PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM
DI JAWA TIMUR
Diajukan kepada fakultas ekonomi universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur untuk menyusun skripsi S-1 Jurusan ilmu ekonomi
DI SUSUN OLEH :
YUNITA SULISTYORINI
0511010088
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT serta Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang
peneliti susun dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM DI JAWA TIMUR” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa
bantuan bimbingan dari Bapak Drs. SUWARNO, ME yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, motivasi,
pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
5. Bapak dan ibu, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus
kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf Badan Pusat Statistik Surabaya, dan Bank Indonesia Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan
data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
iii
pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, 16 Desember 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
ABSTRAKSI...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...5
1.3. Tujuan Penelitian...…...6
1.4. Manfaat Penelitian...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu...7
2.2. Landasan Teori...11
2.2.1. Pengertian Umum Bank...….11
2.2.1.1. Definisi Bank...…...11
2.2.1.2. Sumber Dana Bank...13
2.2.1.3. Usaha-Usaha Perbankan...15
2.2.1.4. Jenis dan Macam Lembaga Perbankan...17
2.2.2. Pengertian Kredit...22
2.2.2.1. Fungsi Kredit...…...…...24
2.2.2.2. Macam-Macam Kredit...…...………...26
2.2.2.3. Penilaian Kredit...……...….32
2.2.2.4. Unsur Kredit………...34
2.2.2.5. Tujuan Kredit...35
2.2.2.6. Manfaat Perkreditan...37
2.2.2.7. Kredit Modal Kerja...38
2.2.2.8. Pengertian Kredit Modal Kerja...39
2.2.2.9. Jenis-Jenis Kredit Modal Kerja...40
2.2.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga...41
2.2.3.1. Tingkat Suku Bunga Kredit...42
2.2.3.2. Komponen Yang Menentukan Bunga Kredit...43
2.2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga...44
2.2.3.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit dengan Kredit Modal Kerja...46
2.2.4. Likuiditas Perbankan.………...49
2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Perbankan...49
2.2.4.2. Kebijakan Likuiditas Bank...…...52
2.2.4.3. Hubungan Tingkat Likuiditas Bank dengan Kredit Modal Kerja...53
2.2.5. Jumlah Kantor Bank...54
2.2.5.1. Hubungan Antara Jumlah Kantor Bank
dengan Kredit Modal Kerja...…...57
2.2.6. Kerangka Pikir...58
2.2.7. Konsep Pemikiran...61
2.2.8. Hipotesis...61
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...62
3.2. Teknik Penentuan Sampel...63
3.3. Teknik Pengumpulan Data...64
3.3.1. Jenis Data...64
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data...64
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...65
3.4.1. Teknik Analisis...65
3.4.2. Uji Hipotesis...66
3.5. Pendekatan Asumsi Klasik...69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...74
4.1.1. Gambaran Perekonomian Provinsi Jawa Timur...74
4.1.2. Gambaran Umum Perbankan di Indonesia...75
4.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Di Jawa Timur...77
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...78
4.2.1. Perkembangan Jumlah Dana Bank di Jawa Timur...78
4.2.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Jawa Timur...80
4.2.3. Perkembangan Likuiditas Bank Umum di Jawa Timur...81
4.2.4. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Jawa Timur...82
4.2.5. Perkembangan Jumlah Kredit Modal Kerja Bank di Jawa Timur...83
4.3. Hasil Perhitungan dan Analisis...84
4.3.1. Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi Klasik...84
4.3.2. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda...87
4.3.3. Koefisien Determinasi dan Korelasi...90
4.4. Pengujian Hipotesis...90
4.4.1. Uji Kecocokan Model...90
4.4.2. Uji Hipotesis Secara parsial...91
4.5. Pembahasan...96
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan...99 5.2. Saran...100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perkembangan Jumlah Dana Bank Umum di Jawa Timur
periode tahun 1993-2008 ... 78
Tabel 2 : Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 80
Tabel 3 : Perkembangan Likuiditas Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... . 81
Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 82
Tabel 5 : Perkembangan Kredit Modal Kerja di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 83
Tabel 6 : Hasil Uji Multikolinearitas ... 85
Tabel 7 : Batas - Batas Daerah test Durbin Watson ... 86
Tabel 8 : Pengujian adanya Heteroskedastisitas ... 87
Tabel 9 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... .. 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga ... 47 Gambar 2 : Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga ... 49
Gambar 3 : Konsep Pemikiran ”Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Modal Kerja
Bank Umum di Jawa Timur”... ... 61 Gambar 4 : Kurva Distribusi Penolakan / Penarimaan Hipotesis Secara
Simultan... 90
Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara Parsial untuk variabel Jumlah Dana Bank ... 92
Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara Parsial untuk variabel Suku Bunga Kredit ... 93 Gambar 7 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara
Parsial untuk variabel Likuiditas Bank ... 94 Gambar 8 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis
secara Parsial untuk Variabel Jumlah Kantor Bank... 95
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Input Penelitian
Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Berganda correlations dan model summary
Lampiran 3 : Analisis Regresi Berganda Anova dan Coefficient
Lampiran 1 : Data Input Penelitian
Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Berganda model summary
Lampiran 3 : Analisis Regresi Linier Berganda model anova
Lampiran 4 : Analisis Regresi Berganda Coefficient dan Collinearity Diagnostics
Lampiran 5 : Analisis Regresi Berganda Nonparametric correlations
DI JAWA TIMUR Yunita Sulistyorini
Abstraksi
Dengan adanya pemberian kredit modal kerja dalam perekonomian berpengaruh terhadap pemabngunan, hal ini ditandai dengan bertambah luasnya pelayanan dan intensitas penggunaan-penggunaan kredit sebagai sarana dan prasarana untuk menambah permodalan dalam bentuk perluasan usaha, dalam hal ini berapa kredit modal kerja guna mendorong investasi dan produksi dalam negara, kredit modal kerja senantiasa ditingkatkan dan persyaratannya disempurnakan agar pemanfaatannya dapat lebih optimal. Melihat hal tersebut maka banyak kebijakan tersebut dalam menunjang permodalan pengusaha kecil. Pengembangan sektor-sektor perbankan yang sehat dan pengaturan perbankan yang sehat serta pemerintah terus mendorong terciptanya suatu iklim yang dapat memungkinkan dunia perbankan Indonesia dapat tumbuh dengan bebas berdasarkan mekanisme pasar. Tujuan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank umum, tingkat suku bunga kredit, likuiditas bank umum, jumlah kantor bank umum terhadap penyaluran kredit modal kerja bank umum di Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Kantor Badan Pusat Statistik cabang Surabaya dengan kurun waktu data penelitian 16 tahun, mulai tahun 1993 – 2008. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda melalui uji-F dan uji-t dengan asumsi klasik BLUE.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Jumlah Dana Bank (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Likuiditas Bank Umum (X3) dan Jumlah Kantor Bank Umum (X4) terhadap Kredit Modal Kerja di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui dari uji-F yaitu diperoleh nilai Fhitung = 14,553 > Ftabel = 3,478. sedangkan secara parsial, variabel Jumlah Dana Bank (X1) berpengaruh secara nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji-t dimana thitung = 3,184 > ttabel = 2,228, variabel Tingkat Suku Bunga (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = 2,043 < ttabel = 2,228, variabel likuiditas bank (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = -1,662 < ttabel = 2,228, variabel Jumlah Kantor Bank (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = 0,129< ttabel = 2,228. Adapun variabel yang dominan terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur (Y) adalah Jumlah Dana Bank (X1).
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimana pada tahun 1983 ketika berbagai macam diregulasi mulai
dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahantahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter
dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. (Dendawijaya. 2003:9)
Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam hal menyerasikan serta menyeimbangkan masing-masing unsur tersebut adalah “perbankan”. Hal penting dalam perilaku bank yaitu keterkaitannya
yang erat dalam proses uang beredar. Bilamana bank memberikan kredit baru, maka uang tercipta dalam bentuk rekening giro. Kemudian kalau
bank mengurangi kredit, maka uang beredar akan turun karena akan dibuat cek guna membayar kredit tersebut sehingga akan mengurangi jumlah dana dalam rekening giro. (Puspopranoto, 2004 : 5).
Sebaliknya lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau
pengimpunan walaupun ada juga lembaga pembiyaan yang melakukan keduanya. Kemudian masing-masing lembaga keuangan lainnya dalam
menghimpun atau menyalurkan dana mempunyai cara-cara tersendiri.
Keunggulan kelompok lembaga keuangan bank adalah memberikan pelayanan keuangan yang paling lengkap diantara lembaga keuangan yang ada. (Kasmir, 2003 : 2)
Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan yaitu ”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sehingga diharapkan
peranan bank dengan meningkatkan majunya pengusaha kecil yang akhirnya akan menunjang ekonomi nasional secara merata. (Dendawijaya,
2003:17)
Peran bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit bahkan kegiatan bank sebagai lembaga lembaga keuangan
atau pemberian kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang
terhimpundari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. (Kasmir, 2003 : 71).
Dalam pembangunan ekonomi di indonesia usaha kecil selalu
digambarkan sebagia sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan
dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua
departemen, yaitu departemen perindustrian dan departemen koperasi dan usaha kecil menengah. Namun demikian, usaha pengembangan telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada
kenyataannya kemajuan usaha kecil sangat rendah dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijakan usaha
kecil oleh pemerintah selama orde baru, sedikit hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, kehutanan, pertanian, dan industri.
(Partomo & Soejoedono, 2002 : 20)
Ditinjau dari sektor ekonomi, penerima kredit terbesar adalah
sektor industri dengan nilai kredit Rp 8,86 triliun, atau meliputi 41,54% dari total kredit di Jawa Timur pada tahun 2000. Hal ini erat kaitannya dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang didominasi oleh sektor
industri. (Anonim, 2000:3)
Jawa timur mempunyai perkembangan industri kecil yang cukup
pesat, banyak sekali bermunculan industri kecil. Dominasi tersebut dapat dilihat pada tahun 2000 dari persentase jumlah perusahaan industri kecil dan dagang kecil yang mencapai 97,76%. Demikian pula jumlah
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan dagang kecil sebesar 59,91%. (Anonim,2001:254)
dari Kredit Modal Kerja (KMK) perbankan dalam rupiah sepanjang 2007
makin dominan dibandingkan dengan jenis penyaluran kredit lainnya seperti investasi dan konsumsi. KMK tahun 2005 Rp 388,60 triliun, naik dibandingkan dengan KMK pada 2006 yaitu Rp 309,61 triliun. Data
statistik BI menunjukkan porsi kredit modal kerja pada tahun 2006 kian menjauhi kredit investasi (KI) dan kredit konsumtif (KK). KMK tumbuh
20,32% dibandingkan dengan nilai tahun 2006. (www.perbarindo.com, 25 februari 2008)
Pengusaha kecil sangat memerlukan sumber dana yang cukup
besar guna menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha kecil dalam menghadapi globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank
yang dihimpun, hal ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, masyarakat luas dan lembaga lain (Kasmir, 2002 : 62).
Umumnya masyarakat mengalami kesulitan untuk mendapatkan
kredit. Di sisi lain, modal merupakan salah satu pedoman pokok bagi masyarakat untuk menjalankan kegiatan usahanya. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka pemerintah berupaya membantu masalah permodalan tersebut melalui pembiayaan atau pemberian kredit modal kerja. Dengan adanya bantuan kredit modal kerja diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi serta meningkatkan pendapatan sehingga dapat menyediakan kesempatan kerja baru, penambahan mesin-mesin
Dalam upaya menunjang kesinambungan serta peningkatan
pelaksanaan pembangunan lembaga perbankan telah menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia serta sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan
yang tangguh dan sehat, khusunya dalam memberikan kredit kepada masyarakat, maka perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit modal kerja bank umum, antara lain jumlah dana Bank umum, inflasi, tingkat suku bunga kredit Bank umum, likuiditas Bank umum, jumlah kantor Bank Umum.
1.2. Perumusan Masalah
Beradasarkan dengan uraian latar belakang diatas maka dalam penulisan skripsi ini dapat dirumukan permasalahan, sebagai berikut :
1. “Apakah ada pengaruh jumlah dana Bank Umum, tingkat suku bunga
kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor Bank Umum terhadap penyaluran kredit modal kerja yang disalurkan
Bank Umum di Jawa Timur.
2. Diantara faktor-faktor jumlah dana Bank Umum, tingkat suku bunga kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor
Bank Umum terhadap penyaluran kredit modal kerja yang disalurkan Bank Umum manakah yang paling berpengaruh terhadap penyaluran
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah dana Bank umum, tingkat suku bunga kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor Bank Umum
terhadap penyaluran kredit modal kerja serta kebijakan-kebijakan yang perlu diambil oleh Bank Umum dalam kaitannya dengan penyaluran
kredit modal kerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilaksanakan antara lain :
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyaluran kredit
modal kerja oleh Bank Umum di Jawa Timur sehingga kedepannya bisa lebih baik daripada sebelumnya.
b. Bagi Bank Umum
Penelitian ini sebagai masukan untuk pertimbangan pengambil keputusan keputusan dalam menentukan kebijakan tentang kredit modal
kerja.
c. Bagi Universitas Pembangunan Nasional
Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan dilingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk studi
perbandingan dalam penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam penulisan skripsi ini antara lain :
Fitri (2003 : ix) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Kredit Modal Kerja Di Sektor Industri Kecil Pada Bank Umum Di Jawa
Timur”. Secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
variabel bebas jumlah industri kecil (X1). Suku bunga kredit (X2) dan
sumber dana bank (X3) terhadap variabel terikat kredit modal kerja (Y)
secara parsial variabel jumlah industri kecil (X1) tidak berpengaruh secara
nyata terhadap variabel terikat kredit modal kerja (Y). Sedangkan variabel
suku bunga kredit (X2) dan sumber dana bank (X3) berpengaruh terhadap
kredit modal kerja (Y).
Sari (2003 : x) Penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit investasi pengusaha kecil pada BRI di
Jawa Timur”. Dalam penelitian ini disimpulakan bahwa uji F diperoleh
tingkat inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), jumlah dana bank (X3),
pendapatan perkapita (X4), masing-masing berpengaruh secata nyata
terhadap penyaluran kredit investasi pengusaha kecil (Y). Untuk variabel
penyaluran kredit investasi pengusaha kecil (Y), kemudian disusul tingkat
suku bunga (X2), jumlah dana bank (X3), dan tingkat inflasi (X1).
Rosalina (2004 : ix) “Analisis Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Jawa Timur”.
Penelitian secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata
antara variabel bebas dana pihak ketiga di jawa timur (X1), inflasi (X2),
penanaman modal dalam negeri (X3), dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) (X4) terhadap variabel terikat kredit yang disalurkan oleh
bank umum di Jawa Timur. Secara parsial dana pihak ketiga (X1)
berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum (Y),
inflasi (X2) berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan bank
umum (Y), dan penanaman modal dalam negeri (X3) berpengaruh nyata
terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum (Y) sedangkan Variabel
Produk Domestik Regional Bruto (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap
kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur.
Tisna Mahestika Pangesti (2004 : X) “Analisis beberaya faktor
yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum pada pengusaha kecil
di Kabupaten Tuban”. Variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga
kredit (X1), jumlah pengrajin (X2), laba pengusaha kecil (X3), tingkat
inflasi (X4), penyaluran kredit usaha kecil (Y). Teknik analisis yang
digunakan regresi linier berganda dari hasil penelitian didapat kesimpulan
bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung = 78,851 >Ftabel
pengrajin, laba pengusaha kecil dan tingkat inflasi berpengaruh secara
nyata terhadap penyaluran kredit usaha kecil.
Bagus Wardhany (2007 : x) “Faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur.” Variabel yang digunakan
adalah inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), gross domestic regional bruto
(X3), jumlah kantor bank (X4) dan penyaluran kredit (Y). Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi liner berganda. Dari hasil penelitian didapat
kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung =
7,971 Ftabel = 5,19 berarti variabel inflasi, tingkat suku bunga, gross
domestic regional produk dan jumlah kantor bank umum tersebut secara
bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat
penyaluran kredit. Sedangkan jika menggunakan uji t parsial dapat
diketahui gross domestik regional (X3) tidak berpengaruh secara nyata
terdapat penyaluran kredit dengan thitung = 3,005 > ttabel = 2,571 yang
berarti bahwa variabel inflasi, tingkat suku bunga, GDP dan jumlah kantor
bank umum memiliki pengaruh parsial atau secara sendiri-sendiri terhadap
penyaluran kredit bank umum Jatim tidak berubah kebenarannya.
Menurut Muchtolifah (Jurnal penelitian Ilmu Ekonomi, 2001)
dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit pada bank
umum dalam wilayah kerja di Bank Indonesia”. Diketahui variabel yang
digunakan adalah alokasi kredit sebagai variabel terikat (Y). Sedangkan
sebagai variabel bebas adalah suku bunga kredit (X1), dana masyarakat
pengaruh suku bunga kredit (X1), dana masyarakat (X2), KLBI (X3)
terhadap jumlah alokasi kredit (Y) digunakan analisis linear berganda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga kredit (X1), dana
masyarakat (X2), dan KLBI (X3) berpengaruh nyata terhadap alokasi
kredit (Y) pada bank umum dalam wilayah kerja Bank Indonesia baik
secara simultan maupun parsial.
Menurut Huda, Jurnal penelitian ilmu ekonomi tahun 2002 dengan
judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada
Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri di Kabupaten Jombang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tingkat Suku Bunga, Jumlah Anggota
dan PDRB yang berpengaruh terhadap Penyaluran kredit Koperasi Unit
Desa (KUD) Mandiri. Kesimpulan dari penelitian ini secara simultan
Tingkat Suku Bunga (X1), Jumlah Anggota (X2), dan PDRB (X3) sebagai
variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap kredit yang disalurkan
pada Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri di Kabupaten Jombang.
Sedangkan secara parsial variabel Tingkat suku Bunga (X1) berpengaruh
secara nyata terhadap kredit yang disalurkan.
Menurut Nasution, dkk, jurnal penelitian bisnis dana ekonomi
tahun 2003 dengan judul “Pemberian Kredit Usaha, Resiko Bisnis dan
Nasib Pengusaha Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Likuiditas (X1), Rentabilitas (X2), Solvabilitas (X3), dan nilai agunan
perusahaan (X4) terhadap jumlah kredit yang diberikan pada PT Bank
linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas (X!),
rentabilitas (X2), solvabilitas (X3) dan nilai agunan perusahaan (X4)
berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit yang diberikan (Y) pada PT
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Beringin Dana Sejahtera baik secara
simultan maupun parsial.
Persamaan dengan penelitian terdahulu menggunakan alat yang
sama yaitu analisis linier berganda dan meneliti faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja oleh Bank Umum di
Jawa Timur.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada ruang lingkup
yang digunakan serta kurun waktu yang digunakan dalam penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah ada pengaruh
Jumlah dana Bank Umum (X1), Tingkat suku bunga kredit (X2),
Likuiditas Bank Umum (X3), Jumlah kantor Bank Umum (X4) terhadap
penyaluran kredit modal kerja Bank Umum di Jawa Timur.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Umum Bank 2.2.1.1 Definisi Bank
Ada beberapa devinisi bank yang di kemukakan sesuai dengan
tahap perkembangan bank. Berikut ini dapat di kemukakan beberapa
Menurut Stuart (2000:45) Dalam bukunya (politic bank) merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan
kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri, dengan uang yang di
perolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat
pembayaran baru berupa uang giral.
Sedangkan pengertian Bank menurut Undang-undang nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, yang di maksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak (Martono,2002:2).
Bank menurut Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang di maksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak (Harijanto,2002:18).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian bank di beberapa sumber
tersebut yaitu suatu jenis lembaga keuangan yang paling penting
peranannya dalam masyarakat yang usaha pokoknya menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan
2.2.1.2. Sumber Dana Bank
Berdasarkan asalnya, sumber dana bank dapat di bedakan menjadi 3, yaitu:
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini berasal dari modal sendiri. Modal sendiri
maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya.
Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri
dari:
a. Setoran modal dari para pemegang saham.
b. Cadangan-cadangan bank (cadangan-cadangan laba tahun lalu
yang tidak di bagikan kepada para pemegang sahamnya),
cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba
tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang
belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan, sehingga dapat
di manfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam
bentuk:
Menurut undang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 tanggal
10 Nopember 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b.Simpanan Tabungan
MenurutUndang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang disepakati, tapi tidak dapat di tarik
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
c.Simpanan Deposito
Menurut undang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 yang
dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank
mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan
kedua diatas. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat
diperoleh dari:
Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia
kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
b. Pinjaman antar Bank (Call money)
Biasanya pinjaman ini diberikan pada bank-bank yang
mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring.
c. Pinjaman dari Bank-bank luar Negeri
Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari
pihak luar negeri.
d. Surat Berharga Pasar Uang
Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU, kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahan
keuangan maupun non-keuangan (Khasmir,2002:61).
2.2.1.3. Usaha-usaha Perbankan
Tugas pokok perbankan dibawah bimbingan bank indonesia adalah
untuk menghimpun segala dana dari masyarakat, guna diarahkan ke
bidang-bidang yang mempertinggi taraf hidup rakyat. Disamping itu,
pengaturan kembali tata perbankan di indonesia seperti tercermin dalam
undang-undang nomor 14 tahun 1967 dimaksudkan sebagai pembinaan
sistem ekonomi indonesia yang berlandaskan pancasila, yang menjamin
berlangsungan demokrasi ekonomi dan bertujuan menciptakan mayarakat
adil dan makmur. Untuk mencapai hal tersebut maka segalapotensi,
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
Dengan demikian, segala kepentingan ekonomi potensial dapat dikerahkan
menjadi kekuatan ekonomi riil bagi kemanfaatan kemakmuran rakyat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka usaha-usaha bank umum
ditetapkan sebagai berikut:
a. Memidahkan uang, baik melalui pemberitahuan telegram maupun
dengan surat ataupun dengan jalan memberikan wesel tunjuk diantara
sesama kantornya.
b. Menerima dan membayarnya kembali uang dalam rekening koran,
menjalankan perintah untuk memindahkan uang, menerima
pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
c. Mendiskonto surat wesel, kertas perbendaharaan atas beban negara,
dan jenis-jenis surat berharga lainnya.
d. Memberi kredit, terutama dengan tanggungan efek, hasil bumi, barang
dan juga tanggungan dokumen pengangkutan dan dokumen
penyimpanan yang mewakili barang tersebut serta memberi kredit
jangka menengah dan jangka panjang untuk tujuan bidang produksi,
sesuai dengan syarat yang telah di tetapkan oleh Bank indonesia.
e. Memberikan jaminan bank (bank garantie) dengan tanggungan yang cukup.
f. Menjalankan usaha-usaha lain yang lazim di lakukan oleh bank umum
2.2.1.4 Jenis Dan Macam Lembaga Perbankan
1. Di lihat dari segi kepemilikannya
a. Bank Pemerintah
Dimana baik akte pendiian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki
oleh pemerintah pula. Berbentuk :
● Bank Bumi Daya (BBD), sesuai Undang-Undang No.
19/1968.
● Bank Rakyat Indonesia (BRI), sesuai dengan
Undang-Undang No. 21/1968.
● Bank Exsport-Import Indonesia (Bank Exim), sesuai
Undang-Undang No. 22/1968.
● Bank Dagang Negara (BDN), sesuai Undang-Undang No.
19/1968.
● Bank Tabungan Negara (BTN), sesuai Undang-Undang No.
20/1968.
● Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), sesuai
Undang-Undang No.21/PRP/1960.
Namun saat ini telah terjadi merger atau penggabungan 4 (empat) bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank
Export-Import(Bank Exim), Bank Pembangunan Daerah
bank baru. Adapun Bank Rakyat Indonesia berdiri sendiri,
sedang Bank Tabungan Negara mejadi anak perusahaan Bank
Tabungan Negara menjadi anak perusahaan Bank Negara
Indonesia (BNI’46). (Triyanto, 1998 : 21)
Dengan demikian satu-satunya Bank yang tidak ikut
digabungkan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Fungsi
bank yang selama ini dikenal sebagai penyalur utama kredit
untuk rakyat pedesaan tetap dipertahankan. (Krsadi dan
Nadeak, 1998 : 23)
b. Bank Milik Pemerintah Daerah, sesuai Undang-Undang No.
13/1962 di Tingkat I.
c. Bank Swasta
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimliki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula. Sesuai SK. MENKEU No.
Kep/603/M/IV/12/68 tanggal 18 Desember 1968, berbentuk :
• Bank Umum Swasta
• Bank Tabungan Swasta
• Bank Pembangunan Swasta
• Serta Perhimpunan Bank-Bank Nasional dan swasta yang
sebagian menjadi bank Devisa, yaitu bank yang sudah
uang dari Negara lain atau mengenai Export-Import dengan
L/C.
d. Bank milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan
yang berbadan hukum koperasi. Sesuai dengan keputusa
Menteri Keuangan No. Kep 800/MK/IV/II/69. tanggal 22
November 1969, surat keputusan bersama Gubernur Bank
Indonesia dan Menteri Transmigrasi dan Koperasi No.
19a/GB I per 350/Kpts/Mentranskop/192/16 Agustus 1972,
yaitu Bukopin 1987.
e. Bank Milik Swasta Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta atau pemerintah asing. Sesuai
dengan SK. MENKEU No. 034/MK/Iv/2/68 Tanggal 20
Februari 1968, yaitu terdiri dari :
• Bank Umum Asing
• Bank Pembangunan Asing
• Bank Tabungan Asing
Misalnya :
USA : Bank Of America; City Bank; America Express
EROPAH : European Asian Bank.
CHINA : The Hongkong and Shanghai Banking
Panglaykim dalam bukunya perkembangan Industri
Perbankan dan lembaga keuangan bukan bank di Indonesia
menyatakan, jika ditinjau dari segi kepemilikannya bank
terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Bank-bank pemerintah yang sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah, yaitu:
• Bank Sentral
• Bank-bank Umum
• Bank Pembangunan Negara
• Bank Tabungan Negara
2. Bank-Bank Swasta yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta
termasuk:
• Bank-bank Umum
• Bank-bank tabungan
• Bank-bank yang bersifat lokal seperti : bank-bank pasar
dan bank-bank desa.
3. Bank-bank Milik Pemerintah daerah dan Swasta, yaitu :
• Bank-bank Pembangunan daerah.
4. Lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang seluruh
sahamnya dipegang oleh orang Indonesia atau yang
didirikan berdasarkan kerjasama (Joiny Venture) antara bank-bank pemerintah dan atau bank-bank dan
bank-bank dan atau lembaga keuangan luar negeri bukan
Bank di pihak lain.
Dan untuk Undang-Undang No. 7 tahun 1992, jenis Bank
dapat dibedakan menjadi :
1. Bank Umum
Adalah bank yang memmberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan
perhatian yang lebih besar kepada kegiatan masyarakat.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasionalnya dapat dilakukan
diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank
Komersil (Commercial Bank).
2. Bank Perkreditan Rakyat
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Kegiatan BPR hanya meliputi
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan
dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima
simpanan giro. Begitupula dalam hal jangkauan wilayah
tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal
awal Bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah
tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta
asing.
2. Dilihat dari segi statusnya
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
(Khasmir,2002:32)
2.2.2. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa latin “Creditium” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibekukan
oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok
kredit sebagai berikut : kredit adalah penyediaan uang atau yang
disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam
antarabank dengan lain pihak, peminjam berkewajiban melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang
telah ditentukan.
Selanjutnya pengertian kredit disempurnakan jagi dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, yang mendefinisikan
pengertian kredit adalah sebagai berikut : kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemeberian bunga. (Kasmir,
2003:102)
Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban
untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu
yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang. (Suyatno
dkk, 1999:13)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan
dangan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
pemberian bunga.
2.2.2.1.Fungsi Kredit
Dalam kehidupan perekonomian yang moern, bank memegang
peranan sangat penting. Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank
selalu diikut sertaan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang
moneter, pengawasan devisa, dan lain-lain. Hal ini antara lain
disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan kredit
yang diberikan oleh bank merupakan pengaruh yang sangat luas dalam
segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan antara lain sebagai berikut : (Harijanto, 1996 : 3)
a. Meningkatkan daya guna dari modal / uang
Yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung
meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan
untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya
selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga
keuangan.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang
Yaitu dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat
memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna
c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Yaitu kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel
maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.
d. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Yaitu setiap orang dapat selalu ingin meningkatkan usaha tersebut,
namun adakalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan
oleh karena itu bantuan kredit yang diberikan oleh pihak bank akan
dapat mengatasi kekurangan kemampuan para pengusaha di bidang
permodalan, sehingga para pengusaha dapat meningkatkan
usahanya.
e. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
Yaitu dalam keadaan kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada
usaha-usaha lain : mengendalikan inflasi, peningkatan ekspor, dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat
Yaitu dengan meningkatkan usaha dan pendirian proyek baru akan
membutuhkan tenaga kerja, dengan demikian akan memperoleh
pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian
proyek-proyek baru telah selesai,maka untuk pemerataan pendapatan akan
meningkat pula.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan kerja
sama di berbagai bidang antara si penerima kredit dan si pemberi
kredit.
(Kasmir, 2002:97)
2.2.2.2.Macam-Macam Kredit
Beragam jenis usaha menyebabkan baragam pula kebutuhan akan
dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga
menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang
diinginkan oleh nasabah.
Didalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara
umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai jenis. Secara umum
jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain :
1. Dilihat dari segi pembiayaan
a. Kredit Untuk Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dan operasionalnya, sebagai
contoh kredi modalkerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan
Kredit Kredit investasi investasi merupakan merupakan kredit jangka panjang yang kredit jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek / pabrik baru atau untuk keperluan
rentabilitas. Kredit investasi misalnya digunakan untuk
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa
pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan
dibutuhkan modal yang relatif besar pula. (Kasmir, 2003 : 109)
c. Personal Loan
Ada juga bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan
bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk
pemenuhan kebutuhan konsumtif, yaitu yang disebut sebagai
personal loan diatas. Kredit ini diberikan biasanya untuk pembelian alat-alat rumah tangga seperti televisi, lemari es,
kursi tamu, tempat tidur, alat-alat dapur, sampai dengan mobil
bahkan untuk pembelian rumah.
d. Non Cash Loan
Ada sejenis kartu kredit yang belum efektif dapat ditarik secara
tunai ataupun secara pemindah bukuan, tetapi di dalamnya
telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk melakukan
pembayaran dikemudian hari. Pembayaran baru akan dilakukan
oleh bank apabila transaksi yang akan dilakukan, direalisir atau
yang akan diperjanjikan menjadi efektif. (Muljono, 1989 : 28).
a) Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.
b) Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1-3 tahun dan biasanya
kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
c) Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang.
Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya adalah diatas
3-5 tahun
3. Dilihat dari segi jaminan
a) Kredit Dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan.
Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun
barang yang tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau
kredit tertentu jaminannya harus melebihi jumlah kredit yang
diajukan oleh si calon debitur
Merupakan kredit yang diberikan tanpa adanya jaminan barang
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon
debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
4. Dilihat Dari Sektor Usaha
a) Kredit Pertanian
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek
atau jangka panjang.
b) Kredit Peternakan
Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
c) Kredit Industri
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri,
baik industri kecil, industri menengah, maupun industri besar.
d) Kredit Pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk
mahasiswa.
e) Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan para
professional seperti dosen, dokter, atau pengacara.
Merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis
usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang,
seperti tambang emas, minyak ataupu timah.
g) Kredit Perumahan
Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu
panjang.
5. Dilihat dari segi tujuan kredit
a) Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik
yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian
akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan
akan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan
menghasilkan barang industri.
b) Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam
kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh
seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk
perumahan, kredit mobil pribadi, krdit perabotan rumah tangga,
c) Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangan seperti
untuk membelli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen
perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.
Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor. (Kasmir, 2003
: 109-112)
6. Dilihat dari besar kecilnya kredit
a) Kredit Usaha Kecil
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, Kredit Usaha Kecil
(KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi
atau modal kerja yang diberikan dalam Rupiah atau Valuta
Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimum Rp.500.000.000.00 untuk membiayai
usaha yang produktif.
b) Kredit Menengah
Kriteria kredit menengah adalah kegiatan usaha dengan omset
penjualan diatas Rp 1.000.000.000 sampai dengan Rp.
100.000.000.000 (Warta ekonomi No.49 tanggal 3 Mei 1993
usaha menengah adalah kredit yang besarnya diatas Rp.
500.000.000 sampai dengan Rp.50.000.000.000.
c) Kredit Besar
Kriteria usaha besar adalah kegiatan usaha dengan omset
penjualan diatas Rp.100.000.000.000. dengan kriteria tersebut,
maka kredit besar adalah kredit yang besarnya lebih dari
Rp.50.000.000.000. (Suhardjono, 2003 : 28-29).
2.2.2.3. Penilaian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus
merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit
tersebut disalurkan.
Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti
melaluigq-mP 9`UvX$
"çï‚QuŒ 1êÔzÄÔ[ ÚLÊ¡² xN‡
¹½.,6³ßÝ-Mý K)6ÚrNUW * êœ Yˆ‰ qÆÐ÷ïOI¨éwÞêÀ´Å1ßÜu6˜
þS{ÇiÖ-Ye<²fü\[Ñë 8 lé+{vyâ 5/”|Š¬p’D îYQ_Æñ1áX Ó ¬
rßè B 3îx—QÑ9JƒX/ Ùð,uT¹–
¢S9Ktø=®™‹ ŸÑ·µ¤-://‹>p^7»î«¦
#Œ”çÐmÞõ‚N7vövÃ~ÌŒ
)шZ+-4e) |Y ,`ñà d®²ª ú[# BÝiÉ{›ÌJ £8B.õào_*/â“ã
-Ø»úe§è§R; ‚2?Ÿ=ifÖ ®ÑàœÃ ¯-.·lrqºØ-$Pì 3U # ÿœµìƧ
sý“•úDaæ°š@cYëÃ
H \õƒ%L wn‘ (c%ã*ÂW;ô/¡t…^<7 ¼eú&@ ìCÔ3Ä2b
QÚµ± @¯*MÃû¿Ì¹ˆ&#ÄÿzŒ¿menjalankan kegiatan usahanya.
b. Capacity
Adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.
c. Capital
Jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.
Semakin kaya seseorang, ia semakin dipercaya untuk memperoleh
kredit sebab seorang debitur yang telah menanankan dananya
dalam proporsi yang besar dibandingkan dengan kredit yang
diperolehnya dari bank tertentu akan melakukan usahanya dengan
penuh dan biasanya berhasil. Kemampuan modal sendiri akan
merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan
dari luar dan justru terjadi sebaliknya bagi calon debitur yang tidak
memilliki modal sendiri yang besar.
Barang-barang jaminan yang diserahkan oleh pemimpin atau
debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya, sebagai
pengaman apabila usaha yamg dibiayai dengan kredit tersebut
gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi
kreditnya dari hasil usahanya yang normal.
e. Condition of Economy
Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain
yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat
maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinan akan dapat
mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang
memperoleh kredit. (Mulyono, 1993 : 11)
f. Constraints
Yaitu tambahan C dari 5C harus dijadikan pertimbangan dalam
penilaian dalam pemberian kredit dalam hal ini adalah prinsip
constraints atau adanya hambatan atas pemanfaatan kredit tersebut
ada dilokasi yang tidak disukai masyarakat yang ada disekitar
lingkungan proyek yang dibiayai oleh kredit tersebut.
(Harijanto,2002:86)
2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit berdasarkan
atas kepercayaa sehingga demikian pemberian kredit merupakan
memberikan, kalau betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu
dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dengan
demikian dapat disimpulkkkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam
kredit adalah :
1. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar- benar
diterima kembali dimasa tertentu dan dimasa yang akan datang.
2. Kesepakatan, yaitu suatu kesepakatan antara si pemberi kredit
dengan si penerima kredit.
3. Jangka waktu, yaitu kredit yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang
telah disepakati.
4. Resiko, yaitu suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian
kredit.
5. Balas jasa, yaitu merupakan keuntungan antara pembeli suatu kredit
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.
(Kasmir, 2003 : 103)
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut
didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.
Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar
kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan
dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan
memperluaskan usahanya.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit
berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan
bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan
membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot
tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa
sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan
jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam
negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat
menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dan kredit yang
dibiayai untuk keperluan ekspor. ( Kasmir,2002:95)
2.2.2.6. Manfaat Perkreditan
Manfaat yang dapat diambil dalam melakukan perkreditan ditinjau
dari kepentingan masyarakat luas, yaitu antara lain:
1. Dengan adanya kelancaran dari proses perkeriditan diharapkan
akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
membuka lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan
2. Untuk beberapa golongan profesional seperti konsultan, akuntan
publik, notaris, dan lain-lain akan banyak menikmati manfaat
dalam proses pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya.
3. Para pemilik dana yang disimpan di bank berharap yang
dimilikinya dapat diterima kembali secara utuh beserta bunganya.
4. Dari Masyarakat pengusaha akan sangat berkepentingan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dengan cara yang mudah,
cepat, dan dengan biaya yang relatif murah.
5. Bagi para pengelola pasar modal, maka kebijaksanaan perkreditan
terutama kebijaksanaan tentang suku bunga kredit akan sangat
bermanfaat dalam penyusunan perencanaan kegiatannya karena
merupakan produk substitusi satu sama lainnya.
6. Dengan semakin banyaknya proyek dan perusahaan yang dibuka
karena memperoleh fasilitas kredit sudah tentu akan menyerap
banyak tenaga kerja baru.
2.2.2.7. Kredit Modal Kerja
Modal mempunyai peran yang penting dalam pembangunan
ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya
pemberian modal yang cukup maka dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas. Dengan kata lain, pemberian modal atau
kredit akan memungkinkan perusahaan, perusahaan tersebut terus
kerja lebih banyak, sehingga taraf hidup masyarakat bisa lebih
ditingkatkan. (Todaro, 1993 : 291).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap usaha atau
perusahaan selalu membutuhkan modal terutama modal kerja yang
digunakan untuk pembelian operasinya sehari-hari, misalnya untuk
memberikan persekot, pembelian bahan mentah, membayar uang
buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya.
2.2.2.8. Pengertian Kredit Modal Kerja
1. Menurut Keputusan Presiden No 29 / 1989
Kredit modal kerja adalah pemberian kredit modal kerja kepada
pemborong atau rekan yang tergolong pengusaha golongan ekonomi
lemah, memperoleh kontrak pemberian yang sumber daya dan
pembiayaannya berasal dari APBD, APBN, BUMN dan bank-bank
pemerintah (Suyatno, 1993 : 50).
2. Menurut Suhardjono
Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan yang pada umumnya
berjangka waktu pendek, maksimal 1 tahun (Suhardjono, 2003 :
287).
3. Menurut Kasmir (2003 : 19)
Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk keperluan
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan
oleh bank kepada debiturnya untuk meningkatkan produksi dalam
operasionalnya dan untuk memenuhi kebutuhan modal habis dalam
satu siklus usahanya.
2.2.2.9. Jenis-Jenis Kredit Modal Kerja
Mengenai jenis-jenis kredit modal kerja, W.B taylor
menggolongkannya dalam : (Riyanto, 1990 : 54).
a. Kredit modal kerja variabel ( variabel working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah dengan perubahan keadaan dan
modal kerja ini dibedakan antara lain :
1. Modal kerja siklus ( cyclical working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konjungtur.
2. Modal kerja musiman ( seasonal working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi musim.
3. Modal kerja darurat (emergency working capital) yait modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya
pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
b. Kredit modal kerja permanent ( permanent working capital ) yaitu kredit modal kerja yang tetap ada pada perusahaan untuk
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain kredit modal kerja yang
secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usahanya.
Permanent working capital ini dibedakan dalam :
1. Modal kerja primer ( Primary Working Capital ) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin konstribusi usahanya.
2. Modal kerja normal ( Normal Working Capitall ) yaitu modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi
yang normal
2.2.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana
untuk jangka waktu tertentu atau juga bisa dipandang sebagai sewa
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. (Boediono,1992 :34 )
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir,
2004 : 121).
Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit
yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa
Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan. (Boediono, 2000 : 76). Suku bunga adalah harga yang
dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit atas pinjaman
yang diberikan dari tabungannya. (Diulio, 1999 : 42).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah
balas jasa yang diberikan Bank kepada nasabah baik nasabah yang
mempunyai simpanan maupun yang memperoleh pinjaman kredit.
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana
untuk jangka waktu tertentu atau juga bisa dipandang sebagai sewa
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. (Boediono,1992 :34 )
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2004 : 121).
Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit
yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang.
(Harijanto, 2002 : 99).
Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan. (Boediono, 2000 : 76). Suku bunga adalah harga yang
dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit atas pinjaman yang
diberikan dari tabungannya. (Diulio, 1999 : 42).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah balas
jasa yang diberikan Bank kepada nasabah baik nasabah yang mempunyai
2.2.3.1. Tingkat suku bunga kredit
Menurut Sinungan, bunga atas kredit adalah “Kontra Prestasi” atau
penyerahan uang dengan demikian yang dimaksud tingkat suku bunga
kredit adalah jumlah ganti kerugian atau balas jasa atas penggunaan uang
oleh nasabah. (Sinungan, 1998 : 42)
Dalam penetapan suku bunga kredit kepada pemohon kredit, bank telah
memperhitungkan besarnya resiko kredit (Risk Cost) dalam komponen suku bunga kredit tersebut. Besarnya suku bunga kredit tergantung pada
pengalaman masing-masing bank. Penetapan tingkat suku bunga kredit
ini dimaksudkan untuk menyerap kerugian bank akibat kegagalan /
kerugian dalam pemberian kredit yang normal. (Suhardjono, 2003 : 95).
2.2.3.2. Komponen Yang Menentukan Bunga Kredit
Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan
dibebankan kepada debitur. Komponen-komponen tersebut yaitu :
1. Total Biaya Dana (Cost of Fund).
Merupakan biaya untuk memperoleh simpanan setelah ditambah
dengan cadangan wajib (reserve requirement) yang ditetapkan pemerintah.
2. Laba yang diinnginkan.
Merupakan laba atau keuntungan yang ingin diperoleh oleh bank
yang biasanya dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba
3. Cadangan resiko macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang diberikan,
karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko
tidak terbayar.
4. Biaya Operasi
Merupakan biaya yang diperoleh oleh bank dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya yang terdiri dari biaya gaji, biaya
administrasi, biaya pemeliharaan dll.
5. Pajak
Yaitu pajak yang dibebankan oleh pemerintah kepada bank
memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. (Kasmir, 2003 :
137).
2.2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya
penetapan suku bunga adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan
bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga
pinjaman.
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor
promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan
pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target Laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal inidisebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang, demikian pula sebaliknya.
6. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan.
7. Produk yang Kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
8. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama
9. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima
kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik
dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya
terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun juga berbeda,
demikian pula sebaliknya.
(Kasmir 2002:122)
2.2.3.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit dengan Kredit Modal Kerja
a. Teori Klasik tentang tingkat suku bunga
Menurut Teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat
suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi
pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat
suku bunga yang lebih tinggi masyarakat terdorong untuk
mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna
menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat
suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga , maka keinginan
untuk melakukan investasi juga makin kecil, sebab tingkat
pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar. Tingkat
suku bunga dalam keadaan seimbang(artinya tidak ada dorongan
untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung
masyarakat sama dengan keinginan keinginan pengusaha
Gambar 1 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga Tingkat Suku Bunga
I
S1 S E1
E2 E0
0 I0 I2 I1
Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan r2
r0 r1
I1
Sumber : Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi II
Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 383.
Kurva S adalah kurva penawaran dana modal (tabungan) dan I
adalah kurva permintaan dana modal (investasi). Keseimbangan
tercapai pada titik Eo dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana
modal yang akan diinvestasikan sebesar 0I0 dan tingkat bunga
sebesar 0r0. Kalau dimisalkan permintaan dana modal berubah
menjadi 0I1, sedangkan penawaran modal tetap sebesar S,
keseimbangan berpindah ke E1 yang berarti tigkat bunga naik dari
0r0 menjadi 0r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0Io
menjadi 0I1. Dan apabila permintaan dana modal tetap sebesar I,