• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJ AUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum Per ancangan 2.1.1 Penger tian J udul

Perancangan “Galeri Seni Pahat Batu Marmer di Tulungagung” ini dapat dipahami sebagai berikut

• Galer i adalah sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni. (Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1986)

• Seni adalah aktifitas yang menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. (Herbert Read)

• Seni pahat adalah seni ukir yang dibuat dalam bentuk 4 atau 5 dimensi. Seni pahat memiliki ciri yang agak sedikit berbeda dengan seni ukir. Memang bahan yang digunakan sama persis dengan yang digunakan oleh seni ukir. Tetapi di dalam seni pahat, kita harus dapat membuat suatu bentuk yang sesuai dengan keinginnan kita. Jadi, nanti hasil produk akan berupa bentuk yang terdapat ukiran-ukiran yang tampak indah jika dilihat.

• Batu Mar mer adalah batuan hasil proses metamorfosa dari batu gamping.

• Tulungagung adalah kabupaten yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer di Indonesia, dan terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.

Sehingga, pengertian dari “Galeri Seni Pahat Batu Marmer di Tulungagung” adalah tempat memamerkan sekaligus menjual hasil-hasil karya seni ukiran batu marmer yang terdapat Tulungagung.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

23 2.1.2 Studi liter atur

Dalam studi literatur dapat dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi obyek rancangan, sehingga dapat memperjelas maksud dari rancangan tersebut. Pada studi literatur ini, data diambil dari buku, internet, dan narasumber yaitu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan galeri yang sesuai dengan rancangan.

2.1.2.1 Ruang Pamer (gallery)

Koleksi-koleksi seni yang dimiliki oleh sebuah museum atau ruang pamer perlu dipamerkan agar dapat diinformasikan dan diapresiasikan kepada masyarakat umum. Agar pameran ini dapat menarik perhatian pengunjung, perlu dilakukan penataan yang baik. Koleksi yang tidak dipamerkan harus disimpan dengan baik di ruangan penyimpanan (storage). Agar pengunjung tidak mengalami kebosanan, perlu adanya pergantian koleksi yang dipamerkan dengan yang disimpan. Koleksi yang berada baik di ruang pamer maupun di ruang simpan harus cukup terlindung. Adapun misi dari perancangan galeri menurut National Galery of Art, Washington ialah

Collecting

Fungsi utama galeri ialah menjaga seluruh koleksi dari kerusakan untuk generasi mendatang dalam keadaan sebaik-baiknya. Galeri harus mampu membuat serta merealisasikan program yang efektif dalam hal keamanan, pengendalian keadaan lingkungan, perawatan bangunan, dan konservasi.

Exhibiting

Memamerkan koleksi yang dimiliki maupun koleksi lain.

Fostering Understanding

Usaha seperti riset untuk pengembangan karya seni sehingga dapat membuat galeri yang edukatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

24

Kebutuhan ruang dari sebuah galeri sebagaimana tercantum dalam New Metric Handbook 1981 dibedakan menjadi 2, yaitu

a. Fasilitas Utama : - Ruang Pamer

- Ruang Penerimaan Koleksi

- Ruang Dokumentasi (kantor, perpustakaan,ruang arsip, catalog, ruang gambar dan cetak) - Workshop

- Ruang Penyimpanan

- Ruang Administrasi ( Ruang perekam, studio desain, workshop konstruksi dan perawatan,

loading bays, dan keamanan)

- Ruang Edukasi ( ruang kelas, teater kuliah, kantor dan gudang, laboratorium dan ruang persiapan, ruang media, dan toilet)

- Ruang Pengelola b. Fasilitas Penunjang : - Hall Utama

- Meja Informasi

- Café atau Restoran atau Bar

2.1.2.2 Standart Fasilitas Art Gallery

Suatu galeri memiliki standart persyaratan ruang, dimana hal ini mengatur serta merupakan syarat utama dalam merancang suatu ruang maupun bangunan. Standart yang dimaksud dapat berupa luasan ruang, pencahayaan, temperatur, kualitas ruang, maupun sirkulasi ruang. (Tugas akhir Agus mustika 2007 )

• Pencahayaan

Karena fleksibilitas gallery secara khas dirancang dengan lebih dari yang kapasitas pencahayaan yang minimum. Yang terutama pencahayaan terpenting untuk area ruang pamer. Panjang gelombang lighting adalah – (400-700 nm (nanometers)), ultra lembayung adalah 300-4(11), sedangkan ultra lembayung spektrum mempunyai energi lebih yang dapat merusak objek. Karena ultra

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

25

lembayung (LV) bukan infraed (IR) [cahaya/ringan] sangat mempengaruhi, sehingga perlu dihindari penggunaan lighting dengan efek warna lembayung dari pameran dan koleksi. Dua sember UV cahaya yang ringan dan utama adalah cahaya matahari dan lampu neon (David, 2005). Adapun persyaratan yang dibutuhkan akan penerangan antara lain :

- Ekonomi

- Memberikan penerangan yang penuh persyaratan dan sesuai dengan fungsinya (contoh ruang pamer dan ruang gelap dimana cahaya alami tidak terlalu dibutuhkan).

- Waktu penggunaan.

Selain itu, perlu adanya pengaturan penempatan dinding temporer. Tata ruang perlu mengakomodasi dengan aturan :

1. Penjuru sudut diukur dari suatu titik banding dan 5 feet- 4 inchi di atas lantai (yang merupakan suatu rata-rata mata mengukur untuk orang dewasa) harus antara 45 dan 75 derajad secara horizontal.

2. Karena dinding permanen, penjuru/sudut yang ideal pada umumnya 65-70 derajat

3. Semakin sensitif material koleksi / karya seni, semakin sedikit pencahayaan yang disajikan

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, ada persyaratan umum galeri yang menurut Neufert Architect Data1995 berupa :

1. Ruang pamer harus aman dari pencuri, bahaya kebakaran, sinar terik matahari, debu, asap, polusi kendaraan atau industri serta bebas dari kebisingan dan getaran.

2. Galeri harus menyediakan lahan untuk pengembangan pada tahun-tahun berikutnya, dengan asumsi akan terjadi penambahan ruang karena penambahan koleksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

26

3. Galeri dapat didukung oleh fasilitas workshop/studio/garasi dalam bangunan tersendiri atau terpisah dengan ruang pamer.

4. Ruang pamer harus terjaga kelembapannya dan tidak terkena sinar matahari langsung.

5. Galeri sebaiknya dilengkapi dengan ruang penunjang lain seperti kantor administrasi, ruang pertemuan, ruang baca, atau perpustakaan. Semua itu sebisa mungkin berada dalam satu lantai dengan ruang pamer.

• Standart Kenyamanan Pengamat

Kenyamanan pandangan pengamat perlu diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman dan dapat leluaa untuk melakukan pengamatan terhadap hasil karya seni rupa tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain

1. Kenyamanan pandangan horizontal

Batas standart : 30º - 30º ke kiri dan ke kanan Batas visual : 62º - 62º ke kiri dan ke kanan 2. Kenyamanan pandangan vertical

Standart : 30º ke atas dan 40º ke bawah 3. Kenyamanan pandangan pengamatan

Horisontal : 45º - 45º ke kiri dan ke kanan Vertikal : 30º - 30º ke atas dan ke bawah 4. Ukuran dan jarak pandang

Tinggi dan jarak pandang ke obyek koleksi juga menentukan kenikmatan melihatnya.

Untuk lebih jelasnya tentang kenyaman jarak pandang pengamatan manusia dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 2.1 Sudut pandang pengamat dan jarak display manusia (Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003)

2.1.2.3 Seni Pahat

Dalam pembuatan patung batu terdapat beberapa tahapan diantaranya adalah pemecahan bahan baku sesuai ukuran, proses pemahatan, penghalusan, kemudian patung siap dipajang untuk dijual.

Galeri di Tulungagung - Kondisi empiris

Gambar 2.2 Kerajinan batu marmer yang di hasilkan di Desa Besole. (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 2.3 Proses pengerjaan (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa untuk memahat, pemahat terkadang tidak mempunyai jarak dengan obyek yang dipahat. Untuk kerajinan batu marmer yang berukuran kecil, jarak antara pemahat dengan obyek yang dipahat ialah 30-50 cm.

Berikut adalah ukuran-ukuran kerajinan batu marmer yang ada di Desa Besole:

- Kerajinan batu marmer dengan panjang 45cm, lebar 20cm, dan tinggi 20cm.

Gambar 2.4 Kerajinan Batu Marmer Ukuran Kecil

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- kerajinan batu marmer ukuran sedang dengan panjang 60cm, lebar 30cm, dan tinggi 65cm.

Gambar 2.5 Kerajinan Batu Marmer Ukuran Sedang 1 (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

- Patung ukuran sedang dengan panjang 45cm, lebar 75cm, dan tinggi 100cm.

Gambar 2.6 Patung Ukuran Sedang 2 (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Patung besar dengan panjang 150cm, lebar 110cm, dan tinggi 280cm.

Gambar 2.7 Patung Ukuran Besar (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Patung besar posisi berdiri dengan panjang 200cm, lebar 80cm, dan tinggi 120cm.

Gambar 2.8 Patung Ukuran Besar (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 2.9 batu marmer sebelum diolah

Gambar 2.10 gergaji pemotong batu Gambar 2.11 peralatan memahat (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Gambar 2.12 Jenis pahatan/ukiran (sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Dari gambar 2.12 dapat dibedakan dari tingkat kerumitan ukiran pada tiap-tiap patung. Untuk patung burung garuda tidak terdapat ukiran yang mendetail sedangkan untuk patung dewi dengan ular naga banyak terdapat ukiran yang detail. Hal ini dapat membedakan harga jual antara patung yang sedikit ukiran dengan patung yang banyak ukirannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

31 2.1.2.4. Toko Retail

Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991). Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. Penger tian Retailing sendiri adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan.

Menurut Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara, sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan barang berdasarkan :

- Retail Kecil

Bisnis Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500 pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penjualan dan manajemen. Biasanya kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara individu (Individual Proprietorship) - Retail Besar

Pada saat ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut meliputi : Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online ). Departemen Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan berbagai macam jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam berbelanja.

Pr oduk yang dijual dalam zona perlengkapan r umah tangga di bedakan menjadi 4 bagian, yaitu :

- Bed & Bath (Perlengkapan Tidur dan Mandi) - HouseWear (Perkakas rumah tangga)

- Table Top (Perlengkapan Meja) - Decor (Perlengkapan dekorasi)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

- Travel (Jasa Travel)

- Electronic (Perlengkapan Elektronik) - Sport Equipment (Perlengkapan Olahraga)

Untuk toko elektronik yang termasuk toko retail membutuhkan space yang cukup tanpa adanya sekat. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan pembeli meilih barang yang akan dibeli dan memudahkan sirkulasi pembeli di dalam toko. Dengan pengaturan tata letak yang mayoritas menggunakan meja display kaca dan rak display kaca. Tinggi konter (meja display) memungkinkan barang yang dipamerkan untuk dilihat dengan mudah oleh pembeli dalam posisi duduk ataupun pramuniaga toko pada posisi berdiri. Zona aktivitas pembeli memungkinkan tersedianya ruang yang cukup bagi kursi tersebut. Tingi lutut, panjang lutut, tinggi lipatan lutut, tinggi mata pada posisi duduk merupakan pertimbangan dimensi manusia yang harus diperhatikan dalam perancangan toko retail yang akan digunakan dalam perancangan. Adapun gambar yang dimaksud dapat dilihat di bawah ini

Gambar 2.13 Posisi pembeli saat duduk dengan meja display tinggi (sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003)

Gambar diatas menunjukkan berbagai jarak bersih bagi suatu meja display setinggi 42 inci (106,7 cm) yang dimaksudkan untuk melayani pemakai pada posisi duduk. Namun, pengisian bagian lekukannya dengan display tambahan dapat membuat konter meja display berfungsi sebagai konter penjualan yang eksklusif. Namun, harus diperhatikan kadang di situasi tertentu ketinggian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

33

konter tersebut tidak dianjurkan. Pembeli dan pramuniaga yang berukuran tubuh kecil akan sulit dengan konter meja lebih tinggi dari tinggi siku 5% populasi.

2.1.3. Studi Kasus

2.1.3.1. Selasar Sunar y Ar t Space, Bandung A. Lokasi

Selasar sunaryo art space, terletak di daerah perbukitan dan memiliki style arsitektur kontemporer tropis. Galeri ini berada di Jl. Bukit Pakar Timur no. 100, Dago, Bandung, Kecamatan Lembang, Jawa barat. Pertimbangan pemilihan lokasi di daerah perbukitan ini dikarenakan pemilik galeri ini membutuhkan tingkat privasi yang tinggi dan jauh dari kebisingan kota. Lebih jelasnya lokasi bangunan ini dapat dilihat pada gambar 2.14 di bawah ini

Gambar 2.14 Lokasi Selasar Sunaryo (sumber : googlemap.com)

Pemilik galeri ini adalah Drs. Sunaryo yang mempercayakan seorang Arsitek yaitu Baskoro tedjo untuk menggarap lahan 5000 meter persegi miliknya, beliau bersama Baskoro tedjo merancang selasar sunaryo art space pada tahun 1993. Pembangunan membutuhkan waktu selama 4 tahun dari tahun 1993 – 1997. Ide bentuk dari galeri ini adalah Kuda lumping, yang diresmikan pada september, 1998.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

34 B. Fasilitas

- Taman Batu

Taman batu luas sekitar 190m2, yang merupakan sebuah tempat terbuka (RTH).Biasanya digunakan untuk tempat memajang karya-karya Sunaryo yang terbuat dari batu-batuan. Ditata dengan gaya taman Jepang yang minim pohon rimbun namun estetis, dimana seolah-olah ada 2 dunia yaitu kering dan sejuk (pasir – batu dan rerumputan). Tatanan dan gambaran taman batu ini dapat dilihat di gambar 2.15.

Gambar 2.15 Taman Batu

(sumber : http://fariable.blogspot.com/2011/07/selasar-sunaryo-art-space.html)

- Ruang Utama

Ruang utama memiliki luas sekitar 177 m2. Biasa digunakan untuk menyimpan dan memajang karya-karya Sunaryo yang dipilih oleh dewan pertimbangan Kuratorial atas dasar periodisasi dan nilai kesejahteraannya. Ruang ini juga digunakan untuk pameran dengan skala besar yang menampilkan seniman-seniman dari indonesia dan mancanegara. Menggunakan dinding temporer yang secara kondisional bisa dirubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan tatanan pameran. Namun ada sisi dimana dindingnya merupakan dinding permanen, menggunakan pewarnaan dinding putih susu dan terasso hitam, serta lantai kayu parguel warna coklat kayu muda. Penggambaran ruang utama dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 2.16 Ruang Utama

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Ruang Sayap

Ruang sayap memiliki luas sekitar 48 m2, digunakan untuk menyelenggarakan pameran yang menampilkan karya-karya seniman muda indonesia dan mancanegara. Selain itu, ruangan ini juga digunakan untuk memajang koleksi permanen karya-karya terpilih seniman indonesia dan mancanegara. Adapun penggambaran ruang sayap dapat dilihat pada gambar 2.17 di bawah ini.

- Kopi Selaras

Kopi Selaras memiliki luas sekitar 157 m2 dengan teras terbuka yang disediakan bagi para pengunjung untuk menikmati kopi dan makanan sambil menyimak pemandangan bukit dago yang asri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.18 di bawah ini.

Gambar 2.17 Ruang sayap

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

36

Gambar 2.18 Kopi Selaras

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Ruang Tengah

Ruang Tengah memiliki luas sekitar 210m2, digunakan untuk menyelenggarakan pameran yang menampilkan karya-karya seniman muda indonesia dan mancanegara. Selain itu, ruangan ini juga digunakan untuk memajang koleksi permanent karya-karya terpilih seniman indonesia dan mancanegara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.19 di bawah ini.

Gambar 2.19 Ruang tengah

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Cinderamata Selaras

CinderaMata Selaras (luas sekitar 90 m2), toko kecil yag menjual buku-buku, produk kesenian, dan jurnal seni-budaya serta pernak-pernik khas selaras. Adapun gambar tentang ruang ini dapat dilihat pada gambar 2.20 di bawah ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

37

Gambar 2.20 Cinderamata Selaras

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Amphitheatre

Amphitheatre memiliki luas sekitar 198 m2. Amphitheatre ini merupakan sebuah panggung terbuka berbentuk ¾ lingkaran dengan kapasitas 300 penonton yang dirancang khusus untuk pementasan seni pertunjukan, pembacaan puisi, monolog maupun pementasan seni budaya lainnya. Dapat dilihat pada gambar 2.21 di bawah ini.

Gambar 2.21 Ampitheater

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Bale handap

Bale Handap (luas sekitar 120m2), adalah salah satu ruang serba guna yang digunakan untuk ruang diskusi dan lokakarya. Model bangunan ini terinspirasi dari bangunan tradisional jawa dengan adanya teras terbuka. Bale Handap terletak terpisah dari bangunan utama yaitu diantara rumah bambu dan level paling bawah. Dapat dilihat pada gambar 2.22 di bawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

- Rumah Bambu

Rumah Bambu memiliki luas sekitar 76 m2.Berupa rumah sederhana terbuat dari bambu yang digunakan untuk menginap para seniman yang bekerja untuk program tertentu, serta tamu-tamu khusus. Untuk tampilan rumah bambu ini, dapat dilihat pada gambar 2.23 bawah ini.

Gambar 2.23 Rumah bambu

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

- Perpustakaan Selasar

Ruang ini baru dibuka untuk umum pada tahun 2008 dan memiliki banyak data tentang kesenian Indonesia, fotografi, buku, jurnal, film poster, paper dalam bentuk dokumentasi. Adapun gambar ruangnya dapat dilihat pada gambar 2.24 di bawah ini.

Gambar 2.22 Bale handap

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Gambar 2.24 Pustaka Selasar

(sumber : hasil pengamatan lapangan, 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

39 C. Besar an Ruang

Selasar Sunaryo ini merupakan bangunan yang menganut style kontemporer tropis sebagai ruang galeri – museum, pertemuan/pementasan, seminar, dan bukan merupakan bangunan tatanan massa melainkan single building. Pengolahan ruang interior dan eksterior dibuat menyambung seolah-olah berupa ruang yang menerus seperti selasar. Sehingga nama bangunan ini disebut Selasar Sunaryo. Untuk lebih jelasnya, pembagian ruang Selasar Sunaryo dapat dilihat pada gambar 2.25 di bawah ini.

Gambar 2.25 Denah Selasar Sunaryo

D. Pola Tatanan Massa

Letak Selasar Sunaryo ini berada di kawasan perbukitan yang sangat menentukan dalam penentuan pola perletakan fungsi massa bangunan itu sendiri. Dimana harus dapat mengisi ruang lahan yang seluas 5000 m2 dengan kemiringan sekitar 20 – 40 %. Sehingga dalam perencanaannya perlu dilakukan pemisahan bangunan berdasar fungsi aktivitas pengguna. Pemisahan massa bangunan dibuat menggunakan split level yang menyesuaikan pola kontur eksisting. Pola tatanan massa Selasar Sunaryo ini ialah radial, dimana arah masuk dengan keluar berada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

di satu titik yang sama. Untuk mengetahui pola tatanan massa Selasar Sunaryo ini dapat dilihat pada gambar 2.26 dan 2.27 di bawah ini.

Gambar 2.26 Blokplan Selasar Sunaryo lantai 1

Gambar 2.27 Blokplan Selasar Sunaryo lantai 2

E. Gubahan Massa dan Tampilan Bangunan

Bentuk dasar bangunan selasar sunaryo art space secara keseluruhan diambil dari bentuk “Kuda Lunping” yang merupakan salah satu artefak kebudayaan tradisional indonesia. Kata “Selasar”pun dipilih sebagai konsep rumah terbuka yang menerus dan menghubungkan satu ruangan dengan ruangan

Taman Batu Galeri Utama Wing Space Rg. Tengah Kopi Selasar Rumah Bambu Bale Handap Ruang AV Selasar Cinderamata Amphitheatre

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

41

yang lain, serta satu bangunan dengan bangunan lain. Konsep utama “Selasar” dalam hal ini adalah menghubungkan seni dengan kehidupan, menghubungkan karya seni dan pemirsanya sekaligus menghubungkan satu budaya dengan budaya yang lain.Tampilan bangunan dapat dilihat pada gambar 2.28 di bawah ini.

Gambar 2.28 Tampilan

Bentuk tampilan Selasar Sunaryo merupakan perpaduan antara konsep

Back To Nature dan arsitektur Modern. Ini terlihat dari bentukan dinding-dindingnya yang massif dan terdapat lubang dengan bentukan geometris, pagar yang dibuat dengan bentukan yang simple, dan cenderung menggunakan warna-warna monokrom. Beberapa hal tersebut semakin membuat kental kesan modernnya. Sedangkan konsep Back To Nature lebih diterapkan pada fungsi-fungsi ruangnya seperti yang terihat pada amphitheatre, bale handap, dan rumah bambu.

Dari studi lapangan yang telah dilakukan, diperoleh gambaran yang secara riil ruang-ruang yang berkaitan dengan dunia seni pahat, termasuk diantaranya ruang pamer sayap, ruang utama dan sebagainya. Dimana melalui studi lapangan ini kita dapat belajar tentang kebutuhan ruang.

Penataan perabot pada Selasar Sunaryo ini sesuai dengan fungsi dan kebutuhan para pengunjung. Pada interior bangunan juga dapat disesuaikan dengan karya-karya setiap aliran yang dianut setiap seniman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

42 2.1.3.2 Galer i Seni Alberta, Kanada A. Data obyek studi kasus

Arsitek : Randall Stout Architects Lokasi : Edmonton, AB T5J, Kanada Tahun berdiri : 1924

Bahan : Beton Status : Dibangun

Lantai area : 84.000 kaki persegi B. Lokasi

Galeri ini berada di Edmonton, Alberta, Canada. Tepat di 102 A Avenue Street yang merupakan jalan sekunder dan 2 arah. Bangunan galeri ini merupakan bangunan kompleks yang perletakan lokasi tiap massa bangunan di pojok jalan pertemuan antara 102 A Avenue dan 99 Street. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Dokumen terkait