• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

D. Perilaku Konsumen dan Proses Pengambilan Keputusan

2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Setiadi (2003 : 16)

Gambar 2.1 Proses pengambilan Keputusan Pembelian Mengenali Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian

Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan. Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang di harapkan.

b. Pencarian informasi, yaitu konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak lag. Proses ini diperoleh dari bahan bacaan, menelepon teman ataupun melakukan kegiatan-kegiatan mencari lainnya.

c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian. d. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan

pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif.

e. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami beberapa tngkat kepuasan atau ketidak puasan.

E. Pengertian Kredit

Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam dimulai dari arti “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran”. Menurut Simorangkir dalam Untung (2005:1), kredit adalah

Pemberian prestasi (misalnya uang , barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

Pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 10 ayat 11 yakni:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu , berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan beberapa pengertian kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyerahan uang, barang atau jasa berdasarkan kepercayaan yang mana kontra prestasinya diberikan kemudian. Dasar pemberian kredit adalah kepercayaan, dengan demikian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa presentasi yang diberikan benar-benar dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat yang telah disetuji bersama. Berdasarkan ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam kredit (Tangkilisan, 2003:35), yaitu:

1. Kepercayaan, maksudnya kreditur memberikan kepercayaan kepada debitur bahwa prestasi yang diberikannya akan dapat dikembalikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama, hal ini dapat diketahui oleh pihak bank dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian yang mendalam mengenai calon debitur sehingga dapat diketahui kemauan dan kemampuannya dala membayar kredit yang akan diterima.

2. Waktu, maksudnya terdapat jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya dan merupakan waktu yang telah disepakati bersama.

3. Kesepakatan, maksudnya terdapat kesepakatan mengenai prestasi dan kontraprestasi antara kreditur dan debitur yang terutang dalam suatu perjanjian yang disepakati bersama.

4. Resiko, maksudnya seala kemungkinan yang mungkin terjadi jika kredit tersebut disalurkan yang mempunyai dampak merugikan ke dua belah pihak.

F. Perencanaan Kredit

Kegiatan usaha selalu diawali dengan suatu perencanaan walaupun perencanaan itu selalu sederhana. Bagi sebuah Bank perencanaan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan, tidak hanya karena perencanaan merupakan fungsi yang penting tetapi kepentingan menjalankan perencanaan sebelum suatu usaha dilaksanakan merupakan suatu “rule” bagi pencapaian tujuan. Perencanaan kredit yaitu proses untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan dan sasaran perkreditan.

Aspek penting yang harus diperhatikan bank dari pertimbangan suatu rencana kredit yang mantap dan terarah adalah sebagai berikut (Sinungan, 2000:11)

1. Kondisi perekonomian dan perdagangan

2. Hal ini mutlak dilakukan karena bank sebagai lembaga keuangan, berperan dalam kegiatan perekonomian dan perdagangan dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan perencanaan tersebut.

4. Kegiatan sektor ekonomi dimana bank bergerak, apakah berada pada sektor khusus sektor pertanian, perokonomian, industri, perdagangan, atau real estate.

5. Keadaan nasabah yang ada

6. Dari record nasabah yang ada diadakan pengelompokan nasabah yang dibagi menurut kelancaran usaha secara lengkap.

7. Keadaan keuangan bank

8. Pihak bank harus dengan jelas mengetahui berapa jumlah dana yang tersedia dan benar-benar dapat dilepas.

9. Organisasi bank

10.Ditetapkan adanya pemberian wewenang disertai dengan suatu tanggung jawab untuk berusaha agar kredit itu lancar dan menguntungkan serta kewenangan untuk menghitung dana untuk operasi kredit masa-masaselanjutnya.

11. Skill

12.keahlian dari personil-personil kredit di seluruh organisasi bank. Bank perlu memperhatikan keahlian dari pejabat kredit dengan baik dan bila perlu diadakan spesialisasi.

G. Resiko Perkreditan

Setiap usaha yang dilakukan, lebih-lebih lagi dalam kegiatan bisnis akan selalu dihadapkan dengan berbagai bentuk resiko. Pada umumnya profit yang diperoleh akan senantiasa berbandng lurus dengan tingkat resiko yang dihadapi. Artinya semakin besar tingkat resiko dari suatu bisnis akan semakin besar pula

tingkat profit margin yang diperolehnya. Demikian pula dalam persetujuan pemberian kredit terkandung resiko yang perlu terlebih dahulu dipahami, apakah resiko tersebut tergolong resiko yang dapat dikendalikan atau resiko liar. Berbagai resiko yang perlu dipahami, antara lain(Djohan,2000:90)

1. Resiko Sifat Usaha

Terdapat beragam jenis usaha dalam ekonomi mengandung resiko yang berbeda satu dengan yang lain. Tinggi rendahnya tingkat resiko usaha dapat diketahui dari sifat-sifat usaha masing-masing dengan berbagai kriteria, antara lain :

a. Turn over usaha semakin tinggi, resiko semakin tinggi

b. Semakin khusus tingkat spesifikasi usaha, resiko semakin tinggi.

c. Semakin besar investasi modal kerja, dibandingkan dengan investasi pada barang modal, maka resiko akan lebih tinggi.

d. Usaha yang padat modal (capital intensive) akan mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha yang padat karya (labor intensive) khusus pada negara berkembang dan sebaliknya pada negara maju.

e. Sifat pekerjaan atau usaha itu sendiri yang mempunyai resiko tinggi, misalnya pengeboran minyak bumi lepas pantai, stuntman dalam pembuatan fillm dan usaha –usaha lainnya yang sifatnya perintis yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

2. Resiko Geographis

Resiko geographis juga mempunyai pengaruh terhadap besarnya resiko dari suatu kegiatan usaha. Resiko geographis ini erat hubungannya dengan bencana

alam yang sering terjadi pada suatu lokasi saha tertentu misalnya banjir, kebakaran dan meletusnya gunung berapi.

3. Resiko Politik

Kegagalan perkreditan banyak disebabkan oleh tidak adanya kebijaksanaan politik yang jelas. Oleh karenanya analisis tentang kestabilan politik suatu daerah atau negara akan cukup memberikan masukan tentang prediksi keberhasilan usaha di masa mendatang.

4. Resiko Ketidakpastian (Uncertainty risk)

Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi (gambling) akan mengandung resiko yang tinggi karena segala sesuatunya tidak dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Resiko diatas dapat dengan mudah dibuktikan tetapi sulit untuk dihitung besarnya dan kapan resiko tersebut datang.

5. Resiko Inflasi

Bentuk resiko lain yang sifatnya abstrak adalah resiko karena adanya inflasi. Walaupun, hutang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh debitur, tetapi pada masa inflasi yang tinggi, bank mengalami penurunan daya beli dari rupiah yang dipinjamkannya.

6. Resiko Persaingan

Resiko persaingana adalah sesuatu yang wajar bagi setiap unit bisnis yang baru masuk kedalam industri ataupun yang telah berada dalam industrinya selalu dihadapkan dengan persaingan. Resiko persaingan ini dapat berupa persaingan antar bank ataupun persaingan antar sesama perusahaan dalam industri yang sama yang menjadi objek perkreditan.

H. Proses Pengumpulan Informasi

Teknik-teknik analisis yang akan digunakan harus segera ditetapkan setelah pendekatan yang akan digunakan dalam analisis kredit dapat diuraikan. Beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk memperoleh informasi atau data tentang si pemohon kredit, (Djohan,2000;93).

1. Wawancara (interview)

Wawancara dengan pemohon krdit atau calon debitur sebaiknya dillakukan oleh pejabat bank (analis, kepala cabang atau direksi bank) sebelum permohonan kredit diajukan, dalam bentuk interview pendahuluan.

2. Investigasi Kredit

Kegiatan mengumpulkan data-data yang up to date, atau data-data yang relevan untuk bahan analisis permohonan kredit, meneliti kebenaran dan akurasi data calon debitur dan pembuatan laporan investigasi.

3. Peninjauan On The Spot

Data permohonan kredit yang diajukan akan dicek kebenarannya melalui peninjauan lapangan (on the spot). Lokasi kantor, lokasi usaha yang akan dicek kebenarannya meliputi lokasi apakah di tempat yang strategis, berorientasi konsumen atau berorientasi kepada bahan baku.

4. Sumber Informasi Ekstern

(PERSERO) CABANG MEDAN

Dokumen terkait