• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Monitoring Sebagai Informasi Gas Karbon Monoksida Pada Jaringan Sensor Nirkabel.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Monitoring Sebagai Informasi Gas Karbon Monoksida Pada Jaringan Sensor Nirkabel."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:

Nama : Ahmad Alfian Ilmi NIM : 08.41020.0044

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

x DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Kontribusi ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Wireless Sensor Network (WSN) ... 6

2.1.1. Pengertian dan Perkembangan WSN ... 6

2.1.2. Arsitektur WSN ... 7

2.1.3. Bagian-Bagian WSN ... 8

2.2. Komunikasi Serial ... 9

2.3.1. Komunikasi Serial Synchronous dan Asynchronous ... 10

2.3.2. Data Transfer Rate ... 11

2.3. Modul Komunikasi Wireless 802.15.4 Xbee-Pro ... 11

(3)

2.5. Mikrokontroler AVR ... 15

2.6. Sensor Gas Karbon Monoksida (MQ-7) ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.2. Jalan Penelitian ... 21

3.2.1. Studi Literatur ... 22

3.2.2. Perancangan Perangkat Keras ... 22

A. Rangkaian Pemantau Catu Daya ... 23

B. Konfigurasi Modul WSN Tiap Node ... 26

B.1. Minimum Sistem Node 1 ... 27

B.2. Minimum Sistem Node 2 ... 29

B.3. Minimum Sistem Node 3 ... 30

B.4. Minimum Sistem Node Coordinator ... 32

3.2.3. Perancangan Perangkat Lunak ... 33

A. Konfigurasi Parameter Modul XBee-Pro ... 33

B. Perancangan Program Monitoring ... 36

3.3. Langkah Pengujian ... 39

3.3.1. Pengujian Modul Pendukung ... 39

A. Modul Minimum Sistem ... 39

B. Rangkaian Pemantau catu daya ... 40

C. Modul Wireless Xbee-Pro ... 41

D. Modul Sensor Gas MQ-7 ... 41

(4)

3.3.2. Pengujian Program Pada Personal Computer ... 43

3.3.3. Pengujian Jarak Akses XBee-Pro ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Pengujian Minimum Sistem ... 46

4.1.1. Hasil Pengujian ... 46

4.1.2. Pembahasan ... 47

4.2. Pengujian Rangkaian Pemantau catu daya ... 47

4.2.1. Hasil Pengujian ... 47

4.2.2. Pembahasan ... 48

4.3. Modul Wireless Xbee-Pro ... 48

4.3.1. Hasil Pengujian ... 48

4.3.2. Pembahasan ... 50

4.4. Modul Sensor Gas Karbon Monoksida ... 52

4.4.1. Hasil Pengujian ... 52

4.4.2. Pembahasan ... 53

4.5. Pengiriman Data Modul Minimum Sistem ke Komputer Melalui Modul Xbee-Pro ... 54

4.5.1. Hasil Pengujian ... 54

4.5.2. Pembahasan ... 54

4.6. Program Pada Personal Computer ... 55

4.6.1.Hasil Pengujian ... 55

(5)

4.7. Pengujian Jarak Akses XBee-Pro ... 57

4.7.1. Hasil Pengujian ... 57

4.7.2. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(6)

xiv

Tabel 2.1. Spesifikasi Xbee-Pro ... 13

Tabel 2.2. Konfigurasi Pin XBee-Pro ... 13

Tabel 2.3. Spesifikasi Sensor Gas Karbon Monoksida ... 18

Tabel 3.1. Kondisi Baterai Saat Penuh Sampai Tidak Dapat Menjalankan Sistem ... 24

Tabel 3.2. Indikator Kondisi Catu Daya ... 26

Tabel 3.3. Pin I/O Minimum Sistem Node 1 ... 28

Tabel 3.4. Pin I/O Minimum Sistem Node 2 ... 29

Tabel 3.5. Pin I/O Minimum Sistem Node 3 ... 31

Tabel 3.6. Pin I/O Minimum Sistem Node Coordinator ... 32

Tabel 3.7. Langkah Pengujian Modul Minimum Sistem ... 39

Tabel 3.8. Langkah Pengujian Rangkaian Pemantau Catu Daya ... 40

Tabel 3.9. Langkah Pengujian Modul Xbee-Pro ... 41

Tabel 3.10. Langkah Pengujian Modul Sensor Gas MQ-7 ... 42

Tabel 3.11. Langkah Pengujian Modul Minimum Sistem ... 43

Tabel 3.12. Langkah Pengujian Program Pada Personal Computer ... 44

Tabel 3.13. Langkah Pengujian Jarak Akses Xbee-Pro ... 45

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Minimum Sistem Tiap Node ... 46

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Pemantau Catu Daya ... 47

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Wireless Xbee-Pro ... 48

(7)
(8)

xvi

Gambar 2.1. Arsitektur WSN Secara Umum ... 8

Gambar 2.2. Transmisi Synchronous ... 10

Gambar 2.3. Transmisi Asynchronous ... 11

Gambar 2.4. Modul XBee-Pro ... 12

Gambar 2.5. Rangkaian Pembagi Tegangan ... 14

Gambar 2.6. Arsitektur Mikrokontroler AVR ... 16

Gambar 2.7. Struktur Sensor Gas Karbon Monoksida ... 18

Gambar 3.1. Pemasangan Node ... 19

Gambar 3.2. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... 21

Gambar 3.3. Blok Diagram Langkah-langkah Perancangan Perangkat Keras ... 22

Gambar 3.4. Rangkaian Pemantau Catu Daya ... 23

Gambar 3.5. Blok Diagram Konfigurasi modul ... 27

Gambar 3.6. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 1 ... 28

Gambar 3.7. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 2 ... 30

Gambar 3.8. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 3 ... 31

Gambar 3.9. Diagram Skematik Minimum Sistem Node Coordinator ... 33

Gambar 3.10. Konfigurasi Awal Modul Xbee-Pro ... 34

Gambar 3.11. Xbee-Pro Setelah Berhasil Terhubung Dengan XCTU ... 34

Gambar 3.12. Konfigurasi Parameter XBee-Pro Pada Node 2 dan Node 3 ... 35

(9)

Gambar 3.14. Blok Diagram Program Monitoring ... 37

Gambar 3.15. Diagram Alir Program Monitoring ... 37

Gambar 3.16. Diagram Alir Proses Penerimaan Data ... 38

Gambar 4.1. Tampilan ChipSignature ... 46

Gambar 4.2. Tampilan Download Program ... 46

Gambar 4.3. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node 1 ... 49

Gambar 4.4. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node 2 ... 49

Gambar 4.5. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node 3 ... 50

Gambar 4.6. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node Coordinator ... 50

Gambar 4.7. Grafik Perubahan Nilai Sensor Sebelum Mendapatkan Gas Buang Motor ... 52

Gambar 4.8. Grafik Perubahan Nilai Sensor Setelah Mendapatkan Gas Buang Motor ... 52

Gambar 4.9. Tampilan Penerimaan Data Pada Terminal CV AVR ... 54

Gambar 4.10. Aplikasi Penerimaan Dan Penampilan Data Sensor Gas Karbon Monoksida ... 55

(10)

vi

Kondisi udara yang buruk mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai penyakit. Selain berdampak pada kesehatan, kondisi udara yang buruk juga mengakibatkan dampak yang negatif terhadap lingkungan alam. Karbon monoksida adalah polutan yang paling banyak dihasilkan pada kota-kota besar, hal ini disebabkan karena banyaknya gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan proses industri. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara periodik agar karbon monoksida dapat dikendalikan dan tidak mengganggu kesehatan maupun merusak lingkungan. Pemilihan pemasangan sensor menggunakan Wireless Sensor Network (WSN) diharapkan mampu mengurangi tingkat pencemaran udara khususnya karbon monoksida.

Untuk itu penelitian mengarah pada perancangan dan pembangunan aplikasi monitoring sebagai informasi gas karbon monoksida pada WSN. Penerapan WSN digunakan untuk mengirimkan data pembacaan setiap sensor menuju personal computer sehingga aplikasi monitoring pada personal computer

dapat memantau kondisi pencemaran udara khususnya karbon monoksida. Informasi tentang penggunaan catu daya juga akan dikirim bersamaan agar kondisi catu daya pada node dapat terpantau.

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut Mukono (2006), Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Sedangkan menurut Wisnu (1999), Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.

Kondisi udara yang buruk mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis yang merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. (Wardhana, Arya, 1999)

(13)

Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara periodik agar karbon monoksida dapat dikendalikan dan tidak mengganggu kesehatan maupun merusak lingkungan. Hasil pemantauan gas karbon monoksida menggunakan Wireless Sensor Network (WSN) dapat dijadikan informasi sehingga peringatan dini adanya pencemaran udara pada titik tertentu dapat diketahui. Sehingga dengan mengetahui informasi tentang pencemaran udara khususnya gas karbon monoksida diharapkan mampu mengurangi tingkat pencemaran udara pada titik tersebut. WSN dapat melakukan pemantuan lingkungan terbuka secara langsung dengan memanfaatkan beberapa macam sensor. (Mittal, 2010). Untuk mendapatkan sistem WSN yang tangguh, diperlukan ketahanan catudaya dan keamanan transmisi data dari ancaman lingkungan. (Ismail, 2008)

Dari uraian diatas, maka diusahakan penelitian mengarah pada perancangan dan pembangunan aplikasi monitoring sebagai informasi gas karbon monoksida pada WSN. Penerapan WSN digunakan untuk mengirimkan data pembacaan setiap sensor menuju personalcomputer sehingga aplikasi monitoring pada personal computer dapat memantau kondisi pencemaran udara khususnya karbon monoksida. Informasi tentang penggunaan catu daya juga akan dikirim bersamaan agar kondisi catu daya pada node dapat terpantau.

1.2. Perumusan Masalah

Dari beberapa hal yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

(14)

2. Bagaimana menampilkan dan menyimpan informasi hasil pembacaan sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya pada personal computer?

1.3. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka batasan permasalahan yang kami gunakan untuk merancang dan membangun aplikasi monitoring sebagai informasi gas karbon monoksida pada jaringan sensor nirkabel adalah sebagai berikut.

1. Wireless XBee-Pro telah dikonfigurasi sesuai dengan aturan, hal ini dilakukan agar proses komunikasi berjalan sesuai dengan ketentuan.

2. Jangkauan radius wireless antara masing-masing device sesuai dengan spesifikasi yang ada pada wireless XBee-Pro.

3. Jenis pencemaran udara yang akan dipantau adalah karbon monoksida.

4. Output dari sistem yang ditampilkan pada personal computer adalah nilai dari sensor sebagai respon terhadap kandungan karbon monoksida dalam udara.

1.4. Tujuan

Tujuan dari merancang dan membangun aplikasi monitoring sebagai informasi gas karbon monoksida pada jaringan sensor nirkabel adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan nilai yang dihasilkan oleh sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya.

(15)

1.5. Kontribusi

Penelitian ini memberikan wacana dalam implementasi pemantuan gas karbon monoksida sebenarnya. Dengan pengumpulan data dari sensor gas karbon monoksida sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan keputusan kemungkinan terjadinya pencemaran udara secara berlebih.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, serta sistematika penulisan buku tugas akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang berbagai teori yang mendukung penelitian ini. Teori tersebut meliputi Wireless Sensor Network (WSN), komunikasi serial, modul komunikasi wireless 802.15.4 Xbee-Pro, rangkaian pembagi tegangan sebagai pemantau catu daya, mikrokontroler AVR, dan sensor gas karbon monoksida (MQ-7).

BAB III : METODE PENELITIAN

(16)

perangkat keras meliputi rangkaian pemantau catu daya, konfigurasi modul seperti rangkaian yang digunakan pada sensor gas, mikrokontroler dan komunikasi nirkabel. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan meliputi perancangan program monitoring pada

personal computer. Bab ini juga berisi penjelasan alat dan bahan penunjang penelitian, alur penelitian, dan langkah pengujian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang penjelasan hasil pengujian sistem beserta pembahasannya. Pengujian meliputi pengujian modul pendukung seperti sensor MQ-7 untuk mendeteksi gas karbon monoksida, modul minimum sistem sebagai pemroses, rangkaian catu daya sebagai indikator penggunaan catu daya, serta modul wireless Xbee-Pro sebagai media komunikasi nirkabel. Pengujian program monitoring pada personal computer digunakan sebagai media pemantau pencemaran udara khususnya gas karbon monoksida.

BAB V : PENUTUP

(17)

6 2.1. Wireless Sensor Network (WSN)

2.1.1. Pengertian dan Perkembangan WSN

Wireless Sensor Network atau jaringan sensor nirkabel adalah kumpulan sejumlah node yang diatur dalam sebuah jaringan kerjasama. (Hill, dkk., 2000). Masing-masing node dalam jaringan sensor nirkabel biasanya dilengkapi dengan radio tranciever atau alat komunikasi wireless lainnya, mikrokontroler kecil, dan sumber energi seperti baterai. Banyak aplikasi yang bisa dilakukan menggunakan jaringan sensor nirkabel, misalnya pengumpulan data kondisi lingkungan, security monitoring, dan node tracking scenarios. (Jason, 2003)

Perkembangan teknologi semakin mengarah kepada konektivitas lingkungan fisik. Kebanyakan observasi yang dilakukan di lapangan melibatkan banyak faktor dan parameter-parameter untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat. Jika peneliti hendak mengambil informasi langsung di lapangan, maka kendalanya adalah dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk mendeteksi fenomena yang muncul sehingga menyebabkan kemampuan yang tidak efisien dan tidak praktis. Dengan adanya teknologi WSN, memungkinkan peneliti untuk mendapat informasi yang maksimal tanpa harus berada di area sensor. Informasi dapat diakses dari jarak jauh melalui gadget seperti laptop,

(18)

Berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari teknologi WSN.

1. Praktis karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan dalam kondisi geografi tertentu sangat menguntungkan dibanding wired sensor.

2. Sensor menjadi bersifat mobile, artinya pada suatu saat dimungkinkan untuk memindahkan sensor untuk mendapat pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain ruangan maupun susunan kabel ruangan.

3. Meningkatkan efisiensi secara operasional. 4. Mengurangi total biaya sistem secara signifikan. 5. Dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar. 6. Konfigurasi software lebih mudah.

7. Memungkinkan komunikasi digital 2 arah.

2.1.2. Arsitektur WSN

(19)

Sumber : http://telekom.ee.uii.ac.id/index.php/berita/15-wsn1

Gambar 2.1. Arsitektur WSN Secara Umum

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat, node sensor yang berukuran kecil disebar dalam di suatu area sensor. Node sensor tersebut memiliki kemampuan untuk meneruskan data yang dikumpulkan ke node lain yang berdekatan. Data dikirimkan melalui transmisi radio akan diteruskan menuju base station yang merupakan penghubung antara node sensor dan user.

2.1.3. Bagian-Bagian WSN

Wireless Sensor Network (WSN) terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu.

1. Transceiver, berfungsi untuk menerima/mengirim data dengan menggunakan protokol IEEE 802.15.4 atau IEEE 802.11b/g kepada device lain.

2. Mikrokontroler, berfungsi untuk melakukan fungsi perhitungan, mengontrol dan memproses device yang terhubung dengan mikrokontroler.

3. Power source, berfungsi sebagai sumber energi bagi sistem wireless sensor

(20)

4. External memory, berfungsi sebagai tambahan memory bagi sistem wireless sensor, pada dasarnya sebuah unit mikrokontroler memiliki unit memory

sendiri.

5. Sensor, berfungsi untuk men-sensing besaran-besaran fisis yang hendak diukur. Sensor adalah suatu alat yang mampu untuk mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lain, dalam hal ini adalah mengubah dari energi besaran yang diukur menjadi energi listrik yang kemudian diubah oleh ADC menjadi deretan pulsa terkuantisasi yang kemudian bisa dibaca oleh mikrokontroler.

2.2. Komunikasi Serial

Komunikasi serial adalah pengiriman data yang dilakukan secara serial (data dikirim satu persatu secara berurutan), sehingga komunikasi serial lebih lambat daripada komunikasi paralel. Komunikasi serial biasanya digunakan untuk sambungan dengan jarak yang relatif lebih jauh. (Santosa, 1996)

(21)

2.2.1. Komunikasi Serial Synchronous dan Asynchronous

Komunikasi data serial mempunyai dua buah metode yaitu synchronous

dan asynchronous. Metode sychronous mengirimkan data beberapa byte atau karakter (atau disebut blok data atau frame) sebelum meminta konfirmasi apakah data sudah diterima dengan baik atau tidak. Sementara metode asynchronous data dikirim satu byte setiap pengiriman dan tidak dibutuhkan konfirmasi penerimaan data. Dari kedua jenis metode tersebut dapat dipilih dan dilakukan lewat program. Tentu saja dibutuhkan program yang baik dan teliti untuk melakukannya. Namun saat ini proses pengiriman data serial tersebut sudah dilakukan oleh sebuah chip

tersendiri. Salah satu chip disebut Universal Asynchronous Reciever Transmiter

(UART) dan satunya lagi disebut Universal Synchronous Asynchronous Reciever Transmiter (USART). Dalam protokol berbeda, sychronous memerlukan sinyal tambahan yang digunakan sebagai komunikasi setiap denyut dari proses transfer. Transmisi synchronous dapat ditunjukkan pada gambar 2.2.

Sumber : Tanutama, 1989

Gambar 2.2. Transmisi Synchronous

(22)

Sumber : Tanutama, 1989

Gambar 2.3. Transmisi Asynchronous

2.2.2. Data Transfer Rate

Kecepatan transfer data pada komunikasi data serial diukur dalam satuan

Bits Per Second (BPS), sebutan lainnya adalah baud rate. Namun baud rate dan BPS tidak serta merta adalah sama. Hal ini mengacu kepada fakta bahwa baud rate adalah terminologi yang diartikan sebagai perubahan sinyal dalam satuan bit sinyal setiap detik. Sedang data tranfer rate penamaannya mengacu pada jumlah bit dari byte data yang ditransfer setiap detik. Sementara itu kecepatan transfer data (data transfer rate) pada komputer tergantung pada jenis komunikasi yang diberlakukan atasnya. Untuk mengirimkan data dengan kecepatan tinggi, metode

synchronous lebih tepat digunakan. (Tanutama, 1989)

2.3. Modul Komunikasi Wireless 802.15.4 Xbee-Pro

(23)

Sumber : Digi Internatonal, Inc., 2009

Gambar 2.4. Modul XBee-Pro Modul komunikasi wireless ini mempunyai fitur yaitu.

1. Pengontrolan jarak jauh dalam ruangan bisa mencapai 100 meter dan jika diluar ruangan dapat mencapai 300 meter.

2. Modul ini mampu mentransmisikan daya hingga: 100 mW (20 dBm). 3. Mempunyai sensitivitas penerima data mencapai: -100 dBm.

4. Mempunyai kecepatan transfer data: 250,000 bps.

5. Paket dapat dikirimkan dan diterima menggunakan data 16-bit atau sebuah alamat 64-bit (protokol 802.15.4).

6. Setiap modul akan menerima paket memiliki alamat broadcast. Ketika dikonfigurasi untuk beroperasi di broadcast mode, modul penerima tidak mengirim acknowledgement (ACK) dan transmitting.

Xbee-Pro mempunyai 20 kaki, diantaranya 4 pin sebagai input adalah port

3, port 5, port 9, dan port 14, serta ada 4 pin sebagai output adalah port 2, port 4,

port 6, dan port 13. Dan 4 pin yang digunakan, yaitu VCC dan GND untuk tegangan supply, DOUT merupakan pin transmit (TX), DIN merupakan pin

(24)

Tabel 2.1. Spesifikasi Xbee-Pro (Digi Internatonal, Inc., 2009) Performance

Indoor Urban-Range up to 300‟ (100 m)

Outdoor RF line-of-sight Range up to 1 mile (1500 m)

Transmit Power Output 60 mW (18 dBm) conducted,

(software selectable) 100 mW (20 dBm) EIRP

RF Data Rate 250,000 bps

Serial Interface Data Rate 1200 – 115200 bps

(software selectable) (non-standard baud rates also supported)

Receiver Sensitivity - 100 dBm (1% packet error rate)

Power Requirements

Supply Voltage 2.8 – 3.4 V

Idle / Receive Ourrent (typical) 55 mA (@3.3 V)

Power-down Current < 10 μA

General

Operating Frequency ISM 2.4 GHz

Frequency Band 2.4 - 2.4835 GHz

Modulation OQPSK

Dimensions 0.960" x 1.297" (2.438cm x 3.294cm)

Operating Temperature -40 to 85° C (industrial)

Antenna Options Integrated Whip, Chip or U.FL Connector

Networking & Security

Supported Network Topologies Point-to-point, Point-to multipoint & Peer-to-peer

Number of Channels 12 Direct Sequence Channels

Addressing Options PAN ID, Channel and Addresses

Tabel 2.2. Konfigurasi Pin XBee-Pro (Digi Internatonal, Inc., 2009)

Pin Name Direction Description

1 VCC - Power supply

2 DOUT Output UART Data Out

3 DIN/CONFIG Input UART Data In

4 DO8* Output Digital Output 8

5 RESET Input Module Reset (reset pulse must be at least 200 ns)

6 PWM0/RSSI Output PWM Output 0 / RX Signal Strength Indicator

7 PWM1 Output PWM Output 1

8 [reserved] - Do not connect

9 DT/SLEEP_RQ/DI8 Input Pin Sleep Control Line or Digital Input 8

10 GND - Ground

11 AD4 / DIO4 Either Analog Input 4 or Digital I/O 4

12 CTS / DIO7 Either Clear-to-Send Flow Control or Digital I/O 7

13 ON / SLEEP Output Module Status Indicator

14 VREF Input Voltage Reference for A/D Inputs

15 Associate AD5/DIO5 Either Associated Indicator, Analog Input 5 or Digital I/O 5

16 RTS / AD6 / DIO6 Either Request-to-Send Flow Control, Analog Input 6 or Digital I/O 6

17 AD3 / DIO3 Either Analog Input 3 or Digital I/O 3

18 AD2 / DIO2 Either Analog Input 2 or Digital I/O 2

19 AD1 / DIO1 Either Analog Input 1 or Digital I/O 1

(25)

2.4. Rangkaian Pembagi Tegangan Sebagai Pemantau Catu Daya

Pemantau kondisi catu daya menggunakan rangkaian pembagi tegangan sebagai input yang akan diproses oleh mikrokontroler. Gambar 2.5 menunjukkan rangkaian pembagi tegangan secara sederhana.

Sumber : William, dkk., 1990

Gambar 2.5. Rangkaian Pembagi Tegangan

Tegangan baterai (Vin) akan masuk kedalam rangkaian pembagi tegangan dengan resistor (R) yang telah dipilih sesuai dengan perhitungan agar menghasilkan output (Vout) seperti yang diinginkan. Nilai tegangan (Vout) yang hasilkan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.1. (William, dkk. 1990)

in

out xV

R R

R V

2 1

1 

 (2.1)

Output yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan selanjutnya akan menjadi input mikrokontroler melalui port Analog to Digital Converter (ADC). Tegangan yang masuk kedalam port ADC mikrokontroler kemudian akan dikonversi menjadi nilai digital. Nilai yang dihasilkan kemudian akan dibandingkan dengan tegangan yang diberikan pada port Aref. Nilai digital yang dihasilkan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.2. (Deddy, 2010)

1024

x A

V ADC

ref o

(26)

2.5. Mikrokontroler AVR

Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki berbagai kelebihan dan merupakan penyempurnaan dari arsitektur mikrokontroler yang sudah ada.

Berbagai seri mikrokontroler AVR telah diproduksi oleh Atmel dan digunakan di dunia sebagai mikrokontroler yang bersifat low cost dan high performance. Mikrokontroler AVR banyak dipakai karena fiturnya yang cukup lengkap, mudah untuk didapatkan, dan harganya yang relatif terjangkau.

(27)

Sumber : Atmel, 2003

Gambar 2.6. Arsitektur Mikrokontroler AVR Keterangan:

a. Flash adalah suatu jenis read only memory yang biasanya diisi dengan program hasil buatan manusia yang harus dijalankan oleh mikrokontroler b. Random Acces Memory (RAM) merupakan memori yang membantu CPU

(28)

c. Electrically Erasable Programmable Read Only Memory (EEPROM) adalah memori untuk penyimpanan data secara permanen oleh program yang sedang

running

d. Port I/O adalah kaki untuk jalur keluar atau masuk sinyal sebagai hasil keluaran ataupun masukan bagi program

e. Timer adalah modul dalam hardware yang bekerja untuk menghitung waktu/pulsa

f. Universal Asynchronous Receive Transmit (UART) adalah jalur komunikasi data khusus secara serial asynchronous

g. Pulse Width Modulation (PWM) adalah fasilitas untuk membuat modulasi pulsa

h. Analog to Digital Converter (ADC) adalah fasilitas untuk dapat menerima sinyal analog dalam range tertentu untuk kemudian dikonversi menjadi suatu nilai digital dalam range tertentu

i. Serial Peripheral Interface (SPI) adalah jalur komunikasi data khusus secara serial secara serial synchronous

j. In System Programming (ISP) adalah kemampuan khusus mikrokontroler untuk dapat diprogram langsung dalam sistem rangkaiannya dengan membutuhkan jumlah pin yang minimal

2.6. Sensor Gas Karbon Monoksida (MQ-7)

(29)

mengikuti setpoint yang kita tentukan. Sensor gas karbon monoksida mempunyai 6 (enam) pin, 4 (empat) pin diantaranya digunakan untuk mengambil sinyal yang dihasilkan dan 2 (dua) pin lainnya digunakan untuk memberikan pemanasan. (Hanwei Electronics Co. Ltd.). Struktur serta spesifikasi sensor gas karbon monoksida dapat ditunjukkan pada gambar 2.7 dan tabel 2.3 berikut.

Sumber : Hanwei Electronics Co. Ltd.

Gambar 2.7. Struktur Sensor Gas Karbon Monoksida Tabel 2.3. Spesifikasi Sensor Gas Karbon Monoksida

(Hanwei Electronics Co. Ltd.)

Symbol Parameter name Technical Condition Remark

Vc Circuit voltage 5V±0.1 Ac or Dc

VH (H) Heating voltage (high) 5V±0.1 Ac or Dc

VH (L) Heating voltage (low) 1.4V±0.1 Ac or Dc

RL Load resistance Can adjust

RH Heating resistance 33Ω±5% Room temperature

TH (H) Heating time (high) 60±1 seconds

TH (L) Heating time (low) 90±1 seconds

(30)

19

[image:30.595.93.505.227.550.2]

Penelitian dilakukan dengan merancang beberapa node yang akan dipasang seperti pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1. Pemasangan Node

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan 4 buah

(31)

sensor gas karbon monoksida. Pada salah satu node penulis memberikan rangkaian pemantau catu daya yang berfungsi memberikan informasi pemakaian daya.

3.1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Power supply digunakan untuk memberi daya pada masing-masing rangkaian. 2. Gas karbon monoksida digunakan sebagai bahan penelitian yang akan

dipantau oleh sensor.

3. Variable Resistor (VR) digunakan untuk menentukan output pada rangkaian pembagi tegangan yang digunakan pada rangkaian pemantau catu daya.

4. LED digunakan sebagai indikator rangkaian pemantau catu daya.

5. Konektor blackhouse digunakan untuk menghubungkan atau mengkonfigurasi pin I/O dari modul minimum sistem dengan rangkaian pemantau catu daya, modul sensor gas karbon monoksida atau modul wireless Xbee-Pro.

6. Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing rangkaian.

7. Bagian elektronik pada setiap node terdapat modul-modul elektronika diantaranya modul sensor gas karbon monoksida, modul komunikasi wireless

(32)

8. Peralatan pendukung yang diperlukan untuk merancang perangkat keras adalah tang potong, solder, timah, penyedot timah, dan beberapa mur-baut sesuai keperluan.

9. Personal computer digunakan untuk mendesain rangkaian pemantau catu daya.

3.2. Jalan Penelitian

Penelitian ini dikerjakan dalam beberapa langkah sistematis yang saling berurutan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan literatur pendukung dalam merancang dan membuat perangkat keras atau perangkat lunak. Literatur diperoleh dari buku bahan-bahan kuliah dan referensi dari situs-situs internet. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan perangkat keras yang akan digunakan dalam penelitian. Tahap berikutnya adalah konfigurasi dan perancangan perangkat keras. Langkah berikutnya adalah merancang dan membuat program monitoring. Pengujian pada tiap modul elektronik dan pengujian sistem secara keseluruhan akan dilakukan hingga pada akhirnya penelitian diakhiri dengan pembuatan laporan.

(33)

3.2.1. Studi Literatur

Studi literatur dalam penelitian ini meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Dengan cara ini penulis berusaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, informasi, konsep-konsep yang bersifat teoritis dari buku bahan-bahan kuliah dan referensi dari internet yang berkaitan dengan permasalahan. Antara lain Wireless Sensor Network (WSN), modul komunikasi

wireless 802.15.4 Xbee-Pro, mikrokontroler AVR, sensor gas karbon monoksida (MQ-7), dan rangkaian pemantau catu daya. Teori dan informasi yang sudah diperoleh merupakan pendukung untuk melakukan langkah selanjutnya yang berhubungan dengan perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.

3.2.2. Perancangan Perangkat Keras

[image:33.595.89.510.296.588.2]

Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan perangkat keras ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut.

(34)

A. Rangkaian Pemantau Catu Daya

[image:34.595.89.507.250.572.2]

Rangkaian pemantau catu daya berfungsi untuk memberikan informasi penggunaan daya pada salah satu node. Informasi ini akan dikirim menuju node coordinator yang selanjutnya akan ditampilkan pada personal computer. Untuk membaca kondisi catu daya maka rangkaian dibuat seperti ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4. Rangkaian Pemantau Catu Daya

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai maka dibutuhkan rangkaian pembagi tegangan. Besar output yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan dapat dihitung sesuai dengan rumus 2.1. Berikut adalah perhitungan

output yang dihasilkan rangkaian pembagi tegangan jika baterai dalam kondisi penuh.

(35)
[image:35.595.93.509.299.748.2]

Tegangan Vbatt dapat berubah-ubah sesuai dengan tegangan baterai. Tegangan baterai yang dipantau adalah lebih dari 10,9 volt dan kurang dari sama dengan 12 volt. Dalam kondisi lebih dari sama dengan 12 volt kondisi baterai dikatakan dalam keadaan penuh dan kondisi kosong apabila kurang dari 10,9 volt. Dari gambar 3.4 tegangan Vo yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan yang terhubung dengan tegangan baterai akan dibandingkan dengan tegangan 3 volt yang tersambung pada pin Aref mikrokontroler. Tegangan 3 volt yang digunakan sebagai tegangan referensi dihasilkan dari rangkaian pembagi tegangan yang terhubung dengan pin output LM7805 yang menghasilkan tegangan +5 volt. Tabel 3.1 menunjukkan kondisi baterai mulai dari kondisi penuh sampai tidak dapat lagi menjalankan sistem.

Tabel 3.1. Kondisi Baterai Saat Penuh Sampai Tidak Dapat Menjalankan Sistem V Batt (Volt) Waktu (Menit) LM7805 Regulator 12v-5v (Volt) Referensi Tegangan

(Aref)

14.05 0 6.97 3.04

14.02 5 6.97 3.04

13.97 10 6.97 3.04

13.93 15 6.97 3.04

13.87 20 6.97 3.04

13.83 25 6.97 3.04

13.77 30 6.97 3.04

13.58 35 6.97 3.04

13.41 40 6.97 3.04

13.28 45 6.97 3.04

12.73 50 6.97 3.04

12.28 55 6.97 3.04

11.98 60 6.97 3.04

11.87 62 6.95 3.03

11.58 65 6.93 3.01

(36)

V Batt (Volt) Waktu (Menit) LM7805 Regulator 12v-5v (Volt) Referensi Tegangan

(Aref)

10.73 70 6.88 2.96

10.53 71 6.82 2.91

10.44 72 6.74 2.84

10.35 73 6.59 2.72

10.21 74 6.48 2.64

9.94 75 6.32 2.56

9.79 76 6.14 2.49

9.58 77 5.95 2.43

Keterangan :

: Dalam keadaan penuh (Tegangan baterai dalam kondisi penuh lebih dari sama dengan 12 volt)

: Dalam keadaan normal (Tegangan baterai dalam nilai range yang ditentukan lebih dari 10,9 volt dan kurang dari sama dengan 12 volt) : Dalam keadaan waspada/kosong (Tegangan baterai dalam kondisi

waspada atau kosong kurang dari 10,9 volt)

: Dalam keadaan kosong (kondisi baterai sudah tidak dapat digunakan

untuk menjalankan sistem)

ADC yang digunakan dalam penelitian ini adalah ADC (8bit). Tegangan Vo juga digunakan untuk menentukan nilai ADC pada mikrokontroler sesuai dengan rumus 2.2. Berikut adalah perhitungan nilai ADC yang dihasilkan jika Vo dalam keadaan maksimal.

256 3 3 x V V ADC  256  ADC

(37)

dipantau melalui 4 (empat) buah LED sebagai indikator. Masing-masing LED menandakan kondisi catu daya yang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Indikator Kondisi Catu Daya

Vbatt ADC Indikator LED

Vbatt ≥ 12 ADC ≥ 254 LED1 LED2 LED3 LED4 11,4 < Vbatt ≤ 11,9 243 < ADC ≤ 253 LED2 LED3 LED4 10,9 < Vbatt ≤ 11,4 233 < ADC ≤ 243 LED3 LED4

Vbatt ≤ 10,9 ADC ≤ 233 LED4

B. Konfigurasi Modul WSN Tiap Node

Konfigurasi modul adalah menghubungkan beberapa modul antara lain, rangkaian pemantau catu daya, modul sensor gas MQ7 dan modul wireless Xbee-Pro dengan modul minimum sistem. Modul minimum sistem sendiri dibuat untuk mendukung kerja dari microchip ATmega dimana microchip tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus ada rangkaian dan komponen pendukung seperti halnya rangakaian catu daya, kristal dan lain sebagainya yang biasanya disebut minimum sistem.

Microchip berfungsi sebagai otak dalam mengolah semua instruksi baik

(38)
[image:38.595.145.470.87.187.2]

Gambar 3.5. Blok Diagram Konfigurasi Modul

Pada Tugas Akhir ini penulis membagi rangkaian minimum sistem menjadi 4 (empat) bagian yang terdapat pada masing-masing node. Pada node 1 menggunakan minimum sistem ATmega 8535, node 2 dan node 3 menggunakan minimum sistem ATmega 8, sedangkan pada node coordinator menggunakan minimum sistem ATmega 128.

B.1. Minimum Sistem Node 1

Pada node 1 menggunakan minimum sistem ATmega 8535 yang terdiri dari microchip ATmega 8535, rangkaian oscillator, rangkaian reset, rangkaian konektor

untuk downloader program, dan beberapa pin I/O lainnya. Microchip ATmega8535

sendiri mempunyai 40 pin I/O yang beberapa pin I/O memiliki fungsi sebagai komunikasi I2C dan ADC, serta memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi data serial. Berikut tabel daftar pin I/O minimum sistem yang digunakan dalam node 1.

Modul Gas MQ7

Modul

Minimum

Sistem Rangkaian

Pemantau Catu daya

(39)
[image:39.595.137.487.88.255.2]

Tabel 3.3. Pin I/O Minimum Sistem node 1

Pin I/O Fungsi

Vcc Power 5v

Gnd Ground

PD0/Rx Sebagai pin Tx Xbee-Pro PD1/Tx Sebagai pin Rx Xbee-Pro

PC0 Sebagai jalur SCL (clock) dari sensor MQ-7 PC1 Sebagai jalaur SDA (data) dari sensor MQ-7 Reset Mereset program

PB (bit 0, 1, 2) PB (bit 4, 5, 6, 7)

Sebagai Pin RS, RD, EN (LCD) Sebagai Pin D4, D5, D6, D7 (LCD)

[image:39.595.95.511.305.557.2]

Dari tabel 3.3 sensor MQ7 terhubung dengan mikrokontroler dengan menggunakan Inter Integrated Circuit (I2C) pada port C0 dan port C1, sedangkan Xbee-Pro terhubung dengan UART-TTL pada port D0 dan port D1. Berikut gambar diagram skematik minimum sistem node 1.

Gambar 3.6. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 1

(40)

B.2. Minimum Sistem Node 2

[image:40.595.86.510.285.603.2]

Pada node 2 menggunakan minimum sistem ATmega8 yang terdiri dari microchip ATmega8, rangkaian oscillator, rangkaian reset, rangkaian konektor untuk downloader program, dan beberapa pin I/O lainnya. Microchip ATmega8 sendiri mempunyai 28 pin I/O yang beberapa pin I/O memiliki fungsi sebagai komunikasi I2C dan ADC, serta memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi data serial. Pada minimum sistem ATmega8 port C mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai komunikasi I2C dan juga komunikasi ADC. Jika port C dibuka sebagai pin komunikasi ADC maka port C tidak bisa digunakan sebagai pin komunikasi I2C atau sebagai pin I/O lainnya. Pada minimum sistem node 2 ini port C digunakan sebagai pin I/O untuk komunikasi I2C. Tabel 3.4 merupakan daftar pin I/O minimum sistem yang digunakan dalam node 2.

Tabel 3.4. Pin I/O Minimum Sistem node 2

Pin I/O Fungsi

Vcc Power 5v

Gnd Ground

PD0/Rx Sebagai pin Tx Xbee-Pro PD1/Tx Sebagai pin Rx Xbee-Pro

PC5 Sebagai jalur SCL (clock) dari sensor MQ-7 PC4 Sebagai jalaur SDA (data) dari sensor MQ-7 Reset Mereset program

PD (bit 5, 6, 7) PC (bit 3, 2, 1, 0)

Sebagai Pin RS, RD, EN (LCD) Sebagai Pin D4, D5, D6, D7 (LCD)

(41)
[image:41.595.210.414.88.251.2]

Gambar 3.7. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 2

Minimum sistem pada node 2 berfungsi untuk memproses data sensor yang telah diterima oleh XBee-Pro Rx yang berasal dari node 1, serta memproses

input data dari sensor gas karbon monoksida (MQ7) yang terhubung dengan port

I2C pada mikrokontroler. Selanjutnya minimum sistem node 2 akan mengirimkan data sensor node 1 dan node 2 ke XBee-Pro Tx agar diteruskan menuju XBee-Pro Rx yang terpasang pada node coordinator.

B.3. Minimum Sistem Node 3

(42)
[image:42.595.90.511.290.581.2]

Tabel 3.5. Pin I/O Minimum Sistem node 3

Pin I/O Fungsi

Vcc Power 5v

Gnd Ground

PD0/Rx Sebagai pin Tx Xbee-Pro PD1/Tx Sebagai pin Rx Xbee-Pro

PD6 Sebagai jalur SCL (clock) dari sensor MQ-7 PD7 Sebagai jalaur SDA (data) dari sensor MQ-7 Reset Mereset program

PC (0) Sebagai jalur ADC rangkaian pemantau catu daya Dari tabel 3.5 sensor MQ7 terhubung dengan mikrokontroler dengan menggunakan komunikasi Inter Integrated Circuit (I2C) pada port D6 dan port

D7, sedangkan rangkaian pemantau catu daya terhubung dengan Analog to Digital Converter (ADC) pada port C0 serta Xbee-Pro terhubung dengan UART-TTL pada port D0 dan port D1. Gambar 3.8 menunjukkan diagram skematik minimum sistem node 3.

Gambar 3.8. Diagram Skematik Minimum Sistem Node 3

(43)

mengirimkan data sensor yang diterima dari XBee-Pro Rx serta gas karbon monoksida (MQ7) dan rangkaian catu daya ke XBee-Pro Tx agar diteruskan menuju XBee-Pro Rx yang terpasang pada node coordinator. Apabila node 2 dalam keadaan hidup maka minimum sistem node 3 hanya akan mengirimkann data sensor node 3 dan data rangkaian pemantau catu daya menuju node coordinator.

B.4. Minimum Sistem Node Coordinator

Pada node coordinator menggunakan minimum sistem Atmega128 yang terdiri dari microchip Atmega128, rangkaian oscillator, rangkaian reset, rangkaian

konektor untuk downloader program, dan beberapa pin I/O lainnya. Microchip

ATmega128 sendiri mempunyai 64 pin I/O yang beberapa pin I/O memiliki fungsi sebagai komunikasi I2C dan ADC, serta memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi data serial. Minimum sistem ATmega128 memiliki 2 (dua) komunikasi UART. Pada Tugas akhir ini UART0 digunakan sebagai komunikasi serial RS-232, sedangkan UART1 digunakan sebagai komunikasi UART-TTL. Tabel 3.6 merupakan daftar pin I/O minimum sistem yang digunakan dalam node coordinator.

Tabel 3.6. Pin I/O Minimum Sistem Node Coordinator

Pin I/O Fungsi

Vcc Power 5v

Gnd Ground

PD2/Rx Sebagai pin Rx Xbee-Pro PD3/Tx Sebagai pin Tx Xbee-Pro

Reset Mereset program PE0/RX Sebagai pin Rx RS232 PE1/TX Sebagai pin Tx RS232 PA (bit 0, 1, 2)

PA (bit 4, 5, 6, 7)

(44)
[image:44.595.93.511.221.537.2]

Dari tabel 3.6 personal computer terhubung dengan mikrokontroler menggunakan komunikasi serial pada port E0 dan port E1 , sedangkan Xbee-Pro terhubung dengan komunikasi serial UART-TTL pada port D2 dan port D3. Diagram skematik minimum sistem node coordinator dapat ditunjukkan pada gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9. Diagram Skematik Minimum Sistem Node Coordinator

Minimum sistem pada node coordinator berfungsi untuk memproses data yang telah diterima oleh XBee-Pro Rx yang berasal dari node 1, node 2 dan node

3. Selanjutnya minimum sistem akan mengirimkan data tersebut ke personal computer.

3.2.3. Perancangan Perangkat Lunak

A. Konfigurasi Parameter Modul XBee-Pro

(45)
[image:45.595.94.509.277.609.2]

mendeteksi melalui communication port, selanjutnya menjalankan software X-CTU dengan mengatur baudrate dan communication port yang telah terdeteksi oleh komputer kemudian klik test/query. Konfigurasi awal modul XBee-Pro dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut.

Gambar 3.10. Konfigurasi Awal Modul Xbee-Pro

Jika Xbee-Pro berhasil terhubung dengan software X-CTU, maka akan keluar jendela baru yang menunjukkan keterangan type, firmware & serial number Xbee-Pro seperti ditunjukkan pada gambar 3.11 berikut.

Gambar 3.11. Xbee-Pro Setelah Berhasil Terhubung Dengan XCTU

(46)
[image:46.595.86.501.125.592.2]

dengan rule yang di inginkan. Gambar 3.12 dan gambar 3.13 menunjukkan konfigurasi parameter Xbee-Pro.

Gambar 3.12. Konfigurasi Parameter XBee-Pro Pada Node 2 dan Node 3

Gambar 3.13. Konfigurasi Parameter XBee-Pro Pada Node 1 dan NodeCoordinator

Gambar 3.12 merupakan konfigurasi parameter untuk node 2 dan node 3. Sedangkan gambar 3.13 merupakan konfigurasi parameter untuk node 1 dan node coordinator. Langkah pertama untuk mengkonfigurasi pada menu modem configuration adalah membaca versi serta parameter Xbee-Pro dengan klik tombol

(47)

mengubah parameter agar XBee-Pro dapat berkomunikasi sesuai dengan aturan yang diinginkan. Parameter yang perlu diubah antara lain :

1) ID (Networking {Addressing}) Merupakan perintah pengalamatan PAN (Personal Area Network) dimana nilainya harus sama untuk satu jaringan. Pada penelitian ini nilai PAN ID dirubah menjadi 3 untuk semua node,

2) DL (Destination Address Low) merupakan perintah untuk mengatur alamat yang

akan dituju oleh Xbee-Pro. Pada node 2 dan node 3 nilai DL diubah menjadi 0

sedangkan untuk node 1 dan node coordinator nilai DL diubah menjadi 3. Hal ini dilakukan agar komunikasi berjalan sesuai dengan topologi,

3) MY (Source Address) merupakan perintah untuk mengatur alamat dari Xbee-Pro (alamat diri sendiri), nilai dari “DL” dan “MY” tidak boleh sama. Pada node 2 dan

node 3 nilai MY diubah menjadi 3 sedangkan pada node 1 dan node coordinator nilai

MY diubah menjadi 0,

4) CH (Chanel) merupakan perintah set/read dari Xbee-Pro dimana nilai awalnya

adalah C dan nilainya harus sama. Pada penelitian ini Chanel yang digunakan

adalah chanel awal yaitu C untuk semua node,

5) BD (Baud Rate) merupakan kecepatan pengiriman data serial dimana nilai awalnya adalah 9600. Pada penelitian ini boudrate yang digunakan adalah

boudrate awal yaitu 9600 untuk semua node.

B. Perancangan Program Monitoring

(48)
[image:48.595.91.509.319.537.2]

Gambar 3.14. Blok Diagram Program Monitoring

Dari gambar 3.14 dapat dilihat bahwa input program monitoring barasal dari node coordinator. Data yang dikirim berupa nilai dari sensor gas karbon monoksida (MQ-7) yang dihasilkan oleh node 1, node 2, dan node 3 serta nilai penggunaan catu daya dari node 3. Data yang berasal dari node coordinator dikirim melalui UART RS-232 yang terhubung dengan personal computer.

Selanjutnya data akan ditampilkan dan disimpan kedalam database excel sebagai informasi. Diagram alir program monitoring dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut.

Gambar 3.15. Diagram Alir Program Monitoring

Pada saat program pertama kali dijalankan yang dilakukan adalah inisialisasi communication port serta membuat folder untuk menyimpan file

sebagai database. Berikut adalah potongan program inisialisasi communication port serta membuat folder database.

Private Sub Command1_Click() On Error Resume Next

If Dir$("d:\Data Sensor\") = "" Then MkDir "d:\Data Sensor\"

End If

MSComm1.PortOpen = True Command1.Enabled = False End Sub

(49)

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi input data sensor gas karbon monoksida sesuai dengan header yang telah diatur pada program mikrokontroler masing-masing node. Pemberian header berfungsi untuk memisahkan data yang berasal dari node 1, node 2, dan node. Data sensor dan penggunaan catu daya yang telah diterima selanjutnya akan ditampilkan pada list dan digambarkan dengan grafik yang berfungsi sebagai informasi pencemaran udara seperti yang ditunjukkan gambar 3.16 berikut.

[image:49.595.95.503.278.520.2]

START Inisialisasi Tampilkan Data Terima Data Y Data Sensor Node 1 Tampilkan Data Simpan Data Pada Excel Data Sensor Node 2 Simpan Data Pada Excel Tampilkan Data Data Catu Daya Simpan Data Pada Excel Tampilkan Data Data Sensor Node 3 Simpan Data Pada Excel T T Y T Y Y T T Y

Gambar 3.16. Diagram Alir Proses Penerimaan Data

Setelah data diseleksi dan ditampilkan, data hasil pencemaran udara yang dihasilkan oleh sensor gas karbon monoksida (MQ-7) serta nilai penggunaan catu daya akan disimpan kedalam database excel yang ditempatkan pada direktori yang telah dibuat sebelumnya. Berikut adalah program input data kedalam

database excel.

FileName = "D:\Data Sensor\Data Sensor" + ".xls" freefl = FreeFile

Open FileName For Append As #freefl

Print #freefl, Text1.Text + vbTab + Text4.Text + vbTab + Text2.Text + vbTab + Text5.Text + vbTab + Text3.Text + vbTab + Text6.Text + vbTab + Text7.Text

(50)

3.3. Langkah Pengujian

Pengujian kinerja sistem dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) bagian antara lain :

1) pengujian modul pendukung, dimulai dengan melakukan pengujian pada minimum sistem, rangkaian pemantau catu daya, modul wireless Xbee-Pro dan sensor gas karbon monoksida MQ-7,

2) pengujian program monitoring pada personal computer, merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah data dapat diterima dengan baik. 3) pengujian sistem secara keseluruhan, merupakan pengujian transmisi data

melalui beberapa node yang selanjutnya akan ditampilkan dan disimpan pada

personal computer.

3.3.1. Pengujian Modul Pendukung A. Modul Minimum Sistem

Langkah Pengujian minimum sistem bertujuan untuk mengetahui apakah minimum sistem dapat melakukan proses signature dan download program ke

microcontroller dengan baik. Langkah pengujian minimum sistem dapat ditunjukkan pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Langkah Pengujian Modul Minimum Sistem

Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan

Indikator keberhasilan Untuk mengetahui

apakah minimum sistem dapat melakukan proses

signature dan

download program ke mikrokontroler

Komputer,

software CV AVR, sumber tegangan, kabel USB to mikro USB dan downloader. Program melalui software CV AVR Minimum sistem dapat melakukan download

program ke mikrokontroler

CV AVR

dapat

membaca jenis mikrokontroler pada menu

(51)

Selain untuk melakukan dowload program pengujian ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa rangkaian minimum sistem dapat berinteraksi dengan rangkaian pemantau catu daya, modul sensor gas karbon monoksida MQ-7 dan modul wireless Xbee-Pro.

B. Rangkaian Pemantau Catu Daya

Langkah Pengujian rangkaian pemantau catu daya bertujuan untuk mengetahui kondisi catu daya pada salah satu node. Langkah pengujian dimulai dengan memberikan input pada rangkaian pembagi tegangan berupa tegangan yang berasal dari power supply. Output yang dihasilkan oleh rangkaian ini dapat disesuaikan menggunakan variabel resistor (VR) sehingga menghasilkan tegangan seperti yang diinginkan. Tabel 3.8 menunjukkan langkah pengujian rangkaian pemantau catu daya.

Tabel 3.8. Langkah Pengujian Rangkaian Pemantau Catu Daya Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan Indikator keberhasilan Untuk mengetahui kondisi catu daya pada

node 3

Sumber tegangan, multimter Tegangan dari Baterai (Vbatt) Nilai yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan sesuai dengan tabel 3.1

Nilai ADC sesuai dengan

range pada tabel 3.2

(52)

C. Modul Wireless Xbee-Pro

[image:52.595.94.519.283.492.2]

Langkah pengujian modul wireless Xbee-Pro bertujuan untuk mengetahui bahwa modul wireless Xbee-Pro telah bekerja dengan baik. Langkah pengujian ini membutuhkan beberapa alat dan bahan agar pengujian dapat berjalan dengan baik. Langkah pengujian dimulai dengan memberikan input berupa data karakter agar dikirimkan ke modul wireless Xbee-Pro lainnya, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.9.

Tabel 3.9. Langkah Pengujian Modul Xbee-Pro Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan Indikator keberhasilan Untuk mengetahui konfigurasi parameter Xbee-Pro, apakah sudah berjalan sesuai dengan aturan yang telah dibuat

Komputer,

software

XCTU, kabel USB

Data Karakter Xbee-Pro dapat saling berkomunikasi sesuai rule

yang dibuat

Xbee-Pro dapat menerima data karakter yang

dikirimkan

Pengujian ini dikatakan berhasil apabila modul wireless Xbee-Pro dapat mengirim dan menerima data sesuai dengan konfigurasi parameter yang telah dibuat.

D. Modul Sensor Gas MQ-7

Langkah pengujian modul sensor gas karbon monoksida MQ-7 dimulai dengan menghubungkan output sensor gas karbon monoksida MQ-7 dengan port

(53)

menampilkan data ke dalam LCD. Untuk mendapatkan nilai respon sensor terhadap kandungan gas karbon monoksida dilakukan pengujian dengan mendekatkan gas buang kendaraan bermotor. Langkah pertama melakukan pengujian tanpa adanya gas buang motor, langkah kedua melakukan pengujian menggunakan gas buang motor dengan menjauhkan sensor, langkah ketiga mendekatakan sensor dengan gas buang motor untuk mengetahui perbedaan nilai yang dihasilkan oleh sensor MQ7. Pengujian sensor gas karbon monoksida dapat ditunjukkan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Langkah Pengujian Modul Sensor Gas MQ-7 Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan

Indikator keberhasilan Untuk

mengetahui nilai respon sensor

terhadap kandungan gas karbon monoksida

Sumber tegangan, minimum sistem,

software CV AVR,

komputer, LCD

Gas Karbon Monoksida

Sensor MQ-7 dapat

menghasilkan nilai gas karbon

monoksida

Adanya perubahan nilai yang dihasilkan sensor

Output yang dihasilkan oleh sensor gas MQ-7 akan ditampilkan dalam sebuah LCD, nilai inilah yang akan digunakan sebagai acuan untuk memantau gas karbon monoksida.

E. Pengiriman Data Modul Minimum Sistem Menggunakan Modul Wireless

Xbee-Pro

(54)
[image:54.595.96.516.224.512.2]

Xbee-Pro telah dapat bekerja dengan modul minimum sistem. Langkah selanjutnya adalah memberikan cuplikan program pada mikrokontoler yang berisi data untuk dikirim secara serial melalui modul Xbee-Pro. Pengujian pengiriman data modul minimum sistem melalui modul wireless xbee-pro ditunjukkan pada tabel 3.11.

Tabel 3.11. Langkah Pengujian Modul Minimum Sistem Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan Indikator keberhasilan Untuk mengetahui modul wireless Xbee-Pro telah dapat bekerja dengan modul minimum sistem Sumber tegangan, minimum sistem, Xbee-Pro, software

CV AVR, kabel USB to mikro USB dan

downloader.

Data random

program pada mikrokontoler Kesesuaian data yang dikirim dan diterima oleh PC, serta menampilkan data pada menu terminal CV AVR. PC dapat menerima data yang dikirimkan oleh minimum sistem.

3.3.2. Pengujian Program Pada Personal Computer

Langkah pengujian program pada personal computer bertujuan untuk memastikan bahwa data yang dikirim oleh tiap node dapat ditampilkan dan disimpan kedalam database excel. Pengujian dimulai dengan menghubungkan

node coordinator dengan personal computer menggunakan komunikasi serial RS-232. Setelah program dijalankan, data akan ditampilkan dan disimpan berdasarkan

(55)

Tabel 3.12. Langkah Pengujian Program Pada Personal Computer

Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan Indikator keberhasilan Untuk memastikan data yang dikirim oleh tiap node dapat ditampilkan dan disimpan kedalam database excel Sumber tegangan, minimum sistem, PC, kabel serial, modul wireless

Xbee-Pro, modul sensor MQ-7

Gas Karbon Monoksida

Data dapat ditampilkan dan disimpan kedalam database excel Personal computer dapat menampilkan dan menyimpan data sesuai yang dikirim oleh tiap node

3.3.3. Pengujian Jarak Akses Xbee-Pro

Langkah pengujian jarak akses Xbee-Pro bertujuan untuk memastikan batas maksimal jarak yang dapat dijangkau keseluruhan node. Pada pengujian jarak akses Xbee-Pro menggunakan kondisi line of sight (LOS) atau tanpa halangan. Pengujian ini dimulai dengan menghubungkan modul-modul sesuai dengan konfigurasi modul pada masing-masing node serta baterai sebagai catu daya untuk sistem. Pada pengujian ini terdapat 2 (dua) pengujian, yang pertama pengujian jarak akses antar node, dan yang kedua pengujian jarak akses keseluruhan node. Pengujian jarak akses antar node bertujuan untuk memastikan batas maksimal jarak yang dapat dijangkau antar node. Harapannya pada pengujian jarak akses keseluruhan node dengan menggunakan topologi tree, untuk

(56)
[image:56.595.94.518.86.534.2]

Tabel 3.13. Langkah Pengujian Jarak Akses Xbee-Pro Tujuan Alat dan

Bahan Input

Output yang diharapkan Indikator keberhasilan Untuk memastikan batas maksimal jarak akses yang dapat dijangkau keseluruhan node Sumber tegangan, modul minimum sistem, modul

wireless

Xbee-Pro, modul sensor MQ-7

Gas Karbon Monoksida

Dapat mengetahui jarak akses keseluruhan

node

Pada batas maksimal jarak akses antar node

(57)

46 4.1. Pengujian Minimum Sistem

4.1.1. Hasil Pengujian

Hasil pengujian minimum sistem ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pengujian Minimum Sistem Tiap Node

Node ke- ChipSignature Download Program

1 Berhasil Berhasil

2 Berhasil Berhasil

3 Berhasil Berhasil

Coordinator Berhasil Berhasil

[image:57.595.91.505.247.738.2]

Gambar 4.1. Tampilan ChipSignature

(58)

4.1.2. Pembahasan

Minimum sistem telah dapat membaca jenis mikrokontroller pada menu

chip signature seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 Dari pengujian yang dilakukan pada sub bab 3.3.1 bagian A menjelaskan bahwa menu chip signature programmer dan download program dapat berhasil dikerjakan sesuai dengan indikator keberhasilan tabel 3.7 sehingga minimum sistem dapat bekerja dengan baik. Tampilan dari program chip signature pada code vision AVR yang akan digunakan untuk menuliskan program dan melakukan percobaan terhadap minimum sistem. Hasil program chip signature dan download program dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

4.2. Pengujian Rangkaian Pemantau Catu Daya 4.2.1. Hasil Pengujian

[image:58.595.95.518.319.737.2]

Hasil pengujian pemantau catu daya ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Pengujian Pemantau Catu Daya

Pengujian ke - Tegangan Catu Daya (Volt) Nilai ADC Yang Dihasilkan Indikator LED Kesesuaian Dengan Indikator Keberhasilan

1 12 255 Sesuai

2 11,9 253 Sesuai

3 11,8 252 Sesuai

4 11,7 250 Sesuai

5 11,6 248 Sesuai

6 11,5 245 Sesuai

7 11,4 243 Sesuai

8 11,3 241 Sesuai

9 11,2 238 Sesuai

10 11,1 236 Sesuai

11 11,0 234 Sesuai

12 10,9 231 Sesuai

Keterangan :

(59)

4.2.2. Pembahasan

Pengujian untuk setiap tegangan catu daya dilakukan sebanyak 5 (lima) kali percobaan. Nilai ADC yang dihasilkan digunakan sebagai kondisi outputport

B untuk menentukan indikator LED seperti yang ditunjukkan pada indikator keberhasilan tabel 3.8. Untuk mendapatkan nyala indikator yang sesuai dengan

range tegangan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.2, diperlukan penggunaan

variable resistor yang presisi.

Dari pengujian yang dilakukan pada sub bab 3.3.1 bagian B menjelaskan bahwa kondisi catu daya dapat dipantau dengan baik, nilai ADC dan indikator LED sesuai dengan tabel 3.2. Nilai ADC yang dihasilkan akan dikirimkan ke

personal computer untuk dikonversi kembali dalam satuan volt.

4.3. Modul Wireless Xbee-Pro 4.3.1. Hasil Pengujian

[image:59.595.99.520.293.697.2]

Terdapat 4 (empat) hasil pengujian modul wireless Xbee-Pro pada masing-masing node ditunjukkan tabel 4.3 dan gambar berikut.

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Wireless Xbee-Pro Pengiriman

Data Karakter Dari Node ke-

Penerimaan Data Pada Node ke-

1 2 3 Coordinator

1 Diterima Diterima Tidak

Diterima

2 Diterima Tidak

Diterima Diterima

3 Diterima Tidak

Diterima Diterima

Coordinator Tidak

(60)
[image:60.595.111.556.85.313.2]

Gambar 4.3. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node 1

[image:60.595.97.555.86.570.2]
(61)
[image:61.595.112.552.86.318.2]

Gambar 4.5. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node 3

Gambar 4.6. Pengiriman Data Karakter Dari Xbee-Pro Node Coordinator

4.3.2. Pembahasan

[image:61.595.92.557.91.567.2]
(62)

Gambar 4.4 menandakan modul wireless pada node 2 (com23) sedang melakukan pengiriman data yang ditunjukkan dengan tulisan warna biru pada terminal XCTU, pada modul wireless node 3 (com61) tidak menerima data sedangkan modul wireless node 1 (com8) menerima data yang ditunjukkan dengan tulisan warna merah pada terminal XCTU.

Pada gambar 4.5. menandakan modul wireless pada node 3 (com61) sedang melakukan pengiriman data yang ditunjukkan dengan tulisan warna biru pada terminal XCTU, pada modul wireless node 2 (com23) tidak menerima data sedangkan modul wireless node 1 (com8) menerima data yang ditunjukkan dengan tulisan warna merah pada terminal XCTU. Pada Gambar 4.6 menandakan modul wireless pada node coordinator (com9) sedang melakukan pengiriman data yang ditunjukkan dengan tulisan warna biru pada terminal XCTU dan modul

wireless node 1 (com8) tidak menerima data sedangkan modul wireless node 3 (com61) menerima data yang ditunjukkan dengan tulisan warna merah pada terminal XCTU.

(63)

4.4. Modul Sensor Gas Karbon Monoksida 4.4.1. Hasil Pengujian

Hasil pengujian sensor gas karbon monoksida ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Pengujian Sensor Gas Karbon Monoksida Tiap Node

Node

ke-

Pengambilan Data Sensor Gas Karbon Monoksida

1 Berhasil

2 Berhasil

3 Berhasil

[image:63.595.98.507.168.718.2]

Gambar 4.7. Grafik Perubahan Nilai Sensor Sebelum Mendapatkan Gas Buang Motor

Gambar 4.8. Grafik Perubahan Nilai Sensor Setelah Mendapatkan Gas Buang Motor

R

esp

o

n

Valu

e

R

esp

o

n

Valu

e

Time (s)

(64)

4.4.2. Pembahasan

(65)

4.5. Pengiriman Data Modul Minimum Sistem ke Komputer Melalui Modul Xbee-Pro

4.5.1. Hasil Pengujian

Hasil pengujian pengiriman data dari minimum sistem ke komputer ditunjukkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Pengiriman Data dari Minimum Sistem ke Komputer Melalui Xbee-Pro pada Masing-Masing Node

Node Ke- Pengiriman Data Minimum Sistem ke Komputer Melalui Xbee-Pro

1 Berhasil

2 Berhasil

3 Berhasil

[image:65.595.93.504.230.597.2]

Coordinator Berhasil

Gambar 4.9. Tampilan Penerimaan Data Pada Terminal CV AVR

4.5.2. Pembahasan

Data yang dikirim minimum sistem melalui Xbee-Pro merupakan data

(66)

oleh mikrokontroler secara berulang setiap 0,5 detik sesuai dengan perintah dari program yang diberikan.

Dari pengujian yang dilakukan pada sub bab 3.3.1 bagian E menjelaskan bahwa pengiriman data dari minimum sistem melalui Xbee-Pro dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tabel keberhasilan 3.11. Data tersebut berhasil diterima dan ditampilkan pada terminal CV AVR seperti gambar 4.9.

4.6. Program Pada Personal Computer

4.6.1. Hasil Pengujian

Hasil pengujian program penerimaan dan penyimpanan data sensor pada

[image:66.595.91.522.305.638.2]

personal computer ditunjukkan pada gambar berikut.

(67)
[image:67.595.100.514.82.504.2]

Gambar 4.11. File Penyimpanan Data Sensor Gas Karbon Monoksida

4.6.2. Pembahasan

(68)
[image:68.595.91.502.299.524.2]

4.7. Pengujian Jarak Akses Xbee-Pro 4.7.2. Hasil Pengujian

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Jarak akses XBee-Pro Antar Node

No. Jarak

(Meter) Keterangan

1. 10 Ok

2. 20 Ok

3. 30 Ok

4. 40 Ok

5. 50 Ok

6. 55 Gagal

7. 60 Gagal

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Jarak Akses Maksimal XBee-Pro

No.

Jarak (Meter) Jarak (Meter) Total Jarak (Meter) Keterangan Node 1 Node 2 Node 2 Node Coor

1 10 10 20 Ok

2 20 20 40 Ok

3 30 30 30 Ok

4 40 40 80 Ok

5 50 50 100 Ok

6 55 55 110 Gagal

7 60 60 120 Gagal

4.6.1. Pembahasan

Jarak akses antar node dalam penelitian ini adalah 50m dengan kondisi LOS. Total jarak akses maksimal node yang dapat dijangkau dalam keseluruhan

(69)

58 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mikrokontroler telah dapat membaca output dari modul sensor gas karbon monoksida. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai yang ditampilkan.

2. Rangkaian pemantau catu daya dapat memberikan informasi kondisi catu daya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan indikator LED yang bekerja sesuai dengan kondisi tegangan power supply yang diberikan.

3. Jarak maksimal yang dapat dijangkau untuk pengiriman data pada masing-masing node adalah 50m. Sedangkan jarak maksimal yang dapat dijangkau oleh keseluruhan sistem adalah 100m.

4. Program pada personal computer telah berjalan sesuai dengan fungsinya untuk menampilkan dan menyimpan data hasil pembacaan sensor serta kondisi catu daya yang dihasilkan oleh masing-masing node.

5.2. Saran

Saran yang diberikan untuk mengembangkan peneli

Gambar

Gambar 3.1. Pemasangan Node
Gambar 3.3. Blok Diagram Langkah-langkah Perancangan Perangkat Keras
gambar 3.4 berikut.
Tabel 3.1. Kondisi Baterai Saat Penuh Sampai
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Akar penyebab permasalahan implementasi 5S dan TPM utamanya disebabkan karena kurangnya sosialisasi budaya 5S yang menyebabkan melencengnya pemahaman mengenai 5S,

dikenal sebagai penyanyi yang saat bernyanyi selalu terlihat anggun dan dengan pakaian yang girly, Tetapi, lagi-lagi Jerry Aurum berpikir ke arah yang lain. Jerry

Berdasarkan analisis proses transisi suksesi yang dilakukan pada subjek penelitian ini sudah berjalan cukup lancar hal ini terlihat dari tingkat persiapan suksesor yang telah

Penghasilan yang diperoleh penduduk Negara pihak pada Persetujuan sehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjan bebas lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintahan dan masyarakat mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kementrian antara

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat penelitian sebelumnya yang juga mengembangkan sistem informasi pengelolaan UMKM yang dilakukan oleh Latifah Rifani (2016)

Setelah mengajarkan bagaimana menjadi individu yang baik dalam pasal 1-4, pada pasal kelima Raja Ali Haji mengajarkan bagaimana mengenal dan memahami orang lain

Beberapa permasalahan yang akan penulis garis bawahi dalam penelitian ini adalah bagaimana transaksi non-tunai (cash-less transaction) dalam penggunaan APMK (Alat