• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi

Konsep konsumsi Islam adalah mengedepankan prinsip moralitas, tidak semata-mata memenuhi segala kebutuhan. Allah memberi makanan dan minuman untuk keberlangsungan hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual. Tujuan mengkonsumsi dalam Islam akan lebih mempertimbangkan maslahah daripada utilitas. Islam sangat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menurut al-Ghazali kebutuhan adalah keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang diperlukannya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menjalankan fungsinya. Al-Ghazali menekankan pentingnya niat dalam melakukan konsumsi sehingga menjadikan komsumsi sebagai ibadah.55

Masih banyaknya perilaku konsumsi mahasiswa prodi Ekonomi Islam yang masih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan sehingga melupakan konsumsi yang berlandaskan ibadah. Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu kebutuhan (hajat) dan kegunaan (manfaat).

55 Sahnan Rangkuti, jurnal Bisnis Net, (Vol. I No.2 Juli-Desember 2018), hlm. 76

56

Tujuan daripada konsumsi Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan. Dalam upaya pencapaian memenuhi kebutuhan inilah yang merupakan salah satu kewajiban dalam agama. Dalam hal pemenuhan kebutuhan ini hendaknya tidak terlepas dari konsep mashlahah. Kebutuhan manusia yang mencakup kebutuhan dlaruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat hendaklah dapat menjaga terhadap lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Dengan terjaganya lima hal tersebut, insya Allah tidak akan membawa kerusakan bagi kehidupan manusia.56

Perilaku konsumsi mahasiswa dalam membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak perlu yang bersifat keinginan, yang terkadang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Pengeluaran tidak seharusnya melebihi pendapat yang dapat mengakibatkan kerugian dan tidak seharusnya menekankan terlalu rendah sehingga mengarah pada kebakhilan.

Ada beberapa pendapat tentang prinsip konsumsi dalam Islam Menurut M. Abdul Mannan, konsumsi dikendalikan atas lima prinsip, yaitu :

1. Prinsip keadilan

Prinsip ini mengandung arti mengenai mencari rizki yang halal dan tidak dilarang hukum. Firman Allah dalam QS : Al-Baqarah : 173

56 Sahnan Rangkuti, jurnal Bisnis Net, (Vol. I No.2 Juli-Desember 2018), hlm. 77

57

“Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah:

173)

Prinsip keadilan artinya sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena itu, berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kezaliman, berada dalam koridor aturan atau hukum Islam, serta menjunjung tinggi kepantasan atau kebaikan. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dituntut memelihara dan menjalankan hukum Allah dan berusaha agar pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat secara adil baik, yang dimaksud dengan adil dalam hal konsumsi adalah tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi.57

57Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm 18.

58 2. Prinsip kebersihan

Prinsip kebersihan disini adalah bebas dari segala sesuatu yang tidak diberkahi atau tidak di ridhai Allah. Makna bersih ataupun suci, dalam aktifitas ekonomi tidak saja bersih secara fisik, tetapi juga non fisik yang berupa kesucian jiwa dan harta manusia sehingga terbebas dari segala bentuk kotoran rohani.

3. Prinsip kesederhanaan

Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan minuman yang tidak berlebihan Firman Allah dalam QS : Al-A‟raaf :31

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-berlebih-lebihan."

(QS-. Al A’raf: 31)

Dalam menafkahkan sebagian hartanya, manusia dilarang untuk membelanjakannya secara boros. Prinsip kesederhanaan ini mengatur manusia agar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terlalu

59

berlebihan.58 Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah sikap tidak berlebihlebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih. Pada kenyataan bahwa kurang makan dapat mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam Islam.59

4. Prinsip kemurahan hati

Dengan mentaati perintah syariat Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Allah SWT. Firman Allah dalam QS : Al-Maidah : 96

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”(QS Al-Maidah 96)

58 Idri, Hadis Ekonomi, Ekonomi, ( Jakarta: Kencana, 2015 ), hlm. 122

59 Abdul Hamid, Jurnal Visioner & Strategi, ( Vol. 6 No. 2 September 2018 ), hlm. 22

60

Seorang muslim yang mempunyai harta berkewajiban untuk memberikan sebagian dari hartanya kepada masyarakat yang berkekurangan dan untuk kepentingan umum. Perintah wajib membelanjakan uang tercantum setelah anjuran beriman kepada Allah dan Nabi-Nya. Ini merupakan pertanda jelasnya perintah membelanjakan uang, bukan sekedar anjuran yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan.60

5. Prinsip moralitas

Allah memberikan makanan dan minuman untuk berkelangsungan hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nilai - nilai moral dan spiritual. seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan.61

Kelima prinsip ini menjadi pegangan dalam aktivitas konsumsi.

Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam.

Sebab kenikmatan yang dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu Adam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Quran ( Al-Baqarah: 168 )

60Yusuf al-Qaradawi, ,Norma dan Etika Ekonomi Islam, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1997), hlm. 139

61 Nurul Huda, Jurnal Ekonomi Yarsi, Vol. 3 No. 3 Desember 2006 ), hlm. 69

61 Artinya:

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.62

Dari prinsip konsumsi diatas mestinya dapat dijadikan rujukan agar dapat bertindak lebih bijak dalam membelanjakan harta terutama dalam hal membelanjakan harta untuk keinginan seperti pakaian, jangan hanya karena ingin mengikuti trend fhasion berpakaian dan jilbab. Sehingga tidak memperhatikan faktor kesederhanaan, dan mebubazdzirkan pakaian yang lama yang tidak sesuai dengan trend padahal masih bagus dan layak pakai.

62 Abdul Hamid, Jurnal Visioner & Strategi,( Vol. 6 No. 2 September 2018 ), hlm. 21

62 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul Analisis Perilaku Konsumsi Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi Menurut Perspektif Ekonomi Islam maka dapat disimpulkan:

1. Perilaku konsumsi mahasiswa prodi Ekonomi Islam angaktan tahun 2016 dari sebelas informan tujuh diantaranya memiliki perilaku konsumtif, adanya gaya hidup dilingkungan tempat mahasiswa bergaul dengan teman sebayanya membuat tidak dapat mengendalikan pola hidup yang tidak terbatas seperti halnya mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, dan mengkonsumsi barang-barang seperti pakaian, sepatu, jilbab yang mengikuti trend fhasion serta tidak adanya pertimbangan dalam bembelian barang tersebut membuat perubahan perilaku konsumsinya.

2. Tinjauan ekonomi Islam terhadap perilaku konsumsi mahasiswa prodi Ekonomi Islam angkatan 2016 belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip konsumsi dalam Islam yaitu prinsip keadilan, kemurahan hati, keberhasilan, kesederhanaan, dan kemurahan hati bahkan lebih cenderung kepada ke mubadziran. Namun dari sisi lain sebagian kecil mahasiswa prodi Ekonomi Islam dalam mengkonsumsi tetap pada batas wajar sesuai kebutuhan.

63 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tentang Analisis Perilaku Konsumsi Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi Menurut Perspektif Ekonomi Islam, maka penulis dapat mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan, mahasiswa dapat memilih perencanaan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi.

2. Diharapkan, sebaiknya mahasiswa dapat memahami dan menerapkan perilaku konsumsi sesuai dengan Ekonomi Islam.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bias menjadi pedoman sebagai referensi untuk lebih mengembangkan penelitian yang sama dan hendaklah meneliti lebih dalam lagi mengenai perilaku konsumsi.

64

Dokumen terkait