BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan teori yang
diadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA) yang
dipekenalkan oleh Fishbein pada tahun 1980 dan diusulkan oleh Davis
(1989). Model TAM bertujuan untuk menjelaskan mengenai
faktor-faktor utama dari perilaku pemakai teknologi informasi terhadap
penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. TAM
merupakan model yang paling banyak digunakan dalam memprediksi
penerimaan teknologi informasi.
Technology Acceptance Model (TAM) mendefinisikan dua persepsi
dari pemakai teknologi yang memiliki suatu dampak pada penerimaan
mereka. TAM menekankan pada persepsi pemakai tentang “bagaimana
kegunaan sistem untuk saya” dan “semudah apakah sistem ini
digunakan” adalah dua faktor kuat yang mempengaruhi penerimaan atas
teknologi dan merupakan determinan fundamental dalam penerimaan
pemakai. Model ini menempatkan faktor sikap dan tiap-tiap perilaku
pemakai dengan dua variabel yaitu kemanfaatan (usefulness) dan
Reaksi dan persepsi pengguna teknologi dapat mempengaruhi
sikapnya dalam penerimaan penggunaan teknologi informasi, yaitu salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi pemakai atas
kemanfaatan dan kemudahan penggunaan teknologi informasi sebagai
suatu tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi
informasi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan
kemudahan penggunaan teknologi informasi menjadikan tindakan orang
tersebut dapat menerima penggunaan teknologi informasi (Kholis, 2002).
Kesimpulannya bahwa model TAM dapat menjelaskan bahwa
persepsi pemakai akan menentukan sikapnya dalam penerimaan
penggunaan teknologi informasi. Jogiyanto (2007) juga menyatakan
bahwa TAM yang orisinil sesungguhnya menyatakan bahwa penerimaan
pemakai itu ditentukan oleh dua hal yaitu kesadaran akan kegunaan
(perceived usefulness) dan kesadaran akan kemudahan dari penggunaan
(perceived ease of use).
Dengan demikian model TAM yang telah banyak digunakan dalam
penelitian keperlakuan tersebut akan digunakan dalam penelitian ini
dengan mengambil dua konstruk persepsi, yaitu kegunaan/kemanfaatan
2. Task Technology Fit (TTF)
Task Technology Fit (TTF) dikembangkan oleh Goodhue dan
Thompson (1995). Task Technology Fit (TTF) menjelaskan bagaimana
teknologi berdampak terhadap individu dalam membantu mengerjakan
tugas. TTF berpegang bahwa teknologi memiliki dampak positif terhadap
kinerja individu dan dapat digunakan apabila kemampuan teknologi
tersebut cocok dengan tugas yang harus dihasilkan oleh pengguna.
Task technology Fit (TTF) merupakan korespondensi antara tugas,
kemampuan individu, dan fungsi teknologi. Artinya bahwa kemampuan
individu dalam menyelesaikan tugas tersebut didukung adanya fungsi
dari teknologi. Keberhasilan sistem suatu perusahaan bergantung pada
pelaksanaan sistem tersebut, kemudahan bagi pemakai, dan pemanfaatan
teknologi yang digunakan (Goodhue dan Thomson, 1995). Pemakai akan
memberikan nilai evaluasi yang positif bukan hanya karena karakteristik
yang melekat pada sistem tersebut, tetapi juga sejauh mana sistem
tersebut dapat memenuhi kebutuhaan tugas pemakai.
Teori Task Technology Fit (TTF) memformulasikan suatu
teknologi yang mempertimbangkan keamanan dan kerahasiaan
cenderung dipilih karena sesuai dengan kebutuhan keamanan dan
kerahasiaan dalam melaksanakan pekerjaan (Dharma dan Noviari, 2016).
Dalam konteks e-filing tingkat keamanan dan kerahasiaan merupakan
manfaat positif yang diberikan e-filing sehingga berpengaruh terhadap
berkelanjutan. Dengan demikian model TTF akan peneliti pakai dalam
penelitian ini dengan dengan mengambil satu kontruksi persepsi yaitu
keamanan dan kerahasiaan.
3. Sistem Teknologi Informasi
Pada awalnya teknologi informasi dikenal dengan istilah sistem
informasi manajemen. Sistem informasi manajemen merupakan
sistem-sistem informasi fungsional, yaitu sistem-sistem-sistem-sistem yang diterapkan pada
fungsi-fungsi informasi (Jogiyanto, 2005:2). Pada dasarnya sistem
informasi manajemen merupakan pengaplikasian teknologi komputer
pada sistem infomasi fungsional yang dianggap dapat memberikan nilai
tambah untuk organisasi.
Saat ini sistem informasi manajemen sudah berbasis komputer
sehingga muncul beberapa istilah baru yang banyak digunakan untuk
menggantikan istilah sistem informasi manajemen, antara lain sistem
informasi (Information System). Sistem informasi juga disebut dengan
sistem teknologi informasi (Information Technology System) karena
dalam sistem informasi digunakan teknologi informasi (Jogiyanto,
2005:4).
Menurut Hariningsih (2005) sistem informasi sebagai suatu sistem
yang terdiri dari komponen informasi antara lain hardware, software,
manusia, data dan prosedur. Berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah prosedur yang
mengolah informasi tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusan
organisasi. Sistem informasi dapat diterapkan secara internal dan
eksternal perusahaan. Secara eksternal sistem informasi yang ada dapat
ditarik keluar menjangkau ke pelanggan (Jogiyanto, 2005:219).
Dalam perpajakan bentuk dari penerapan sistem informasi adalah
penerapan layanan pelaporan SPT secara online (e-filing). Dalam
penerapan e-filing banyak menggunakan aplikasi teknologi baik dalam
bentuk perangkat keras (hardware) seperti komputer, dan perangkat
lunak (software) seperti jaringan internet dan piranti-piranti yang mampu
meningkatkan aktifitas perpajakan dan wajib pajak sebagai pengguna.
4. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat pemberitahuan tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk memberitahukan data pajak yang relevan, perhitungan
penghasilan kena pajak, dan akhirnya jumlah pajak yang terutang dalam
satu tahun pajak. Ragam Surat Pemberitahuan Tahunan yang saat ini
dipakai untuk administrasi perpajakan adalah sebagai berikut :
a. 1770 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan dari
pekerjaan bebas)
b. 1770S (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan hanya
dari satu pemberi kerja)
c. 1770SS (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu Tahun Pajak
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan hanya
dari satu pemberi kerja, dan maksimum penghasilan adalah 60 juta
rupiah setahun)
d. 1721 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besaranya Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26 yang telah
dipotong oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 21 dan atu PPh Pasal 26)
e. 1771 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu Tahun Pajak
oleh Wajib Pajak Badan).
5. E-Filing
E-filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara
elektronik yang dilakukan secara online dan realtime melalui internet
pada website Direktorat Jenderal Pajak atau Penyedia Layanan SPT
Elektronik atau Application Service Provider (ASP). Online berarti
bahwa wajib pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja
dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari
data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar
sampai dikirim secara elektronik (Noviandini, 2012).
Pelaksanaan e-filing telah sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. Per-03/PJ/2015 Tentang Penyampaian Surat
Pemberitahuan Elektronik yang menyatakan:”bahwa dalam rangka
menyesuaikan sistem administrasi perpajakan dengan perkembangan
teknologi informasi serta untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib
Pajak, perlu diberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam
penyampaian Surat Pemberitahuan; bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan dalam rangka melaksanakan
ketentuan Pasal 26 huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor
243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT), perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Penyampaian
Surat Pemberitahuan Elektronik”.
Selain melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id), penyampaian SPT secara online juga dapat melalui
Application Service Provider (ASP). Application Service Provider (ASP)
adalah perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh DJP
sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT secara
elektronik ke DJP (Diana dan Setiawati, 2009:133). Perusahaan penyedia
jasa aplikasi (ASP) harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Berbentuk badan
3. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
4. Menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak
Ada empat Application Service Provider (ASP) yang telah ditunjuk
oleh Direktorat Jenderal Pajak yaitu :
1. www.spt.co.id
2. www.pajakku.com
3. www.eform.bri.co.id
4. www.online-pajak.com
Sebelum melakukan penyampaian dan atau perpanjangan SPT
tahunan secara e-filing melalui ASP, wajib pajak terlebih dahulu
mengajukan permohonan untuk memperoleh E-FIN. Electronic Filing
Identificatian Number (E-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan
oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib
Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-filing.
Berikut ini merupakan prosedur cara mendapatkan E-FIN, dan juga cara
penggunaan e-filing :
1. Wajib pajak mengajukan permohonan untuk memperoleh E-FIN ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau secara
online melalui website Direktorat Jenderal Pajak.
2. Jika pendaftaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat
formulir, Nama dan NPWP sesuai dengan Master File Wajib Pajak,
menunjukan asli kartu identitas diri, surat kuasa dan fotokopi
identitas Wajib Pajak bila dikuasakan yang kemudian E-FIN akan
dikirim langsung ke Wajib Pajak atau kuasanya selama 1 hari kerja.
3. Jika pendaftaran dilakukan secara online melalui website Direktorat
Jenderal Pajak, maka Wajib Pajak diminta melakukan pengisian
formulir secara online yang kemudian E-FIN dikirim ke alamat
Wajib Pajak yang sesuai dengan Master File Wajib Pajak yang
dikirim melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir
selama 3 hari kerja sejak proses pengiriman.
4. Setelah Wajib Pajak mendapatkan E-FIN, Wajib Pajak mendaftarkan
diri sebagai Wajib Pajak e-filing paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak terbitnya E-FIN dengan cara :
a. Buka menu e-filing di situs DJP www.pajak.go.id
b. Masukan NPWP dan E-FIN
c. Isikan data email, nomor handphone, dan password
d. Lakukan konfirmasi balasan pada email atau handphone
e. Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Wajib Pajak tidak
mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-filing maka Wajib
Pajak dapat mengajukan kembali permohonan E-FIN secara
online melalui website Direktorat Jenderal Pajak atau secara
5. Menyampaikan SPT Tahunan secara e-filing
melaluiwww.pajak.go.id :
a. Login aplikasi e-filing menggunakan email sebagai username
dan password
b. Mengisi e-SPT dengan benar, lengkap dan jelas
c. Meminta kode verikasi untuk penyampaian SPT
d. Menandatangani e-SPT dengan mengisi kode verifikasi
e. Mengirim e-SPT secara e-filing melalui www.pajak.go.id
f. Menerima verifikasi melalui email atau SMS
g. Menerima bukti penerimaan elektronik
Dengan menggunakan e-filing pelaporan SPT tidak memerlukan
banyak waktu karena wajib pajak tidak perlu antri di Kantor Pelayanan
Pajak karena bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun selama 24 (dua
puluh empat) dan 7 (tujuh hari). Dengan demikian, Surat Pemberitahuan
yang disampaikan secara elektronik (e-filing) pada akhir batas waktu
penyampaian Surat Pembeitahuan yang telah jatuh pada hari libur,
dianggap disampaikan tepat waktu. Dalam e-filing juga tidak diperlukan
dokumen fisik berupa kertas-kertas karena semua dokumen dikirim
dalam bentuk dokumen elektronik sehingga mengurangi beban dalam
proses administrasi pelaporan perpajakan. E-filing menjamin
keamanandan kerahasiaan data, karena data disimpan dalam sistem
6. Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi
didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.
Persepsi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor personal dan faktor
situasional. Faktor personal meliputi sikap, motivasi, kepercayaan,
pengalaman dan penghargaan, sedangkanfaktor situasional meliputi
waktu, keadaan sosial dan tempat kerja.
Menurut Siegel dan Marcony (1989, dalam Noviandini, 2012)
persepsi adalah bagaimana seseorang melihat atau mengintepretasikan
suatu kejadian, obyek dan manusia. Individu bertindak berdasarkan
kepada persepsinya tanpa memperhatikan akurat atau tidak persepsi
tersebut dalam menggambarkan kenyataan.Noviandini (2012) pesepsi
merupakan aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian dan
pendapat terhadap suatu objek berdasarkan informasi yang diterima.
Persepsi dalam penelitian ini adalah suatu proses penilaian seseorang
terhadap sistem e-filing.
a. Persepsi Kemanfaatan
Persepsi kemanfaatan adalah tingkat sejauh mana seseorang
yakin bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan
kinerjanya (Jogiyanto, 2007). Bagi pengguna persepsi kemanfaatan
sistem berkitan dengan produktifitas dan efektifias sistem tersebut
Menurut Chin dan Todd (1995, dalam Noviandini,2012)
persepsi kemanfaatan dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1) persepsi
kemanfaatan dengan estimasi satu faktor, dan (2) persepsi
kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan
efektifitas). Persepsi kemanfaatan dengan estimasi satu faktor
meliputi dimensi:
a) Menjadikan pekerjaan lebih mudah
b) Bermanfaat
c) Menambah produktifitas
d) Mempertinggi efektifitas
e) Mengembangkan kinerja pekerjaan
Dan persepsi kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi
menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan
dimensi-dimensi masing-masing yang dikelompokan sebagai
berikut:
a) Kemanfaatan meliputi dimensi : menjadikan pekerjaan lebih
mudah, bermanfaat, menambah produktifitas.
b) Efektifitas meliputi dimensi : mempertinggi efektifitas,
mengembangkan kinerja pekerjaan.
Dalam penelitian ini persepsi kemanfaatan diartikan sebagai
seberapa besar manfaat yang diperoleh oleh wajib pajak dalam
pajak dalam menggunakan e-filing. Pada penelitian ini indikator
yang digunakan meliputi (1) Mengembangkan kinerja, (2) Manfaat
sistem, (3) Menambah produktifitas, (4) Mempertinggi efektifitas.
b. Persepsi Kemudahan
Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem
tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui
kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut
(Noviandini, 2012). Suatu teknologi dikatakan mudah bukan hanya
mudah untuk dipahami tetapi juga mudah untuk digunakan. Davis
(1989) mengungkapkan kemudahan yang dipersepsikan adalah
tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu sistem
tertentu dapat menjadikan orang tersebut bebas dari usaha (free of
effrot). Bebas dari usaha yang dimaksud adalah bahwa saat
seseorang menggunakan sistem, ia hanya memerlukan sedikit waktu
untuk mempelajari sistem tersebut karena sistem tersebut sederhana,
tidak rumit, mudah dipahami, dan sudah dikenal (familiar).
Venkatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi persepsi
kemudahan penggunaan menjadi berikut :
a. Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti /
dipahami.
b. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan
sistem tersebut.
d. Mudah mengoprasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin
individu kerjakan (fleksibel).
Berdasarkan pengertian diatas, persepsi kemudahan
penggunaan merupakan keyakinan atau penilaian sesorang bahwa
sistem informasi (e-filing) mudah dimengerti dan mudah digunakan.
Menurut Amijaya (2010, dalam Wibisono dan Toly, 2014) persepsi
kemudahan ini akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi
persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem,
semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi.
Sebaliknya semakin rendah persepi seseorang tentang kemudahan
menggunakan sistem, semakin rendah pula tingkat pemanfaatan
teknologi informasi. Sehingga indikator persepsi kemudahan
meliputi (1) Fleksibilitas, (2) Mudah dipahami, (3) Mudah
digunakan, dan (4) Mudah untuk berinteraksi.
c. Keamanan dan Kerahasiaan
Keamanan sistem informasi adalah manajemen pengelolaan
keamanan yang bertujuan mencegah, mengatasi, dan melindungi
berbagai sistem informasi dari resiko terjadinya tindakan ilegal
seperti penggunaan tanpa izin, penyusupan, dan pengrusakan
terhadap berbagai informasi yang dimiliki, sedangkan kerahasiaan
adalah praktik pertukaran informasi yang eksklusif dimana hanya
2012). Menurut Wibisono dan Toly (2014) keamanan dan
kerahasiaan adalah seberapa kuatnya perangkat teknologi untuk
menjaga keamanan dan kerahasiaan data Wajib Pajak.
Hamlet dan Strube (2000, dalam Dharma dan Noviari, 2016)
mengemukakan bahwa keamanan dan kerahasiaan yaitu keamanan
sebagai penggunaan sistem informasi itu aman, resiko kehilangan
data atau informasi sangat kecil, dan resiko pencurian rendah
sedangkan kerahasiaan apabila ada jaminan kerahasiaan segala hal
yang berkaitan dengan informasi pribadi pengguna. Sistem informasi
yang baik adalah sistem informasi yang keamanannya dapat
diandalkan. Artinya pihak lain tidak dapat mengakses data pengguna
secara bebas.Dengan demikian indikator penelitian ini meliputi (1)
resiko pengguna berkaitan dengan resiko terhadap pihak luar
(hacker), (2) Penyimpanan data berkitan dengan resiko terhadap
pihak dalam (pegawai pajak), dan (3) Kemampuan e-filing berkaitan
dengan kemampuan sistem dalam mengantisipasi masalah-masalah
terkait data.
d. Kepuasan Penggunaan
Kepuasan penggunaan adalah perasaan senang atau tidak
senang dalam menerima sistem informasi dari keseluruhan manfaat
yang diharapkan seseorang dimana perasaan tersebut dihasilkan dari
interaksi dengan sistem informasi (Seddon dkk, 1994). Menurut
jauh informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan yang
mereka butuhkan.
Kepuasan penggunaan digunakan untuk menggambarkan
keselarasan antara harapan seseorang dan hasil yang diperoleh dari
adanya suatu sistem, dan orang tersebut turut berpartisipasi
didalamnya. Suatu sistem dikatakan gagal apabila tidak dapat
memenuhi harapan pengguna.
McGill, dkk (2003) melakukan pengujian empiris terhadap
keseluruhan dimensi dalam model keberhasilan sistem informasi dari
DeLone dan McLean (1992). Mereka melakukan pengujian terhadap
lingkungan user yang sekaligus juga menjadi developer system. Dan
hasil pengujian menunjukan bahwa kepuasan pengguna akhir suatu
sistem informasi memainkan peranan yang signifikan dalam
menentukan penggunaan sistem aplikasi. Dalam mengukur kepuasan
penggunaan mereka menggunakan 3 indikator pengukuran yaitu
efisiensi sistem, keefektifan sistem, dan kepuasan.
Kepuasan sering dipakai sebagai tolak ukur kesuksesan sebuah
sistem informasi. Sistem informasi memerlukan beberapa indikator
untuk mengukur kepuasan penggunaan sistem e-filing. Dalam
penelitian ini, variabel ini diukur dengan indikator McGill, dkk
(2003) yang terdiri dari 3 item yaitu efisiensi sistem, keefektifan
sistem, dan kepuasan, dengan menambahkan indiktor lain yaitu
Indikator kebanggaan ditambahkan karena ketika seseorang bangga
terhadap suatu sistem berarti orang tersebut merasa puas telah
menggunakan sistem tersebut. Indikator diperlukan karena kepuasan
penggunaan merupakan variabel lain yang tidak dapat diukur secara
langsung. Indikator penelitian ini meliputi (1) efisiensi sistem, (2)
keefektifan sistem, (3) kepuasan (rasa puas), dan (4) kebanggaan
menggunakan sistem.
7. Perilaku Penggunaan E-filing
Penggunaan sistem merupakan perilaku yang tepat untuk mengukur
kesuksesan suatu sistem informasi yang diterapkan oleh suatu organisasi
(Seddon dkk, 1994). Penggunaan sistem informasi memperlihatkan
bagaimana keputusan pengunaan sistem informasi oleh pengguna.
Menurut Jogiyanto (2007) dalam konteks pengunaan sistem teknologi
informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya (actual
use) dari teknologi.
Variabel penggunaan (use) banyak digunakan untuk mengukur
apakah fungsi suatu sistem informasi secara keseluruhan dapat digunakan
untuk tujuan khusus. Hal ini berkaitan dengan tujuan khusus sistem
e-filing yaitu dapat digunakan untuk melaporkan pajak secara online dan
realtime. E-filing juga diciptakan dengan tujuan memberi keuntungan
dan kemudahan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Wajib Pajak.
Dengan adanya e-filing wajib pajak mendapatkan keuntungan yaitu
tanpa perlu mengkhawatirkan jam kerja operasional kantor pajak karena
wajib pajak dapat menggunakan e-filing tanpa perlu datang ke kantor
pajak (Noviandini, 2012). Keberhasilan sistem e-filing dipengaruhi oleh
sikap para wajib pajak dalam menerima sistem tersebut. Apabila wajib
pajak tidak bersedia menerima e-filing, maka e-filing tidak dapat
memberikan manfaat yang maksimal kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Pengukuran penggunaan didasarkan pada frekuensi penggunaan.
Intensitas atau frekuensi dalam pengunaan e-filing merupakan ukuran
berapa sering wajib pajak melakukan pelaporan SPT menggunakan
e-filing. Kenyamanan yang dirasakan wajib pajak dalam menggunakan
e-filing mempengaruhi intensitas penggunaan e-filing. Berdasarkan
kajian diatas maka indikator yang digunakan dalam mengukur
penggunaan sistem adalah frekuensi penggunaan sistem e-filing.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil peneltian terdahulu tentang e-filing adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Wibisono dan Toly (2014)
Keamanan dan
kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan,
serta persepsi
kemudahan.
Keamanan dan kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan, serta
persepsi kemudahan
mempengaruhi minat wajib pajak dalam penggunaan e-filing.
2. Noviandini (2012) Persepsi
kebermanfaatan,
dan kepuasan penggunaan.
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
penggunaan e-filing.
3. Ermawati dan
Delima (2016)
Persepsi kemudahan penggunaan, persepsi
kegunaan, dan
pengalaman.
Persepsi kemudahan
penggunaan, persepsi
kegunaan, dan pengalaman berpengaruh terhadap minat
wajib pajak dalam
menggunakan e-filing
4. Dharma dan
Noviari (2016)
Pesepsi kegunaan, pesepsi kemudahan,
keamanan dan
kerahasiaan, serta kesiapan teknologi informasi.
Pesepsi kegunaan, pesepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, serta kesiapan
teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku penggunaan e-filing.
5. Wowor, dkk (2014) Persepsipengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, serta persepsi kecepatan
Persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, serta persepsi kecepatan berpengaruh terhadap perilaku penggunaan e-filing
6. Laihad (2013) Persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan, dan sikap wajib pajak
Persepsi kegunaan dan
persepsi kemudahan
berpengaruh signifikan
terhadap penggunaan e-filing. Sikap terhadap perilaku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan e-filing.
7. Tallaha, dkk
(2014)
Persepsi
kemanfaatan, persepsi kemudahan, persepsi
norma subjektif,
tingkah laku, dan pengetahuan
perpajakan.
Persepsi kemanfaatan,
persepsi kemudahan, dan persepsi norma subjektif berpengaruh positif tehadap
penggunaan e-filing.
C. Kerangka Pemikiran
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik
yang dilakukan secara online dan realtime melalui website Direktorat
Jenderal Pajak atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider
(ASP). Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalu
internet, sedangkan realtime berarti konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat Pemberitahuan
(SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara
elektronik.Oleh karena itu, wajib pajak tidak perlu lagi melakukan pencetakan
semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual.
Wajib Pajak yang menggunakan e-filing untuk pelaporan SPT dari
tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi peningkatan tersebut masih
sangat jauh jika dibandingkan dengan pelaporan SPT secara manual. Hal ini
terjadi dikarenakan masih banyak wajib pajak yang belum paham tentang
pengoperasian e-filing dan kemampuan wajib pajak untuk menggunakan
e-filing masih minim (Noviandini, 2012).
Persepsi kemanfaataan dari penggunaan e-filing akan mempengaruhi
tingkat perilaku penggunaan e-filing. Semakin besar manfaat yang dirasakan
oleh wajib pajak dari penggunaan e-filing, maka semakin tinggi pula tingkat
perilaku penggunaan e-filing. Persepsi kemudahan juga akan mempengaruhi
tingkat perilaku penggunaan e-filing. Semakin mudah e-filing di mengerti dan
dioperasikan berpengaruh pada semakin seringnya layanan e-filing tersebut
mempengaruhi tingkat perilaku penggunaan e-filing. Semakin tinggi tingkat
keamanan dan kerahasiaan sistem e-filing, maka semakin besar pula tingkat
kepercayaan wajib pajak untuk menggunakan e-filing. Kepuasan penggunaan
juga akan mempengaruhi tingkat perilaku penggunaan e-filing. Ketika wajib
pajak merasa puas atas sistem e-filing maka sistem e-filing akan dilakukan
terus-menerus sehingga perilaku penggunaan (use) sistem e-filing tersebut
dapat meningkat.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukan pengaruh
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini meliputi persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, keamanan
dan kerahasiaan, serta kepuasan wajib pajak. Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan e-filing. Kerangka teoritis
untuk mengembangkan hipotesi dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Persepsi Kemanfaatan (X1)
Persepsi Kemudahan (X2)
Keamanan dan Kerahasiaan (X3)
Kepuasan Wajib Pajak (X4)
D. Hipotesis
1. Pengaruh Persepsi Kemanfaatan terhadap Perilaku Penggunaan E-filing
Persepsi kemanfaatan adalah tingkat sejauh mana seseorang yakin
bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan kinerjanya
(Jogiyanto, 2007:114). Persepsi kemanfatan akan berpengaruh terhadap
perilaku, semakin tinggi persepsi kemanfaatan seseorang dalam
menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat penggunaan teknologi
informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviandini (2012) menunjukan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi
kemanfaatan terhadap penggunaan e-filing. Artinya adalah persepsi
kemanfaatan mempengaruhi tingkat penggunaan e-filing. Semakin tinggi
tingkat kemanfaatan filing, maka wajib pajak sering menggunakan
e-filing. Wibisono dan Toly (2014) menemukan hubungan positif dan
signifikan antara persepsi kegunaan terhadap penggunaan e-filing. Hasil
penelitian Laihad(2013) menunjukan hubungan positif dan signifikan
antara persepsi kegunan terhadap penggunan e-filing. Jika nilai variabel
persepsi kegunaan meningkat, maka akan berdampak pada meningkatnya
nilai dari variabel perilaku penggunaan e-filing.Berdasarkan uraian
H1 : Terdapat pengaruh positif persepsi kemanfaatan terhadapperilaku penggunaan e-filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi di Purbalingga
2. Pengaruh Persepsi Kemudahan terhadap Perilaku Penggunaan E-filing
Persepsi kemudahan dalam penggunaan sebuah teknologi diartikan
sebagai suatu ukuran dimana seorang individu percaya bahwa sistem
teknologi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan Davis (1989,
dalam Desmayanti 2012). Suatu sistem yang berkualitas adalah sistem
yang dirancang untuk memenuhi kepuasan penggunaan melalui
kemudahan dalam menggunakan sistem tersebut. Kemudahan yang
dimaksud bukan hanya kemudahan dalam mempelajari dan
menggunakan akan tetapi juga mempermudah dalam melakukan suatu
pekerjaan atau tugas. Persepsi kemudahan akan berpengaruh terhadap
perilaku, semakin tinggi persepsi kemudahan sesorang dalam
menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat penggunaan teknologi
informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviandini (2012) menunjukan
bahwa terdapat pengaruh positif persepsi kemudahan penggunaan
terhadap penggunaan e-filing. Artinya adalah persepsi kemudahan
mempengaruhi tingkat penggunaan e-filing. Semakin tinggi tingkat
kemudahan e-filing, maka semakin tinggi pula penggunaan e-filing oleh
Delima (2016) bahwa perepsi kemudahan penggunan berpengaruh positif
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Laihad (2013)
juga membuktikan bahwa persepsi kemudahan secara signifikan
berpengaruh terhadap penggunan e-filing. Jika nilai variabel persepsi
kemudahan meningkat, maka akan berdampak pada meningkatnya nilai
dari variabel perilaku penggunaan e-filing. Berdasarkan uraian tersebut,
maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H2 : Terdapat pengaruh positif persepsi kemudahan terhadap perilaku penggunaan e-filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi di Purbalingga
3. Pengaruh Keamanan dan Kerahasiaan terhadap Perilaku Penggunaan
E-filing
Keamanan dan kerahasiaan adalah seberapa kuatnya perangkat
teknologi untuk menjaga keamanan dan kerhasiaan data Wajib Pajak
(Wibisono dan Toly, 2014). Menurut Desmayanti (2012) keamanan
teknologi informasi adalah manajemen pengelolaan keamanan yang
bertujuan mencegah, mengatasi, dan melindungi berbagai sistem
informasi dan risiko terjadinya tindakan ilegal seperti penggunaan tanpa
izin, penyusupan, dan perusakan terhadap berbagai informasi yang
dimiliki sedangkan kerahasiaan adalah praktik pertukaran informasi yang
eksklusif dimana hanya yang berhak yang dapat mengakses informasi
perilaku, semakin tinggi persepsi keamanan dan kerahasiaan sesorang
dalam menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat penggunaan
teknologi informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wowor, dkk (2014) menunjukan
bahwa persepsi keamanan dan kerahasian berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku penggunaan e-filing. Hasil yang sama juga
ditunjukan oleh penelitian Wibisono dan Toly (2014) bahwa keamanan
dan kerahasiaan mempengaruhi minat wajib pajak dalam menggunakan
e-filing. Hal tersebut berarti apabila tingkat keamanan dan kerahasiaan
semakin meningkat maka minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing
akan meningkat pula. Penelitian yang dilakukan oleh Dharma dan Noviari
(2016) menunjukan hasil bahwa keamanan dan kerahasiaan berpengaruh
positif terhadap intensitas perilaku penggunaan e-filing. Jika nilai variabel
persepsi keamanan dan kerahasiaan meningkat, maka akan berdampak
pada meningkatnya nilai dari variabel perilaku penggunaan e-filing.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dianjurkan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
4. Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak terhadap Perilaku Penggunaan E-filing
Kepuasan penggunaan adalah perasaan senang atau tidak senang
dalam menerima sistem informasi dari keseluruhan manfaat yang
diharapkan seseorang dimana perasaan tersebut dihasilkan dari interaksi
dengan sistem informasi (Seddon dkk, 1994). Kepuasan dapat diartikan
sebagai sebuah keadaan dimana wajib pajak merasa bahwa e-filing telah
sesuai dengan harapan wajib pajak. Menurut Noviandini (2012) bahwa
kepuasan wajib pajak menggambarkan keselarasan antara harapan
seseorang dan hasil yang diperoleh dari adanya sistem, dimana seseorang
tersebut turut berpartisipasi dalam pengembangannya. Kepuasan akan
berpengaruh terhadap perilaku, semakin tinggi kepuasan sesorang dalam
menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat penggunaan teknologi
informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviandini (2012) menunjukan
bahwa variabel kepuasan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel penggunaan e-filing. Artinya bahwa kepuasan wajib
pajak mempengaruhi tingkat penggunaan e-filing. Semakin tinggi tingkat
kepuasan wajib pajak, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan
e-filing. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian