SKRIPSI
Oleh :
SYILVIA NUR AINI 0911010037/ FE/ IE
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangungan
Oleh :
SYILVIA NUR AINI 0911010037/ FE/ IE
FAKULTAS EKONOMI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana
Ekonomi Pr ogr am Studi Ekonomi Pembangunan
Oleh :
SYILVIA NUR AINI
0911010037
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Disusun oleh : SYILVIA NUR AINI
0911010037
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” ;J awa Timur Pada tanggal 13 J uni 2013
PEMBIMBING
DR. SRI MULJ ANINGSIH, SE, MP NIP. 195706031989032001
TIM PENGUJI Ketua
DR. IGNATIA MARTHA, SE., ME. NIP. 196703011991032001
Seker tar is
DR. MUCHTOLIFAH, SE., MP. NIP. 195805091987032001
Anggota
DR. SRI MULJ ANINGSIH, SE, MP NIP. 195706031989032001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan segala kerendahan hati, peneliti memanjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:
“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALURAN KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI
INDONESIA”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” jawa
Timur. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dosen pembimbing Dr. Sr i
Muljaningsih, SE,MP. Maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati yang
tulus ikhlas mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
pelayanan akademik.
5. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa
memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak
terhingga.
6. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 2009 yang telah
memberi suport dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan skripsi
hingga selesai.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,. Oleh karena
itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.Semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca untuk penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surabaya, Juni 2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran ... viii
Abstraksi ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian terdahulu ... 4
2.2. Landasan Teori ... 5
2.2.1. Definisi Bank ... 5
2.2.1.1. Jenis-jenis Bank ... 6
2.2.1.2. Fungsi Bank ... 6
2.2.2. Kredit ... 7
2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 7
2.2.2.2. Fungsi Kredit ... 8
2.2.2.3. Jenis-jenis Kredit ... 9
2.2.2.4. Prinsip Kredit ... 10
2.2.3. Investasi ... 12
2.2.3.2. Tujuan Kredit Investasi ... 14
2.2.4. Suku Bunga Kredit ... 14
2.2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Kredit . ... 15
2.2.4.2. Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Penyaluran Kredit Investasi ... 18
2.2.5. Inflasi ... 19
2.2.5.1. Jenis-jenis Inflasi ... 20
2.2.5.2. Pengaruh Inflasi Dengan Penyaluran Kredit Investasi... 24
2.2.6. Dana Pihak Ketiga ………. 24
2.2.6.1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dengan Penyaluran Kredit ……… 26
2.7. Kerangka Pikir ... 27
2.8. Hipotesis ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi oprasional dan Pengukuran variabel ... 30
3.2. Teknik Penentuan Sampel... ... 31
3.3. Teknik Penentuan Data ... 32
3.3.1. Jenis Data ... 32
3.3.2. Sumber Data ... 32
3.4. Teknik Analisis ... 33
3.4.2. Uji F ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 42
4.1.1. Keadaan Geografis Dan Luas Wilayah ... 42
4.1.2. Keadaan Alam ... 43
4.1.3. Gambaran Umum Perbankan Indonesia ... 43
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
4.2.1 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi ... 44
4.2.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit ... 45
4.2.3. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 47
4.2.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga ……… 48
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbised Estimator) ... 49
4.3.1. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda ... 54
4.3.2. Uji F ... 56
4.3.3. Uji t ... 58
4.4. Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Saran ... 68
Oleh :
SYILVIA NUR AINI
Abstraksi
Lembaga perbankan berfungsi sebagai penghimpun dan menyalurkan dana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan tersebut dapat berhasil dengan baik apabila lembaga keuangan bank sebagai mediator antara pemilik dengan pengguna dana. Melalui kebijakan moneter dapat mendorong pembentukan dana masyarakat, kemudian dana tersebut disalurkan kembali oleh pihak bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit, misalnya kredit investasi dan kredit modal kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit investasi pada bank umum di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 2002 sampai dengan 2012. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan variabel yang digunakan adalah Tingkat Suku Bunga Kredit (X1), Tingkat Inflasi (X2), Dana Pihak Ketiga (X3), sebagai variabel bebas. Kredit Investasi (Y) Pada Bank Umum Di Indonesia sebagai variabel terikatnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga Kredit (X1), Tingkat Inflasi (X2) dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi (Y) Pada Bank Umum Di Indonesia. Ditunjukkan dengan Fhitung = 216,305 > Ftabel = 4.53. Sedangkan analisis uji t, variabel Dana Pihak Ketiga (X3) berpengaruh signifikan terhadap kredit investasi pada bank umum di Indonesia. Variabel tingkat suku bunga (X1) dan Tingkat Inflasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi pada Bank Umum di Indonesia, karena pelaku usaha yang membutuhkan modal akan tetap mengambil kredit untuk meningkatkan hasil produksi dan mengembangkan usahanya.
1.1Latar Belakang
Di dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank merupakan
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sesuai dengan keputusan Mentri Keuangan
No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan berfungsi sebagai badan yang bergerak
di bidang keuangan dimana kegiatannya melakukan penghimpunan dana dalam
bentuk simpanan (Tabungan, Giro, Deposito) dari masyarakat dan menyalurkan
dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit,
merupakan salah satu tugas dari lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lalu
lintas uang, dimana uang yang dihimpun dari masyarakat disalurkan kembali
kepada masyarakat.
Dana yang dihimpun dari masyarakat sebagian besar dialokasikan untuk
kredit. Sebab kredit merupakan rangkaian kegiatan utama bank, dimana
pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. Dari penyaluran
kredit tersebut bank akan mendapatkan bunga. Penyaluran kredit akan sangat
membantu dunia usaha. Karena dunia usaha memiliki keterkaitan erat dengan
lembaga keuangan bank. Oleh karena itu pihak bank akan menyalurkan kreditnya
Pada era globalisasi sekarang ini persaingan antar perusahaan banyak
menghadapi kendala dalam usahanya. Kendala ini banyak ditemui pada saat
perusahaan memasarkan produk yang sejenis dengan perusahaan lain, hal ini akan
membuat setiap perusahaan saling merebut konsumen guna memperbesar pangsa
pasar. Salah satu cara yang ditempuh perusahaan untuk mengembangkan dan
memperluas usaha antara lain dengan menambah produksi atau memperbesar
modal produksi dan melakukan investasi. (Rani Rahma, 2009)
Menurut Djoko Retnadi (2006) Penyaluran kredit dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank,
dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan
penetapan tingkat suku bunga, sedangkan sisi eksternal bank dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi, peraturan pemerintah dan lain-lain.
Pembangunan ekonomi di Indonesia usaha kecil selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan penting. Peran usaha kecil menjadi
bagian dalam perencanaan pembangunan. Akan tetapi pengembangan usaha yang
telah dilaksanakan masih belum memuaskan, karena kemajuan usaha kecil masih
rendah dibandingkan dengan usaha besar. (Partomo&Soejoedono,2002:20)
Didasari pemikiran di atas maka dilakukan penelitian tentang “Analisis
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi pada Bank
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang disajikan di atas dapat
diambil perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Suku Bunga Kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi
pada Bank Umum di Indonesia ?
2. Apakah Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi pada
Bank Umum di Indonesia ?
3. Apakah Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi
pada Bank Umum di Indonesia ?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarakan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
kemukakan sebelumnya, maka diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat suku bunga pada penyaluran
kredit investasi di bank umum di Indonesia
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat inflasi pada penyaluran kredit
investasi di bank umum di Indonesia
3. Untuk mengetahui dan menganalisis dana pihak ketiga pada penyaluran kredit
1.4Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat di ambil manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat memberi pengalaman dan pengetahuan tentang cara
penulisan karya ilmiah dengan baik, serta menambah wawasan dan
pengetahuan tentang penyaluran kredit investasi.
2. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
masukan bagi pihak yang berkepentingan serta sebagai bahan
pertimbangan khususnya dalam pengambilan kebijakan tentang kredit
investasi.
3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jatim
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu
yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Jatim sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil-Hasil Peneliti Ter dahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi.
Berikut ini ringkasan penelitian terdahulu :
No Nama Peneliti (Tahun)
J udul Var iabel Alat Analisis Temuan +/-
1. Jurnal Mohammad Hasanudin dan Prihartiningsi h (2009)
Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performance Loan (NPL) dan Tingkat Inflasi terhadap penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Jawa Tengah
Y= Penyaluran kredit X1=Dana Pihak Ketiga X2= Tingkat Suku Bunga Kredit X3= Non
Performance Loan (NPL) X4= Tingkat Inflasi Analisis regresi Linier Berganda dg Metode Kuadrat Terkecil (OLS) -Variabel dana pihak ketiga berpengaruh terhadap penyaluran kredit -Variabel tingkat suku bunga, NPL, Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit Hasil penelitian tersebut menunjukkan kesesuaian antara landasan teori dg hasil analisis. Dalam hal ini dana pihak ketiga menentukan penyaluran kredit hal ini di perkuat oleh teori Moch. Soedarto (2004) yang menyatakan bahwa semakin besar dana yang di simpan bank, maka semakin besar kredit yang disalurkan. 2. Idah Zuhroh
(2010)
Analisis Permintaan Kredit Investasi Pada Bank Swasta Nasional Di Jawa Timur
Y=Permintaan Kredit Investasi X1= Suku Bunga Kredit
3. Billy Arma Pratama (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan Y= Penyaluran Kredit Perbankan X1= Dana Pihak Ketiga X2= Capital
Adequacy Ratio
(CAR) X3= Non
Performing Loan (NPL) X4= Suku Bunga SBI Regresi Linear Berganda dg Metode Kuadrat Terkecil Sederhana (OLS) -Variabel DPK, CAR, dan NPL berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit perbankan -Variabel Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit
Hasil temuan tersebut menunjukkan adanya persamaan dan menguatkan hasil penelitian Anggrahini (2004) dan Ekananda (2005) yang menyatakan bahwa DPK, CAR, dan NPL
berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit perbankan.
4. Meidi Tarigan (2011)
Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Kredit Investasi Pada Bank Umum Di Indonesia Tahun 2000-2011
Y= Kredit Investasi X1= Inflasi X2= Suku Bunga SBI Regresi Linear Berganda dg Metode Kuadrat Terkecil Sederhana (OLS) -Variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap kredit investasi -Variabel Suku bunga SBI berpengaruh terhadap kredit investasi Hasil regresi menunjukkan bahwa temuan peneliti sesuai berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Idah Zuhroh (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga mempengaruhi besarnya kredit investasi
2.2Landasan Teor i
2.2.1 Definisi Bank
Pengertian Bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan)
mendefinisikan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
2.2.1.1 J enis-J enis Bank
Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang-Undang pokok
perbankan Nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya
Undang-Undang RI. Nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan
terdiri dari dua jenis Bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Dengan keluarnya undang-undang nomor 7 tahun 1992
tersebut mengakibatkan perubahan fungsi Bank Pembangunan dan
Bank Tabungan menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank
Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Disamping kedua jenis Bank di atas dalam praktiknya
masih terdapat satu lagi jenis bank yang ada di Indonesia yaitu Bank
Sentral. Jenis bank ini tidak bersifat komersial seperti halnya bank
umum dan BPR. Bahkan disetiap negara jenis bank ini selalu ada. Di
Indonesia fungsi Bank Sentral di pegang oleh Bank Indonesia
(BI).(Kasmir 2003:11).
2.2.1.2 Fungsi Bank
1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat.
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit.
3. Sebagai lembaga yang meluncurkan transaksi perdagangan dan
2.2.2 Kr edit
2.2.2.1Penger tian Kr edit
Pengertian kredit menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan)
mendefinisikan kredit sebagai penyedia uang. Istilah kredit berasal dari
bahasa Yunani yaitu “ credere “ yang berarti sebuah kepercayaan (trust)
oleh karena itu dasar kredit adalah kepercayaan seseorang atau suatu
badan yang memberikan kredit (kreditur) dan percaya bahwa penerima
kredit (debitur) sanggup memenuhi segala kewajiban yang telah disepakati
terlebih dahulu.(Teguh Pudjo Mulyono, 2002:12).
Kredit merupakan pemberi pinjaman berupa uang dapat juga
barang kepada pihak penerima kredit (debitur) dengan harapan akan
memperoleh suatu tambahan nilai berupa bunga sebagai pendapatan bagi
pihak pemberi pinjaman (kreditur). Pemberian kredit ini didasari atas
suatu perjanjian untuk saling percaya antara kedua belah pihak dan saling
mematuhi kewajiban masing-masing. Budi Untung (2005:2) menyatakan
kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan
2.2.2.2 Fungsi Kr edit
Fungsi kredit ialah ( Kasmir ( 2003: 107) :
a. Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkn daya guna uang,
maksudnya jika uang hanya di simpan saja di rumah tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna.
b. Untuk Meningkatkan Peredaran Dan Lalu Lintas Uang
Dalam hal ini uang diberikan akan beredar dari suatu wilayah
ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan
uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan
memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
c. Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh
debitur untuk mengelolah barang yang semula tidak berguna
menjadi berguna atau bermanfaat.
d. Meningkatkan Peredaran Barang
Kredit dapat pula menambah arus barang dari satu wilayah,
sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula
e. Sebagai Stabilitas Ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat
stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang
diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh
masyarakat
f. Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan
kegairahan berusaha apalagi bagi si nasabah yang modalnya
pas-pasan.
g. Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin
baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.
h. Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional
Dalam hal ini pinjaman internasional akan dapat meningkatkan
hubungan yang saling membutuhkan antara si penerima kredit
dengan si pemberi kredit.
2.2.2.3 J enis-jenis Kr edit
Jenis kredit menurut jangka waktu dibedakan menjadi :
1. Kredit jangka pendek (Short Term Loan) yaitu kredit yang
2. Kredit jangka menengah (Medium Term Loan) yaitu kredit yang
berjangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.
3. Kredit jangka panjang (Long Term Loan) yaitu kredit yang
berjangka waktu lebih dari tiga bulan. (Kasmir,2004 : 99-100)
Jenis kredit menurut tujuannya, dibedakan sebagai berikut :
1. Kredit Konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan
jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha.
2. Kredit Produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
3. Kredit Perdagangan yaitu kerdit yang digunakan untuk
perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagang yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang
tersebut. ( Kasmir,2004 : 99-100 )
2.2.2.4 Pr insip Kredit
Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah
di kenal adanya prinsip 5C atau juga menyebutnya dengan prinsip 6C,
a. Character (Kepribadian Watak) yaitu mendasari suatu
kepercayaan dengan adanya keyakinan dari pihak bank bahwa
peminjam mempunyai moral, watak pribadi yang positif dan
kooperatif.
b. Capacity (Kemampuan, Kesanggupan) yaitu suatu penilaian
kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban
dari kegiatan usaha yang dilakukan.
c. Capital (Modal Kekayaan) yaitu jumlah dana modal sendiri yang
dimiliki oleh calon debitur, sebab seorang calon debitur yang telah
menanamkan modalnya dalam porsi besar dibandingakan kredit
yag diperoleh dari bank tentu akan melakukan usahanya dengan
kesungguhan.
d. Collateral (Jaminan) yaitu barang jaminan yang diserahkan oleh
peminjam atau debitur sebagai jaminan atas kredit
e. Condition Of Economy (Keadaan) yaitu suatu kondisi politik,
sosial, budaya, ekonomi yang mempengaruhi perekonomian pada
suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu.
f. Constrait yaitu prinsip contrait atau adanya hambatan batas
pemanfaatan kredit tersebut ada lokasi yang tidak disukai yang ada
Penilaian kredit menurut Kasmir (2004: 105) dengan metode
analisis 7P adalah sebagai berikut :
1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
2. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu.
3. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit termasuk jenis kredit yang di inginkan oleh nasabah.
4. Prospect yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek yang sebaliknya.
5. Payment yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang telah di ambil.
6. Profitability yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah dalam mencari laba.
7. Protection yaitu tujuannya untuk menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.
2.2.3 Investasi
Ada banyak pengertian tentang investasi, pada dasarnya
investasi merupakan pengeluaran perusahan untuk kegiatan usahanya
menyatakan pengeluaran perusahaan tersebut dapat berupa
pengeluaran untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik dan
pembelian mesin baru untuk meningkatkan produksinya.
Investasi juga dapat diartikan sebagai pengeluaran dalam
bentuk penanaman modal perusahaan untuk membeli barang modal
dan perlengkapan produksi guna menambah kemampuan perusahaan
dalam memproduksi barang atau jasa. (Sadono sukirno, 2006)
2.2.3.1 Kr edit Investasi
Kredit Investasi adalah penanaman modal yang digunakan untuk
untuk membangun proyek baru. Seperti halnya pembelian mesin baru
sebagai peremajaan terhadap mesin-mesin yang lama.(Harijanto,1999:92)
Menurut Teguh Pudjo Mulyono(2001:28) kredit investasi
merupakan kredit yang dikelurakan oleh bank kepada perusahaan atau
pengusaha untuk pembelian barang modal, dengan harapkan dapat
menjadi nilai tambah bagi perusahaan atau pengusaha dalam jangka waktu
yang akan datang. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kredit
investasi merupakan kredit yang disalurkan untuk memperluas usaha dan
menambah hasil produksi, melalui pembelian mesin baru, membangun
proyek baru, dengan jumlah dana dan tingkat suku bunga yang telah
2.2.3.2Tujuan Kr edit Investasi
Tujuan kredit investasi menurut Simorangkir (2000:111)
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kelonggaran cash flow pada nasabah sehingga dapat
lebih leluasa di dalam mengelolah usahanya atau mengembangkan
tingkat penjualan.
b. Memberikan jangka waktu kredit yang cukup panjang.
c. Memberikan kemungkinan ditetapkannya suatu grace period dan
pencicilannya.
2.2.4 Suku Bunga Kr edit
Kasmir, (2006:133) mengemukakan bahwa “Bunga Kredit dapat
diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”.
Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus diterima
oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman.
Suku bunga kredit adalah harga dari pinjaman yang diberikan dan
besar pinjaman tersebut di tentukan oleh pihak bank. Pemberian pinjaman
pada umunya memiliki hubungan positif dengan suku bunga kredit. Pada
gambar 1, keinginan untuk meminjam dan kesediaan untuk memberi
keinginan untuk meminjam dan kesediaan untuk memberi pinjaman
mempengaruhi tingkat suku bunga, hal ini disebabkan karena adanya
perubahan suku bunga, jumlah uang beredar, atau keinginan untuk
memegang uang.
Gambar 1. Permintaan dan Penyaluran Kredit Menentukan Besarnya Suku Bunga
2.2.4.1 Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Suku Bunga Kr edit
Menurut Kasmir, 2006:134-135, faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya penetapan suku bunga yaitu :
Dana Suku Bunga
ro
Qo
Bu
L
B
Sumber : Diulio Eugene. A. 1993 Uang dan Bank, Seri buku
a. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana
tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan.
b. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping
faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus
memperhatikan pesaing. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada di bawah bunga pesaing.
c. Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga
pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah.
d. Target Laba Yang di Inginkan
Sesuai dengan target laba yang di inginkan, jika laba yang
di inginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
e. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan
semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
f. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin
rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai
contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan
sertifikat tanah.
g. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan
nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan
resiko kredit macet di masa mendatang relativ kecil dan
sebaliknya.
h. Produk Yang Kompetitif
Produk yang kompetitif adalah produk yang dibiayai
tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga
kredit yang diberikan relativ rendah jika dibandingkan dengan
produk yang kurang kompetitif.
i. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya anatara
nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas
j. Jaminan Pihak Ketiga
Apabila pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari
segi kemampuan membayar maupun loyalitas terhadap bank maka
bunga yang diberikan pun berbeda.
2.2.4.2 Pengar uh Suku Bunga Kr edit Ter hadap Penyalur an Kr edit
Investasi
Gambar 2. Hubungan Suku Bunga Kredit Terhadap Penyaluran Kredit Investasi
10 Suku Bunga
6
0
I0 I1
D
Sumber : Sadono Sukirno.2006 Mikro Ekonomi, Seri buku
Pada umumnya perusahaan mengambil kredit tergantung pada
suku bunga yang berlaku. Pada gambar 2 dijelaskan misalnya suku
bunga kredit adalah 10 persen. Pada suku bunga ini tidak
menguntungkan perusahaan untuk mengambil kredit yang tingkat
penghasilannya tidak mencukupi untuk mengembalikan pinjaman
beserta bunga sebesar 10 persen. Dengan demikian pada suku bunga
sebesar 10 persen, para pengusaha akan mengembangkan
proyek-proyek yang tingkat pengembalian dananya sama dengan suku bunga.
Ini berarti apabila suku bunga 10 persen, maka perusahaan yang
mengambil kredit adalah sebanyak I0. Akan tetapi disaat suku bunga
berada pada 6 persen, lebih banyak perusahaan untuk mengambil
kredit, yaitu sebanyak I1. (Sadono sukirno, 2006:378)
2.2.5 Inflasi
Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang dapat terjadi baik
di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Dinamika
dan perkembangan ekonomi yang berdampak pada peningkatan
permintaan barang dan jasa pada kapasitas perekonomian yang terbatas
merupakan salah satu penyebab terjadinya inflasi. Menurut suparmono
(2006:128), inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dan terus-menerus. Dikatakan umum berarti kenaikan
kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat terlebih lagi
kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang dipasar. Sedangkan
dikatakan terus menerus yang berarti bahwa kenaikan harga tidak sesaat
saja, misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan
harga pada kondisi tertentu tidak menjadi permasalahan karena harga
akan kembali normal.
Inflasi dapat juga diartikan sebagai peristiwa moneter yang sangat
penting dan yang di jumpai di hampir semua negara di dunia. Definisi
inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1982:155)
2.2.5.1. J enis-J enis Inflasi
Jenis-jenis inflasi menurut Boediono (2001:164) antara lain :
a. Inflasi berdasarkan asalnya ialah:
1. Inflasi berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation) ialah inflasi
yang timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru.
2. Inflasi berasal dari luar negeri (Imported Inflation) ialah inflasi
yang timbul karena kenaikan harga yang disebabkan naiknya biaya
b. Inflasi menurut sifatnya, di tinjau dari laju atau derasnya inflasi, yakni:
1. Inflasi merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi
yang rendah dan ukurannya kurang dari 100% pertahun,
sedangkan kenaikan harga berjalan lamban serta dalam jangka
waktu yang lama.
2. Inflasi menengah (galloping inflation) dalam hal ini kenaikan
harga cukup besar (biasanya dua digit) serta waktunya relatif
pendek dan mempunyai sifat cepat dibandingkan dengan harga
tinggi bulan yang lalu. Akibatnya pada kegiatan perekonomian
akan lebih berat dibandingkan dengan inflasi menyerap.
c. Inflasi tinggi (hyper inflation) sesuai dengan namanya. Harga-harga
umum naik lima atau enam kali, sedang nilai uang merosot dan
masyarakat tidak mempunyai, keinginan untuk menyimpan. Inflasi
menurut sebabnya, yakni :
1. Tarikan permintaan (Demand pull inflation), inflasi ini timbul
karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Misalnya :
a. Bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru.
b. Bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena
Gambar 3 : Demand Inflation
Harga
Sumber : Boediono, 1996. Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga, Seri Sinopsis, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 163.
Pada gambar 3 , menggambarkan suatu demand pull inflation.
Karena permintaan masyarakat akan barang-barang (aggregate
demand) bertambah misalnya karena bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang di biayai dengan pencetakan uang baru atau kenaikan
permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor , atau juga
bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit murah.
Maka dari itu kurva aggregate demand bergeser dari D1 ke D2,
akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.
2. Desakan biaya (Cost push inflation), Inflasi ini diakibatkan oleh
kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan:
a. Kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan
harga bahan modal D1
D2 S
H2
H1
Q2
Q1 Output
b. Berkurangnya jumlah penawaran
c. Naiknya harga barang yang diikuti dengan turunnya jumlah
produksi
Gambar 4 : Cost Inflation
Harga
Sumber : Boediono, 1996. Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga, Seri Sinopsis, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 163.
Pada gambar 4, dapat dilihat bahwa bila ongkos produksi naik,
misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan
dari luar negeri ataupun dalam negeri contoh kenaikan harga bahan
bakar minyak , maka kurva penawaran masyarakat (aggregate supply)
bergeser dari S1 ke S2. H2
H1
D S1 S2
Q1 Output
2.2.5.2Pengar uh Inflasi dengan Penyalur an Kr edit Investasi
Penurunan inflasi, akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Daya beli masyarakat akan mengalami peningkatan karena selalu
diiringi dengan turunnya harga-harga barang dan jasa sehingga
permintaan akan barang dan jasa meningkat. Peningkatan tersebut
akan mendorong para pengusaha untuk menambah jumlah
produksinya. Untuk menambah jumlah produksi tersebut perusahaan
membutuhkan dana atau modal dengan cara mengambil kredit pada
bank. Hal ini mengakibatkan penyaluran kredit investasi menjadi
meningkat.(Sadono Sukirno, 2006:334)
2.2.6 Dana PihakKetiga
Menurut Kasmir (2003:65), Dana pihak ketiga adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, tabungan,
deposito atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Dana pihak ketiga ini
terdiri dari :
1. Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyetgiro, atau dengan cara
pemindahbukuan. Sumber dana dari rekening giro ini merupakan
sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis
2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lain yang
dipersamakan dengan itu. Dana yang berasal dari tabungan
merupakan dana yang lebih stabil dari pada dana giro, karena
umumnya orang menabung adalah untuk maksud mewujudkan
suatu rencana di masa depan. (Kasmir, 2003:74)
3. Deposito
Deposito adalah sejenis jasa yang biasa ditawarkan kepada
masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di
mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah deposito
biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa. Jenis-jenis
deposito (Iyor.wordpress.com) :
1. Deposito Berjangka
Deposito Berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah
maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada
bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
2. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito sering disingkat dengan CD
negotiable Certificate of Deposits adalah deposito berjangka
yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan, yang juga
merupakan surat pengakuan hutang dari bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang dapat diperjualbelikan dalam pasar
uang.
3. Deposit On Call
Deposit On Call adalah simpanan atas nama (atau pihak
ketiga bukan bank) dalam jumlah Deposit on call yang besar.
Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan
sebelumnya. Pemberitahuan nasabah kepada bank untuk
penarikan tersebut dilakukan, misalnya dalam jangka waktu
sehari, tiga hari, seminggu, atau jangka waktu lainnya yang
disepakati oleh nasabah dan bank yang bersangkutan.
2.2.6.1 Pengar uh Dana Pihak Ketiga Dengan Penyalur an Kr edit
Investasi
Dana Pihak Ketiga bank umum baik yang berupa tabungan,
deposito maupun giro menjadi salah satu faktor yang cukup
menentukan dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat permintaan dan
ketiga meningkat maka kemampuan bank memberi kredit juga
meningkat, sehingga berdampak pada meningkatnya penyaluran kredit
investasi (Sulistyo, 2008 : 52).
2.7. Ker angka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini membahas tentang
“Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi kredit investasi pada
bank umum di Indonesia”. Dalam pembahasan ini variabel yang
mempengaruhi penyaluran kredit investasi antara lain suku bunga
kredit, tingkat inflasi dan dana pihak ketiga.
Penjelasan secara sederhana kerangka pikir dapat dijelaskan
pada gambar 2. Berdasarkan gambar dan teori yang mendukung
penelitian ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan penyaluran
kredit investasi dan kredit modal kerja pada bank umum di Indonesia
ialah dengan menurunkan tingkat suku bunga, sebab apabila tingkat
suku bunga tinggi akan mengakibatkan mahalnya biaya pengembalian
kredit yang diterima perusahaan. Oleh sebab itu ketika suku bunga
kredit turun permintaan kredit akan meningkat sehingga penyaluran
kredit investasi juga meningkat.(Sadono Sukirno, 2006:378). Hal ini di
dukung oleh penelitian Moh. Hasanuddin (2010), yang menyatakan
bahwa penurunan suku bunga kredit akan menyebabkan bergairahnya
memperbesar pinjaman untuk memperluas investasi sebab biaya
modal murah sedangkan apabila bunga tinggi maka dunia usaha
kesulitan mencari dana untuk membiayai usahanya.
Permasalahan lainnya yang mempengaruhi penyaluran kredit
investasi dan kredit modal kerja adalah tingkat inflasi. Sadono Sukirno
(2006), menjelaskan pada saat inflasi naik, akan mengakibatkan
permintaan barang menjadi menurun. Penurunan permintaan barang
akan mempengaruhi penurunan hasil produksi perusahaan, hal ini akan
menyebabkan penyaluran kredit investasi menjadi turun. Begitu juga
sebaliknya ketika inflasi turun permintaan barang meningkat sehingga
perusahaan akan meningkatkan hasil produksinya dengan cara
mengambil kredit. Maka penyaluran kredit investasi menjadi
meningkat. Hal ini di dukung oleh penelitian Eko Yulianto (2008), di
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa apabila laju inflasi turun
maka akan berdampak pada besarnya penyaluran kredit investasi.
Dana pihak ketiga juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit investasi. Semakin banyak jumlah
dana yang di himpun oleh bank maka akan semakin banyak pula kredit
yang ditawarkan sehingga penyaluran kredit meningkat (Kasmir, 1998
: 61). Teori ini di dukung oleh penelitian Billy Arma Pratama (2009)
yang menyatakan bahwa semakin besar dana yang di himpun oleh
Gambar 5. Kerangka Pikir
2.8. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang belum tentu dapat diterima, masih
perlu diuji kebenaran. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan landasan teori
yang telah dijelaskan maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian ini adalah:
1. Diduga Suku Bunga Kredit (X1) berpengaruh terhadap Kredit Investasi (Y)
2. Diduga Inflasi (X2) berpengaruh terhadap Kredit Investasi (Y)
3. Diduga Dana Pihak Ketiga (X3) berpengaruh terhadap Kredit Investasi (Y) Suku Bunga Kredit
(X1)
Inflasi (X2) Per mintaan Bar ang
Per mintaan Kr edit
Penyalur an Kr edit Investasi
(Y)
Dana Pihak Ketiga (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel
Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan
dioperasionalkan pada suatu penelitian dalam suatu penelitian dalam bentuk
variabel, baik berdasarkan teori maupun data secara empiris dengan tujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan beberapa variabel, baik variabel terikat (dependent
variabel) dan variabel bebas (variabel independent).
Beberapa definisi pengukuran variabel - variabel penelitian operasional
berdasarkan teori dan data secara empiris, dimana variabel-variabel yang ada
menunjukan bahwa terdapat hubungan-hubungan fungsional yang mendefinisikan
ketergantungan variabel terikat pada variabel bebas secara spesifik. Definisi
operasional variabel yang digunakan sebagai berikut :
a. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Penyaluran kredit Investasi (Y) yaitu dana yang disalurkan
oleh pihak bank umum di Indonesia kepada investor untuk perluasan
usaha. Dalam penelitian ini variabel kredit investasi yang disalurkan
bank umum di Indonesia periode 2002-2012 dinyatakan dalam satuan
rupiah (juta Rp) .
b. Variabel Bebas (Independent Variabel) terdiri dari :
1. Suku Bunga Kredit (X1)
Suku bunga kredit adalah harga dari pinjaman yang diberikan
dan besar pinjaman tersebut di tentukan oleh pihak bank. Dalam
penelitian ini variabel suku bunga kredit di Indonesia periode tahun
2002-2012 dinyatakan dalam persen (%).
2. Inflasi (X2)
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus-menerus
yang mengakibatkan berkurangnya permintaan barang dan jasa. Dalam
penelitian ini variabel tingkat inflasi di Indonesia periode tahun
2002-2012 dinyatakan dalam bentuk persen (%) .
3. Dana Pihak Ketiga (X3)
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito dan tabungan.
Dalam penelitian ini variabel dana pihak ketiga di Indonesia periode
tahun 2002-2012 dinyatakan dalam bentuk satuan rupiah (juta Rp)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan data tahunan selama 10 tahun yang terukur
secara runtun waktu bersifat time series mulai periode tahun 2002 sampai 2012.
Data sekunder adalah pengambilan data-data yang diperoleh dan
dikumpulkan dari beberapa instansi yang terkait dalam penelitian ini, atau data
yang dipublikasikan dan diambil dari lembaga atau instansi yang terkait.
3.3. Teknik Penentuan Data
Data merupakan faktor yang terpenting dalam melakukan penelitian
sebagai pelengkap untuk menjamin obyektifitas penyusunan skripsi. Dalam
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui
beberapa langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku, antara lain :
3.3.1. J enis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
yang diperoleh atau dikumpulkan dari instansi-instansi atau lembaga yang ada
hubunganya dalam penelitian ini kemudian data ini diolah kembali.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari kantor instansi terkait yang berhubungan
dengan penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), untuk memperoleh
data perkembangan kredit investasi, tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi
3.4. Teknik Analisis
Untuk menganlisis pengaruh terhadap analisa data dilakukan dengan
menggunakan model regresi linier berganda asumsi BLUE (Best Linier
Unbiesed Estimation) untuk mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut
betul-betul linier. Meski menunjukan hubungan spesifikasi antara
variabel-variabel bebas dan terikat. Bentuk persamaannya sebagai berikut :
Y1= ß0+ß1X1+ß2X2+ ß3X3………(Sulaiman, 2004:80)
Dimana :
• Y = Penyaluran Kredit Investasi
X1= Suku Bunga Kredit
X2= Inflasi
X3= Dana Pihak Ketiga
b 0 = Konstanta
b 1 ,b 2 , b 3 = Koefisien Regresi
e = Variabel Pengganggu
3.4.1. Uji F
Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi yang
mempunyai pengaruh pada variabel (X1, X2 dan X3 ) terhadap variabel terikat
(Y) maka sebelumnya perlu dilakukan uji R2 yaitu untuk mengetahui apakah
Tujuan dari uji R2 yaitu mengetahui model analisis tersebut cukup
layak digunakan dalam penelitian sehingga perlu mengetahui nilai adjusted R2
atau koefisien nilai determinasi menggunakan rumus :
R2 = (Nachrowi dan Usman,2005:20).
Dimana :
R2 = Koefisien Determinan
JKregresi = Jumlah Kuadrat regresi
( b1 ∑ Y 1 X1 + b2 ∑ Y 2 X2 +....+bn ∑ YnXn) (Usman,2005:20).
JK total = Jumlah Kuadran Total ( ∑ Yi [ ∑Y ] 2 ]
n
Karateristik utama dari R2 adalah :
a. Tidak mempunyai nilai negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat
b. Nilai berkisar anatara 0 (nol) dan 1( satu ) atau 0 ≤ R2 ≤ 1, yang
artinya:
Apabila R2 mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X
dengan Y. Sebaliknya, R2 mendekati 1 maka ada hubungan antara variabel X
dengan Y.
Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel
1. Uji F
Untuk menguji hubungan regresi antara variabel bebas
berpengaruh dengan variabel terikat, maka di gunakan uji F. Dengan
langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Ho : β1 = β2 = β3 = 0, Artinya variabel bebas (X) tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).
2. H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, Adanya pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y).
3. Menentukan level of signifikan sebesar 5%
4. Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan terikat dengan rumus sebagai berikut:
F hitung = (Soelistyo, 2001 : 325)
Keterangan :
KT Regresi = Kuadrat Tegah Regresi (Means of Square = MS)
KT Galat =Kuadrat tegah residual (Standart Eror)
Menggambarkan derajat kebebasan = (n-k-l) dengan ketentuan:
n : Jumlah sampel / pengamatan
Gambar 6. Kurva Distribusi F
Daerah penolakan Ho
F (α)
Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 326. Kaidah Pengujian :
a. Jika hasil perhitungan Fhitung < F tabel , maka hipotesis nol (H0) dan
Ha diterima artinya ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas.
b. Jika hasil perhitungan Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol (H0)
diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
2. Uji t
Uji t berfungsi untuk menentukan signifikan atau tidak
signifikan suatu variabel bebas secara individual mempengaruhi
variabel tidak bebas. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
(Nachrowi dan Usman,2005:19)
1. Dapat dirumuskan :
a. H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel terikat)
b. H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel
terikat)
Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
t hit un g =
( ) (Nahrowi dan Usman2005:19)
Dimana :
β1 = Koefisien Regresi
Se = Standart Error
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter
Ga mbar 7. Kurva Distribusi t
Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 326.
Parameter yang digunakan adalah memperbandingkan t hitung
dan t-tabel yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan program
komputer. Apabila thitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan hipotesis
alternatif ditolak atau model yang digunakan kurang baik, artinya
Ho ditolak Ho ditolak
Daerah penerimaan Ho
variabel bebas tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel tidak
bebas. Sebaliknya, jika t hitung > t tabel maka hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif diterima, artinya variabel bebas
signifikan dalam mempengaruhi variabel tidak bebas.
3.5. Pendekatan Regresi Linier Berganda Dengan Asumsi Blue
Persamaan regresi harus bersifat BLUE, artinya dengan melalui uji F dan
uji tidak boleh biasa. Untuk melaksanakan operasional regresi linier tersebut
dilakukan tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar, yaitu :
• Non Autokorelasi
• Non Multikolinieritas
• Non Heterokedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (best linier unbiased
estimator) sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi biasa.
1. Non Autokorelasi
Autokorelasi diartikan sebagai korelasi antara data observasi
yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data
yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional). Dalam model
regresi linier diasumsikan non aotukorelasi. Artinya, nilai residual (Y
M enolak Ho
Bukt i
Auto ko relasi
Po sit if
M eno lak H* o Bukti
Autokorelasi Negat if M enerima Ho at au H* o
hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). (Soelistyo,
2001:332).
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva
dibawah ini :
Gambar 8. Kurva Durbin-Watson
Sumber : Gujarati, Damodar, 2010, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta,
Halaman 216
Adanya autokorelasi didasarkan atas :
1. Daerah A: Durbin Waston < Du, tolak Ho autokorelasi
positif.
2. Daerah B : dL < Durbin Waston < dU, ragu-ragu.
3. Daerah C : dL < Durbin Waston < dU, terima Ho, non
autokorelasi.
4. Daerah D : 4- Du < Durbin Waston< 4 -dU ,ragu-ragu.
Daerah
ker agua- Daerah
ker agua-
dL dU 4 – dU 4 – dL
d
5. Daerah E : Durbing Waston< 4-dL, tolak Ho autokorelasi
negatif.
Pendekatan adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan perhitungan besaran Durbin Watson. Panduan mengenai
angka D-W (Durbin Waston) untuk mendeteksi autokorelasi adalah :
1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi
3. Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.
Tabel 1. Autokorelasi Durbin Watson
Dur bin Watson Kesimpulan
Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi
1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan
1,66 – 2,34 Non autokorelasi
2,34 – 2,92 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi
2. Non Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan yang sempurna
antara semua atau beberapa variabel eksplanatori dalam model regresi
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat
dengan ciri-ciri sebagi berikut :
a. Koefisien determinan berganda (R2) tinggi.
b. Koefisien korelasinya sederhananya tinggi.
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).
3. Non Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel independent yang tidak
konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel independent. Uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji rank spearman, ialah
dengan cara mengambil nilai mutlak dengan mengansumsikan bahwa
koefisien rank korelasi adalah nol . Jika hasil regresi menunjukan nilai
signifikan ≥ nilai α ,maka regresi linier tidak terdapat
heteroskedastisitas. Dan nilai residual kuadrat adalah (Y observasi - Y
prediksi). Selain itu pada seatterplot akan menghasilkan gambar yang
memancarkan atau menyebar dan tidak mengumpulkan pada satu titik
atau membentuk suatu pola tertentu apabila persamaan regresi tidak
4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis Dan Luas Wilayah
Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000
diantaranya tidak berpenghuni, yang menyebar sekitar khatulistiwa,
yang memberikan cuaca tropis. Indonesia terletak antara 6̊ 08’ Lintang
Utara dan 11̊ 08’ Lintang Selatan. 94̊ 45’ Bujur Timur dan 141̊ 45’
Bujur Barat serta terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan
benua Australia. Negara kesatuan yang berbentuk republik ini sejak
tahun 2005 dibagi menjadi 33 provinsi. Pada tahun 2006 provinsi
tersebut terdiri dari 349 Kabupaten, 91 Kota, 5.656 Kecamatan dan
71.563 Desa. Daratan Indonesia yang mempunyai luas lebih dari 1,86
juta Km2 . Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu : Jawa dengan
luas 132.107 Km2, Sumatera dengan luas 473.606 Km2, Kalimantan
dengan luas 539.460 Km2, Sulawesi dengan luas 189.216 Km2, dan
4.1.2. Keadaaan Alam
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar
pulau jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, batu bara, timah,
tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di
dunia, meski akhir-akhir ini telah mulai menjadi pengimpor bersih
minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi,
rempah-rempah, dan karet. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung
berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian
dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dipermukaan
laut.(www.wikipedia.com)
4.1.3. Ga mbar an Umum Per bankan Indonesia
Kondisi dunia perbankan Indonesia telah banyak mengalami
perubahan. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan
internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan dari luar perbankan seperti sektor riil dalam
perekonomian, politik, hukum dan sosial. Lembaga perbankan
berfungsi sebagai penghimpun dana dan menyalurkan dana dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan tersebut dapat
berhasil dengan baik apabila ada lembaga keuangan sebagai mediator
antara pemilik dengan pengguna dana. Salah satunya dengan cara
lapisan masyarakat. Untuk mempercepat sasaran dan harapan, maka
perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan perbankan dapat
melakukan upaya yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu
kebijakan untuk mendorong perbankan agar mudah melakukan
perluasan usaha. (Anonim, 1996: 10-14)
4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data serta
perkembangan penyaluran kredit investasi pada bank umum di indonesia agar
dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada perkembangan Kredit Investasi
(Y) di Indonesia,Suku Bunga Kredit (X1), Tingkat Inflasi (X2), dan Dana Pihak
Ketiga (X3)
4.2.1 Per kembangan Penyalur an Kr edit Investasi
Perkembangan penyaluran kredit investasi pada bank umum di
Indonesia selama 10 tahun periode 2002-2012 mengalami perubahan
sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu. Perkembangan terendah
terjadi pada tahun 2012 dengan perkembangan sebesar 1.80% . Hal ini
terkait adanya kondisi kredit perbankan yang belum pulih sehingga
mengakibatkan investasi di Indonesia menjadi menurun karena
ketidakpercayaan investor untuk menanamkan modalnya di indonesia.
37.42%. Perkembangan tertinggi ini menjadi indikasi adanya
perbaikkan perekonomian di Indonesia. Sehingga meningkatkan
produktivitas perusahaan yang akan mempengaruhi penyaluran kredit
investasi.
Perkembangan penyaluran kredit investasi pada bank umum di
Indonesia dapat disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2. Per kembangan Penyalur an Kr edit Investasi pada
bank umum di Indonesia tahun 2002 – 2012
Tahun Penyalur an Kr edit Investasi Per kembangan
(Rp J uta) (% )
2002 82,924.00 -
2003 94,316.00 13.74
2004 118,723.00 25.88
2005 134,400.00 13.20
2006 151,209.00 12.51
2007 186,218.00 23.15
2008 255,900.00 37.42
2009 297,939.00 16.43
2010 348,518.00 16.98
2011 464,262.00 33.21
2012 472,620.00 1.80
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
4.2.2 Per kembangan Suku Bunga Kr edit
Suku bunga kredit merupakan harga atau nilai dari dana yang
dipinjamkan. Tingkat suku bunga kredit yang digunakan dalam
modal kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tingkat suku
bunga kredit investasi pada bank umum di Indonesia periode tahun
2000 sampai tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Per kembangan Suku Bunga Kr edit Investasi Pada
Bank Umum Di Indonesia tahun 2002 - 2012
Tahun Suku Bunga Kr edit Investasi Per kembangan
(% ) (% )
2002 17.82 -
2003 15.68 12.01
2004 14.05 10.40
2005 15.66 11.46
2006 15.10 3.58
2007 13.01 13.84
2008 14.40 10.68
2009 12.96 10.00
2010 12.28 5.25
2011 12.04 1.95
2012 11.27 6.40
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perkembangan
suku bunga kredit investasi selama 10 tahun mulai tahun 2002 sampai
tahun 2012 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan suku
bunga kredit yang tertinggi selama periode penelitian adalah pada
tahun 2007 sebesar 13.84%.Hal ini disebabkan adanya penurunan
tingkat suku bunga kredit pada tahun 2007 yang jauh lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya.Penururnan suku bunga kredit ini
perusahaan yang mengambil kredit untuk memperluas usahanya,
sehingga pertumbuhan ekonomi ikut membaik. Sedangkan
perkembangan terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 1.95% . Di
tahun 2011 jumlah kucuran kredit investasi jauh berkurang.
Berkurangnya kucuran dana kredit investasi ini menyebabkan
kenaikkan tingkat suku bunga kredit. Karena tidak semua pengusaha
dapat mengambil kredit dengan mudah. Disamping itu dipicu pula
dengan adanya kebijakan BI untuk lebih memperketat penyaluran
kredit dan lebih memfokuskan penyaluran kredit tersebut pada
sektor-sektor yang tepat.
4.2.3 Per kembangan Tingkat Inflasi
Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa perkembangan
inflasi setiap tahunnya cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan
tingkat inflasi di Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar
74.86%. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga-harga barang dan
jasa, misalnya bahan bakar minyak yang mengakibatkan angkutan
umum tarifnya menjadi mahal dan biaya listrik. Tetapi pada tahun
2005 perkembangan terendah sebesar -167.34%. dikarenakan kenaikan
harga barang kebutuhan meningkat sejalan dengan disusulnya
Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun
(2002-2012) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Per kembangan Tingkat Inflasi Pada Bank Umum
Di Indonesia tahun 2002 - 2012
Tahun Inflasi Per kembangan (% ) (% ) 2002 10.03 - 2003 5.06 49.55 2004 6.40 26.48 2005 17.11 -167.34 2006 6.60 61.43 2007 6.59 0.15 2008 11.06 67.83 2009 2.78 74.86 2010 6.96 -150.36 2011 3.79 45.55 2012 4.30 13.46 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
4.2.4 Per kembangan Dana Pihak Ketiga
Perkembangan dana pihak ketiga selama 10 tahun dari tahun
2002 sampai tahun 2012. Perkembangan dana pihak ketiga yang
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 19.0372% hal ini dikarenakan
besarnya dana yang dihimpun bank, sehingga penawaran kredit
meningkat. Sedangkan Perkembangan terendah terjadi pada tahun
penurunan, dengan adanya penurunan inflasi maka harga turun
sehingga masyarakat lebih banyak membelanjakan uangnya.
Perkembangan dana pihak ketiga yang terjadi di Indonesia dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Per kembangan Dana Pihak Ketiga Pada Bank Umum
Di Indonesia tahun 2002 - 2012
Tahun
Dana Pihak
Ketiga Per kembangan (Rp J uta) (% )
2002 845015 -
2003 902326 6.78225 2004 963105 6.73581 2005 1127937 17.1146 2006 1287102 14.1112 2007 1510834 17.3826 2008 1753292 16.048 2009 1973042 12.5336 2010 2338824 18.539 2011 2784912 19.0732 2012 3255198 16.8869 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
4.3 Hasil Analisis Asumsi Regr esi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased
Estimator)
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) atau perkiraan linier estimasi harus memenuhi beberapa asumsi
Apabila salah satu asumsi dilanggar, maka persamaan regresi yang
diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pemngambilan keputusan
melalui uji F dan uji t . Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya
kasus-kasus sebagai berikut (Gujarati,2002:201) :
1. Non Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data
observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau
data yang dimabil pada waktu tertentu (data cross-sectional)”. Untuk
menguji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau
tidak dapat digunakan uji DurbinWatson, yaitu dengan cara
membandingkan nilai Durbin Watson (dL dan dU) dalam tabel. Distribusi
penentuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat). Kaidah
keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut (Gujarati,2002:201) :
1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar dari pada (4-dL),
maka hipotesis nol di tolak yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima
yang berarti tidak ada autokorelasi
3. Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU)
maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang
pasti, untuk menilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model
penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel
bebas adalah 3 (k=3) dan banyaknya data adalah (n=10) sehingga
diperoleh nilai DW tabel sebesar dL = 0.525 dan dU = 2.016 . Berdasarkan
model analisis, nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar berada pada
daerah antara dL dan dU yang berarti berada pada daerah dalam daerah
ketidakpastian.
Gambar 9. Kurva Statistik Durbin Watson
Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Ketidak- Kritis pastian pastian
Terima Ho
Tolak Tidak ada Tolak Ho autokolerasi Ho 0 dL= 0,525 dU = 2,016 (4-dU) = 1,984 (4-dL) = 3,475
1,847
2. Non Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau
pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model
regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya
pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan
cara menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan
tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini
berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. Adapun hasil
yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda
diketahui bahwa dari ketiga variabel yang dianalisis dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6. Tes Multikolinieritas
TOLERANCE VIF KENTENTUAN KETERANGAN
0.263 3.809 ≤ 10 Non Multikolinieritas
0.721 1.387 ≤ 10 Non Multikolinieritas
0.306 3.268 ≤ 10 Non Multikolinieritas
Sumber : Lampiran Coefficients
3. Non Heterokedastisitas
Pada regresi linier ini nilai residual tidak boleh ada hubungan
dengan variabel bebas (X). Hal ini bisa diidentifikasikan dengan
variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 7. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman
Korelasi
Residual
Simpangan Baku Spearman's rho Residual Simpangan Baku Koefisien Korelasi 1000
Sig. (2-tailed)
N 10
Tingkat Suku Bunga kredit (X1) Koefisien Korelasi .000
Sig. (2-tailed) 1.000
N 10
Tingkat Inflasi (X2) Koefisien Korelasi .000
Sig. (2-tailed) 1.000
N 10
Dana Pihak Ketiga (X3) Koefisien Korelasi .000
Sig. (2-tailed) 1.000
N 10
Sumber : Lampiran pada Output Correlations
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikan koefisien
korelasi rak spearman untuk variabel bebas X1 sebesar 1.000, X2
sebesar 1.000, dan X3 sebesar 1.00