
lebih banyak alternatif pilihan dalam berinvestasi di reksa dana. Namun demikian
peningkatan jumlah dan jenis reksa dana tersebut pada sisi lain dapat pula
menimbulkan kebingungan ataupun kesulitan bagi para calon pemodal dalam
memilih reksa dana karena keterbatasan informasi maupun pengetahuan yang
dimilikinya.
Sebelum berinvestasi di reksa dana, ada baiknya investor terlebih dahulu
mengetahui serta memahami dengan baik jenis reksa dana apa yang sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan investasinya. Setiap jenis reksa dana memiliki kinerja yang
berbeda-beda yang bisa dilihat dari nilai aktiva bersih dari setiap jenis reksa dana
tersebut. Kinerja untuk setiap jenis reksa dana per tanggal 16 Januari 2015 yang
tercatat di website resmi Otoritas Jasa Keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut
ini:
Tabel 1.2
Kinerja Setiap Jenis Reksa Dana Jenis
Reksa Dana
Jumlah Reksa Dana
NAB (Rp Triliun)
Saham 143 102.57
Pasar Uang 67 24.82
Mixed 112 20.03
Fixed Income 147 36.37
Terproteksi 339 43.61
6
ETF-Saham 4 0.47
ETF-Fixed Income 1 2.07
ETF-Indeks 3 0.64
Syariah-Saham 22 6.25
Syariah-Pasar Uang 6 0.76
Syariah-Mixed 18 1.66
Syariah-Fixed Income 8 0.37
Syariah-Terproteksi 17 1.46
Syariah-Indeks 1 0.14
Total 894 241,6
Sumber:
Menurut data statistik Otoritas Jasa Keuangan awal Tahun 2015 ini,
komposisi reksa dana yang paling besar diduduki oleh reksa dana saham yang total
asetnya mencapai Rp 102.57 triliun atau 42.45% dari total NAB secara keseluruhan.
Hal tersebut membuktikan bahwa reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang
paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan.
Pengukuran kinerja reksa dana saham memerlukan tolak ukur (benchmark). Tolak ukur kinerja reksa dana adalah kinerja pasar saham yang disebut dengan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Tingginya tingkat pengembalian yang bahkan
mampu mengalahkan IHSG membuat reksa dana saham menjadi sangat menarik
untuk dijadikan sebagai pilihan investasi.
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan perbandingan antara return reksa dana saham dengan IHSG dalam periode waktu 10 tahun terhitung mundur mulai
Tahun 2013. Ke 13 reksa dana saham ini merupakan reksa dana saham yang aktif
dan menyediakan data yang dibutuhkan hingga 10 tahun terakhir. Melalui tabel ini
7
diperoleh informasi yang membuktikan bahwa reksa dana saham mampu
menghasilkan return diatas IHSG.
Tabel 1.3
Perbandingan Return Reksa Dana Saham terhadap IHSG
Sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id
Dalam IDX Newsletter edisi Februari 2015 dikabarkan bahwa kinerja reksa dana saham dalam negeri sepanjang tahun lalu menghasilkan return atau kenaikan harga per unit sebesar 27,86% melampaui kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang sebesar 22,29%. Ini merupakan kabar baik yang tentunya akan membuat
semakin banyak investor yang melirik reksa dana saham dan tertarik untuk
berinvestasi di dalamnya.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pengembalian reksa dana saham
8
Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana
saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return.
Melihat perkembangannya yang tidak stabil maka penting bagi investor secara
berkala menilai kinerja reksa dana saham untuk menjaga nilai kekayaan investor.
Memilih reksa dana saham yang akan memberikan pengembalian seperti yang
diharapkan membutuhkan cara pandang dan analisa yang tepat. Di samping
memperhatikan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasinya. Risiko merupakan
kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko
investasi tersebut ( Tandelilin, 2001 ).
Tidak tepatnya investor dalam memilih suatu reksa dana akan menimbulkan
sejumlah konsekuensi seperti tidak sesuainya investasi dengan tujuannya, atau malah
yang lebih buruk lagi pemodal dapat menanggung sejumlah risiko yang tidak
dikehendakinya, seperti misalnya tidak profesionalnya para pengelola reksa dana
sehingga dapat berakibat pada turunnya kekayaan investor.
Pengukuran kinerja reksa dana merupakan salah satu upaya positif untuk
memajukan industri reksa dana, selain sebagai panduan calon investor dalam memilih
reksa dana yang tepat, pengukuran kinerja reksa dana akan memungkinkan investor
untuk mengidentifikasi apakah kinerja reksa dana saham yang akan mereka pilih
9 return tersebut juga sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. Dengan demikian, dalam melakukan pengukuran kinerja reksa dana kita tidak hanya perlu
memperhatikan tingkat returnnya saja, tetapi juga tingkat risikonya. Pengukuran kinerja dengan melibatkan faktor risiko memberikan informasi yang lebih mendalam
bagi investor tentang sejauh mana suatu return yang diberikan oleh manajer investasi dikaitkan dengan risiko yang diambil untuk mencapai kinerja tersebut.
Dalam buku dan literatur investasi, reksa dana adalah sekumpulan dari
portofolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana dikenal juga dengan istilah
Evaluation of Portfolio Performance. Metode evaluasi kinerja portofolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portofolio investasi (reksa dana) yang bersangkutan. Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa
dana antara lain yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Jensen. Metode
tersebut merupakan metode yang telah diterima dan berlaku sebagai standar dalam
pengukuran kinerja reksa dana. Pengukuran dengan Metode Sharpe adalah
didasarkan atas risk-premium (selisih antara rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh reksa dana dengan rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh investasi bebas
resiko) dibandingkan terhadap standard deviasi (risiko total). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Sharpe dari masing-masing reksa dana saham. Metode
Treynor didasarkan atas risk- premium dibandingkan terhadap risiko pasar (Beta). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Treynordari masing-masing reksa
dana saham.
10
konsep Security Market Line (SML). SML adalah garis pasar sekuritas yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan investasi bebas
risiko. Indeks Jensen adalah besar penyimpangan/perbedaan antar tingkat
pengembalian suatu reksa dana saham dengan tingkat pengembalian pada SML
(Pratomo dan Nugraha, 2009). Penggunaan Metode Jensen dapat menimbulkan
masalah yaitu kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya (teoritis)
dengan SML empirik. Penelitian empirik terhadap SML umumnya menemukan
fenomena adanya bias apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Bias tersebut
adalah terlalu tingginya intersep apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Karena adanya bias tersebut, peneliti tidak menggunakan Metode Jensen dalam
penilaian kinerja reksa dana saham (Usman dan Ratnasari, 2004).
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan Metode Sortino
selain Metode Sharpe dan Metode Treynor. Dalam metode ini diperkenalkan suatu
rasio baru, rasio tersebut menghitung suatu excess return portofolio dari Minimum Acceptable Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Ratio ini kemudian dikenal dengan nama Sortino Ratio. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
digunakan sebagai tingkat bunga bebas risiko. Besarnya Minimal Acceptable Return (MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun, karena penelitian ini
dilakukan terhadap reksa dana saham secara umum, bukan untuk suatu investor
tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai
11
menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan. Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Metode Sharpe dengan dua perbedaan utama yaitu imbal hasil
aset bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan, dan standar
deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang berada
di bawah imbal hasil minimum yang ditetapkan, dimana dalam penelitian ini imbal
hasil minimum yang ditetapkan berasal dari nilai Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia.
Yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih Metode Sortino sebagai salah
satu metode yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja dari reksa dana saham yaitu
karena Metode Sortino merupakan metode yang tepat serta dipercaya lebih akurat
dalam mengevaluasi kinerja reksa dana saham pada kondisi pasar yang bergejolak.
Dalam kondisi return reksa dana negatif, hasil evaluasi kinerja dengan Metode Sharpe dan Treynor bisa saja menyesatkan. Penilaian yang dimaksud bisa
memberikan hasil menyesatkan itu lebih berkaitan penilaian terhadap optimalitas risk and return. Umumnya pengukuran di atas menggunakan cara membagi return dengan risiko. Return yang digunakan pada Sharpe Ratio dan Treynor menggunakan excess return, yaitu selisih antara return reksa dana dengan risk free ( Return RD – RF). Pada sisi risiko, Sharpe Ratio menggunakan Standar Deviasi sebagai risiko sementara
Treynor Ratio menggunakan Beta (sensitivitas reksa dana terhadap pergerakan pasar).
Jika evaluasi kinerja dilakukan pada saat pasar negatif, peringkat yang dihasilkan
12
paling rendah) bisa memberikan rekomendasi yang menyesatkan karena yang dipilih
malahan reksa dana yang risikonya lebih besar. Namun, kelemahan daripada metode
ini dapat diatasi dengan melakukan penyesuaian dengan menggunakan Metode
Sortino. Untuk itulah penulis memilih menggunakan Metode Sortino dalam
penelitian ini dengan harapan hasil penelitian tetap akurat meski kondisi pasar
bergejolak.
Dari evaluasi kinerja portofolio berupa reksa dana saham yang dilakukan,
maka akan didapatkan hasil perhitungan kinerja yang nantinya akan sangat berguna
bagi investor dalam keputusannya memilih reksa dana saham yang tepat. Semakin
tinggi nilai kinerja reksa dana saham tersebut, biasanya dianggap semakin baik.
Terlebih apabila hasil kinerja yang dihitung ternyata lebih besar jika dibandingkan
dengan kinerja pasar (benchmark), tentunya reksa dana saham tersebut akan semakin menarik perhatian investor untuk menanamkan investasinya pada reksa dana saham
tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti memilih judul
13 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan
menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan
menggunakan Metode Treynordi Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan
menggunakan Metode Sortino di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kinerja antara
reksa dana saham dan IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe,
Metode Treynordan Metode Sortinodalam rangka pemilihan reksa dana saham yang
tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: A. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang
manajemen, khususnya manajemen keuangan tentang analisis pengukuran kinerja
14
B. Praktis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
serta dapat mengimplementasikan ilmu dan teori yang peneliti dapat selama
di perkuliahan.
2) Bagi investor
Penelitian ini dapat memberikan masukan dan gambaran bagi para investor
baik perorangan maupun institusi yang ingin melakukan investasi di pasar
modal namun mempunyai berbagai keterbatasan waktu serta pengetahuan
dalam bidang pasar modal. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memilih atau menentukan mana reksa dana saham yang
kinerjanya paling baik yang akan dijadikan sebagai pilihan investasi. Selain
itu informasi hasil penilaian kinerja portofolio dapat digunakan untuk
mengubah batasan yang diberikan kepada manajer investasi, tujuan investasi
atau jumlah uang yang dialokasikan kepada manajer investasi tersebut.
3) Bagi Manajer Investasi
Bagi manajer investasi, hasil penelitian yang menunjukkan penilaian kinerja
portofolio dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerjanya. Dengan
evaluasi kinerja ini, seorang manajer investasi dapat mengidentifikasi sumber
keunggulan dan kekurangan. Ini berarti hasil penilaian dapat digunakan
sebagai umpan balik dan mekanisme kontrol yang membuat proses
15
mempertahankan atau bahkan meningkatkan keunggulannya, dan di sisi lain
dapat menekan dan memperbaiki kekurangannya.
4) Bagi Akademisi
Bagi akademisi, penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dalam
berpikir dan dalam meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain
itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber bacaan, landasan
berpijak dan referensi bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti dengan
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di
masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan
investasi tersebut. (Tandelilin, 2001)
2.1.1.2 Tujuan Investasi
Menurut Tandelilin (2001), secara khusus ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
17
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.
2.1.1.3 Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko (Tandelilin, 2001).
1. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai
return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannnya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
18 2. Risiko
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan
return yang diharapkan. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
Menurut Brigham dan Houston (2006:238) ada dua jenis risiko investasi yaitu
1. Risiko yang dapat didiversifikasikan
Merupakan bagian dari suatu risiko sebuah saham yang dikaitkan dengan
peristiwa-peristiwa acak yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Seperti
tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal,
memenangkan atau kalah dalam kontrak besar, dan peristiwa-peristiwa lain yang
khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh berbagai
peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Peristiwa menguntungkan yang terjadi pada satu perusahaan dapat dihilangkan
oleh peristiwa menguntungkan diperusahaan lain.
2. Risiko pasar
Merupakan bagian dari risiko sebuah sekuritas yang tidak dapat dihilangkan
dengan diversifikasi. Risiko ini tumbuh dari faktor-faktor yang secara sistematis
akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan : perang, inflasi, resesi dan tingkat
suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara
negatif oleh faktor-faktor ini, risiko pasar tidak dapat dihilangkan dengan
19 2.1.1.4 Proses Keputusan Investasi
Menurut Tandelilin (2001), proses keputusan investasi merupakan proses
keputusan yang berkesinambungan (on going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai
keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima
tahap keputusan, yaitu:
1. Penentuan tujuan investasi.
2. Penentuan kebijakan investasi.
3. Pemilihan strategi portofolio.
4. Pemilihan aset.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
2.1.2 Pasar Modal
2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli
sekuritas disebut dengan bursa efek.
Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian
20
pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat
mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal
maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang
memberikan return yang paling optimal. Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, reksa dana dan
instrumen derivatif. Masing-masing sekuritas tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda
2.1.3 Reksa Dana
2.1.3.1 Pengertian Reksa Dana
Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan
sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal
berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan reksa dana akan
menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk
portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi (Tandelilin, 2001)
Menurut Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, Ayat
(27) reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.
Mengacu pada defenisi di atas, dalam reksa dana terdapat unsur berikut:
1. Wadah untuk menampung dana
2. Masyarakat pemodal (investor)
21
4. Manajer investasi
Secara mendasar, reksa dana adalah “wadah” yang berisi uang dan instrumen
efek (saham, obligasi, pasar uang). Umumnya wadah tersebut ditempatkan dan
diadministrasikan pada bank kustodian.
Uang yang ada dalam instrumen reksa dana merupakan uang yang
dikumpulkan dari sejumlah investor. Secara umum, reksa dana dimiliki lebih dari 50
pihak. Uang tersebut kemudian diinvestasikan pada berbagai surat berharga, seperti
saham, obligasi, dan pasar uang. Pihak yang dipercayakan melakukan pengelolaan
tersebut adalah manajer investasi.
Agar hak dan kewajiban antara bank kustodian, manajer investasi dan investor
reksa dana jelas, manajer investasi dan bank kustodian menandatangani suatu
perjanjian kerja sama yang disebut Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Dalam KIK telah ditentukan dengan jelas tentang bagaimana pengelolaan
investasi akan dilakukan, batasan dan larangan dalam berinvestasi, besaran alokasi ke
instrumen investasi, biaya-biaya yang timbul selama pengelolaan reksa dana dan
menjadi tanggungan siapa biaya-biaya tersebut, hak dan kewajiban manajer investasi
reksa dana, dan hal lainnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan OJK
(Otoritas Jasa Keuangan).
KIK adalah kerjasama antara manjer investasi dan bank kustodian. Hasil kerja
sama tersebut menghasilkan sebuah produk yang disebut reksa dana. Ketika investor
menempatkan dana mereka pada suatu “wadah” agar bisa dikelola manajer investasi,
22
keuntungan, proses realisasi keuntungan dilakukan dengan cara menjual kembali
reksa dana tersebut kepada manajer investasi. Satuan dalam transaksi reksa dana
disebut unit penyertaan.
Sesuai peraturan, investor yang menitipkan dana dapat setiap saat menarik
dananya. Apabila perintah penarikan dana dilakukan sesuai ketentuan, maksimal H+7
hari kerja manajer investasi diwajibkan membayar investor sesuai nilai reksa dana
yang berlaku.
2.1.3.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksa Dana dan Peranannya
1. Manajer Investasi (Fund Manager) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi
di pasar modal. Personel perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib
lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI) yang diselenggarakan pemerintah.
2. Sekuritas (Brokerage) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan jasa perantara perdagangan efek. Jika ingin melakukan
transaksi jual beli efek, seperti saham dan obligasi, maka harus dilakukan
melalui perusahaan sekuritas yang mendapat izin. Personel perseorangan yang
bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Perantara Perdagangan Efek
(WPPE) yang diselenggarakan pemerintah.
3. Penjamin Emisi Efek atau sering disebut Underwritter adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan usaha emisi
23
dimiliki satu atau kelompok orang menjadi dimiliki oleh banyak orang atau
sering disebut Go Public.
4. Bank Kustodian. Bank kustodian memiliki peranan penting dalam reksa dana
karena merupakan pihak yang melakukan administrasi baik dari sisi manajer
investasi maupun investor. Merupakan pihak yang melakukan pengawasan
terkait kepatuhan manajer investasi dan merupakan pihak yang melakukan
safekeeping atas aset reksa dana. Bank kustodian bertanggung jawab untuk menjaga agar seluruh sertifikat, dokumen dan aset lainnya berada dalam
keadaan aman. Berbeda dengan manajer investasi, izin bank kustodian hanya
berlaku untuk perusahaan, tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja
dalam bank kustodian.
5. Agen Penjual (Selling Agent) adalah pihak yang memasarkan reksa dana. Biasanya agen penjual merupakan perusahaan efek (sekuritas) dan
(kebanyakan) bank yang menawarkan reksa dana. Karena sifatnya sebagai
agen penjual yang tidak permanen (bisa saja di masa depan tidak menjual
reksa dana lagi) dan bisa bertambah (suatu reksa dana bisa dijual dilebih dari
1 agen penjual), agen penjual tidak dicantumkan dalam kontrak reksa dana.
6. Bank Pembayar (Paying Agent) adalah bank yang menyediakan fasilitas pembayaran untuk transaksi normal, transaksi online, ataupun transaksi
autodebet. Dengan kata lain, produk reksa dana tidak dipasarkan melalui bank yang dimaksud, tetapi menggunakan fasilitas yang ada di sana, yang bertujuan
24
7. Perusahaan Asuransi. Sama seperti bank pembayar, perusahaan asuransi juga
tidak umum di reksa dana. Perusahaan asuransi bertujuan memberikan
penjaminan apabila obligasi yang dialami reksa dana mengalami
kebangkrutan. Ketentuan mengenai hal ini telah diatur dalam peraturan
BAPEPAM-LK/OJK tentang reksa dana dengan penjaminan. Dengan adanya
reksa dana dengan penjaminan, manajer investasi dapat mengasuransikan
risiko gagal bayar tersebut dengan membeli premi dari perusahaan asurasi.
Dengan adanya premi itu, apabila perusahaan gagal bayar, perusahaan
asuransi akan mengganti kerugian manajer investasi senilai bunga dan pokok
yang tidak berbayar. Jika sampai jatuh tempo, sementara obligasi baik-baik
saja, seluruh premi akan dinikmati oleh perusahaan asuransi.
2.1.3.3 Klasifikasi Reksa Dana
2.1.3.3.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolionya
Menurut Bapepam dalam Cahyono (2002), jenis reksa dana berdasarkan
portofolionya dapat dibagi menjadi empat golongan besar reksa dana, yaitu:
1. Reksa Dana Saham (Stock Funds)
Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam efek bersifat ekuitas.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Bond Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam efek bersifat utang.
25
Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang yang jatuh
tempo kurang dari satu tahun.
4. Reksa Dana Campuran (Balanced Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek yang
bersifat utang dengan komposisi yang berbeda dengan reksa dana yang
disebutkan di atas.
2.1.3.3.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya
Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan bentuknya dapat
dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:
1. Reksa Dana Perusahaan (Company Funds)
Reksa dana berbentuk suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha
mengelola portofolio efek. Investor yang tertarik berinvestasi pada reksa dana ini
dapat membeli saham yang dikeluarkan perusahaan perusahaan tersebut.
2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (Collective Investment Contract Funds) Reksa dana yang dibentuk berdasarkan suatu kontrak investasi kolektif antara
manajer investasi dan bank kustodian. Investor yang tertarik berinvestasi pada
reksa dana ini dapat membeli unit penyertaan reksa dana tersebut.
2.1.3.3.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Kewajibannya
Menurut Widjaja dan Ramaniya (2006), jenis reksa dana berdasarkan
kewajibannya dapat dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:
26
Reksa Dana yang menerbitkan saham/ unit penyertaan dan menjualnya kepada
investor namun tidak memiliki kewajiban untuk membeli saham/ unit penyertaan
yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investasinya dengan cara
menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor
lain yang berminat.
2. Reksa Dana Terbuka (open end funds)
Reksa Dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada
investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit penyertaan
yang telah dijualnya.
2.1.3.3.4 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Strategi Investasinya
Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan strategi investasinya
dapat dibagi menjadi empat golongan besar Reksa Dana, yaitu:
1. Aggressive Growth Funds
Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi terutama pada
saham-saham perusahaan baru yang mempunyai potensi pertumbuhan yang
sangat tinggi, walaupun bersifat spekulatif dan berisiko tinggi, namun jika
berhasil akan memperoleh pendapatan yang bersumber pada kenaikan harga
saham (capital gain) yang tinggi, walaupun dengan fluktuasi harga yang juga tinggi.
2. Growth Funds
Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada
27
pertumbuhan di atas rata-rata industri dan memperoleh pendapatan pada kenaikan
harga saham (capital gain) yang optimal dengan mempertimbangkan risiko yang ada.
3. Growth Income Funds
Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada
saham-saham perusahaan yang tumbuh sedikit dibawah rata-rata dan memiliki sejarah
pembayaran dividen yang baik, dan memperoleh pendapatan bersumber pada
potensi kenaikan harga (capital gain) dan pembayaran dividen. 4. Value Income Funds
Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada
saham-saham perusahaan yang memiliki sejarah pembayaran dividen yang sangat baik,
dan mempunyai pendapatan yang bersumber dari penerimaan dividen.
2.1.3.4 Kelebihan Reksa Dana
Secara umum, investor ingin mendapatkan kelebihan dalam setiap kegiatan
investasi yang dilakukannya. Beberapa kelebihan yang dapat diterima oleh investor
apabila berinvestasi pada reksa dana adalah sebagai berikut (Simatupang: 2010 ):
1. Pengelolaan profesional.
Pengelolaan reksa dana hanya boleh dilakukan oleh manajer investasi yang
telah memiliki ijin sebagai tenaga ahli di bidang investasi.
2. Diversifikasi otomatis.
Adanya peraturan yang mengharuskan bahwa portofolio reksa dana tidak
28
dana menunjukkan bahwa pengelolaan reksa dana terdiversifikasi secara
otomatis. Hal ini sebagai salah satu syarat untuk pengamanan risiko dari
kerugian yang besar akibat dari kejatuhan harga apabila portofolio investasi
hanya terdiri dari satu atau dua efek saja.
3. Transparansi/Keterbukaan.
Dengan adanya kewajiban untuk menerbitkan prospektus reksa dana yang
akan ditawarkan dan pengumuman NAB setiap hari di media serta
menerbitkan laporan keuangan tahunan secara teratur menjadi keuntungan
bagi investor karena memudahkannya dalam memantau perkembangan
investasi yang dilakukannya.
4. Likuiditas Tinggi.
Pengumuman NAB setiap hari membuat investor dapat melihat fluktuasi nilai
reksa dana dan menjual kembali unit penyertaannya setiap saat kepada
manajer investasi.
5. Tersedia banyak alternatif pilihan jenis investasi reksa dana.
Banyaknya jenis invetasi reksa dana memungkinkan calon investor untuk
memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan preferensi terhadap risiko.
6. Mendorong meningkatkan supply dan demand di pasar modal.
Dibandingkan dengan jenis investasi lain, salah satu keunikan dari reksa dana
29
diinvestasikan oleh manajer investasi yang mengelolanya di dalam portofolio
efek-efek di pasar modal sehingga terjadi peningkatan demand efek.
2.1.3.5 Return dan Risiko Reksa Dana 2.1.3.5.1 Return Reksa Dana
Dalam berinvestasi setiap investor pasti mengharapkan tingkat return yang disyaratkan. Return reksa dana merupakan suatu nilai lebih yang diharapkan oleh investor yang akan diperoleh pada akhir periode tertentu. Return yang diharapkan (expected return) tentu saja dapat berbeda dengan return yang terjadi (actual return).
Return reksa dana dapat berupa kenaikan NAB (Nilai Aktiva Bersih), jika NAB positif maka investor akan mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika NAB negatif maka investor akan mendapatkan capital loss (ceteris paribus).
2.1.3.5.2 Risiko Reksa Dana
Tiap investasi pasti mengandung risiko, ada investasi yang berisiko rendah
dan ada juga investasi yang berisiko tinggi. Begitu juga dengan reksa dana yang
tidak luput dari risiko. Selain keuntungan yang dapat diterima oleh investor, ada
beberapa risiko dalam berinvestasi dalam reksa dana (Widjaja, 2009), yaitu:
1) Risiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih unit penyertaan.
Penurunan NAB dapat disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi
yang dimasukkan dalam portofolio reksa dana mengalami penurunan, kinerja
bursa yang memburuk, terjadinya kerugian emiten dan situasi ekonomi dan
30
2) Risiko Likuiditas.
Risiko ini timbul apabila investor yang memiliki unit penyertaan reksa dana
secara masal melakukan penjualan kembali kepada manajer investasi,
sehingga manjer investasi mengalami kesulitan likuiditas.
3) Risiko Pasar.
Risiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami
penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar
obligasi secara drastis, sehingga mengakibatkan NAB reksa dana mengalami
penurunan.
4) Risiko default.
Risko paling fatal yang terjadi ketika manajer investasi membeli obligasi yang
emitennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar
bunga atau pokok obligasi tersebut.
2.1.3.5.3 Hubungan antara Return dan Risiko Reksa Dana
Return
[image:45.612.162.469.500.702.2]Risk Gambar 2.1 : Hubungan return dan risiko reksa dana
31
Tampak pada gambar bahwa hubungan antara return dan risiko adalah searah dan linear, hal ini bermakna bahwa semakin besar tingkat return yang disyaratkan oleh investor maka akan semakin besar pula risiko yang akan terjadi dan begitu juga
sebaliknya, semakin rendah return yang disyaratkan oleh investor maka akan semakin kecil risiko yang akan terjadi, ceteris paribus.
2.1.3.6 Pengertian dan Penilaian Kinerja Reksa Dana 2.1.3.6.1 Pengertian Kinerja Reksa Dana
Kinerja reksa dana merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk evaluasi
dan mengetahui perkembangan reksa dana yang selama ini dikelola di periode
tertentu. Informasi mengenai kinerja reksa dana penting bagi investor yang hendak
melakukan investasi dengan melihat kinerja reksa dana di masa lalu. Kinerja reksa
dana yang baik di masa lalu tidak dapat menjadi jaminan bahwa reksa dana tersebut
akan berkinerja sama baiknya dengan sekarang ataupun di masa yang akan datang,
namun kinerja reksa dana di masa lalu dapat menjadi acuan bagi investor untuk
berinvestasi pada reksa dana yang lain. Suatu reksa dana dikatakan memiliki kinerja
yang baik apabila sejak peluncurannya berada di atas kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). NAB merupakan suatu data yang dibutuhkan untuk menilai
kinerja reksa dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang
bersangkutan. Kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SPBU, SBI, surat
32
belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta pembelian efek yang belum dilunasi.
NAB perunit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana
setelah dikurangai biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang
telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak bisa dipisahkan dari
reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil
dari suatu reksa dana. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari
perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan
meningkatnya investasi pemegang unit penyertaan dan begitu juga sebaliknya
(Fakhruddin dan Sopian, 2001).
Rumus untuk menghitung NAB adalah sebagai berikut :
NAB =(Jumlah Aset−Total Kewajiban) Jumlah Unit Penyertaan
Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi
kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan merupakan
jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai unit penyertaan yang beredar. Nilai NAB
akan mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan kinerja aset yang
merupakan portofolio reksa dana tersebut. Harga aset-aset pada portofolio reksa dana
akan mempengaruhi reksa dana, dengan kata lain nilai aset pada portofolio
berbanding lurus dengan NAB. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank
kustodian setelah mendapat data dari manajer investasi dan nilai tersebut yang
33 2.1.3.6.2 Penilaian Kinerja Reksa Dana
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk menilai kinerja sebuah reksa
dana kita tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan reksa dana tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risikonya.
Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa metode pengukuran kinerja
reksa dana sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Metode tersebut yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino.
1. Metode Sharpe
Metode Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut
dengan reward-to-variability ratio. Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Semakin tinggi nilai
Rasio Sharpe semakin baik kinerja reksa dana. Untuk menghitung Indeks Sharpe, kita
bisa menggunakan persamaan berikut ini:
Rumus perhitungan Sharpe (Brandy, 2002):
SP = R���� −R R������SBI σ
Dimana:
SP = Indeks Sharpe reksa dana saham
RR
���� = Rata−rata ������ reksa dana saham
RSBI
������= Rata−rata tingkat suku bunga SBI
34
Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa reksa
dana saham berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu reksa dana
saham dibanding reksa dana saham lainnya, maka semakin baik kinerja reksa dana
saham tersebut.
2. Metode Treynor
Metode Treynor mengukur risk premium yang dihasilkan perunit risiko yang diambil dengan menggunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai Rasio Treynor makin baik kinerja
reksa dana saham.
Rumus perhitungan Treynor (Brandy, 2002):
TR =
RR
���� −R������SBI
β
Keterangan:
TR = Indeks Treynor reksa dana saham
RR
���� = Rata−rata ������ reksa dana saham
RSBI
������= Rata−rata tingkat suku bunga SBI
β = Beta reksa dana saham terhadap IHSG
Indeks Treynor besarnya sama dengan slope garis yang menghubungkan
posisi reksa dana saham dengan tingkat return bebas risiko. Reksa dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil dari Indeks Treynor pasar akan terletak
di bawah garis pasar sekuritas, dalam hal ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana
35
berada di atas garis pasar sekuritas mempunyai kinerja di atas kinerja pasar. Semakin
besar slope garis atau semakin besar Indeks Treynor yang dimiliki reksa dana saham,
berarti kinerja reksa dana saham tersebut akan menjadi relatif baik dibanding reksa
dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil.
3. Metode Sortino
Pada awal tahun 1980, DR. Frank A Sortino memperkenalkan suatu rasio
baru. Rasio ini menghitung excess return portofolio dari Minimum Acceptable Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Rasio ini kemudian dikenal dengan nama Sortino ratio.
Mengutip dari jurnal yang ditulis oleh Frank A. Sortino dan Lee N. Price di tahun
1994 dikatakan bahwa :
If there is a minimum return that must be earned to accomplish some goal (the minimal acceptable return / MAR), then any returns below the MAR will produce unfavorable outcomes and any returns greater will produce good outcomes. The MAR separates the good volatility (above the MAR) from the bad volatility (below the MAR). (The Journal of Investing Fall 1994, 3)
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) digunakan sebagai tingkat suku
bunga bebas risiko. Besarnya Minimum Acceptable Return (MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun, karena penelitian ini hanya dilakukan terhadap reksa
dana saham secara umum, bukan untuk investor tertentu, maka tingkat suku bunga
36 Return yang berada di bawah MAR maka akan dianggap sebagai return yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan.
We argue that the proper measurement of risk should deal only with the returns that could have been below the MAR. Returns above the MAR should be viewed as a reward. (The Journal of Investing Fall 1994, 3)
Because standard deviation measures risk as dispersion on either side of the mean, it cannot distinguish between good volatility and bad volatility. Downside deviations measures the deviations below the MAR. (The Journal of Investing Fall 1994, 6)
Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko sesungguhnya yang akan ditanggung
oleh seorang investor adalah yang berada dibawah tingkat return minimum yang diharapkan oleh setiap investor.
Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Metode
Sharpe dengan dua perbedaan yang utama, yaitu imbal hasil aset bebas risiko diganti
dengan imbal hasil minimum yang diharapkan dan standar deviasi yang digunakan
hanya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang berada di bawah imbal hasil
minimum yang ditetapkan, di mana dalam penelitian ini hasil minimum yang
di