• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Keluarga Berencana (KB ) - ERA TUTUT PURBARINI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Keluarga Berencana (KB ) - ERA TUTUT PURBARINI BAB II"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN MEDIS

1. Keluarga Berencana (KB )

a. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan

masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia

sejahtera

Keluarga berencana merupakan tindakan yang

membantu individu / pasutri untuk mendapatkan

objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur internal

diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga.(Sulistyawati, 2011 ; 13)

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dengan memakai

kontrasepsi.

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk :

1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

(2)

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami istri

6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga

( Hanafi, 2004; h. 27)

Disimpulkan Keluarga Berencana adalah suatu

program untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga

dengan memakai kontrasepsi.

b. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. (Sulistyawati, 2011 ; 13)

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi

dan misi program KB yaitu membangun kembali dan

melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB

dimasa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun

2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian

(3)

2) Terciptanya pendidik yang berkualitas, sumberdaya

manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga.

(Handayani, 2010; h. 29)

2. Kontrasepsi

a. Definisi Kontrasepsi

Usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang

dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen.

(Sarwono, 2005; h.534)

Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur

dengan sel sperma. ( Suratun, 2008; 27 )

Disimpulkan Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan dalam jangka panjang.

b. Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat – syarat

seperti berikut :

1) Dapat dipercaya

2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang

bersangkutan

5) Terjangaku harganya di masyarakat

6) Mudah pelaksanaannya.

(4)

3. Pelayanan Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu :

a. Tujuan Umum : pemberian dukungan dan pemantapan

penerimaan gagasan KB yaitu Keluarga Berkualitas 2015.

b. Tujuan Pokok : penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan

menggolongkan pelayanan KB ke dalam tiga fase yaitu :

1) Fase menunda kehamilan / kesuburan

2) Fase menjarangkan kehamilan

3) Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan

1) Fase Menunda Kehamilan

Pasangan Usia Subur ( PUS ) dengan usia kurang dari 20

tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya karena :

a) Usia dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak

mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.

b) Perioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta

masih muda.

c) Pengunaan kondom kurang menguntungkan, karena pada

pasangan muda frekuensi bersenggamanya relatif tinggi,

sehingga kegagalannya juga tinggi.

d) Penggunaan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak

pada masa ini dapat dianjurkan,terlebih bagi calon peserta

(5)

Ciri kontrasepsi yang diperlukan

Pada PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun ciri kontrasepsi

yang sesuai adalah :

1) Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat

terjadi 100 % karena pasangan belum mempunyai anak.

2) Efektifitas tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan

kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini

merupakankegagalan program.

2) Fase Menjarangkan Kehamilan

Pada fase ini usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun,

merupakan periode usia yang paling baik untuk hamil dan

melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antar

kelahiran 2 4 tahun yang dikenal sebagai catur warga. Alasan

menjarangkan kehamilan adalah :

a) Usia antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbaik

untuk hamil dan melahirkan

b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk

memakai IUD sebagai pilihan utama.

c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi

namun di sini tidak kurang berbahaya karena yang

bersangkutan berada pada usia hamil dan melahirkan yang

baik.

d) Kegagalan kontrasepsi di sini bukan merupakan kegagalan

(6)

Ciri – ciri Kontrasepsi Yang Sesuai

1) Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih

mengharapkan punya anak lagi.

2) Efektifitas cukup tinggi.

3) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak

kehamilan anak yang direncanakan.

4) Tidak menghambat air susu ibu ( ASI ), karena ASI adalah

makanan terbaik sampai anak usia 2 tahun dan akan

mempengaruhi angka kesaktan dan kematian anak.

3) Fase Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan

Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,

sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang

anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah :

Karena alasan medis dan alasan lainya, ibu – ibu dengan

usia di ataskesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan

mengakhiri kesuburan adalah :

a) Karena alasan medis dan alasan lainya, ibu – ibu dengan

usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil / tidak

punya anak lagi.

b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap

c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan

mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat

(7)

Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan

1) Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya

kehamilan resiko tinggi bagi ibu dan bayi. Selain itu akseptor

memang tidak mengharapkan punya anak lagi.

2) Dapat dipakai dalam jangka panjang.

3) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada usia tua,

kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan

metabolik biasanya meningkat. Oleh karena itu sebaiknya

tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan

jantung.

( saroha, 2009 ; 202 – 204 )

4. Metode Kontrasepsi

Menurut Handayani, 2010; 57 – 182. cara / metode kontrasepsi

dapat dibagi menjadi

a. Metode Sederhana

1) Tanpa alat / obat

a) Metode kalender

Metode kelender adalah metode yang digunakan

berdasarkan masa subur dimana harus menghindari

hubungan seksual tanpa perlindungan tanpa

(8)

b) Senggama terputus

Metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri

sebelum terjadinya ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi

terjadi jauh dari genetalia eksterna.

c) Metode suhu basal

Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh

basal, untuk menentukan masa ovulasi.

d) Metode lendir serviks

Metode kontrasepsi dengan menghubungkan

pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita

yang dapat dideteksi di vulva.

2) Dengan alat / obat

a) Kondom

Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet

yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (

karet ), plastik ( vinil ), atau bahan alami ( produksi

hewani yang dipasang dalam penis ( kondom pria ) atau

vagina ( kondom wanita ) pada saat berhubungan

seksual.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,

terbuat dari lateks ( karet ) yang dimasukkan ke dalam

vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan

(9)

c) Kap serviks

Kap serviks yaitu suatu alat kontrasepsi yang

hanya menutupi serviks saja.

b. Metode Modern

1) Pil KB

a) Pil oral kombinasi

(1) Pengertian

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron.

(2) Jenis – jenis pil oral kombinasi :

(a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

Tablet mengandung hormon aktif estrogen /

progestin, dalam dosis yang sama, dengan 7

tablet tanpa hormon aktif ; jumlah dan porsi

hormonnya konstan setiap hari.

(b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen /

progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet

tanpa hormon aktif ; dosis hormon bervariasi

setiap hari.

(c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen /

(10)

tanpa hormon aktif ; dosis hormon bervariasi

setiap hari.

b) Pil Progestin

(1) Pengertian

Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang

berisi hormon sintesis progesteron.

(2) Jenis

(a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ig

levonorgestrel atau 350 ig noretindron.

(b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 ig norgestrel.

2) Suntikan / Injeksi

a) Suntikan Kombinasi

(1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi suntik yang berisi

hormon sintetis estrogen dan progesteron.

(2) Jenis

(a) 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5

mg estradiol valerat.

(b) 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol

valerat.

b) Suntikan Progestin

(1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi

(11)

(2) Jenis

(a) Depo medroxyprogesterone Asetat,

Depo-Provera (DMPA) : 150 mg

depot-medroxypesterone acetate yang diberikan

setiap 3 bulan.

(b) Noristerat (NET-EN) : 200 mg norethindrone

enanthate yang diberikan setiap 2 bulan.

3) AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD) )

a) Pengertian

Adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke

dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan

berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua

perempuan usia reproduktif.

b) Jenis

(1). Cu T 200 B; berbentuk T yang batangnya dililit

tembaga (Cu) dengan kandungan tembaga

(2). Cu 7; berbentuk angka 7 yang batangnya dililit

tembaga

(3). ML Cu 250; berbentuk 3/ 3 lingkaran elips yang

(12)

4) Implant KB

a) Pengertian

Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa

susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi

hormon, dipasang pada lengan atas

b) Jenis

(1) Non Biodegradable Implant

Dengan cirri – cirri sebagai berikut :

(a) Norplant (6 “kasul”), berisi hormon Levonogrestel,

daya kerja 5 tahun

(b) Norplant -2 (2 batang), berisi hormon

Levonogrestel, daya kerja 3 tahun

(c) Satu batang, berisi hormon ST- 1435, daya kerja

2 tahun. Rencana siap pakai : tahun 2000.

(d) Satu batang, berisi hormone 3-keto desogesteri

daya kerja 2,5-4 tahun.

( Handayani, 2010; h. 116 )

(2) Biodegrodable Implant

(a) Capronor

- Suatu “kapsul” polymer berisi hormon

Levonorgestrel, dengan daya kerja 18 bulan

(b) Pellets

- Berisi norethindrone dan sejumlah kecil

kolester ol, daya kerja 1 tahun.

(13)

c. Metode mantap dengan cara operasi ( Kontrasepsi Mantap )

1) Pada wanita tubektomi

Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

yang mengakibatkan orang atau pasangan yang

bersangkutan tidak akan mendapat keturan lagi.

2) Pada pria vasektomi

Adalah suatu metode kontraseksi operatif minor

pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat

efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak

memerlukan anestesi umum.

Cara – cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat

efektifitas yang berbeda- beda dalam memberikan pencegahkan

terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.

5. Implant ( AKBK ) a. Pengertian

Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang

terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang

pada lengan atas. (Handayani. 2010; h. 116 )

Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit ( AKBK ) adalah

kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan

pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui

(14)

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant adalah

alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit.(Suratun, dkk,

2008 ;77 )

Disimpulkan Implant adalah kontrasepsi yang disusupkan

pada lengan atas dalam bentuk kipas.

b. Jenis

Dikenal 2 macam implant, yaitu

1) Non Biodegradable Implant

Dengan cirri – cirri sebagai berikut :

a) Norplant (6 “kasul”), berisi hormon

Levonogrestel, daya kerja 5 tahun

b) Norplant -2 (2 batang), berisi hormon

Levonogrestel, daya kerja 3 tahun

c) Satu batang, berisi hormon ST- 1435, daya

kerja 2 tahun. Rencana siap pakai : tahun

2000.

d) Satu batang, berisi hormone 3-keto

desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.

( Handayani, 2010; h. 116 )

2) Biodegrodable Implant

a) Capronor

- Suatu “kapsul” polymer berisi hormon

Levonorgestrel, dengan daya kerja 18

(15)

b) Pellets

- Berisi norethindrone dan sejumlah kecil

kolester ol, daya kerja 1 tahun.

( Hanifi. 2004; h. 180 )

c. Norplant-2

Norplant-2 adalah Dua kapsul tipis, fleksibel berisi

levonorgestrel (LNG) yang disisipkan di bawah kulit lengan

atas seorang wanita.

1) Dipakai sejak tahun 1987

2) Terdiri dari 2 batang Silastic yang padat, dengan panjang

tiap batang 44 mm.

3) Masing-masing batang diisi dengan 70 mg Levonorgestrel

di dalam matriks batangnya.

4) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3

tahun.

Pada Implant tersebut, Levonorgesterl ber-difusi

melalui membran Silastic dengan kecepatan yang lambat

dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon

dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah

ovulasi.

Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara

50 – 85 mcg pada tahun pertama, kemudian menurun

sampai 30 – 85 mcg per hari untuk tiga tahun berikutnya.

(16)

Gambar norplant-2

d. Cara Kerja Implant Norplant-2

1. Mencegah ovulasi

2. Perubahan lender serviks menjadi kental dan sedikit,

sehingga menghambat pergerakan spermatozoa.

3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.

(Pinem, 2009; 282)

e. Keuntungan Implant Norplant-2

1. Efektifitas tinggi

2. Setelah dipasang, tidak perlu melakukan apa-apa lagi

sampai saat pengeluaran implant-nya.

3. Sistem 2 “kapsul” memberikan perlindungan untuk 3 tahun.

4. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak ada efek

samping yang disebabkan estrogen.

5. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implan-nya

dikeluarkan.

6. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah

(17)

tinggi seperti pada kontrasepsi suntikan ataupun puncak

harian dari hormon pada kontrasepsi er-oral.

( Hanafi. 2004; 189 – 190 )

f. Kerugian implant Norplant-2

1. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga

terlatih.

2. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk

insersi dan pengangkatan implant.

3. Lebih mahal

4. Sering timbul perubahan pola haid

5. Akseptor tidak dapat menghentikan implant

sekehendaknya sendiri

6. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk

menggunakannya karena kurang mengenalnya.

7. Implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang lain.

( Hanafi, 2004; h. 190 )

g. Kontra Indikasi Implant Norplant-2

1. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya

Pada calon akseptor kontrasepsi yang sekarang

sedang mengalami perdarahan pervaginan yang belum

diketahui penyebabnya tidak boleh menggunakan implant

norplant-2, karena pada perdarahan pervaginan yang

(18)

mioma yaitu yang salah satu dari tanda mioma adalah

adanya perdarahan abnormal.

Sedangkan mioma uteri merupakan kontra indikasi

penggunaan implant.

2. Kanker Payudara

Pada wanita dengan riwayat karsinoma payudara

tidak boleh memakai implant karena hormon dari implant

norplant-2 tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh pada

organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh tertentu ( kulit,

uterus, ovarium, otak, payudara, arteri, vena, dll ).

Sehingga implant yang diberikan dapat menyebabkan

rangsangan yang lebih / kurang pada organ tersebut,

sehingga dapat merangsang tumbuhnya kembali kanker

payudara. (Hanafi, 2004; 119)

3. Diabetes mellitus ( DM )

Pada wanita dengan diabetes atau riwayat diabetes

selama kehamilan, harus dilakukan follow-up dengan teliti,

karena dari beberapa percobaan laboratorium ditemukan

bahwa DMPA ( Depot medroxyprogesterone asetat )

mempengaruhi metabolisme karbohidrat. ( Hanafi, 2004;

169 )

4. Penyakit Jantung

Ibu yang mengalami penyakit jantung sebaiknya

tidak menggunakan kontrasepsi implant, karena

(19)

oleh hormon progestin yang terkandung dalam implant.

(Saifudin, 2006; MK-51)

5. Tekanan darah tinggi

Menurut saifudin ( 2004, h Mk 34 ) tekanan darah

> 180 / 110 mmHg merupakan tekanan darah tinggi.

h. Indikasi Implant Norplant-2

1. Wanita – wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk

jangka waktu yang lama tetapi tidak tersedia menjalani

kontap / menggunakan AKDR

2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang

mengandung estrogen.

(Handayani, 2010; 120)

i. Klien yang boleh menggunakan implant norplant-2

1. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum

memiliki anak.

2. Menghendaki kontrasepsi yang memilik efektivitas tinggi

dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

3. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi

4. Pasca persalinan dan tidak menyusui

5. Pasca keguguran

6. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau sterilisasi

7. Tekanan darah <180/110 mmHg, masalah pembekuan

(20)

8. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung

progestron

9. Riwayat kehamilan ektopik

10. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil

(Pinem, 2009 ; 283 - 284 )

j. Klien yang tidak boleh menggunakan implant norplant-2

1. Hamil atau diduga hamil

2. Perempuan dengan perdarahan pervaginan yang belum

jelas penyebabnya

3. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli

4. Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas

5. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

6. Benjolan / karsinoma payudara / riwayat karsinoma

payudara

7. Tumor / neoplasma ginekologik

8. Memiliki miom uterus dan kanker payudara

9. Mengalami gangguan toleransi glukosa

( Pinem, 2009 ; 284 )

k. Efektifitas Implant Norplant-2

1. Angka kegagalan Norplant : < 1 per 100 wanita per tahun

dalam 3 tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan

(21)

2. Efektifitas norplant-2 berkurang sedikitnya setelah 3

tahun.

Semula di harapkan norplant-2 juga akan efektif

untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun

terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga

sebelumnya, yaitu sebesar 5 – 6 %. Penyebabnya belum

jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan

hormonnya.

( Hanafi, 2004; 182 – 183 )

l. Efek samping dan Penanganannya

1. Amenorrhea

Meyakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan

merupakan efek samping yang serius. Evaluasi untuk

memperoleh apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi

amenorrhea setelah masa silkus haid yang teratur. Jika

tidak ditemui masalah, jarang berupaya untuk merangsang

perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.

2. Perdarahan bercak ( Spotting ) ringan

Spotting sering ditemukan terutama pada tahun

pertama penggunaan. jika tidak ada masalah dan klien

tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien

mengeluh dapat diberikan:

a. Kontrasepsi oral kombinasi ( 30 – 50 Mg EE) selama 1

(22)

b. Ibuprotein ( hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari )

Menerangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan

setelah pil kombinasi habis.

Jika terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,

memberikan 2 tablet pil kombinasi selama 3 – 7 hari dan

dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

3. Pertambahan atau kehilangan berat badan (Perubahan

nafsu makan)

Menginformasikan bahwa kenaikan / penurunan BB

sebanyak 1 – 2 kg dapat saja terjadi. Memperhatikan diet

klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB

berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode

kontrasepsi yang lain.

4. Ekspulsi

Mencabut kapsul yang ekspulsi, memeriksa apakah

kapsulyang lain masih di tempat , dan apakah terdapat

tanda – tanda infeksi daerah insersi.

Jika tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatnya, memasang kapsul baru 1 buah pada tempat

insersi yang berbeda.

Jika ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang

(23)

5. Infeksi pada daerah insersi

Jika infeksi tanpa nanah : Membersihkan dengan

sabun dan air atau antiseptic, memberikan antibiotic yang

sesuai selama 7 hari.

Menganjurkan klien untuk tidak mencabut implant dan

meminta klien agar kontrol 1 minggu lagi. Jika tidak

membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan

yang lain atau ganti cara.

Jika ada abses : bersihkan dengan antiseptic, insisi dan

alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka,

beri antibiotika oral 7 hari.

( Handayani, 2010; h. 120 - 122 )

m. Persiapan Alat – alat yang Diperlukan

1. Sabun anti septic

2. Kasa steril

3. Cara antiseptic ( betadine )

4. Kain Steril yang mempunyai lubang

5. Semprit dan jarum suntik

6. Trokar no. 10

7. Sepasang sarung tangan

8. Satu set kapsul norplant ( 2 buah )

(24)

n. Pemeliharaan alat-alat untuk insersi dan pengangkatan implant

1. Trocar harus dicuci dengan air hangat dan larutan

antiseptik segera setelah insersi, kemudian di desinfeksi

sebelum pemakaian berikutnya.

2. Desinfeksi dapat dilakukan dengan :

a. Autoclave selama 20 menit.

b. Direbus dalam air mendidih selama 5 – 10 menit

c. Sterilisasi dingin dengan larutan germiside untuk

sedikitnya 1 jam.

3. Desinfeksi dengan autoclave merupakan cara yang paling

efektif

4. Ketiga cara desinfeksi tersebut akan membunuh Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penyebab AIDS.

5. Tetapi merebus dalam air panas selama 5 - 10 menit atau

strerilisasi dingin , tidak akan membunuh virus Hepatitis B.

Pada daerah endemik Hepatitis, alat-alat harus di

autoclave atau direbus dalam air selama 15 – 30 menit.

6. Ujung trocar harus diperiksa setelah melalukan 10 insersi,

dan bila diperlukan dapat diasah kembali.

Dengan pemeliharaan yang baik, trocar dapat dipakai

(25)

o. Prosedur Pemasangan

1. Terhadap calon aksepor dilakukan konseling dan

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang selengkap

mungkin mengenal norplant ini sehingga calon akseptor

mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi

yang akan dipakainya dan memberikan informed consent

untuk ditanda tangani oleh suami istri.

1) Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi

implant,antara lain:

a) Pengertian Implant

b) Jenis Implant

c) Pengertian Norplant-2

d) Cara kerja implant

e) Keuntungan Norplant-2

(26)

g) Kontra indikasi Implant

h) Efek samping

i) Efektifitas

2) Informed Consent

a) Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan

tindakan medis,surat persetujuan tindakan medis

(informed consent) diperlukan, informed consent

adalah persetujuan yang diberikan oleh klien

atau keluarganya atas dasar informasi dan

penjelasan mengenai tindakan medis yang akan

dilakukan.

b) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko

harus dengan persetujuan tertulis yang ditanda

tangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan

dalam keadaan sadar mental.

3) Pemeriksaan

a) Pemeriksaan fisik

b) Tanda – tanda vital

c) Pemeriksaan tes kehamilan

d) USG

e) Pemeriksaan penunjang

(27)

4) Pemasangan

a) Persiapan alat – alat yang diperlukan

(1) Sabun anti septic

(2) Kasa steril

(3) Cara antiseptic ( betadine )

(4) Kain Steril yang mempunyai lubang

(5) Semprit dan jarum suntik

(6) Trokar no. 10

(7) Sepasang sarung tangan

(8) Satu set kapsul norplant ( 2 buah )

(9) Scalpel yang tajam

b) Teknik Pemasangan

(a) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan

sabun

(b) Daerah tempat pemasangan ( lengan kiri

bagian atas ) dicuci dengan sabun antiseptic

(c) Membaringkan Calon akseptor telentang di

tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada

meja kecil di samping tempat tidur akseptor

(d) Menggunakan hand scoon steril dengan

benar

(e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang

diolesi dengan cairan antiseptic / betadin

(f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup

(28)

(g) Melakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6

– 10 cm di atas lipatan siku

(h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang

sepanjang 0,5 cm dengan scalpel yang

tajam

(i) Memasukkan Trocard melalui lubang insisi

sehingga sampai pada jaringan bawah kulit

(j) Kemudian Memasukkan kapsul ke dalam

trokar dan di dorong dengan plunger sampai

kapsul terletak di bawah kulit

(k) Setelah itu memasukkan kapsul kedua,

kapsul di bawah kulit diletakkan demikian

rupa sehingga susunannya seperti kipas

(l) Setelah semua kapsul berada di bawah kulit,

trokar ditarik pelan – pelan keluar

(m) Mengontrol luka apakah ada perdarahan

atau tidak

(n) Mendekatkan luka dan beri plester kemudian

dibalut dengan perban untuk mencegah

perdarahan dan agar tidak terjadi heamatom

(o) Menasehati pada akseptor agar luka jangan

basah, selama lebih kurang 3 hari dan

datang kembali jika terjadi keluhan – keluhan

yang mengganggu.

(29)

p. Konseling Pasca pemasangan implant.

1. Akseptor sebaiknya menjaga agar daerah sayatannya

tetap kering minimal 3 hari untuk mempercepat

penyembuhan dan mengurangi kemungkinan infeksi

2. Setelah pemasangan akseptor dapat langsung bekerja

3. Jadwal pemeriksaan ulang ; 1 minggu setelah

pemasangan implant, bila ada keluhan, setahun sekali dan

bila akseptor akan pindah alamat

4. Setelah 3 tahun pemakaian, implant dapat dicabut.

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

Menurut Muslihatun, Varney menjelaskan bahwa manajemen

merupakan proses pemecahan masalah dengan pengorganisasian,

pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dimana akan

menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan. Dengan

demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan

memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan

dan penilaian yang terpisah-pisah kemudian akan menjadi satu

kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dari pengumpilan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

(30)

7 langkah manajemen menurut Helen Varney

1. Langkah 1. Pengumpulan data dasar.

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan cara

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu :

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan

hasil studi.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tetapi

jika klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan

kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan harus

melakukan konsultasi.

2. Langkah 2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang

telah dikumpulkan. Dasa dasar yang sudah dikumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis

yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang

ditegakkan oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis

(31)

3. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

mungkin dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial

ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman.

4. Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera.

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain

sesaui dengan kondisi klien.

5. Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini adalah lanjutan dari manajemen terhadap

diagosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi

pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari

setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

(32)

berikutnya,apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan

dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

6. Langkah 6. Melakukan perencanaan

Pada langkah ini, melakukan asuhan yang menyeluruh di

langkah kelima harus dilaksanakan secara efisiensi dan aman.

Bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan bagi klien adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya

asuhan yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari

asuhan klien.

7. Langkah 7. evaluasi

Pada langkah ini, proses manajemen asuhan kebidanan

merupakan suatu hasil pola pikir bidan yang berkesinambungan,

maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak

efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa

proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian

pada rencana asuhan tersebut.

(33)

Metode pendekatan SOAP meliputi :

S. Subjektif

Data Subjektif

Berisis tentang data dari pasien melalui anamnesisi ( wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau

masalah KB.

O. Objektif

Data Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik

sebelum atau selama pemakaian KB.

A. Assesment

Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial,

serta perlu tidaknya tindakan segera.

P. Planning

Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk

asuhan mandiri kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta

konseling untuk tindak lanjut.

( Muslihatun, 2009; 122 – 124 )

Adapun penerapan 7 langkah varney tersebut dalam

(34)

1. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis berusaha mengumpulkan data

yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien, pengkajian data ini, meliputi data subyektif dan

data obyektif.

A. Data Subyektif

1. Identitas Pasien

a) Nama

Untuk membedakan dengan klien yang lainjika

terdapat kesamaan nama klien dan untuk mencegah

kekeliruan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi.

(anggraeni, 2010; 134)

b) Umur

Untuk mengetahui umur klien. Umur biasanya di

cantumkan dalam tahun untuk mengetahui adanya

resiko atau tidak dalam penggunaan implant. Selain itu

untuk mengetahui dalam fase apa dalam sasaran KB

yaitu : menunda, menjarangkan, atau mengakhiri

kehamilan. (Hanafi, 2004; 30 – 31)

c) Suku bangsa

Untuk mengetahui budaya atau adat istiadat /

kebiasaan dari klien yang berkaitan dengan

(35)

d) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a

dan apakah klien dapat menerima segala bentuk

pelayanan kebidanan terutama yang berkaitan dengan

agama yang diyakini klien. Selain itu dengan

mengetahui agama klien dapat mempermudah petugas

kesehatan dalam memberikan pelayanan. (Handayani,

2010; 17)

e) Pendidikan

Pendidikan ditanyakan untuk mengetahui tingkat

pendidikan pasien, karena akan membantu dalam

penyampaian konseling terhadap pasien. ( Saifuddin,

2006; U-3)

f) Pekerjaan

Calon pengguna implant dinyatakan untuk

mengetahui jenis pekerjaan apakah ringan, sedang,

berat.

Karena efek samping implant adalah terjadinya

ekspulsi, dan ekspulsi bisa terjadi akibat bekerja terlalu

berat. (Saifuddin, 2006; MK-57)

g) Alamat

Untuk mengetahui alamat pasien secara jelas

sehingga mempermudah dalam memberikan informasi

(36)

jika memiliki kesamaan nama sehungga mencegah

kekeliruan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi

implant. Dinyatakan mempermudah kunjungan rumah

bila dibutuhkan. ( Anggraeni,2010; 135)

2. Alasan datang

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah yang diharapkan

calon akseptor terhadap kontrasepsi yang akan digunakan,

diantaranya :

a) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang efektifitasnya

tinggi

b) Ibu menginginkan alat kontrasepsi untuk menunda

kehamilan yang jangka panjang.

3. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang

berkaitan dengan masalah implant atau juga untuk

menanyakan kebutuhan klien tentang KB yang akan

digunakan klien. (Anggraeni, 2010; 135)

4. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah calon akseptor KB

ini mempunyai riwayat perdarahan pervaginam, penyakit

seperti : jantung, kanker payudara, diabetes millitus

(DM), hipertensi, Karena kriteria di atas merupakan

kontra indikasi kontrasepsi implant, tromboflebitis,

(37)

b) Riwayat kesehatan Sekarang

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang sedang

diderita ibu berhubungan dengan kontraindikasi pemakai

KB Implant perdarahan pervaginam, penyakit seperti

Jantung, diabetes mellitus, Kanker payudara, Hipertensi.

Penyakit hati akut (pinem, 2009; 284). Pasien yang

mengalami penyakit seperti yang disebutkan di atas tidak

boleh menggunakan kontrasepsi implant, keren

penyakit-penyakit tersebut merupakan kontra indikasi dari

kontrasepsi implant.

c) Riwayat kesehatan Keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah orang tua atau

saudara ada yang menderita kanker payudara, jantung,

DM, Hiertensi, adanya kemungkinan penyakit keturunan.

( Muslihatun, 2009; 227 )

5. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi yang perlu dikaji meliputi: HPMT,

siklus menstruasi, lama mentruasi, dismenorhoe,

perdarahan pervaginam dan flouralbus (Muslihatun, dkk.

2009; h. 226)

Perdarahan pervaginam perlu dikaji karena apabila terjadi

perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

tidak boleh menggunakan kontrasepsi implant karena

(38)

(Handayani, 2010; h. 120) selain itu juga untuk menentukan

apakah klien sedang hamil atau tidak.

6. Riwayat Obstetri

Para (P)...Abortus (Ab)...Anak Hidup (Ah)..., Hal-hal

yang perlu dikaji meliputi : perdarahan pada kehamilan,

persalinan da nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan,

BB lahir bayi kurang 2500 gram atau lebih dari 4000 gram

serta masalah selama kehamilan (Muslihatun, dkk. 2009; h.

226). Riwayat obstertic perlu dikaji karena untuk mengetahui

riwayat berat badan dari anak yang dilahirkan apakah

kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram dimana

bila riwayat berat badan lahir anaknya<2500 gram atau

>4000 gram kemungkinan ibu mengalami penyakit diabetes

militus. Adanya kehamilan ektopik untuk mencegah

terjadinya kehamilang ektopik berulang. (Rekomendasi

Praktik Pilihan Untuk Penggunaan Kontrasepsi, 2009, 57)

7. Riwayat KB

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah

menggunakan alat kontrasepsi dan apakah selama

penggunaan mengalami masalah dan yang dikaji adalah

jenis kontrasepsinya, lamanya dan terakhir

menggunakannya serta masalah yang timbul dengan

(39)

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Efek kontrasepsi implant adalah kenaikan berat

badan. ( Hidayati, 2009. 73 )

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan

pantangan. Pola makan dan minum perlu dikaji dalam

kontrasepsi implant untuk mengetahui apakah

tanda-tanda penyakit diabetes atau anemia. Anemia

disebabkan karena kurang gizi, kekurangan zat besi.

b. Pola Eliminasi

Mengetahui pola buang air besar dan kecil yang

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau dan warna

untuk mengetahui apakah menderita hipertensi dan

diabetes mellitus yang merupakan kontra indikasi dari

kontrasepsi Implant. ( Sudarti, 2010;h.131)

Frekuensi buang air kecil, konsistensi, kandungan

dalam urine, warna dan jumlahnya dikaji untuk

menentukan apakah klien menderita diabetes militus

yang merupakan kontra indikasi implant.

c. Pola Istirahat

Mengetahui pola istirahat yang meliputi tidur

siang dan malam berapa jam, hal ini dikaji karena

berpengaruh terhadap kesehatan klien (Sudarti,

(40)

d. Pola Aktifitas

Setelah pemasangan akseptor dapat langsung

bekerja. (Suratun, 2008; 85)

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada

pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap

kesehatannya. Apabila pasien melakukan pekerjaan

terlalu berat maka akan membuat implant ekspulsi.

e. Pola Hygiene

Implant adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat

dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas

atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk

tipis. ( Pinem, 2009; 282). Dikaji untuk mengetahui

apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama

pada daerah genetalia, karena apabila ibu kurang

menjaga kebersihan daerah genetalia dapat

menyebabkan infeksi pada genatalia yang semakin lama

semakin meningkat. Menurut Hartanto (2004; h.220).

9. Keadaan psikososial

meliputi pengetahuan dan respon klien terhadap semua

metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan /

kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah,

respon keluarga terhadap metode kontrasepsi dan atau

kontrasepsi yang digunakan saat ini, dukungan keluarga,

pengambilan dan pilihan tempat mendapat pelayanan

(41)

hal ini sangat penting dikaji karena metode kontrasepsi

implant pada saat pemasangan dilakukan insersi atau oprasi

kecil yang menyebabkan luka kecil pada lengan atas klien,

sehingga benar-benar dikaji supaya tidak timbul penyesalan

atau keragu-raguan dalam memilih kontrasepsi ini.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

a) Keadaan umum : meliputi kesadaran, keadaan emosi

dan postur badan pasien selama pemeriksaan, BB.

(Muslihatun, 2009; 227).

Compos mentis : Baik / sempurna.

Apatis : Perhatian berkurang.

Somnolens :Mudah tertidur walaupun

sedang diajak berbicara.

Sopor :Dengan rangsangan kuat

memberi respon.

Soporo-komatus :Hanya tinggal reflek cornea (

sentuhan ujung kapas pada

kornea, akan menutup

kelopak mata).

Coma :Tidak memberi respon sama

sekali.

Pada kontrasepsi Implant dimana tingkat

(42)

composmetis yaitu keadaan klien yang baik / sempurna.

Keadaan emosi perlu dikaji karena pada pelaksanaan

kontrasepsi dibutuhkan keadaan pasien yang cukup

tenang.

b) Tanda–tanda vital :Tekanan darah,suhu, nadi, Respirasi

(1) Tekanan Darah <180/110 mmHg, yang diperbolelkan

menggunakan implant, karena jika tekanan darah

180/110 menggunakan KB implant, akan

memperparah hipertensinya. (Saifuddin, 2006.

MK-55)

(2) Suhu normal orang dewasa adalah 360C – 380C.

Suhu yang lebih dari 380C menyebabkan infeksi.

(Hartanto, 2004; 228) Tubuh membentuk antibody

yang lebih saat terjadi infeksi maka kerja tubuh

akan meningkat sehingga suhu dalam tubuh

meningkat. (Asuhan Keperawatan Pada pasien

Terinfeksi, 2009; 57)

(3) Nilai normal pada nadi dewasa usia lebih dari 21

tahun adalah 60-100 x/menit. Dalam keadaan

demam dapat menyebabkan peningkatan denyut

nadi dan mempengaruhi tingkat kesadaran seperti

spoor yang terjadi pada penderita stroke karena hal

ini merupakan kontraindikasi pada pemakaian

(43)

(4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang

normal, yaitu sekitar 20 – 30 kali / menit.

(Muslihatun, 2009. 228)

(5) Kepala dan leher

Meliputi : edema wajah, mata (warna kelopak mata,

warna sklera ), mulut ( warna bibir, kesimetrisan,

kebersihan mulut, keadaan gigi ada karies dan

karang gigi atau tidak, pemberian tonsil ), Leher (

Pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe ). (

Muslihatun, dkk, 2009; h. 227 )

(6) Payudara

Meliputi bentuk dan ukuran,hiperpigmentasi aerola,

keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan /

masa yang mencurigakan, pengeluaran cairan, dan

pembesaran kelenjar limfe. (Muslihatun, 2009. 227).

Pemeriksaan payudara dilakukan untuk mengetahui

apakah ada kanker payudara atau tidak dimana

kanker payudara merupakan kontra indikasi dari

kontrasepsi implant.

(7) Abdomen

Meliputi adanya bentuk abdomen, adanya bekas

luka, benjolan / masa tumor, pembesaran hepar,

(44)

(8) Ekstremitas

Meliputi edema tangan, sianosis pada kuku jari,

varises berat atau pembengkakan pada kaki,

edema yang sangat dikaki. ( Muslihatun, dkk. 2009;

h. 227 )

(9) Genetalia

Meliputi luka, varises, cairan ( warna, konsistensi,

jumlah, bau, keluhan gatal / panas ), keadaan

kelenjar bartolini ( pembengakakan, cairan, kista ),

nyeri tekan, hemoroid, dan kelainan lain.

(Muslihatun, 2009; 227)

2. Pemeriksaan Penunjang

PP Test / pemeriksaan HCG dalam urin

Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui calon peserta

KB hamil atau tidak karena wanita hamil merupakan kontra

indikasi pada pemasangan implant. (Muslihatun, 2009; 228)

2. Interprestasi Data

Dalam interprestasi data dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosa yang spesifik, sehingga muncul

(45)

Ny…… P….. Ab….. Ah... Umur…… tahun sebagai calon

akseptor baru kontrasepsi...

(Muslihatun, 2009; 228)

a) Data subyektif

1) Pernyataan ibu tentang nama dan umur ibu

2) Pernyataan pasien tentang jumlah anak yang lahir

3) Pernyataan pasien tentang riwayat keguguran

4) Pernyataan pasien tentang alat kontrasepsi yang akan

digunakan

b) Data Obyektif

Merupakan data yang diperoleh dari pengkajian fisik

pasien yang mendukung diagnosa.

3. Diagnosa Potensial

a. Ekspulsi

Lepasnya batang implant pada daerah

pemasangan (ekspulsi) dapat terjadi akibat melakukan

pekerjaan terlalu berat, terutama pada tangan tidak

dominan yang terpasang implant (varney, 2006; 485)

b. Infeksi

1) Infeksi dapat terjadi pada akseptor KB implant, karena

kurangnya melakukan perawatan pada daerah insersi.

Daerah insersi yang basah akan menyebabkan bakteri

mudah masuk sehingga menjadikan infeksi. (Saifuddin,

(46)

2) Penggunaan alat pada saat pemasangan implant yang

tidak steril akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi

pada klien. (Saifuddin, 2006; U-19)

4. Identifikasi Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi.

a. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul

yang lain masih di tempat, dan apakah terdapat

tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan

kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul

baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada

infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul

baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien

menggunakan metode kontrasepsi lain. (Saifuddin, 2006;

MK-59)

b. Infeksi

Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan

sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang

sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien

diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik,

cabut implant dan pasang baru pada sisi yang lain atau

cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan

abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus

keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, dan berikan

(47)

5. Perencanaan

a. Berikan KIE tentang alat kontrasepsi imlant :

1) Jelaskan Pengertian Implant

2) Jelaskan Jenis Implant

3) Jelaskan Cara kerja implant

4) Jelaskan Keuntungan

5) Jelaskan Kerugian

6) Jelaskan Kontra indikasi

7) Jelaskan Indikasi

8) Jelaskan Efektifitas

b. Berikan Informed consent

c. Persiapkan alat-alat yang diperlukan

d. Pemasangan Implant

e. Memberikan KIE pada akseptor baru implant tentang

kunjungan ulang

6. Pelaksanaan

Rencana asuhan yang diberikan kepada akseptor baru implant

a) Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi implant, antara

lain:

a. Pengertian Implant

b. Jenis Implant

c. Cara kerja implant

d. Keuntungan

(48)

f. Kontra indikasi

g. Indikasi

h. Efektifitas

b) Melakukan informed choise dengan memberikan pilihan jenis

kontrasepsi yang akan di gunakan oleh klien

c) Mengisi informed consent dan minta tanda tangan dari

pasien dan suami sebagai saksi

d) Pemasangan

1) Persiapan alat – alat yang diperlukan

(a) Sabun anti septic

(b) Kasa steril

(c) Cara antiseptic ( betadine )

(d) Kain Steril yang mempunyai lubang

(e) Semprit dan jarum suntik

(f) Trokar no. 10

(g) Sepasang sarung tangan

(h) Satu set kapsul norplant ( 2 buah )

(i) Scalpel yang tajam

2) Teknik Pemasangan

(a) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

(b) Daerah tempat pemasangan ( lengan kiri bagian atas )

dicuci dengan sabun antiseptic

(c) Membaringkan Calon akseptor telentang di tempat tidur

dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil di samping

(49)

(d) Menggunakan hand scoon steril dengan benar

(e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan

cairan antiseptic / betadin

(f)Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan

kain steril yang berlubang.

(g) Melakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6 – 10 cm di

atas lipatan siku

(h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm

dengan scalpel yang tajam

(i) Memasukkan Trocard melalui lubang insisi sehingga

sampai pada jaringan bawah kulit

(j) Kemudian Memasukkan kapsul ke dalam trokar dan di

dorong dengan plunger sampai kapsul terletak di bawah

kulit

(k) Setelah itu memasukkan kapsul kedua, kapsul di

bawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga

susunannya seperti kipas

(l) Setelah semua kapsul berada di bawah kulit, trokar

ditarik pelan – pelan keluar

(m) Mengontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

(n) Mendekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut

dengan perban untuk mencegah perdarahan dan agar

(50)

(o) Menasehati pada akseptor agar luka jangan basah,

selama lebih kurang 3 hari dan dating kembali jika

terjadi keluhan – keluhan yang mengganggu.

( Handayani , 2010; h. 122 sd 128)

e) Memberikan KIE pada akseptor baru implant tentang

kunjungan ulang

1) Apabila tidak ada masalah ibu dianjurkan kunjungan

ulang 1 bulan yang akan dating

2) Bila ada keluhan segeralah dating ke klinik seperti

perdarahan, amenorea mual, pusing

7. Evaluasi

Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk

melakukan penelitian apakah asuhan kebidanan telah berhsil

keseluruhan atau belum sama sekali. Dari hasil situasi ini

menentukan sebagian rencana asuhan kebidanan relevan

diterapkan, dihentikan, atau direvisi. Berdasarkan evaluasi

rencana asuhan kebidanann dituliskan dalam catatan

perkembangan menggunakan SOAP yang terdiri dari 4 bagian

(51)

C. ASPEK HUKUM

Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan

Asuhan Kebidanan Akseptor Kontrasepsi Baru dengan pemasangan

AKBK adalah :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan

Pasal 9 :

Bidan dalam memberikan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayananan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud Pasal 9

huruf c, berwenang untuk :

a. Memeberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Pasal 13

(1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

(52)

pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi

:

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam

rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah

kulit.

b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus

penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervise dokter.

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang

ditetapkan.

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan.

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra

sekolah, dan anak sekolah.

f. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan

penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual ( IMS )

termasuk pemberian kondon, dan penyakit lainnya.

g. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

h.Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program

pemerintah.

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan praktik/kerja bidan berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien

(53)

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak

dapat ditangani dengan tepat waktu

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan

lainnya secara sistematis

g. Mematuhi standar

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan

praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan

kematian.

2. Menurut IBI ( 2009; h. 116 ) tentang Peran Fungsi dan Kompeten Bidan

a. Peran sebagai Pelaksana

1) Tugas mandiri

Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana :

a) Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada

PUS/WUS.

b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan.

c) Menyusun rencana pelayanan KB sesuai proritas masalah

bersama klien.

d) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat.

e) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

(54)

g) Membuat pencatatan dan laporan.

2) Tugas kolaborasi / kerjasama

Menerapkan manejemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan

keluarga.

a) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan

keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b) Menentukan diagnosa, prognasa, dan prioritas kegawatan

yang memerlukan tindakan kolaborasi.

c) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan

dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien.

d) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan

melibatkan klien.

e) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.

f) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g) Membuat pencatatan dan pelaporan.

3) Tugas ketergantungan / merujuk

Menerapkan manejemen kebidanan pada setiap asuhan

(55)

a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan

tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan

rujukan.

b) Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas serta sumber –

sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut

bersama klien / keluarga.

c) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada

petugas / institusi pelayanan kesehatan yang berwenang

dengan dokumentasi yang lengkap.

d)Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan

seluruh kejadian dan intervensi.

b. Peran sebagai pendidik

1) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang

penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang

berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan

keluarga berencana.

2) Bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan

penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang

Gambar

Gambar norplant-2

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

Karena &lt; , maka Ha ditolak dan Ho diterima yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered

Tugas dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan Surat Keterangan Waris menjadi kebiasaan bagi mereka yang berlaku hukum waris BW tetapi dalam membuatakan surat

Untuk membangun sistem penyimpanan data transkrip nilai mahasiswa yang hasil simpanannya tidak dapat dibaca oleh orang, dalam penelitian ini telah dikembangkan model

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,