• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkatan populasi suatu spesies yang biasanya ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnnya yang hidup di lingkungan yang sama, yang

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2. Tingkatan populasi suatu spesies yang biasanya ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnnya yang hidup di lingkungan yang sama, yang

memburu atau memangsa spesies tadi dan yang menyebabkan penyakit atau menjadi parasitnya. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan keamanan, atau ambang pintu keamanan, karena populasi dibawah ambang pintu ini relatif aman dari pemangsaan penyakit; kepadatan ini sudah barang tentu kurang dari kepadatan subsisten.

Tingkatan yang umumnya dianggap oleh mereka yang berurusan dengan kesehatan atau produktifitas spesies yang bersangkutan, disebut kepadatan optimum. Pada tingkatan ini individu – individu dalam populasi akan mendapatkan persediaan segala keperluan hidupnya dengan cukup, dan karena itu akan menunjukan pertunjukan kesehatan individu baik, yang tidak dibatasi oleh adanya kekurangan setiap keperluan yang esensial.

Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor (perdagangan) (Dahuri, 2001) dalam Auhadilla (2009).

Proses penentuan daya dukung lingkungan untuk suatu aktivitas ditentukan umumnya dengan dua cara: (1) suatu gambaran hubungan antara tingkat kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan dan pengaruhnya terhadap parameter-parameter lingkungan, dan (2) suatu penilaian kritis terhadap dampak-dampak lingkungan yang diinginkan dalam rezim manajemen tertentu. Secara umum terdapat empat tipe kajian daya dukung lingkungan (Inglis et al., 2000) dalam Auhadilla (2009), yakni:

1) Daya dukung fisik, yaitu luas total berbagai kegiatan pembangunan yang dapat didukung (accommodated) oleh suatu kawasan/lahan yang tersedia, 2) Daya dukung produksi, yaitu jumlah total sumberdaya daya alam (stok)

yang dapat dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan

3) Daya dukung ekologi, adalah kuantitas atau kualitas kegiatan yang dapat dikembangkan dalam batas yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan ekosistem

4) Daya dukung sosial, yakni tingkat kegiatan pembangunan maksimal pada suatu kawasan yang tidak merugikan secara sosial atau terjadinya konflik dengan kegiatan lainnya.

2.2 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan.

Apabila Daya Dukung Wilayah adalah jumlah orang yang dapat didukung oleh wilayah tersebut untuk hidup layak maka jumlah kebutuhan setiap orang adalah kebutuhan untuk hidup layak. Dengan demikian Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan.

Kebutuhan Fisik Minimum Adalah 320 Kg beras di pedesaan dan 400 Kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo.1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik Minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan yang terdiri dari :

50% KFM adalah untuk hidup pendidikan dan kegiatan sosial 50% KFM adalah untuk kesehatan dan rekreasi,

50% KFM adalah untuk asuransi dan tabungan.

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).

Dengan demikian, melalui penghitungan daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan ini dapat ditentukan apakah penggunaan suatu lahan sudah melapaui daya dukungnya atau belum (Sinukaban.2008). Sementara Kepadatan Penduduk adalah Jumlah Penduduk dibagi dengan Luas Lahan.

Nilai kalori dari setiap hasil jenis tanaman pangan yang diteliti untuk setiap kilogram bahan makanan, adalah sebagai berikut :

Padi 3600 kal

Jagung 1400 kal

Umbi – umbian 1350 kal Kacang – kacangan 3425 kal

Sayuran 330 kal

Angka – angka tersebut ditetapkan berdasarkan angka – angka yang telah dikemukakan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1972), Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam dalam Agustono (1984).

Untuk jumlah kalori, Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam Agustono (1984) mengemukakan jumlah kalori yang dianjurkan berdasarkan golongan umur, seperti tertera dalam tabel 1

Tabel 1. Jumlah Kalori Berdasarkan Umur

Kelompok Umur (tahun) Berat badan (Kg) Jumlah kalori (kal)

Laki – laki dewasa 20 - 39 55 2.600

40 – 59 55 2.00 > 60 55 2.400 Wanita Dewasa 20 - 39 47 2.000 40 – 59 47 1.900 > 60 47 1.600 Wanita Hamil (20 minggu menjelang melahirkan) +300 kcal Wanita menyusui +800

Laki – laki remaja 13 – 15 42 2.900

16 – 19 50 3.000 Wanita remaja 13 – 15 42 2.400 16 – 19 45 2.100 Anak – anak 1 – 3 12 1.200 4 – 6 18 1.600 7 – 9 27 1.900 10 – 12 35 2.300 Bayi 12 bulan 8 900

2.3 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan layak Penduduk

Fenomena kemiskinan dan kerusakan lahan adalah dua hal yang saling terkait. Kebutuhan dan jumlah manusia yang terus meningkat, mengakibatkan sumber daya alam maupun fisik harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengejar tujuan pembangunan. Pembangunan yang sejatinya bertujuan menghapuskan kemiskinan, justru mengakibatkan kemiskinan sebagai akibat rusaknya sumber daya alam akibat proses ekonomi yang tidak mengindahkan lingkungan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan. Kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan karena kemiskinan periode sebelumnya. Begitupula sebaliknya, lingkungan rusak karena kemiskinan yang dipicu oleh kerusakan lingkungan pada periode sebelumnya. Hubungan sebab akibat ini dapat terus berlanjut membentuk siklus yang tidak berujung.

Sachs (2006) dalam Auhadilla (2009) menekankan pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan sebagai peubah penentu kesejahteraan dan kemakmuran. Menurutnya, sementara investasi pada kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur mungkin dapat mengatasi perangkap kemiskinan yang sudah ekstrem kondisinya, degradasi lingkungan pada skala lokal, regional, dan global dapat meniadakan manfaat investasi tersebut.

Keterkaitan antara kemiskinan dan isu lingkungan pada hakekatnya merupakan sebuah siklus yang sangat komplek. Bank Dunia (1994) mengidentifikasi tiga keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu :

1) Kesehatan lingkungan (Environmental health) : masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah, dimana mereka hidup mengalami polusi

2) Sumber penghidupan (Livelihoods) : masyarakat miskin cenderung untuk tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegatasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskin akan merasakan dampak yang nyata.

3) Kerentanan (Vulnerability) : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut.

Pengukuran kesejahteraan terkait dengan penggunaan tanah/lahan dalam suatu populasi masyarakat. Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap suatu sumberdaya sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menipisnya sumberdaya dalam suatu ekosistem seperti ekosistem pesisir, berakibat pada menurunnya produksi masyarakat, menurunnya pendapatan masyarakat dan tentunya pola konsumsi masyarakat juga akan berkurang. Pada gilirannya kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Menipisnya sumberdaya dapat disebabkan adanya ekploitasi berlebih tanpa melihat kapasitas ekosistem untuk pulih kembali dan terus memproduksi. Kemampuan ekosistem untuk menampung pemanfaatan tanpa mengurangi produktifitasnya disebut sebagai daya dukung.

Manik (2003) dalam Auhadilla (2009) melihat bahwa daya dukung sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dimana terdapat ketergantungan tinggi masyarakat tersebut terhadap sumberdaya ekosistem yang berada di lingkungannya. Seperti contoh daya dukung untuk populasi manusia pada hakekatnya adalah jumlah individu dalam keadaan sejahtera yang dapat didukung oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan, tanpa terjadi pencemaran dan kerusakan pada sumberdaya dan lingkungan itu.

Dalam penelitian daya dukung lahan, paling tidak terdapat dua variabel pokok yang perlu diketahui untuk melakukan analisis (Riyadi et.al., 2005) yaitu : (1) potensi lahan yang tersedia termasuk luas lahan, dan (2) jumlah penduduk. Seluruh aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup selalu membutuhkan ruang, sehingga ketersediaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas manusia. Demikian juga, besarnya jumlah penduduk dalam suatau wilayah (ruang) akan sangat menentukan kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang layak.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciarutuen Ilir. Pemilihan Lokasi Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2009. Sebelumnya dilkukan penjajagan lapang terlebih dahulu terhadap lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif. Kategori data yang dibutuhkan yaitu data utama (data primer) dan data penunjang (data sekunder). Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan tehnik wawancara dan kuisioner. Data penunjang diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya.

3.3 Penentuan Sampel

Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian adalah petani di desa Ciarutuen Ilir. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah acak sederhana. Metode ini merupakan pengambilan sebuah sample sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih.

Metode pengambilan sampel dengan acak sederhana ditempuh melalui undian. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani di Desa Ciarutuen Ilir dan ukuran yang dapat diterima serta memnuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal 30 orang) jenis Deskriptif korelasional (Gay dalam Mendez, 2008).

Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data primer yang dianalisa berdasarkan masing – masing sub pokok bahasan. Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan. Kebutuhan hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT)

Kebutuhan Fisik Minimum adalah 320 kg beras di pedesaan dan 400 kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo, 1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).

Analisis Data dilakukan berdasarkan 3 pendekatan (Sinukaban, 2008) yaitu

1. Berdasarkan kebutuhan kalori :

KKa =

KKaPd TPKa

Keterangan :

KKa : Kebutuhan kalori (cal) TPKa : Total produksi kalori (cal)

KKaPd : Kebutuhan kalori penduduk (cal)

2. Berdasarkan Kebutuhan Fisik minimum :

DDLf = KFM TKtP

Keterangan :

DDLf : Daya dukung lahan berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum TKtP : Total ketersediaan produksi

KFM : Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang.

3. Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

DDLy = KHL TKtp

Keterangan :

DDLy : Daya Dukung Lahan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak TKtP : Total Ketersediaan Produksi

KHT : Kebutuhan Hidup Tambahan KHL : Kebutuhan Hidup Layak.

Analisis Daya Dukung Lahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data luas panen (ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan)

2. Mengumpulkan data-data produksi (ton/ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan).

3. Menghitung produksi bruto/produksi kotor (ton) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan).

4. Menghitung produksi netto/produksi bersih (kal/tahun) tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). Dalam menghitung produksi neto yang dapat dikonsumsi dari setiap jenis tanaman bahan makanan tersebut, telah digunakan angka – angka konversi sebagai berikut : Padi 40% Jagung 65% Umbi – umbian 80% Kacang – kacangan 60% Sayuran 100%

5. Menghitung nilai konversi jumlah kalori i masing-masing tanaman penghasil kalori utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

6. Menghitung Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 7. Menghitung Kebutuhan Hidup Layak setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 8. Menghitung daya dukung lahan desa Ciaretuen Ilir.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam.

Desa Ciaruteun Ilir merupakan wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, terletak kurang lebih tujuh km di sebelah timur Ibukota Kecamatan Cibungbulang. Desa ini dapat diakses dengan kenderaan roda dua dan roda empat. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk mengakses desa Ciarutuen Ilir adalah angkutan umum jurusan Bubulak – Jasinga dan Bubulak / Laladon – Ciampea. Adapun batas – batas Wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin.

b) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuweungkolt, Kecamatan Cibungbulang

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cijujug, Kecamatan Cibungbulang.

Desa Ciaruteun Ilir secara administrasi wilayah terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW), 30 Rumah tangga (RT), yang tersebar dalam 13 kampung (dusun) dengan kepadatan penduduk adalah 30 orang/ha. Dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani. Jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 jiwa.

Desa Ciaruteun Ilir berada pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan 10 – 20 persen (miring/berbukit) dan tingkat kemasaman tanah 5 – 7 (pH). Klasifikasi jenis tanah adalah tanah Latosol. Suhu berkisar 22 0C – 28 oC dengan curah hujan 3.000 – 4.000 mm/tahun.

Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas 319 hektar yang terdiri dari lahan darat 282 hektar dan lahan sawah 37 hektar. Lahan sawah yang digunakan untuk budidaya padi sawah dan palawija sekitar 56 hektar dan budidaya tanaman sayuran sekitar 171 hektar, 51 hektar untuk pemukiman, 21 hektar untuk

pekarangan, 12 hektar untuk hutan rakyat dan 34 hektar lahan yang tidak ditanami.

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Ciarutuen Ilir

No Uraian Luas Lahan (ha) Presentase (%)

1 Lahan Darat : a. Tegalan 156 48,9 b. Pekarangan 21 6,6 c. Kolam 8 2,5 d. Pemukiman 51 16.0 e. Hutan Rakyat 12 3,8 f. Lain – lain 34 10,7 2. Lahan Sawah a. Pengairan Teknis 37 11,6 JUMLAH 319 100

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.2 Potensi Sumberdaya Manusia

Berdasarkan data monografi desa, jumlah pendudik Desa Ciruteun Ilir 9.595 jiwa yang terdiri dari laki – laki sebanyak 4.891 jiwa (51 %) dan perempuan sebanyak 4.704 jiwa (49%). Sebaran umur laki – laki paling tinggi berada pada kelompok umur 30 – 59 tahun (19,6 %). Sementara untuk sebaran umur perempuan paling tinggi berada pada kelompok umur 0 – 14 tahun (17,1 %). Dari sebaran umur tersebut masih dalam kategori produktif. Sebaran penduduk secara cara keseluruhan dapat dilihat pada tabel. 3

Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir. No. Kelompok Umur

(Tahun)

Laki – laki Perempuan

Jumlah Persen (%) Orang % Orang % 1 0 - 14 1.661 17,3 1.636 17,1 3.298 34,4 2 15 – 29 1.194 12,4 1.460 15,2 2.654 27,7 3 30 – 59 1.878 19,6 1.397 14,6 3.275 34,1 4 >60 157 1,6 211 2,2 368 3,8 JUMLAH 4.891 51,0 4.704 49,0 9.595 100,0

Tingkat pendidikan penduduk desa Ciaruteun Ilir tergolong rendah karena 3.166 orang (33 persen) hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sekitar 2,5 persen yang tergolong lulusan SLTA, Diploma serta Strata Sarjana. Hal ini terjadi karena ada anggapan masyarakat desa Ciarutuen Ilir bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin adanya peningkatan kesejahteraan. Disamping itu masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak dapat menjangkau biaya pendidikan.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir

No. Pendidikan Jumlah

Orang Pesen (%)

1. Belum Sekolah 5.659 59,0

2. Tamat Sekolah Dasar 3.166 33,0

3. SLTP 528 5,5

4. SLTA 219 2,3

5. D1, D2, D3 19 0,2

6. Sarjana 4 0,0

Jumlah 9.595 100,0

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Cairuteun Ilir adalah bertani (Tabel 5.). Penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian yakni sebagai Petani pemilik sekaligus penggarap sebanyak 800 orang (37,7%) dan Buruh Tani sebanyak 432 orang (20,3%). Merujuk klasifikasi Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2002) penduduk di Desa Ciarutuen Ilir termasuk kategori masyarakat tani. Masyarakat tani adalah masyarakat yang dianggap paling banyak memanfaatkan Sumberdaya Lahan dan potensi Sumberdaya Alam untuk kelangsungan hidupnya.

Selain di sektor pertanian, sebagian kecil penduduk di desa Ciarutuen Ilir juga bekerja di sebagai pedagang/pengrajin/wiraswasta, buruh tani, PNS/TNI/POLRI, peternak, montir/bengkel. Tidak jarang penduduk yang

memiliki dua jenis atau lebih pekerjaan, seperti selain jadi PNS juga sebagai petani sawah dan wiraswasta. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya jika hanya bekerja dalam bidang pertanian

Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Presentase (%)

Petani 800 37,7 Buruh Tani 432 20,3 Pedagang/Pengrajin/Wiraswasta 627 29,6 PNS/TNI/POLRI 24 1,1 Peternak 100 4,7 Montir/Bengkel 76 3,6 Lain-Lain 62 3 Jumlah 2.121 100,00

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang digunakan penduduk Desa Ciaruteun Ilir sehari-hari adalah kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor, mobil angkutan dan keandaaraan umum berupa ojek, angkot, truck, dan bus. Di Desa Ciarutuen Ilir jalan yang dilapisi aspal sepanjang tiga kilometer yang merupakan jalan yang menghubungkan Desa dengan Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Ciampea yang kondisinya rusak parah dan satu kilometer yang merupakan jalan desa yang tersusun atas bebatuan dan tanah. Padahal satu – satunya jalan yang digunakan untuk pengangkutan hasil Pertanian.

Selain sarana transportasi, di Desa Ciarutuen Ilir terdapat juga prasarana desa berupa jembatan. Prasarana komunikasi berupa warung telephone, telepon pribadi / HP, media elektronik berupa TV, radio. Prasarana air bersih berupa sumur pompa, sumur gali dan MCK. Hampir di setiap Rumah Atngga di Desa Ciarutuen Ilir mempunyai Sumur Gali. Dan Desa Ciatutuen Ilir juga mempuyai

MCK umum sebanyak 8 unit. Sarana pendidikan yang ada di Desa Ciaruteun Ilir adalah sebanyak 6 unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit taman kanak-kanak serta Tiga unit Lembaga Pendidikan Agama. Jika ditinjau dari kelompok umur wajib sekolah yakni 0 – 14 tahun ada 1.661 orang sudah selayaknya dibangun Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum untuk menghindari terjadinya putus Sekolah karena terlalu dibebani ongkos angkutan menuju sekolah yang hampir mencapai nilai Rp. 20.000/siswa/hari.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

Sarana/ Prasarana Pendidikan Jumlah Keterangan

Perguruan Tinggi 0 -

Sekolah Menengah Atas (SMA) 0 -

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0 -

Sekolah Dasar (SD) 6 Pemerintah

Taman Kanak – kanak (TK) 1 Swasta

Lembaga Pendidikan Agama 3 -

Perpustakaan Desa 0 -

Perpustakaan Keliling 0 -

Taman Bacaan 0 -

Posyandu 8 Pemerintah

Praktek dokter 1 Swasta

Toko Obat 1 Swasta

Puskesmas pembantu 1 Pemerintah

Balai Pengobatan 1 pemerintah

Untuk sarana dan Prasarana Kesehatan belum ada Puskesmas padahal dilihat dari total Penduduk yakni 9.595 jiwa sudah selayaknya ada sebuah rumah sakit dan setidaknya ada 90 orang Dokter/tenaga medis. Kebutuhan ini dihuting berdasarkan jika satu orang Dokter menangani sekitar 100 orang warga Desa Ciarutuen Ilir.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani

Hasil Penelitian yang telah dilakukan, menunjukan gambaran karakteristik petani berdasarkan jenis kelamin adalah 18 petani yang berjenis kelamin laki – laki dan 17 petani yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah petani laki – laki dan perempuan tidak jauh berbeda sehingga perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Petani di desa Ciarutuen Ilir pada umumnya adalah orang tua. Dari Tabel. 7 dapat dilihat umur petani diatas 40 tahun dengan kelompok usia terbanyak berada pada kelompok umur 46 – 51 tahun yakni sebesar 37, 14 persen (14 orang). Menurut wawancara dengan petani di Desa Ciarutuen Ilir perbedaan umur yang tidak jauh berbeda dalam baertani disebabkan tidak adanya pilihan pekerjaan yang lain.

5.1.1 Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani

Berdasarkan data Tabel 7 petani dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 30 orang (85,70 %) dan 5 orang yang merupakan lulusan SMP. Pendidikan petani di desa Ciarutuen Ilir tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena (1) tidak terjangkaunya biaya pendidikan, (2) tidak tersedianya fasilitas pendidikan di Desa Ciaurutuen.

Tabel.7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani

Kelompok usia (tahun)

Jumlah (orang)

Jenis kelamin Tingkat Pendidikan

Laki – laki (%) Perempuan (%) SD (%) SMP (%) 40 – 45 14 61 18 30 100 46 – 51 13 28 47 40 0 52 – 57 8 11 35 30 0 Jumlah 35 100 100 100 100

Jumlah anggota keluarga yang ditanggung petani (kepala keluarga) adalah semua anggota (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam satu unit anggaran belanja, termasuk di dalamnya anak sekolah diluar desa dan anak yang sudah berumah tangga tetapi masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga paling banyak (lima orang) yakni 10 Petani (28,6%).

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani

Responden Jumlah tanggungan keluarga Rata –

rata

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah 3 2 1 6 10 7 2 4 5,7

Persen (%) 8,6 5,7 2,9 17,1 28,6 20 5,7 11,4 5,7

Jumlah Tanggungan keluarga Petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk sedang yakni rata – rata 5,7. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat tiga keluarga petani yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak satu orang, sedangkan yang memilki tanggungan keluarga sebanyak delapan orang terdapat empat keluarga petani. Dari Hasil wawancara, petani yang memiliki tanggungan satu orang pada umumnya adalah petani yang masih berusia muda atau baru beberapa tahun menikah. Selain itu, petani yang hanya tinggal berdua dengan istrinya kerena anak-anaknya sudah menikah atau bekerja diluar kota sehingga tidak menjadi tanggungan orang tua mereka lagi.

5.1.3 Luas lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk sempit yakni berkisar 100 – 500 m2 (Tabel 9.) dan sebagian besar merupakan tanah warisan yang telah dibagi sebelumnya dengan anggota keluarga yang lain. Dari 35 petani terdapat 14 orang atau 40 % yang memiliki lahan 201 – 300 m2 dan hanya 4 orang yang memiliki lahan antara 401 m2 samapi 500 m2.

Luas Lahan (m2) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 100 – 200 7 20 201 – 300 14 40 301 – 400 10 29 401 - 500 4 11 Jumlah 35 100 5.1.4 Jenis Usahatani

Jenis usahatani menunjukkan usahatani yang dilaksanakan petani desa Ciarutuen Ilir bersifat subsisten atau komersial. Pengertian subsisten adalah bahwa sebagian besar hasil usahatani dinikmati sendiri oleh petani, sedangkan komersial merupakan hasil usahatani yang dinikmati sendiri hanya sebagian kecil atau sebagian besar usahatani dijual. Dalam penelitian ini, petani yang menjual lebih dari 50 persen hasil produksinya disebut sebagai petani komersial sedangkan yang menjual kurang dari 50 persen produksinya disebut sebagai petani subsisten.

Tabel 10. Jenis Usahatani

Petani Jenis Usaha tani

Subsisten (jiwa) Komersial (jiwa)

Jumlah 5 30

Persentase (%) 14,2 85,8

Berdasarkan Tabel 10. terlihat bahwa petani di Desa Ciaruteun Ilir lebih banyak yang bersifat komersial dibandingkan petani yang bersifat Subsisten. Para petani langsung menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan modal bertani. Bukan seperti jenis usaha tani komersil yang lebih dari 50 % hasil panennya dijual karena kelebihan produksi.

5.1.5 Jenis Tanaman Yang Diusahakan

Petani yang mengusahakan tanaman padi di Desa Ciarutuen Ilir hanya hanya 8 orang atau sebesar 22,85% dari total responden. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan penduduk Desa Ciarutuen Ilir sedikitnya petani yang mengusahakan tanaman padi karena kekurangan air pada musim kemarau dan kebutuhan perputaran modal yang cepat sehingga para petani menanam tanaman cepat panen seperti bayam yang berumur 20 – 25 hari.

Tabel 11. Jenis Tanaman yang diusahakan

Jenis tanaman Jumlah (orang) Persentase (%)

Padi 8 22,85

Bayam 22 62,85

Kangkung 5 14,30

Jumlah 35 100,00

5.2 Hubungan Kerja

Petani di desa Ciaruteun Ilir menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja mekanik (traktor) dan tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga manusia dilakukan dengan hubungan kerja antara majikan dengan buruh.dalam hubungan kerja antara majikan dengan buruh ditentukan sistem upah yang dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja, dan satuan kegiatan. Kesepakatan bersama antara majikan dan buruh cukup dilakukan dengan lisan saja.

Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa Ciarutuen Ilir ada dua macam upah yakni upah harian dan borongan. Pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh bekerja sementara pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja.

Jenis pekerjaan yang diupahkan dengan sistem borongan adalah pekerjaan

Dokumen terkait