• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Muslihatun, Varney menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses pemecahan masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dimana akan menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah kemudian akan menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpilan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apaun. Langkah-langkah tersebut adalah :

7 langkah manajemen menurut Helen Varney

1. Langkah 1. Pengumpulan data dasar.

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan cara mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tetapi jika klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan harus melakukan konsultasi.

2. Langkah 2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Dasa dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.

3. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

4. Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesaui dengan kondisi klien.

5. Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini adalah lanjutan dari manajemen terhadap diagosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan

berikutnya,apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

6. Langkah 6. Melakukan perencanaan

Pada langkah ini, melakukan asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya asuhan yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7. Langkah 7. evaluasi

Pada langkah ini, proses manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu hasil pola pikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Metode pendekatan SOAP meliputi : S. Subjektif

Data Subjektif

Berisis tentang data dari pasien melalui anamnesisi ( wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB.

O. Objektif Data Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB.

A. Assesment

Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera.

P. Planning Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.

( Muslihatun, 2009; 122 – 124 )

Adapun penerapan 7 langkah varney tersebut dalam akseptor baru KB implant sebagai berikut:

1. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis berusaha mengumpulkan data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, pengkajian data ini, meliputi data subyektif dan data obyektif.

A. Data Subyektif 1. Identitas Pasien

a) Nama

Untuk membedakan dengan klien yang lainjika terdapat kesamaan nama klien dan untuk mencegah kekeliruan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi. (anggraeni, 2010; 134)

b) Umur

Untuk mengetahui umur klien. Umur biasanya di cantumkan dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko atau tidak dalam penggunaan implant. Selain itu untuk mengetahui dalam fase apa dalam sasaran KB yaitu : menunda, menjarangkan, atau mengakhiri kehamilan. (Hanafi, 2004; 30 – 31)

c) Suku bangsa

Untuk mengetahui budaya atau adat istiadat / kebiasaan dari klien yang berkaitan dengan kontrasepsi. (Handayani, 2010; 17)

d) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a dan apakah klien dapat menerima segala bentuk pelayanan kebidanan terutama yang berkaitan dengan agama yang diyakini klien. Selain itu dengan mengetahui agama klien dapat mempermudah petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan. (Handayani, 2010; 17)

e) Pendidikan

Pendidikan ditanyakan untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien, karena akan membantu dalam penyampaian konseling terhadap pasien. ( Saifuddin, 2006; U-3)

f) Pekerjaan

Calon pengguna implant dinyatakan untuk mengetahui jenis pekerjaan apakah ringan, sedang, berat.

Karena efek samping implant adalah terjadinya ekspulsi, dan ekspulsi bisa terjadi akibat bekerja terlalu berat. (Saifuddin, 2006; MK-57)

g) Alamat

Untuk mengetahui alamat pasien secara jelas sehingga mempermudah dalam memberikan informasi tentang implant, serta untuk membedakan antara klien

jika memiliki kesamaan nama sehungga mencegah kekeliruan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi implant. Dinyatakan mempermudah kunjungan rumah bila dibutuhkan. ( Anggraeni,2010; 135)

2. Alasan datang

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah yang diharapkan calon akseptor terhadap kontrasepsi yang akan digunakan, diantaranya :

a) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi

b) Ibu menginginkan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan yang jangka panjang.

3. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masalah implant atau juga untuk menanyakan kebutuhan klien tentang KB yang akan digunakan klien. (Anggraeni, 2010; 135)

4. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah calon akseptor KB ini mempunyai riwayat perdarahan pervaginam, penyakit seperti : jantung, kanker payudara, diabetes millitus (DM), hipertensi, Karena kriteria di atas merupakan kontra indikasi kontrasepsi implant, tromboflebitis, penyakit akut hati. (Pinem, 2009; 284)

b) Riwayat kesehatan Sekarang

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita ibu berhubungan dengan kontraindikasi pemakai KB Implant perdarahan pervaginam, penyakit seperti Jantung, diabetes mellitus, Kanker payudara, Hipertensi. Penyakit hati akut (pinem, 2009; 284). Pasien yang mengalami penyakit seperti yang disebutkan di atas tidak boleh menggunakan kontrasepsi implant, keren penyakit-penyakit tersebut merupakan kontra indikasi dari kontrasepsi implant.

c) Riwayat kesehatan Keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah orang tua atau saudara ada yang menderita kanker payudara, jantung, DM, Hiertensi, adanya kemungkinan penyakit keturunan. ( Muslihatun, 2009; 227 )

5. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi yang perlu dikaji meliputi: HPMT, siklus menstruasi, lama mentruasi, dismenorhoe, perdarahan pervaginam dan flouralbus (Muslihatun, dkk. 2009; h. 226)

Perdarahan pervaginam perlu dikaji karena apabila terjadi perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya tidak boleh menggunakan kontrasepsi implant karena merupakan kontra indikasi dari kontrasepsi implant

(Handayani, 2010; h. 120) selain itu juga untuk menentukan apakah klien sedang hamil atau tidak.

6. Riwayat Obstetri

Para (P)...Abortus (Ab)...Anak Hidup (Ah)..., Hal-hal yang perlu dikaji meliputi : perdarahan pada kehamilan, persalinan da nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, BB lahir bayi kurang 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah selama kehamilan (Muslihatun, dkk. 2009; h. 226). Riwayat obstertic perlu dikaji karena untuk mengetahui riwayat berat badan dari anak yang dilahirkan apakah kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram dimana bila riwayat berat badan lahir anaknya<2500 gram atau >4000 gram kemungkinan ibu mengalami penyakit diabetes militus. Adanya kehamilan ektopik untuk mencegah terjadinya kehamilang ektopik berulang. (Rekomendasi Praktik Pilihan Untuk Penggunaan Kontrasepsi, 2009, 57) 7. Riwayat KB

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi dan apakah selama penggunaan mengalami masalah dan yang dikaji adalah jenis kontrasepsinya, lamanya dan terakhir menggunakannya serta masalah yang timbul dengan penggunaan kontrasepsi tersebut. ( Muslihatun, 2009; 226 )

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Pola Nutrisi

Efek kontrasepsi implant adalah kenaikan berat badan. ( Hidayati, 2009. 73 )

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. Pola makan dan minum perlu dikaji dalam kontrasepsi implant untuk mengetahui apakah tanda-tanda penyakit diabetes atau anemia. Anemia disebabkan karena kurang gizi, kekurangan zat besi.

b. Pola Eliminasi

Mengetahui pola buang air besar dan kecil yang meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau dan warna untuk mengetahui apakah menderita hipertensi dan diabetes mellitus yang merupakan kontra indikasi dari kontrasepsi Implant. ( Sudarti, 2010;h.131)

Frekuensi buang air kecil, konsistensi, kandungan dalam urine, warna dan jumlahnya dikaji untuk menentukan apakah klien menderita diabetes militus yang merupakan kontra indikasi implant.

c. Pola Istirahat

Mengetahui pola istirahat yang meliputi tidur siang dan malam berapa jam, hal ini dikaji karena berpengaruh terhadap kesehatan klien (Sudarti, 2010;h.131)

d. Pola Aktifitas

Setelah pemasangan akseptor dapat langsung bekerja. (Suratun, 2008; 85)

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya. Apabila pasien melakukan pekerjaan terlalu berat maka akan membuat implant ekspulsi.

e. Pola Hygiene

Implant adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk tipis. ( Pinem, 2009; 282). Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena apabila ibu kurang menjaga kebersihan daerah genetalia dapat menyebabkan infeksi pada genatalia yang semakin lama semakin meningkat. Menurut Hartanto (2004; h.220). 9. Keadaan psikososial

meliputi pengetahuan dan respon klien terhadap semua metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan / kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap metode kontrasepsi dan atau kontrasepsi yang digunakan saat ini, dukungan keluarga, pengambilan dan pilihan tempat mendapat pelayanan KB.(Muslihatun, dkk. 2009; 227). Dalam kontrasepsi implant

hal ini sangat penting dikaji karena metode kontrasepsi implant pada saat pemasangan dilakukan insersi atau oprasi kecil yang menyebabkan luka kecil pada lengan atas klien, sehingga benar-benar dikaji supaya tidak timbul penyesalan atau keragu-raguan dalam memilih kontrasepsi ini.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

a) Keadaan umum : meliputi kesadaran, keadaan emosi dan postur badan pasien selama pemeriksaan, BB. (Muslihatun, 2009; 227).

Compos mentis : Baik / sempurna.

Apatis : Perhatian berkurang.

Somnolens :Mudah tertidur walaupun

sedang diajak berbicara.

Sopor :Dengan rangsangan kuat

memberi respon.

Soporo-komatus :Hanya tinggal reflek cornea ( sentuhan ujung kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata).

Coma :Tidak memberi respon sama

sekali.

Pada kontrasepsi Implant dimana tingkat kesadaran yang dibutuhkan adalah kesadaran yang

composmetis yaitu keadaan klien yang baik / sempurna. Keadaan emosi perlu dikaji karena pada pelaksanaan kontrasepsi dibutuhkan keadaan pasien yang cukup tenang.

b) Tanda–tanda vital :Tekanan darah,suhu, nadi, Respirasi (1) Tekanan Darah <180/110 mmHg, yang diperbolelkan

menggunakan implant, karena jika tekanan darah 180/110 menggunakan KB implant, akan memperparah hipertensinya. (Saifuddin, 2006. MK-55)

(2) Suhu normal orang dewasa adalah 360C – 380C. Suhu yang lebih dari 380C menyebabkan infeksi. (Hartanto, 2004; 228) Tubuh membentuk antibody yang lebih saat terjadi infeksi maka kerja tubuh akan meningkat sehingga suhu dalam tubuh meningkat. (Asuhan Keperawatan Pada pasien Terinfeksi, 2009; 57)

(3) Nilai normal pada nadi dewasa usia lebih dari 21 tahun adalah 60-100 x/menit. Dalam keadaan demam dapat menyebabkan peningkatan denyut nadi dan mempengaruhi tingkat kesadaran seperti spoor yang terjadi pada penderita stroke karena hal ini merupakan kontraindikasi pada pemakaian implan.( Muttaqin, 2010; 53)

(4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30 kali / menit. (Muslihatun, 2009. 228)

(5) Kepala dan leher

Meliputi : edema wajah, mata (warna kelopak mata, warna sklera ), mulut ( warna bibir, kesimetrisan, kebersihan mulut, keadaan gigi ada karies dan karang gigi atau tidak, pemberian tonsil ), Leher ( Pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe ). ( Muslihatun, dkk, 2009; h. 227 )

(6) Payudara

Meliputi bentuk dan ukuran,hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan / masa yang mencurigakan, pengeluaran cairan, dan pembesaran kelenjar limfe. (Muslihatun, 2009. 227). Pemeriksaan payudara dilakukan untuk mengetahui apakah ada kanker payudara atau tidak dimana kanker payudara merupakan kontra indikasi dari kontrasepsi implant.

(7) Abdomen

Meliputi adanya bentuk abdomen, adanya bekas luka, benjolan / masa tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan. (Sudarti, 2010; 132)

(8) Ekstremitas

Meliputi edema tangan, sianosis pada kuku jari, varises berat atau pembengkakan pada kaki, edema yang sangat dikaki. ( Muslihatun, dkk. 2009; h. 227 )

(9) Genetalia

Meliputi luka, varises, cairan ( warna, konsistensi, jumlah, bau, keluhan gatal / panas ), keadaan kelenjar bartolini ( pembengakakan, cairan, kista ), nyeri tekan, hemoroid, dan kelainan lain. (Muslihatun, 2009; 227)

2. Pemeriksaan Penunjang

PP Test / pemeriksaan HCG dalam urin

Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui calon peserta KB hamil atau tidak karena wanita hamil merupakan kontra indikasi pada pemasangan implant. (Muslihatun, 2009; 228)

2. Interprestasi Data

Dalam interprestasi data dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik, sehingga muncul diagnosa sbagai berikut :

Ny…… P….. Ab….. Ah... Umur…… tahun sebagai calon akseptor baru kontrasepsi...

(Muslihatun, 2009; 228) a) Data subyektif

1) Pernyataan ibu tentang nama dan umur ibu 2) Pernyataan pasien tentang jumlah anak yang lahir 3) Pernyataan pasien tentang riwayat keguguran

4) Pernyataan pasien tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan

b) Data Obyektif

Merupakan data yang diperoleh dari pengkajian fisik pasien yang mendukung diagnosa.

3. Diagnosa Potensial a. Ekspulsi

Lepasnya batang implant pada daerah pemasangan (ekspulsi) dapat terjadi akibat melakukan pekerjaan terlalu berat, terutama pada tangan tidak dominan yang terpasang implant (varney, 2006; 485)

b. Infeksi

1) Infeksi dapat terjadi pada akseptor KB implant, karena kurangnya melakukan perawatan pada daerah insersi. Daerah insersi yang basah akan menyebabkan bakteri mudah masuk sehingga menjadikan infeksi. (Saifuddin, 2006; MK-57)

2) Penggunaan alat pada saat pemasangan implant yang tidak steril akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada klien. (Saifuddin, 2006; U-19)

4. Identifikasi Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi. a. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain. (Saifuddin, 2006; MK-59)

b. Infeksi

Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang baru pada sisi yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari. (Saifuddin, 2006; MK-59)

5. Perencanaan

a. Berikan KIE tentang alat kontrasepsi imlant : 1) Jelaskan Pengertian Implant

2) Jelaskan Jenis Implant 3) Jelaskan Cara kerja implant 4) Jelaskan Keuntungan 5) Jelaskan Kerugian 6) Jelaskan Kontra indikasi 7) Jelaskan Indikasi

8) Jelaskan Efektifitas b. Berikan Informed consent

c. Persiapkan alat-alat yang diperlukan d. Pemasangan Implant

e. Memberikan KIE pada akseptor baru implant tentang kunjungan ulang

6. Pelaksanaan

Rencana asuhan yang diberikan kepada akseptor baru implant a) Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi implant, antara

lain:

a. Pengertian Implant b. Jenis Implant c. Cara kerja implant d. Keuntungan e. Kerugian

f. Kontra indikasi g. Indikasi h. Efektifitas

b) Melakukan informed choise dengan memberikan pilihan jenis kontrasepsi yang akan di gunakan oleh klien

c) Mengisi informed consent dan minta tanda tangan dari pasien dan suami sebagai saksi

d) Pemasangan

1) Persiapan alat – alat yang diperlukan (a) Sabun anti septic

(b) Kasa steril

(c) Cara antiseptic ( betadine )

(d) Kain Steril yang mempunyai lubang (e) Semprit dan jarum suntik

(f) Trokar no. 10

(g) Sepasang sarung tangan

(h) Satu set kapsul norplant ( 2 buah ) (i) Scalpel yang tajam

2) Teknik Pemasangan

(a) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun (b) Daerah tempat pemasangan ( lengan kiri bagian atas )

dicuci dengan sabun antiseptic

(c) Membaringkan Calon akseptor telentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil di samping tempat tidur akseptor

(d) Menggunakan hand scoon steril dengan benar

(e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan antiseptic / betadin

(f)Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang.

(g) Melakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6 – 10 cm di atas lipatan siku

(h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan scalpel yang tajam

(i) Memasukkan Trocard melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit

(j) Kemudian Memasukkan kapsul ke dalam trokar dan di dorong dengan plunger sampai kapsul terletak di bawah kulit

(k) Setelah itu memasukkan kapsul kedua, kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas

(l) Setelah semua kapsul berada di bawah kulit, trokar ditarik pelan – pelan keluar

(m) Mengontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak (n) Mendekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut

dengan perban untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi heamatom

(o) Menasehati pada akseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3 hari dan dating kembali jika terjadi keluhan – keluhan yang mengganggu.

( Handayani , 2010; h. 122 sd 128)

e) Memberikan KIE pada akseptor baru implant tentang kunjungan ulang

1) Apabila tidak ada masalah ibu dianjurkan kunjungan ulang 1 bulan yang akan dating

2) Bila ada keluhan segeralah dating ke klinik seperti perdarahan, amenorea mual, pusing

7. Evaluasi

Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk melakukan penelitian apakah asuhan kebidanan telah berhsil keseluruhan atau belum sama sekali. Dari hasil situasi ini menentukan sebagian rencana asuhan kebidanan relevan diterapkan, dihentikan, atau direvisi. Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanann dituliskan dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP yang terdiri dari 4 bagian yaitu data subyektif, data obyektif, assasment, dan planning.

Dokumen terkait