• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

D. Prosedur Pemberian Kredit Griya Utama 1

Permohonan fasilitas KGU 1 mencakup :

a. Permohonan baru untuk mendapatkan jenis fasilitas kredit ini. b. Permohonan tambahan untuk kredit ini yang sedang berjalan.

c. Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

d. Permohonan-permohonan lainnya syarat-syarat fasilitas kredit ini yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan atau pengunduran jadwal angsuran dan lainnya.

Permohonan KGU yang ditetapkan bagi para calon debitur diajukan dalam satu berkas yang terdiri dari :

a. Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap

diisi oleh nasabah.

c. Daftar lampiran lain yang ditetapkan untuk jenis kredit ini

Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk pengajuan permohonan KGU ini. Selama permohonan kredit sedang dalam proses, maka berkas-berkas permohonan harus tetap dijaga dan dipelihara. Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan Daftar Isian Permohonan Kredit yang harus diisi oleh nasabah.

2. Tahapan Penyidikan dan Analisis Kredit Griya Utama 1

Penyidikan (investigasi) kredit merupakan pekerjaan yang meliputi : a. Wawancara dengan pemohon kredit (calon debitur)

b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstren. Dalam hal ini termasuk informasi antara bank dan pemeriksaan pada daftar hitam/kredit

macet melalui Sistem Informasi Keuangan (SIK) yang disediakan Bank Indonesia.

c. Pemeriksaan atau penyidik atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh. Tahap ini pada Bank BTN dinamakan kegiatan OTS (On the Spot).

d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan. Tahap ini menghasilkan resume usulan kredit, yang biasa disebut Daftar Usulan Pemohon (DUP). Pada dasarnya, tahap analisis kredit merupakan pekerjaan yang meliputi :

1) Mempersiapkan pekerjaan penguraian dari segala aspek baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Laporan tersebut, yang tersaji dalam Daftar Usulan Pemohon (DUP) selanjutnya dijadikan bahan dalam Rapat Komite Kredit (Rakomdit), yang akan memutuskan apakah permohonan tersebut disetujui atau tidak. Dalam penganalisaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ini, bank harus memperoleh data pokok minimal mengenai aktivitas usaha dari para nasabah (calon debitur) disertai dengan analisis seperlunya antara lain :

1) Jaminan 2) Aktivitas R/ K

3) Laporan-laporan keuangan

4) Data kwalitatif nasabah (calon debitur)

Diantara hal-hal tersebut diatas, maka bank lebih memusatkan perhatiannya pada jaminan. Hal ini bukan berarti yang lainnya tidak penting/kurang perhatian bank. Ada beberapa jenis jaminan kredit diantaranya jenis jaminan kredit yang ditinjau

dari sudut juridis. Berdasarkan juridisnya, maka jaminan kredit dibedakan menjadi:

Jaminan kebendaan

Untuk jaminan kebendaan ini biasanya dibedakan atas :

a. Benda bergerak (berbeda dengan curent assets) yaitu mempunyai ciri-ciri karena sifatnya tidak bergabung dengan tanah, misalnya kendaraan atau benda lainnya, maupun jaminan bergerak lainnya yang ditentukan oleh undang-undang misalnya hak atas surat-surat berharga dan seterusnya. b. Benda tidak bergerak (bukan fixed assets) yaitu mempunyai ciri-ciri

karena sifatnya tidak dapat bergerak, misalnya tanah, karena tujuannya, pemakaiannya tidak dapat bergerak misalnya bangunan atau karena ditentukan oleh undang-undang misalnya hak guna bangunan.

Jaminan bukan kebendaan

Disebut juga jaminan perorangan, antara lain bortocht avalist yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia menyanggupi pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak menepati janjinya di kemudian hari.

Barang-barang yang dijadikan sebagai jaminan tersebut harus memenuhi syarat-syarat baik dari sudut ekonomis maupun juridis. Dari sudut ekonomis yang harus dipenuhi jaminan perkreditan antara lain :

a. Mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjualbelikan) secara umum dan jelas

b. Nilai tersebut harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan

c. Barang jaminan tersebut harus mudah dipasarkan tanpa harus mengeluarkan biaya pemasaran yang berarti.

d. Nilai barang jaminan tersebut harus konstan dan akan lebih baik kalau nilainya juga ada kemungkinan akan mengalami pertambahan dikemudian

e. Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis (dekat dengan pasar atau konsumen).

f. Secara fisik barang jaminan tersebut tidak cepat lusuh, rusak, obselency, dan lain-lain sebab akan mempengaruhi nilai ekonominya.

g. Barang jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomi dalam jangka waktu relatif lebih lama dari jangka waktu kredit yang dijaminnya.

Sedangkan syarat-syarat juridis yang harus dipenuhi suatu barang jaminan adalah :

a. Milik nasabah calon debitur yang bersangkutan. b. Ada dalam kekuasaan calon debitur sendiri.

c. Tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain.

d. Memiliki bukti-bukti pemilikan /sertifikat atas nama nasabah yang bersangkutan masih berlaku.

e. Bukti-bukti pemilikan yang ada memenuhi syarat untuk diadakan pengikat baik secara hipotik dan credit verband / kuasa menjual (untuk barang-barang bergerak) dan lain-lain ketentuan pengikatan yang telah ditetapkan secara juridis/perundang-undangan yang berlaku.

f. Barang-barang jaminan tersebut bebas, tidak ada ikatan jaminan dengan pihak lain.

Tahapan Keputusan atas Permohonan Kredit Griya Utama 1

Setelah tahap I dan II dari prosedur pemberian KGU 1 ini dilalui, maka tahapan selanjutnya adalah keputusan atas permohonan KGU 1 tersebut. Keputusan dalam hal ini berarti setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan KGU 1 ini, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan

analisis kredit (tahap II) yaitu Daftar Usulan Pemohon. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat mengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi-disposisi).

Diatas tadi disinggung mengenai pejabat yang berwenang mengambil keputusan atas permohonan KGU 1 nasabah (calon debitur). Wewenang mengambil keputusan tersebut terdiri atas :

Wewenang Kepala Bagian Kredit/Cabang

a. Sampai dengan jumlah permohonan kredit yang telah ditentukan oleh direksi/kantor pusat, kepala bagian kredit/cabang diberi wewenang untuk memutuskan permohonan dalam batas-batas tertentu tanpa mengusulkan terlebih dahulu ke kantor pusat.

b. Jika permohonan berada di luar batas wewenangnya, cabang harus mengusulkan terlebih dahulu permohonan fasilitas kredit tersebut kepada direksi/kantor pusat disertai penilaian serta kesimpulan-kesimpulan serta usul-usul yang defenitif.

Wewenang Direksi Kantor Pusat

Direksi/kantor pusat memberikan keputusan permohonan kredit nasabah (calon debitur) yang dilakukan oleh kredit/cabang setelah mengadakan penilaian permohonan yang diusulkan.

Tahapan Persetujuan Permohonan Kredit

Yang dimaksud persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu syarat-syarat kredit dan prosedur yang harus ditempuh, antara lain harus telah mengisi Surat Penegasan Persetujuan Pemberian Kredit (SP3K) yang

a. maksimun atau limit kredit b. jangka waktu berlakunya c. suku bunga

d. penutupan asuransi barang-barang jaminan e. sanksi-sanksi seperti :

1) denda terlambat pembayaran angsuran 2) denda terlambat pembayaran bunga

3) sanksi untuk penyimpanan dari syarat-syarat lain

SP3K ini selanjutnya disampaikan kepada calon debitur untuk dipelajari, dan selanjutnya memutuskan apakah menerima atau menolak fasilitas kredit yang disediakan tersebut. Jika calon debitur menerima maka dia harus menanda tangani SP3K tersebut dan mengembalikannya ke pihak bank. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya SP3K, calon debitur tidak mengembalikan SP3K yang telah ditanda tangani, maka dianggap calon debitur tersebut menolak fasilitas kredit yang disediakan.

Dokumen terkait