• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya dukung lahan di Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis daya dukung lahan di Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN

ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN

BOGOR

Oleh

AZWAR HADI

A24104080

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

Azwar Hadi. Analisis Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Naik Sinukaban dan Dwi Putro Tejo Baskoro.

Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian ekstensif lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta faktor – faktor lahan lain yang diperlukan. Pengunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air adalah penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat – syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari.

Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seharusnya direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi tambahan sesuai dengan syarat – syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari. Upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Daya Dukung Lahan adalah Jumlah orang yang dapat didukung oleh untuk hidup layak. Tujuan penelitian adalah Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologi serta mencari hubungannya dengan faktor – faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian berdasarkan Rancangan Acak Sederhana dengan sampel 35 responden. Penelitian menggunakan metode Penelitian Survey melalui analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Kuntitatif. Data diperoleh dari Responden melalui Kuisioner, wawancara dan Diskusi, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian dan sumber pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukan Daya Dukung Lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun, berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum adalah 15 orang/ha/tahun dan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak adalah 5 orang/ha/tahun. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan lahan, degradasi lahan, luas lahan petani., perilaku negatif masyarakat, dan kepadatan penduduk

(3)

SUMMARY

Azwar Hadi. Analysis of Carrying Capacity in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Supervised by Naik Sinukaban and Dwi Putro Tejo Baskoro.

Intensification of agriculture on land that has been used for traditional agriculture, shifting agriculture or other forms of extensive agriculture requires sufficient knowledge of soil properties (physical, chemical, biological) as well as factors - factors other necessary land. Use of appropriate land is one part of soil and water conservation is the placement of each area of land on the appropriate use of his ability and treat it according to terms - a necessary condition, so the land is not damaged and can ensure high productivity sustainable.

Land use that does not fit with his ability should be recommended changes in use or included additional technology in accordance with the conditions - the necessary conditions so that the land is not damaged and can be used sustainable. Effort restrictions in the utilization of land resources tailored to the assimilation capacity of the land is often known as the concept of carrying capacity. Power Support is the amount of land that can be supported by decent living. Research goal is to know carrying capacity in Desa Ciarutuen Ilir land through its territory form, land resources, climate and nature of natural physical conditions, state of residence, and level of economic development and technology and to know the factors - factors which affect the expected carrying capacity of land in the village.

This research was carried out in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Research based on simple random design with a sample of 35 respondents. Research using Survey research methods through descriptive analysis. The approach used is the quantitative approach. Result obtained from respondents through questionnaires, interviews and discussions, while the secondary data obtained from the results of research and library resources related to research. The results showed Desa Ciarutuen Ilir Carraying capacity base on calorie needs are 47 person/ha/year, based on the minimum physical needs are 15 persons / ha / year and based on the Decent Life needs are 5 persons / ha / year. Factors - factors that affect the land carrying capacity is the ability of land and land use, land degradation, farmers' land area., The community's negative behavior, and population density.

.

(4)

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN

ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN

BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

AZWAR HADI

A24104080

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA

CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR

Nama : Azwar Hadi

NRP : A24104080

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M. Sc Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc

NIP. 19461109197302 1 001 NIP.196301261987031001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 19571222 198203 1 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 14 Maret 1986 di Kecamatan Panyabungan,

Kabupaten Mandailing – Natal. Penulis adalah anak ketujuh dari sembilan

bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Fatah Nasution dan Hj. Nurhayati

Lubis.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 8 nomor 142575

Panyabungan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan

pendidikan di SLTP Unggulan Nurul ‘Ilmi Padang Sidimpuan pada tahun 1998,

lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan di

SMU Negeri I Panyabungan. Kemudian pada tahun 2004 penulis diterima sebagai

mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB).

Selama di IPB penulis pernah aktif menjadi pengurus di Ikatan Mahasiswa

Mandailing Natal – Bogor tahun 2004, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah dan

Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (FOKUSHIMITI) tahun

2006, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2007, Badan

Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM IPB) tahun 2008,

Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Keluarga Nasution, Institut Kedaulatan

Pangan dan menjadi salah satu pendiri Komunitas Saung Angkringan Bogor ,

Pendiri Komunitas Na Gabe dohot na Jogi dan Komunitas Penyelamat Kampus

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul

Analisis Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Penelitian ini memang bukan merupakan studi yang pertama dalam

menganalisis Daya Dukung Lahan di Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Akan

tetapi tanpa mengurangi makna dari hasil penelitian semoga menjadi tambahan

khazanah ilmu Pengetahuan dan legitimasi keilmuan terhadap keberpihakan pada

petani. Semoga bermanfaat.

Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak

tersebut baik yang membantu secara langsung atau tidak langsung antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban selaku pembimbing skripsi pertama atas

ilmu, bimbingan dan motivasi dalam membentuk sistematika berfikir penulis.

serta Bapak Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro. selaku pembimbing skripsi kedua atas

bimbingan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Ibu Dr. Enni D. Wahjunie selaku dosen penguji atas saran

perbaikan skripsi ini.

(8)

3. Terkhusus Umakku Hj. Nurhayati Lubis yang dengan kelembutan telah

mengizinkan anaknya untuk menapaki jalan sunyi selama 6 tahun, Ayah H.

Abdul Fatah Nasution yang dengan gagahnya tetap menunggu dan

memberikan Do’a terbaiknya, Keluarga Besar Jalan Setia : Kak Imah/Bang

Yahya, Kak Niah/Bang Zaen, Bang Yasfi untuk biaya hidup dan kuliah/kak

Iim, Bang Fahmi/kak Ita, Kak Ilah, Kak Farisah, Akmal dan adik ku tercinta

Sanni serta penerus Nasution berikutnya Yahdi, Fadly, Rifki, Afwah, Yuzril,

Yazri dan Nasution pertama (fahri) terima kasih untuk semua kesabarannya.

4. Para Responden, bapak/Ibu Petani. Penulis dedikasikan skripsi ini untuk

kesejahteraan kita bersama.

5. Abang Karim, Bang Dilla Pak Kharil, Bang Fachry, Bang Kadir, Aby, Anca,

Bobo’s, Gandhi, Imron Kunaedi dan Ilham terima kasih atas kekeluargaannya

6. Osmaleli yang telah mengigatkan kembali arti penting kehidupan.

7. Teman – teman Ilmu Tanah, FOKUSHIMITI, Komunitarian Saung

Angkringan dan Na Gabe dohot Na jogi, Institut Kedaulatan Pangan, Ikatan

Keluarga Nasution, IKMAMADINA, BEM A, BEM IPB dan HMI Cabang

Bogor.

Bogor, Maret 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTARTABEL ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1 Perumusan Masalah ... 3

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kegunaan Penelitian... 5

II. TINJAUANPUSTAKA ... 6

2.1 Definisi dan Batasan Daya Dukung Lahan ... 6

2.2 Metode dan Penghitungan Daya Dukung Lahan ... 8

2.3 Daya Dukung Lahan dan Kebutuhan Layak Penduduk ... 10

III. METODELOGI PENELITIAN ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 12

3.3 Penentuan Sampel ... 12

3.4 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan ... 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 15

4.1 Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam ... 15

4.2 Potensi Sumberdaya Manusia ... 16

(10)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1 Karakteristik petani ... 20

5.1.1 Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani ... 20

5.1.2 Anggota Keluarga petani ... 21

5.1.3 Luas Lahan ... 21

5.1.4 Jenis Usaha Tani ... 22

5.1.5 Jenis Tanaman Yang Diusahakan ... 23

5.2 Hubungan Kerja ... 23

5.3 Daya Dukung Lahan ... 24

5.3.1 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Kalori ... 24

5.3.2 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum ... 26

5.3.3 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak ... 26

5.4 Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir ... 27

5.4.1 Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan ... 27

5.4.2 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk ... 33

5.4.3 Daya Dukung Lahan dan Kesejahteraan ... 35

5.4.4 Kepemilikan Lahan dan Kehidupan Layak ... 39

5.4.5 Peningkatan Daya Dukung Lahan ... 40

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

DAFTARPUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Jumlah Kalori berdasarkan Umur ... 9

Tabel 2. Penggunaan Lahan ... 16

Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis kelamin Masyarakat Ciarutuen Ilir ... 16

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Ciarutuen Ilir ... 17

Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Ciarutuen Ilir ... 18

Tabel 6. Sarana dan Prasarana ... 19

Tabel 7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani ... 20

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani ... 21

Tabel 9. Luas Lahan Petani ... 22

Tabel 10. Jenis Usahatani Petani ... 22

Tabel 11 Jenis tanaman Yang Diusahakan... 23

Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan ... 25

Tabel 13. Nilai Kalori Jenis Tanaman Pangan ... 25

Tabel 14 Total Kebutuhan Kalori Penduduk ... 25

Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir ... 27

Tabel 16. Indikator Pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Karakteristik Petani ... 43

2. Pendapatan Petani ... 44

3. Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 10 % ... 48

4. Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 20 % ... 49

(13)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian

tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan

pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta

faktor – faktor lahan lain yang diperlukan. Dengan demikian penggunaan lahan

yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan

teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dan perencanaan penggunaan

lahan yang baik.

Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek

pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan

perencanaan penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang

tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan

penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan

kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat – syarat yang diperlukan,

sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi

secara lestari. (Sinukaban, 2008).

Sesuai dengan yang diamanatkan oleh GBHN, salah satu sasaran pertanian

adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia

terutama petani, lebih khusus lagi adalah petani miskin. Untuk menerapkan

strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani miskin

tersebut maka kita harus melihat faktor – faktor apa yang menyebabkan petani

tersebut miskin. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa petani miskin terutama

disebabkan oleh : produktifitas pertanian yang rendah, lahannya sempit, harga

hasil pertaniannya rendah, dan kesempatan di luar usaha tani yang rendah.

Produktifitas pertanian yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh suatu

kombinasi faktor – faktor berikut ; lahan tidak subur atau miskin, lahan sudah

tererosi berat, pemakaian pupuk tidak memadai, sistem pengelolaannya kurang

sesuai dan memadai, kurangnya ketrampilan petani, dan jenis tanaman yang

(14)

Berdasarkan Sensus Pertanian 1993 di Jawa Barat, lebih dari 87 persen

rumah tangga petani pengguna lahan adalah petani tanaman pangan, 32 persen

mengusahakan tanaman perkebunan, 26 persen ternak, dan 24 persen tanaman

hortikultura. Komposisi tersebut menggambarkan bahwa mayoritas kegiatan

pertanian yang menggunakan lahan dan sumber daya lain yang terkait dengan

keberadaan lahan, secara berurutan adalah tanaman pangan, perkebunan, ternak

dan hortikultura. Dengan demikian, permasalahan agraria dapat diidentifikasi

berdasarkan pola-pola penggunaan lahan tersebut (Auhadilla, 2009).

Berdasarkan intensitas jenis penggunaan lahannya terdapat 90 persen

lahan di Jawa digunakan untuk pertanian tanaman pangan dan dengan 84 persen

untuk seluruh wilayah di luar Jawa. Sementara luar Jawa didominasi oleh

usahatani perkebunan, yaitu sebesar 43 persen dibandingkan 22 persen di Jawa

(Sumaryanto et.al, 2002). Oleh karena itu, identifikasi permasalahan agraria pun tidak dapat dilakukan dengan menyamaratakan kondisi, tapi perlu dibedakan

antara Jawa dan Luar Jawa.

Pembangunan nasional akan timpang kalau daerah/perdesaan tidak

dibangun, urbanisasi tidak akan bisa ditekan, dan pada akhirnya kesenjangan desa

dan kota semakin melebar. Lebih dari 83 persen kabupaten/kota di Indonesia

ekonominya berbasis kepada pertanian. Agroindustri perdesaan akan sangat

berperan dalam pertumbuhan ekonomi perdesaan terutama dalam penyerapan

tenaga kerja

Dalam tahun 1993-2003 jumlah petani gurem (dengan luas garapan

kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat

2,6% per tahun). Hal ini menunjukkan terjadinya marjinalisasi pertanian sebagai

akibat langsung dari kepadatan penduduk. Sementara itu luas lahan semakin

berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah

rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58

juta RTP. Sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu dan 20 persen

diantaranya dikepalai oleh perempuan. Pada daerah dimana tingkat migrasi tenaga

kerja laki - laki tinggi, beban kerja sektor pertanian bergeser kepada tenaga kerja

(15)

Pokok-pokok permasalahan yang muncul di bidang pertanian pangan,

hortikultura, perkebunan dan peternakan berkisar pada persoalan penguasaan

tanah, konversi lahan, perubahan hubungan kerja dan kelembagaan karena

introduksi teknologi, yang semuanya ini akan berujung pada perubahan

kesejahteraan masyarakat tani. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah

butir-butir utama yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Pada sisi lain, masyarakat tani sangat tergantung pada kepemilikan lahan

dan sumberdaya lahan. Perekonomian masyarakat tani tergantung pada hasil

panen dan kegiatan pertanian lain yang memanfaatkan luasan sumberdaya lahan.

Oleh sebab itu, lahan merupakan sumberdaya yang memegang peranan penting

bagi kelangsungan hidup masyarakat tani desa. Banyak ragam aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat tani yang memanfaatkan sumberdaya lahan antara lain

tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan, ternak, dan tanaman

hortikultura. Aktivitas pertanian ini melahirkan turunan kegiatan pertanian lain

seperti perdagangan hasil panen, pengolahan hasil panen dan jasa perdagangan.

Kompleksitas kegiatan pertanian yang ditandai dengan pemanfaatan sumberdaya

lahan secara destruktif, menjadi salah satu faktor yang mendorong melemahnya

daya dukung lingkungan. Rendahnya daya dukung lahan dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan, ketergantungan pangan dan kebutuhan pokok lain dan

fungsi lainnya akan semakin menurun.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan pemanfaatan sumberdaya lahan tidak bisa dilepaskan dari

konsepsi pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan konsep pembangunan

berkelanjutan, upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang

disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan

konsep daya dukung.

Potensi sumberdaya lahan yang beraneka ragam tidak hanya dapat

dinikmati manfaatnya oleh masyarakat tani. Keberadaannya secara rantai

makanan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi kondisi lahan. Dan

itu artinya akan sangat mempengaruhi produksifitas lahan. Ketika pemanfaatan

(16)

fungsi ekologis dari sumberdaya akan berkurang dan bahkan dalam kondisi yang

parah akan hilang. Tentu hal tersebut juga akan mengurangi pendapatan

masyarakat yang hidupnya sangat bergantung dari sumberdaya tersebut. Untuk itu

setiap pemanfaatan, perlu ditekankan agar memperhatikan kapasitas pemanfaatan

sumberdaya sehingga masih memungkinkan untuk pulih dan memproduksi

kembali. Artinya, setiap pemanfaatan hendaknya tidak melebih daya dukung

lahan. Akhirnya, kondisi sumberdaya akan sangat menentukan kualitas hidup

masyarakat sekitar. Pemanfaatan terhadap sumberdaya lahan terkadang bukan

hanya berasal dari penduduk setempat, tetapi sebagai open acces property

sehingga lahan beserta sumberdaya hayati di dalamnya dapat dinikmati dan

dimanfaatkan oleh siapa saja. Pada konteks seperti itu, sering ditemukan kondisi

yang bertolak belakang antara sumberdaya lahan dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang mendiami desa tersebut.

Kerusakan sumber daya lahan berdampak kepada menurunnya fungsi

ekosistem. Pada kondisi seperti ini, masyarakat setempat yang banyak

menggantungkan hidupnya dari keberadaaan sumberdaya lahan yang sudah

mengalami kerusakan akan terpengaruh, setidaknya akan mengalami penurunan

kesejahteraan sebagai akibat menurunnya produksfitas lahan dan hasil pertanian

lainnya. Banyak ditemukan di beberapa desa, kondisi sumberdaya lahan terlihat

masih bagus, namun masyarakat desa tersebut berada dalam kondisi miskin.

Artinya, kondisi objektif sumberdaya lahan yang melimpah pada satu sisi, tetapi

kesenjangan ekonomi dan kemiskinan pada sisi lain. Kemiskinan dan kesenjangan

ekonomi dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang menyebabkan

berkurangnya fungsi ekosistem, namun tidak menutup kemungkinan adanya

pengaruh faktor lain yang lebih bersifat eksternal. Untuk itu perlu melakukan

kajian keterkaitan antara daya dukung lingkungan dan tingkat kesejahteraan.

Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seyogyanya

direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi

tambahan sesuai dengan syarat – syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak

rusak dan dapat digunakan secara lestari (Sinukaban, 2008).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka fokus penelitian ini adalah

(17)

dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya sejumlah pertanyaan

akan diajukan untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain : • Berapa besar Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir?

• Seberapa besar ketergantungan masyarakat desa terhadap luasan sumberdaya lahan?

• Apakah tingkat kesejahteraan masyarakat hanya ditentukan oleh pemanfaatan sumberadaya yang memperhatikan konsep daya dukung atau

ada faktor lain yang mempengaruhi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk

wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan

kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologinya dengan

melalui pendekatan penghitungan daya dukung lahan pertanian tanaman pangan.

Selanjutnya dari daya dukung lahan yang ditemui akan dicari hubungannya

dengan faktor – faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa

tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian

1) Mengetahui tingkat pendayagunaan lahan suatu desa.

2) Menjadi dasar pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan

pembangunan di desa dalam rangka mengurangi degradasi lahan,

kerusakan lingkungan dan kesejahteraan petani.

3) Mengetahui produktivitas lahan pertanian per kapita untuk memenuhi

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan batasan daya dukung lahan.

Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan

sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Penilaian Daya

dukung lahan dapat dilakukan melalui penghitungan kelas kemampuan lahan

(Sinukaban.2008).

Daya dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun

sosial-ekonomi-budaya yang saling mempengaruhi. Daya dukung tergantung

pada persentasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian yang berkelanjutan

dan lestari, persentasi lahan ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk pertanian.

Beberapa pengertian mengenai daya dukung lahan telah ditemukakan oleh

Dasman (1964), yaitu :

Daya dukung yang berhubungan dengan kurva logistik yang merupakan

asimtot atas dari kurva tersebut. Dalam hal ini daya dukung adalah batas

teratas dari pertumbuhan populasi dimana pertumbuhan populasi tidak

dapat lagi didukung oleh sumberdaya yang ada.

Daya dukung yang dikenal dalam ilmu pengelolaan margasatwa. Dalam

hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh

suatu habitat.

Daya dukung yang dikenal dalam ilmu pengelolaan padang

penggembalaan. Dalam hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang

dapat didukung oleh lingkungan dalam keadaan sehat dan kuat.

Selanjutnya Dasman et al. (1980), mencoba memberikan pengertian daya

dukung sebagai suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat

didukung oleh lingkungan tertentu. Dalam hubungan ini daya dukung mempuyai

beberapa tingkatan, yaitu :

1. Suatu daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum

individu yang dapat didukung oleh sumberdaya dan lingkungan pada

tingkatan sekedar dapat hidup. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan

subsisten untuk spesises itu.

2. Tingkatan populasi suatu spesies yang biasanya ditentukan oleh pengaruh

(19)

memburu atau memangsa spesies tadi dan yang menyebabkan penyakit

atau menjadi parasitnya. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan keamanan,

atau ambang pintu keamanan, karena populasi dibawah ambang pintu ini

relatif aman dari pemangsaan penyakit; kepadatan ini sudah barang tentu

kurang dari kepadatan subsisten.

Tingkatan yang umumnya dianggap oleh mereka yang berurusan dengan

kesehatan atau produktifitas spesies yang bersangkutan, disebut kepadatan

optimum. Pada tingkatan ini individu – individu dalam populasi akan

mendapatkan persediaan segala keperluan hidupnya dengan cukup, dan karena itu

akan menunjukan pertunjukan kesehatan individu baik, yang tidak dibatasi oleh

adanya kekurangan setiap keperluan yang esensial.

Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi

biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam.

Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan

manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan

wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor (perdagangan)

(Dahuri, 2001) dalam Auhadilla (2009).

Proses penentuan daya dukung lingkungan untuk suatu aktivitas ditentukan umumnya dengan dua cara: (1) suatu gambaran hubungan antara tingkat kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan dan pengaruhnya terhadap parameter-parameter lingkungan, dan (2) suatu penilaian kritis terhadap dampak-dampak lingkungan yang diinginkan dalam rezim manajemen tertentu. Secara umum terdapat empat tipe kajian daya dukung lingkungan (Inglis et al., 2000) dalam Auhadilla (2009), yakni:

1) Daya dukung fisik, yaitu luas total berbagai kegiatan pembangunan yang dapat didukung (accommodated) oleh suatu kawasan/lahan yang tersedia, 2) Daya dukung produksi, yaitu jumlah total sumberdaya daya alam (stok)

yang dapat dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan

3) Daya dukung ekologi, adalah kuantitas atau kualitas kegiatan yang dapat dikembangkan dalam batas yang tidak menimbulkan dampak yang

(20)

4) Daya dukung sosial, yakni tingkat kegiatan pembangunan maksimal pada suatu kawasan yang tidak merugikan secara sosial atau terjadinya konflik

dengan kegiatan lainnya.

2.2 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan.

Apabila Daya Dukung Wilayah adalah jumlah orang yang dapat didukung

oleh wilayah tersebut untuk hidup layak maka jumlah kebutuhan setiap orang

adalah kebutuhan untuk hidup layak. Dengan demikian Daya Dukung Lahan

adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap

orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM)

ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan

tabungan.

Kebutuhan Fisik Minimum Adalah 320 Kg beras di pedesaan dan 400 Kg

beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo.1990). Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik Minimum ditambah Kebutuhan

Hidup Tambahan yang terdiri dari :

50% KFM adalah untuk hidup pendidikan dan kegiatan sosial

50% KFM adalah untuk kesehatan dan rekreasi,

50% KFM adalah untuk asuransi dan tabungan.

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum

(KFM).

Dengan demikian, melalui penghitungan daya dukung lahan berdasarkan

kemampuan lahan ini dapat ditentukan apakah penggunaan suatu lahan sudah

melapaui daya dukungnya atau belum (Sinukaban.2008). Sementara Kepadatan

Penduduk adalah Jumlah Penduduk dibagi dengan Luas Lahan.

Nilai kalori dari setiap hasil jenis tanaman pangan yang diteliti untuk

setiap kilogram bahan makanan, adalah sebagai berikut :

Padi 3600 kal

Jagung 1400 kal

Umbi – umbian 1350 kal

(21)

Sayuran 330 kal

Angka – angka tersebut ditetapkan berdasarkan angka – angka yang telah

dikemukakan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1972), Soedarmo dan

Sediaoetama (1977) dalam dalam Agustono (1984).

Untuk jumlah kalori, Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam Agustono

(1984) mengemukakan jumlah kalori yang dianjurkan berdasarkan golongan

umur, seperti tertera dalam tabel 1

Tabel 1. Jumlah Kalori Berdasarkan Umur

Kelompok Umur (tahun) Berat badan (Kg) Jumlah kalori (kal)

Laki – laki dewasa 20 - 39 55 2.600

40 – 59 55 2.00

> 60 55 2.400

Wanita Dewasa 20 - 39 47 2.000

40 – 59 47 1.900

> 60 47 1.600

Wanita Hamil (20

minggu menjelang

melahirkan)

+300 kcal

Wanita menyusui +800

Laki – laki remaja 13 – 15 42 2.900

16 – 19 50 3.000

Wanita remaja 13 – 15 42 2.400

16 – 19 45 2.100

Anak – anak 1 – 3 12 1.200

4 – 6 18 1.600

7 – 9 27 1.900

10 – 12 35 2.300

(22)

2.3 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan layak Penduduk

Fenomena kemiskinan dan kerusakan lahan adalah dua hal yang saling

terkait. Kebutuhan dan jumlah manusia yang terus meningkat, mengakibatkan

sumber daya alam maupun fisik harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk

mengejar tujuan pembangunan. Pembangunan yang sejatinya bertujuan

menghapuskan kemiskinan, justru mengakibatkan kemiskinan sebagai akibat

rusaknya sumber daya alam akibat proses ekonomi yang tidak mengindahkan

lingkungan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kemiskinan terjadi karena

kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan.

Kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan karena

kemiskinan periode sebelumnya. Begitupula sebaliknya, lingkungan rusak karena

kemiskinan yang dipicu oleh kerusakan lingkungan pada periode sebelumnya.

Hubungan sebab akibat ini dapat terus berlanjut membentuk siklus yang tidak

berujung.

Sachs (2006) dalam Auhadilla (2009) menekankan pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan sebagai peubah penentu kesejahteraan dan

kemakmuran. Menurutnya, sementara investasi pada kesehatan, pendidikan, dan

infrastruktur mungkin dapat mengatasi perangkap kemiskinan yang sudah ekstrem

kondisinya, degradasi lingkungan pada skala lokal, regional, dan global dapat

meniadakan manfaat investasi tersebut.

Keterkaitan antara kemiskinan dan isu lingkungan pada hakekatnya

merupakan sebuah siklus yang sangat komplek. Bank Dunia (1994)

mengidentifikasi tiga keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan

dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu :

1) Kesehatan lingkungan (Environmental health) : masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah, dimana mereka hidup mengalami

polusi

2) Sumber penghidupan (Livelihoods) : masyarakat miskin cenderung untuk tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah,

vegatasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskin akan

(23)

3) Kerentanan (Vulnerability) : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut.

Pengukuran kesejahteraan terkait dengan penggunaan tanah/lahan dalam

suatu populasi masyarakat. Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap suatu

sumberdaya sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menipisnya

sumberdaya dalam suatu ekosistem seperti ekosistem pesisir, berakibat pada

menurunnya produksi masyarakat, menurunnya pendapatan masyarakat dan

tentunya pola konsumsi masyarakat juga akan berkurang. Pada gilirannya

kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Menipisnya sumberdaya dapat

disebabkan adanya ekploitasi berlebih tanpa melihat kapasitas ekosistem untuk

pulih kembali dan terus memproduksi. Kemampuan ekosistem untuk menampung

pemanfaatan tanpa mengurangi produktifitasnya disebut sebagai daya dukung.

Manik (2003) dalam Auhadilla (2009) melihat bahwa daya dukung sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dimana terdapat ketergantungan

tinggi masyarakat tersebut terhadap sumberdaya ekosistem yang berada di

lingkungannya. Seperti contoh daya dukung untuk populasi manusia pada

hakekatnya adalah jumlah individu dalam keadaan sejahtera yang dapat didukung

oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan, tanpa terjadi pencemaran dan

kerusakan pada sumberdaya dan lingkungan itu.

Dalam penelitian daya dukung lahan, paling tidak terdapat dua variabel

pokok yang perlu diketahui untuk melakukan analisis (Riyadi et.al., 2005) yaitu :

(1) potensi lahan yang tersedia termasuk luas lahan, dan (2) jumlah penduduk.

Seluruh aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup selalu

membutuhkan ruang, sehingga ketersediaan lahan sangat besar pengaruhnya

terhadap aktivitas manusia. Demikian juga, besarnya jumlah penduduk dalam

suatau wilayah (ruang) akan sangat menentukan kemampuan wilayah tersebut

untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang

(24)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciarutuen Ilir. Pemilihan Lokasi

Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai

dengan Desember tahun 2009. Sebelumnya dilkukan penjajagan lapang terlebih

dahulu terhadap lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif. Kategori data yang dibutuhkan yaitu data utama (data primer) dan data penunjang

(data sekunder). Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan

dengan tehnik wawancara dan kuisioner. Data penunjang diperoleh dari dokumen

atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya.

3.3 Penentuan Sampel

Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian

adalah petani di desa Ciarutuen Ilir. Metode pengambilan sampel penelitian ini

adalah acak sederhana. Metode ini merupakan pengambilan sebuah sample

sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari

populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih.

Metode pengambilan sampel dengan acak sederhana ditempuh melalui

undian. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang. Jumlah

tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani di Desa

Ciarutuen Ilir dan ukuran yang dapat diterima serta memnuhi syarat dari suatu

metode penelitian (minimal 30 orang) jenis Deskriptif korelasional (Gay dalam

Mendez, 2008).

(25)

Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data primer yang dianalisa

berdasarkan masing – masing sub pokok bahasan. Daya Dukung Lahan adalah

total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang.

Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah

kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan

tabungan. Kebutuhan hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik minimum

ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT)

Kebutuhan Fisik Minimum adalah 320 kg beras di pedesaan dan 400 kg

beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo, 1990). Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).

Analisis Data dilakukan berdasarkan 3 pendekatan (Sinukaban, 2008)

yaitu

1. Berdasarkan kebutuhan kalori :

KKa =

KKaPd TPKa

Keterangan :

KKa : Kebutuhan kalori (cal)

TPKa : Total produksi kalori (cal)

KKaPd : Kebutuhan kalori penduduk (cal)

2. Berdasarkan Kebutuhan Fisik minimum :

DDLf = KFM TKtP

Keterangan :

DDLf : Daya dukung lahan berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum

TKtP : Total ketersediaan produksi

KFM : Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang.

3. Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

DDLy = KHL TKtp

(26)

Keterangan :

DDLy : Daya Dukung Lahan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

TKtP : Total Ketersediaan Produksi

KHT : Kebutuhan Hidup Tambahan

KHL : Kebutuhan Hidup Layak.

Analisis Daya Dukung Lahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Mengumpulkan data luas panen (ha) tanaman-tanaman penghasil kalori

utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan)

2. Mengumpulkan data-data produksi (ton/ha) tanaman-tanaman penghasil

kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan).

3. Menghitung produksi bruto/produksi kotor (ton) tanaman-tanaman

penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan

kacang-kacangan).

4. Menghitung produksi netto/produksi bersih (kal/tahun) tanaman penghasil

kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). Dalam

menghitung produksi neto yang dapat dikonsumsi dari setiap jenis

tanaman bahan makanan tersebut, telah digunakan angka – angka konversi

sebagai berikut :

Padi 40%

Jagung 65%

Umbi – umbian 80%

Kacang – kacangan 60%

Sayuran 100%

5. Menghitung nilai konversi jumlah kalori i masing-masing tanaman

penghasil kalori utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM).

6. Menghitung Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir

7. Menghitung Kebutuhan Hidup Layak setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir

(27)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam.

Desa Ciaruteun Ilir merupakan wilayah Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, terletak kurang lebih tujuh km di sebelah

timur Ibukota Kecamatan Cibungbulang. Desa ini dapat diakses dengan kenderaan

roda dua dan roda empat. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk

mengakses desa Ciarutuen Ilir adalah angkutan umum jurusan Bubulak – Jasinga

dan Bubulak / Laladon – Ciampea. Adapun batas – batas Wilayah Desa Ciaruteun

Ilir adalah :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cidokom, Kecamatan

Rumpin.

b) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuweungkolt, Kecamatan

Cibungbulang

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cijujug, Kecamatan

Cibungbulang.

Desa Ciaruteun Ilir secara administrasi wilayah terbagi dalam 10 Rukun

Warga (RW), 30 Rumah tangga (RT), yang tersebar dalam 13 kampung (dusun)

dengan kepadatan penduduk adalah 30 orang/ha. Dengan mata pencaharian utama

penduduknya adalah bertani. Jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595

jiwa.

Desa Ciaruteun Ilir berada pada ketinggian 250 meter diatas permukaan

laut (dpl), dengan kemiringan 10 – 20 persen (miring/berbukit) dan tingkat

kemasaman tanah 5 – 7 (pH). Klasifikasi jenis tanah adalah tanah Latosol. Suhu

berkisar 22 0C – 28 oC dengan curah hujan 3.000 – 4.000 mm/tahun.

Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas 319 hektar yang terdiri dari lahan

darat 282 hektar dan lahan sawah 37 hektar. Lahan sawah yang digunakan untuk

budidaya padi sawah dan palawija sekitar 56 hektar dan budidaya tanaman

(28)

pekarangan, 12 hektar untuk hutan rakyat dan 34 hektar lahan yang tidak

ditanami.

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Ciarutuen Ilir

No Uraian Luas Lahan (ha) Presentase (%)

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.2 Potensi Sumberdaya Manusia

Berdasarkan data monografi desa, jumlah pendudik Desa Ciruteun Ilir

9.595 jiwa yang terdiri dari laki – laki sebanyak 4.891 jiwa (51 %) dan perempuan

sebanyak 4.704 jiwa (49%). Sebaran umur laki – laki paling tinggi berada pada

kelompok umur 30 – 59 tahun (19,6 %). Sementara untuk sebaran umur

perempuan paling tinggi berada pada kelompok umur 0 – 14 tahun (17,1 %). Dari

sebaran umur tersebut masih dalam kategori produktif. Sebaran penduduk secara

cara keseluruhan dapat dilihat pada tabel. 3

Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir.

(29)

Tingkat pendidikan penduduk desa Ciaruteun Ilir tergolong rendah karena

3.166 orang (33 persen) hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sekitar 2,5

persen yang tergolong lulusan SLTA, Diploma serta Strata Sarjana. Hal ini terjadi

karena ada anggapan masyarakat desa Ciarutuen Ilir bahwa tingkat pendidikan

tidak menjamin adanya peningkatan kesejahteraan. Disamping itu masyarakat

desa Ciarutuen Ilir tidak dapat menjangkau biaya pendidikan.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir

No. Pendidikan Jumlah

Orang Pesen (%)

1. Belum Sekolah 5.659 59,0

2. Tamat Sekolah Dasar 3.166 33,0

3. SLTP 528 5,5

4. SLTA 219 2,3

5. D1, D2, D3 19 0,2

6. Sarjana 4 0,0

Jumlah 9.595 100,0

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Cairuteun Ilir adalah

bertani (Tabel 5.). Penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian yakni sebagai

Petani pemilik sekaligus penggarap sebanyak 800 orang (37,7%) dan Buruh Tani

sebanyak 432 orang (20,3%). Merujuk klasifikasi Kantor Menteri Negara

Lingkungan Hidup (2002) penduduk di Desa Ciarutuen Ilir termasuk kategori

masyarakat tani. Masyarakat tani adalah masyarakat yang dianggap paling banyak

memanfaatkan Sumberdaya Lahan dan potensi Sumberdaya Alam untuk

kelangsungan hidupnya.

Selain di sektor pertanian, sebagian kecil penduduk di desa Ciarutuen Ilir

juga bekerja di sebagai pedagang/pengrajin/wiraswasta, buruh tani,

(30)

memiliki dua jenis atau lebih pekerjaan, seperti selain jadi PNS juga sebagai

petani sawah dan wiraswasta. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat desa

Ciarutuen Ilir tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya jika hanya bekerja

dalam bidang pertanian

Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Presentase (%)

Petani 800 37,7

Buruh Tani 432 20,3

Pedagang/Pengrajin/Wiraswasta 627 29,6

PNS/TNI/POLRI 24 1,1

Peternak 100 4,7

Montir/Bengkel 76 3,6

Lain-Lain 62 3

Jumlah 2.121 100,00

Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang digunakan penduduk Desa Ciaruteun Ilir

sehari-hari adalah kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor, mobil angkutan dan

keandaaraan umum berupa ojek, angkot, truck, dan bus. Di Desa Ciarutuen Ilir

jalan yang dilapisi aspal sepanjang tiga kilometer yang merupakan jalan yang

menghubungkan Desa dengan Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Ciampea

yang kondisinya rusak parah dan satu kilometer yang merupakan jalan desa yang

tersusun atas bebatuan dan tanah. Padahal satu – satunya jalan yang digunakan

untuk pengangkutan hasil Pertanian.

Selain sarana transportasi, di Desa Ciarutuen Ilir terdapat juga prasarana

desa berupa jembatan. Prasarana komunikasi berupa warung telephone, telepon

pribadi / HP, media elektronik berupa TV, radio. Prasarana air bersih berupa

sumur pompa, sumur gali dan MCK. Hampir di setiap Rumah Atngga di Desa

(31)

MCK umum sebanyak 8 unit. Sarana pendidikan yang ada di Desa Ciaruteun Ilir

adalah sebanyak 6 unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit taman kanak-kanak serta

Tiga unit Lembaga Pendidikan Agama. Jika ditinjau dari kelompok umur wajib

sekolah yakni 0 – 14 tahun ada 1.661 orang sudah selayaknya dibangun Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum untuk menghindari terjadinya

putus Sekolah karena terlalu dibebani ongkos angkutan menuju sekolah yang

hampir mencapai nilai Rp. 20.000/siswa/hari.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

Sarana/ Prasarana Pendidikan Jumlah Keterangan

Perguruan Tinggi 0 -

Sekolah Menengah Atas (SMA) 0 -

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0 -

Sekolah Dasar (SD) 6 Pemerintah

Taman Kanak – kanak (TK) 1 Swasta

Lembaga Pendidikan Agama 3 -

Perpustakaan Desa 0 -

Perpustakaan Keliling 0 -

Taman Bacaan 0 -

Posyandu 8 Pemerintah

Praktek dokter 1 Swasta

Toko Obat 1 Swasta

Puskesmas pembantu 1 Pemerintah

Balai Pengobatan 1 pemerintah

Untuk sarana dan Prasarana Kesehatan belum ada Puskesmas padahal

dilihat dari total Penduduk yakni 9.595 jiwa sudah selayaknya ada sebuah rumah

sakit dan setidaknya ada 90 orang Dokter/tenaga medis. Kebutuhan ini dihuting

berdasarkan jika satu orang Dokter menangani sekitar 100 orang warga Desa

(32)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani

Hasil Penelitian yang telah dilakukan, menunjukan gambaran karakteristik

petani berdasarkan jenis kelamin adalah 18 petani yang berjenis kelamin laki –

laki dan 17 petani yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah petani laki – laki dan

perempuan tidak jauh berbeda sehingga perbedaan jenis kelamin tidak

berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Petani di desa Ciarutuen Ilir pada umumnya adalah orang tua. Dari Tabel.

7 dapat dilihat umur petani diatas 40 tahun dengan kelompok usia terbanyak

berada pada kelompok umur 46 – 51 tahun yakni sebesar 37, 14 persen (14

orang). Menurut wawancara dengan petani di Desa Ciarutuen Ilir perbedaan umur

yang tidak jauh berbeda dalam baertani disebabkan tidak adanya pilihan pekerjaan

yang lain.

5.1.1 Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani

Berdasarkan data Tabel 7 petani dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD)

sebanyak 30 orang (85,70 %) dan 5 orang yang merupakan lulusan SMP.

Pendidikan petani di desa Ciarutuen Ilir tergolong rendah. Hal ini disebabkan

karena (1) tidak terjangkaunya biaya pendidikan, (2) tidak tersedianya fasilitas

pendidikan di Desa Ciaurutuen.

Tabel.7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani

(33)

Jumlah anggota keluarga yang ditanggung petani (kepala keluarga) adalah

semua anggota (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam satu

unit anggaran belanja, termasuk di dalamnya anak sekolah diluar desa dan anak

yang sudah berumah tangga tetapi masih menjadi tanggungan kepala keluarga.

Jumlah tanggungan keluarga paling banyak (lima orang) yakni 10 Petani (28,6%).

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani

Responden Jumlah tanggungan keluarga Rata –

rata

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah 3 2 1 6 10 7 2 4 5,7

Persen (%) 8,6 5,7 2,9 17,1 28,6 20 5,7 11,4 5,7

Jumlah Tanggungan keluarga Petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk

sedang yakni rata – rata 5,7. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat tiga keluarga petani

yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak satu orang, sedangkan yang

memilki tanggungan keluarga sebanyak delapan orang terdapat empat keluarga

petani. Dari Hasil wawancara, petani yang memiliki tanggungan satu orang pada

umumnya adalah petani yang masih berusia muda atau baru beberapa tahun

menikah. Selain itu, petani yang hanya tinggal berdua dengan istrinya kerena

anak-anaknya sudah menikah atau bekerja diluar kota sehingga tidak menjadi

tanggungan orang tua mereka lagi.

5.1.3 Luas lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk

sempit yakni berkisar 100 – 500 m2 (Tabel 9.) dan sebagian besar merupakan

tanah warisan yang telah dibagi sebelumnya dengan anggota keluarga yang lain.

Dari 35 petani terdapat 14 orang atau 40 % yang memiliki lahan 201 – 300 m2

dan hanya 4 orang yang memiliki lahan antara 401 m2 samapi 500 m2.

(34)

Luas Lahan (m2) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)

100 – 200 7 20

201 – 300 14 40

301 – 400 10 29

401 - 500 4 11

Jumlah 35 100

5.1.4 Jenis Usahatani

Jenis usahatani menunjukkan usahatani yang dilaksanakan petani desa

Ciarutuen Ilir bersifat subsisten atau komersial. Pengertian subsisten adalah

bahwa sebagian besar hasil usahatani dinikmati sendiri oleh petani, sedangkan

komersial merupakan hasil usahatani yang dinikmati sendiri hanya sebagian kecil

atau sebagian besar usahatani dijual. Dalam penelitian ini, petani yang menjual

lebih dari 50 persen hasil produksinya disebut sebagai petani komersial sedangkan

yang menjual kurang dari 50 persen produksinya disebut sebagai petani subsisten.

Tabel 10. Jenis Usahatani

Petani Jenis Usaha tani

Subsisten (jiwa) Komersial (jiwa)

Jumlah 5 30

Persentase (%) 14,2 85,8

Berdasarkan Tabel 10. terlihat bahwa petani di Desa Ciaruteun Ilir lebih

banyak yang bersifat komersial dibandingkan petani yang bersifat Subsisten. Para

petani langsung menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

keperluan modal bertani. Bukan seperti jenis usaha tani komersil yang lebih dari

(35)

5.1.5 Jenis Tanaman Yang Diusahakan

Petani yang mengusahakan tanaman padi di Desa Ciarutuen Ilir hanya

hanya 8 orang atau sebesar 22,85% dari total responden. Berdasarkan pengamatan

dan wawancara dengan penduduk Desa Ciarutuen Ilir sedikitnya petani yang

mengusahakan tanaman padi karena kekurangan air pada musim kemarau dan

kebutuhan perputaran modal yang cepat sehingga para petani menanam tanaman

cepat panen seperti bayam yang berumur 20 – 25 hari.

Tabel 11. Jenis Tanaman yang diusahakan

Jenis tanaman Jumlah (orang) Persentase (%)

Padi 8 22,85

Bayam 22 62,85

Kangkung 5 14,30

Jumlah 35 100,00

5.2 Hubungan Kerja

Petani di desa Ciaruteun Ilir menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu

tenaga kerja mekanik (traktor) dan tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga

manusia dilakukan dengan hubungan kerja antara majikan dengan buruh.dalam

hubungan kerja antara majikan dengan buruh ditentukan sistem upah yang

dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja, dan satuan kegiatan. Kesepakatan

bersama antara majikan dan buruh cukup dilakukan dengan lisan saja.

Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa Ciarutuen Ilir ada

dua macam upah yakni upah harian dan borongan. Pembayaran upah harian

didasarkan pada jumlah hari buruh bekerja sementara pembayaran upah borongan

didasarkan pada satuan hasil kerja.

Jenis pekerjaan yang diupahkan dengan sistem borongan adalah pekerjaan

panen, mengolah tanah, dan tanam. Sedangkan jenis pekerjaan untuk upah dengan

(36)

tanaman. Kegiatan usahatani di desa Ciarutuen Ilir terdiri dari (1) Pengolahan

lahan, (2) Penyemaian, (3) Penanaman, (4) Pemupukan, (5) Penyiangan, (6)

Penyemprotan, dan (7) Pemanenan.

Satuan yang digunakan adalah Hari Orang Kerja (HOK) yaitu orang

bekerja biasanya selama delapan jam dianggap satu hari kerja. Di daerah

penelitian, satu Hari Orang Kerja (HOK) dinilai sebesar Rp 10.000 – 20.000

untuk semua jenis umur dan kelamin.

5.3 Daya Dukung Lahan

Daya dukung (carrying capacity) pada umumnya dimaksudkan dari segi dukungan terhadap kehidupan biota atau manusia yang ada di daerah tersebut

(Ongkosongo, 1998). Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun

tergantung dari kondisi biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia

terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik

diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan

melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor

(perdagangan).

5.3.1 Berdasarkan Kebutuhan Kalori.

Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan kalori penduduk digunakan

untuk mengetahui seberapa besar dukungan lahan terhadap manusia melalui

pendekatan jumlah kalori yang tersedia dan dibutuhkan. Jumlah kalori yang

dibutuhkan masyarakat desa Ciarutuen Ilir tertera pada Tabel 15 dan jumlah kalori

yang tersedia di desa Ciarutuen Ilit tertera pada tabel 14.

Untuk menghitung produktivitas netto harus dikonversikan dengan nilai

konversi (Tabel 13.). Nilai konversi dibutuhkan untuk menghitung produktivitas

sebenarnya yang dapat dikonsumsi manusia. Nilai konversi didasarkan pada hasil

penelitian Agustono pada tahun 1984.

Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan (kg/ha/tahun)

Jenis tanaman Nilai konversi (%) Produktivitas

bruto

Produktivitas

(37)

(kg/ha/tahun) (kg/ha/tahun)

Bayam 100 9.500 9.500

Kangkung 100 13.000 13.000

Padi 40 7.000 2.800

Tabel 13. Nilai Produksi Kalori Jenis Tanaman Pangan

Jenis

Jumlah 17.505.000 193 931.320.000

Tanaman penghasil kalori paling tinggi adalah tanaman padi yakni 3600

kalori/kg. Total produksi kalori yang paling tinggi adalah tanaman padi sebesar

372.960.000 kalori karena nilai kalori yang paling tinggi tinggi diantara ketiga

tanaman.

Tabel 14. Total Kebutuhan Kalori Penduduk Desa Ciarutuen Ilir

Jenis kelamin Jumlah (orang) Kebutuhan kalori (kal)

Perempuan 4.704 8.574.300

Laki – laki 4.891 11.412.500

Jumlah 9.595 19.986.800

Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka Daya Dukung Lahan

berdasarkan kebutuhan kalori adalah total produksi kalori jenis tanaman pangan

dibagi dengan Total kebutuhan kalori Penduduk. Jadi, Daya Dukung Lahan

berdasarkan kebutuhan kalori adalah 46,6 Orang / Ha. Jika dibulatkan menjadi 47

(38)

5.3.2 Berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum.

Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan fisik minimum dihitung

berdasarkan total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan fisik minimum

setiap orang. Kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah 320 Kg beras di pedesaan.

Total ketersediaan Produksi jenis tanaman pangan adalah 17.505.000 kalori

(4.863 kg beras). Jadi, Daya Dukung Lahan Desa Cairutuen Ilir berdasarkan

kebutuhan fisik minimum adalah 15 orang/hektar/tahun (Tabel 15. Daya Dukung

Lahan Desa Ciarutuen Ilir).

5.3.3 Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan hidup layak dapat dihitung

dengan total ketersediaan produksi jenis tanaman pangan dibagi dengan

kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250

% x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) atau setara dengan 990 Kg

beras/kapita/tahun. Total ketersediaan Produksi jenis tanaman pangan adalah

4.863 kg Beras. Jadi, Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan

Kebutuhan Hidup Layak adalah 5 orang/ha/tahun

Daya Dukung Lahan di Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori

adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun artinya bahwa Lahan dan sumberdaya alam

Desa Cairutuen Ilir dalam satu hektar dapat menghidupi 47 orang secara

berkelanjutan jika potensi yang ada dimanfaatkan secara optimal. Daya Dukung

Lahan Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum dapat

menghidupi 15 orang/ha/tahun. Akan tetapi Untuk Hidup layak di desa Ciarutuen

Ilir Daya Dukung Lahannya adalah 5 orang/ha/tahun. Dan apabila diasumsikan

pertambahan penduduk setiap tahunnya sebesar 2 % maka Daya dukung lahan

desa Ciarutuen Ilir akan melampaui daya dukungnya (Tabel 15. Daya Dukung

Lahan Desa Ciarutuen Ilir).

Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir

Skenario Daya Dukung

Lahan

Total Daya Dukung

(39)

(orang/ha/tahun) (orang/tahun)

1.Berdasarkan kebutuhan

kalori

47 9.071

2.Berdasarkan Kebutuhan

Fisik Minimum

15 2.895

3.Berdasarkan Kebutuhan

Hidup Layak

5 965

Total daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori

adalah 9.071 orang/tahun, berdasarkan kebutuhan fisik minmum adalah 2.895

orang/tahun dan berdasarkan kenutuhan hidup layak adalah 965 orang/tahun. Jika

jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 orang maka ada 524 orang yang

tidak terbutuhi kalorinya, 6.700 orang pertahun yang tidak terpenuhi kebutuhan

fisik minimumnya dan 8.630 orang pertahun di desa Ciarutuen Ilir yang tidak

terpenuhi kebutuhan hidup layaknya.

5.4 Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir

5.4.1 Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan

Indikator merupakan batasan alam mengelola Desa. Terdapat tiga jenis

indikator yang mencerminkan komponen di perdesaan. Indikator tersebut adalah :

1) indikator Fisik - Ekologis; 2) indikator Demografi - Sosial; 3) indikator politik

– ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, petani,

aparat desa serta hasil FGD ditemukan beberapa indikator yang dianggap penting

dalam menentukan daya dukung desa Ciarutuen Ilir. Indikator ini menentukan

prioritas bagi penentuan daya dukung lahan. Tabel 16 menyajikan daftar

indikator lingkungan yang mempengaruhi daya dukung. Semua indikator tersebut

secara langsung berhubungan dengan konsep dan implementasi dari aktivitas di

Desa Ciarutuen Ilir. Indikator keberlanjutan juga diperlukan ketika terlihat

adanya indikasi perubahan kemampuan untuk bertahannya sumberdaya tersebut.

Berdasarkan Tabel.16 indikator pendukung daya dukung lahan dapat dijadikan

(40)

Berdasarkan Indikator Fisik – ekologi, skala prioritas perluasan lahan

merupakan kebutuhan yang harus segera dibenahi karena berpengaruh nyata

terhadap penghasilan petani. Indikator Demografi – sosial faktor pendidikan

merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Untuk indikator Politik – Ekonomi

adalah kebijakan pengembangan kawasan karena jika dilihat dari akses ke desa

Ciarutuen Ilir yang memprihatinkan sudah selayaknya segera dibenahi.

Tabel 16. Indikator pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir

No Thematik area Desa

Indikator Fisik - Ekologi

Biodiversity dan lingkungan alam P

Air P

Pemahaman masyarakat terhadap SDA P

Indikator Politik - Ekonomi

Investasi dan pendapatan kegiatan wisata

Tenaga kerja P

Penghasilan dan penerimaan masyarakat P

Kebijakan pengembangan kawasan P

Kebijakan pengelolaan SDA P

Ket : P = skala Prioritas yang harus dibenahi. Sumber : dimodifikasi dari Auhadilla (2009)

Menurut hasil wawancara dengan penduduk, tokoh masyarakat dan aparat

desa melalui hasil kuisioner didukung juga dengan penelitian lain, terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi daya dukung desa Ciarutuen Ilir antara lain :

(41)

Berdasarkan konsep kemampuan lahan terlihat bahwa perencanaan tata

ruang yang benar adalah perencanaan yang didasarkan pada kelas kemampuan

lahan. Apabila lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya maka akan terjadi

penurunan kualitas lahan (degradasi lahan), perusakan lahan, atau peningkatan

biaya pengelolaan lahan. Lahan – lahan di Desa Ciarutuen Ilir termasuk pada

kelas I – IV. Akan tetapi, penggunaan lahan – lahan di desa Ciarutuen Ilir tidak

sesuai dengan kelas kesesuain lahan. Ini terbukti dengan masih banyaknya lahan

yang kelas kesesuain lahannya berada pada kelas 1dan 2 digunakan untuk

perumahan yang permanen.

2) Degradasi Lahan

Kerusakan sumber daya lahan yang paling utama adalah semakin

menurunnya kualitas lahan di Desa Ciarutuen Ilir. Hal ini dibuktikan dengan

produktivitas lahan yang semakin menurun akibat pemakain pupuk kimia dan

Pestisida yang tidak seimbang.

Degradasi terhadap sumber daya juga didorong oleh tingginya tingkat

permintaan pasar terhadap kebutuhan akan komoditas pertanian. Menurut

wawancara dengan masyarakat desa Ciarutuen Ilir untuk memenuhi permintaan

pasar yang para petani sering menggunakan cara – cara instant yakni penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang justru menurunkan hasil panen petani desa

Ciarutuen Ilir.

Menurut Sinukaban. (2008) terjadinya degradasi lahan kemungkinan dapat

disebabkan :

• Peruntukan dan penggunaan lahan yang sudah menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat penggunaan lahan

yang diperuntukan untuk kawasan hutan dialih fungsikan untuk menjadi

lahan pertanian atau lahan – laha pertanian dialih fungsikan menjadi

perumahan atau industri. Hal ini disebabkan karena semakin sempitnya

lahan pertanian petani setempat sehingga untuk menambah pendapatan

para petani membuka kawasan hutan untuk pertanian.

• Perlakuan yang diberikan pada lahan tersebut tidak memenuhi syarat – syarat yang diperlukan oleh lahan atau tidak memenuhi kaidah konservasi

(42)

pertanian tidak sesuai kontur dan tidak diaturnya jarak tanaman. Pemilihan

teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan sangat dipengaruhi

oleh faktor biofisik (tanah, topografi, penggunaan lahan, hujan/iklim).

Jenis konservasi tanah dan air yang tersedia untuk dipilih dan diterapkan

mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat antara lain :

penggunaan mulsa, penanaman dan pengolaahan mengikuti kontur,

pengolahan tanah konsevasi, pengaturan jarak tanam, rotasi tanaman,

pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan

sengkedan, pembuatan teras individual pembuatan teras bangku, serta

pembuatan check dam atau bahkam pembuatan waduk. Ringkasnya, krisis

ekologi yang terjadi saat ini terjadi karena pengunaan lahan yang tidak

sesuai kemampuan lahan akibat permintaan pangan yang berlebih.

3) Keterbatasan lahan dan Kepadatan Penduduk yang tidak dapat diatasi

Keterbatasan lahan menjadi permasalahan tersendiri bagi penduduk Desa

Ciarutuen Ilir. Berdasarkan Data yag dipeoleh dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir

2005 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan Desa Ciarutuen Ilir sebesar 391

Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 9.595 jiwa. Jumlah penduduk yang

demikian besar dibandingkan lahan yang sangat sempit, tentunya menurunkan

daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak

diatasi maka daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir akan semakin kecil. Dengan

asumsi pertumbuhan penduduk 2% pertahun maka daya dukung lahan desa

Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan hidup layak akan melampaui daya

dukungnya pada tahun 2014. Bukti keterbatasan lahan tersebut akhirnya berakibat

kepada menyempitnya luas lahan dan rumah.

Jika keterbatasan lahan tidak diiringi dengan pertambahan penduduk

mungkin kondisinya akan lebih baik. Namun, faktanya setiap tahun di Desa

Ciarutuen Ilir terjadi lonjakan penduduk. Tingginya pertumbuhan penduduk yang

selama ini terjadi disebabkan karena tidak efektifnya program KB, kurangnya

sosialisasi dan penyadaran, serta pandangan tradisional masyarakat tentang

banyak anak banyak rezeki.

Sedangkan keterbatasan lahan Pertanian disebabkan oleh beberapa faktor

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kalori Berdasarkan Umur
Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir.
Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir
Tabel 6. Sarana dan Prasarana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis digunakan teori CVI (Corporate Visual Identity) atau identitas visual korporat baik organisasi berorientasi profit dengan organisasi non profit. Seperti yang

Tujuan pemberian motivasi bagi pegawai bukan hanya untuk meningkatkan semangat kerja pegawai saja, namun juga memiliki tujuan lain seperti meningkatnya gairah

Skripsi yang penulis susun sebagai bagian dari syarat untuk mendaptakan ajian Numerik Pengaruh Ukuran Luas pada Sifat Magnet Superkonduktor Tipe II Berbentuk Persegi

Secara praktis penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak manajemen Indosat khususnya divisi yang membawahi SIM card Mentari dalam menetapkan

Dari hasil penelitian anak yang bermain video game kecenderungan perilaku agresifnya tinggi terdapat 1 responden (1.25%) sedangkan pada anak yang tidak bermain

Tim Penerjemah Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.. aqidah dan persoalan yang berkaitan dengannya, misalnya tentang keesaan Tuhan, hari akhir dan kerasulan Nabi,

Penegakan hukum, menurut Sartjipto Raharjo , suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk

While the way cloud providers run their operations and the nature of the services they provide are very different from a traditional data center, it is important to remember