• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit

a. Teori Klasik tentang tingkat suku bunga

Menurut Teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga , maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang(artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan keinginan pengusaha melakukan investasi. (Nopirin, 1995 : 70)

Gambar 1 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga Tingkat Suku Bunga

I S1 S E1 E2 E0 0 I0 I2 I1

Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan r2

r0 r1

I1

Sumber : Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi II

Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 383.

Kurva S adalah kurva penawaran dana modal (tabungan) dan I adalah kurva permintaan dana modal (investasi). Keseimbangan tercapai pada titik Eo dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan sebesar 0I0 dan tingkat bunga sebesar 0r0. Kalau dimisalkan permintaan dana modal berubah menjadi 0I1, sedangkan penawaran modal tetap sebesar S, keseimbangan berpindah ke E1 yang berarti tigkat bunga naik dari 0r0 menjadi 0r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0Io menjadi 0I1. Dan apabila permintaan dana modal tetap sebesar I, tetapi penawarannya bertambah menjadi S1, maka keseimbangan

berpindah ke E2. Dengan demikian perubahan tersebut menyebabkan tingkat bunga turun dari 0r0 menjadi 0r2 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0I0 menjadi 0I2.

b. Teori Keynes tentang tingkat suku bunga

Pandangan Keynes tentang tingkat suku bunga adalah suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan dari permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar uang. Permintaan akan uang dalam teori Keynes dikemukakan dalam teori liquidity preference, yaitu permintaan keatas uang oleh masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa permintaan uang oleh masyarakat mempunyai 3 motivasi / tujuan yaitu:

1. Motif spekulasi yaitu permintaan akan uang untuk ditanamkan dalam bentuk saham-saham atau surat berharga lain.

2. Motif transaksi yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi dan melancarkan konsumsi yang akan dilakukan.

3. Motif berjaga-jaga yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi pembayaran-pambayaran yang tidak terduga atau di luar rencana.

Dalam kurva teori Keynes tentang tingkat suku bunga, kurva LP menunjukkan bahwa pada waktu jumlah uang sebesar OMo, maka tingkat suku bunga sebesar 0ro dan pada waktu jumlah uang bertambah dari 0mo menjadi 0m1, tingkat bunga turun dari Oro menjadi Oro. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah uang

yang beredar, maka semakin rendah tingkat bunga. Kurva Mo dan M1 adalah jumlah uang yang beredar dan bentuknya elastis tidak sempurna karena pada suatu waktu tertentu jumlah uang adalah tetap.(Sukirno, 1995 : 389)

Gambar 2 Teori Keynes tentang Tingkat Suku

Lp(liquidity f ) M0 M1 M1 M0 0 r1 r0 Jumlah uang

Sumber : Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi II. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 384.

2.2.4. Likuiditas Perbankan

2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Perbankan

Likuiditas dalam perbankan, diartikan sebagai suatu kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban yang segera dapat ditarik. Kewajiban harus dilunasi tepat pada waktunya, apabila hal ini dapat dilakukan tanpa menemukan kendala atau dikatakan lancar, maka dapat

dianggap memiliki tingkat likuiditas baik. Pada intinya likuiditas bank adalah masalah kesanggupan memenuhi permintaan pembayaran dana dari masyarakat setiap saat. (Campton, 1991 : 162). Sehingga likuiditas diartikan sebagai proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi kewajiban bank yang harus segera dibayar, seperti simpanan giro, simpanan berjangka (time deposite), kredit likuiditas dan pinjaman-pinjaman dari bank dan pemenuhan suatu kredit tanpa adanya suatu penundaan, oleh karena itu diperlukan adanya

primary reserve yang sama dengan permintaan likuiditas, atau dengan surat berharga yang segera dapat dicairkan sebagai secondary reserve. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas dari suatu bank yaitu kemampuan bank tersebut memenuhi kewajiban finansialnya, yaitu :

1. Tabungan atau deposito, adalah sejumlah uang nasabah yang dipercayakan untuk disimpan pada suatu bank dengan menerima imbalan sejumlah bunga tabungan atau deposito.

2. Inflasi, yaitu meningkatnya harga bahan-bahan pokok yang disertai dengan meningkatnya harga barang lainnya.

3. Sertifikat Bank Indonesia

4. Capital, yaitu sejumlah uang yang masuk sebagai modal operasi bank. Dalam hal ini bank swasta wajib mengumpulkan sejumlah prosentase tertentu untuk masuk dalam reserve requiment pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia.

Untuk mengetahui tingkat luiditas bank dapat dilihat dari 3 ukuran, yaitu :

1. Perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan jumlah dana dari pihak ke-3.

Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin kurang likuid, sebaliknya semakin rendah rasio menunjukkan semakin likuid.

2. Perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan jumlah liabilities.

Adalah rasio ini dimaksudkan lebih menyempurnakan rasio yang pertama, karena pengertian likuiditas lebih luas daripada pengertian deposit dan dapat mencerminkan suatu potensi dalam penyaluran dana di bank.

3. Perbandingan antara asset yang likuid dengan jmlah liabilities.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin likuid, sebaliknya semakin rendah rasio ini akan semakin kurang likuid.

Dari keseluruhan ukuran likuiditas tersebut diatas sebenarnya belum termasuk dapat memberikan gambaran konkrit tentang likuiditas bank karena apabila data yang ada di laporan keuangan, maka akan timbul didalamnya faktor kemampuan bank untuk mendapatkan dana dari pinjaman dan akan timbul kesulitan dimasa yang akan datang sehingga sulit untuk menentukan likuiditas yang wajar.

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat likuiditas digunakan rumus sebagai berikut :

Alat likuiditas

Likuiditas = _____________________________ x 100% Kewajiban kepada pihak ketiga

(Bank Indonesia, 2003 : 30) Keterangan :

Alat likuiditas meliputi :

1. Uang kertas dan uang logam di dalam teller

2. Giro di Bank Indonesia 3. Giro di Bank lain

Kewajiban kepada pihak ketiga meliputi : 1. Simpanan giro

2. Simpanan deposito berjangka 3. Tabungan

2.2.4.2.Kebijaksanaan Likuiditas Bank

Menurut Mulyono (1992:65), dalam menetapkan likuiditasnya oleh suatu manajemen bank, dapat ditempuh melalui lima pendekatan, yaitu :

1. Self Liquidiy Approach

Adalah pendekatan peningkatan likuiditas suatu bank melalui peningkatan pembayaran kembali kredit-kredit atau penanaman dalam surat berharga yang sesuai dengan jatuh temponya.

2. Assets Sale Ability / Assets Shift Ability

Adalah peningkatan likuiditi dengan mengadakan likuiditas atas asset-asset lainnya yang tidak produktif.

Adalah peningkatan likuiditas dengan menciptakan sumber-sumber dana yang baru dari masyarakat maupun dari dunia perbanan, misalnya : penciptaan traveler cheque, credit card, deposito-deposito berjangka dan lain sebagainya.

4. Borrowers Earning Flow

Adalah meningkatkan likuiditas melalui usaha yang giat dalam menjaga kelancaran penerimaan bunga dan kredit yang diberikan.

5. Reserve Discount Window to Central Bank as Lender of Last Resort

Adalah untuk mencari likuiditas dengan mengadakan pinjaman kepada Bank Setral.

Dokumen terkait