Seni murni (fine Arts) adalah dasar dari desain. Hal ini disebabkan karena seni murni merupakan bagian yang tak terpisahkan dari desain. Sekolah Bauhaus adalah lembaga sebuah lembaga desain pertama yang memberi pengertian akan pentingnya menyatukan seni , kriya, dan desain dalam arti seluasnya. Dari keseluruhan perkembangan desain dunia dapat dilihat bahwa gaya dalam desain banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan budaya setempat. Namun prinsip desain yang berkaitan dengan fungsi dan kemampuannya menyelesaikan masalah tetap penting artinya.
3.4.2. Perkembangan Gaya Desain Secara Umum
Pada abad ke-18 mulai bermunculan mesin-mesin di Inggris. Mulai dari ditemukannya mesin uap, yang akhirnya mulai bermunculan mesin-mesin lain yang mempengaruhi perkembangan teknologi. Hal ini akhirnya berimbas juga pada gaya-gaya seni dan desain. Berikut ini merupakan perjalanan perkembangan gaya desain:
c. Victorian (1820-1990)
Victorian terjadi karena reaksi estetis terhadap industrialisasi, selain juga mencari inspirasi dari jama Gothic. Ciri-ciri dari gaya Victorian adalah ilustrasi yang digambar secara kasar, lebih menitik beratkan pada berita verbal dari pada bahasa gambar, iklan diisi dengan berbagai ornamen, type face yang sering dipakai Egyptian.
Gambar 3.7. Richard Doyle. Punch. 1883.
Sumber : Graphic Style (hal 16).
Gambar 3.8. Boltonian Under-vest.
Sumber : Graphic Style (hal 19).
d. Art and craft (1850-1900)
Gerakan ini berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam seni dan desain sebagai upaya menolak kehadiran industri yang
menggunakan tenaga mesin. Tokoh yang cukup berpengaruh pada jaman ini diantaranya William Moris dan Aubrey Beardsley.
Ciri dari Art and craft adalah bentuk, warna dan ornamen latar yang
sederhana, menampilkan motif alam dan simbol penuh makna, tipografi san serif dan menolak huruf klasik Roman.
Gambar 3.9. Arts and Crafts Sumber : Graphic Style (hal 38).
e. Art Nouveau (1880-1915)
Art Nouveau atau seni baru adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan yang meliuk-liuk, berbeda jauh dengan gaya Victorian, sehingga dianggap memberontak gaya Victorian, pada dasarnya aliran ini muncul sebagai sebuah reaksi terhadap industrialiasi dan gaya mesin yang dianggap menghilangkan sifat manusiawi dalam seni. Bentuk yang mengambang , pola datar, desain dengan irama bergelombang, keindahan garis-garis lengkung, feminisme serta sensual menjadi ciri dari Art Nouveau. Tokoh-tokoh yang cukup memegang peranan penting antara lain Jules Cheret, Eugene Graset, Gloscow Style.
Gambar 3.10. Secession Sumber : Graphic Style (hal 61).
f. Modernisme Awal (1890-1940)
Kata “modern” berasal dari kata lain Modo yang berarti “barusan”. Kesadaran manusia akan kemampuan dirinya mengangkat pandangan bahwa manusia adalah pusat alam semesta. “Cogito Ergo Sum” yang artinya saya berpikir maka saya ada (Rene Descrates), adalah awal rasionalisme barat. Kegiatan produksi barang-barang konsumsi yang sebelumnya dikerjakan dengan tangan satu persatu digantikan dengan tenaga mesin/ produksi massal. Akibatnya desain dari suatu batang harus sederhana (simplicity) setiap bentuk harus efisien dan efektif dan tidak perlu ornamen. Prinsip utama dalam desain modern adalah “Form follow function” artinya setiap bentuk harus ada fungsinya.
Modernisme awal berupaya untuk mengatasi kesenjangan antar seni dan industri, dengan maksud menjadikan industri sebagai alat memproduksi hasil karya seni dan desain, sehingga dalam hal ini desain dibuat lebih fungsional, efektif dan sederhana, sehingga mulai meninggalkan simbolisme dan beralih ke rasionalisme. Kecenderungan dalam desainnya berbentuk geometris terukur, menghilangkan elemen dekoratif, layout yang asimetris namun teratur, sistem grid yang jelas, warna dengan intensitas redup dan dingin, background bersih.
Tokoh-tokoh pada masa ini diantaranya Der Deustscher Werkbund, Peter Behrens, Lucian Bernhard.
g. Modernisme (1908-1940)
Modernisme muncul karena keberangkatan dari tradisi dan penggunaan bentuk dari ekspresi yang inovatif yang membedakan banyak ragam seni dan sasra dari akhir abad ke 19 dan 20. Fungsionalism, rasionalism, objectivism, estetika mesin, anti ornamen, mengacu kepada desain berbentuk klasik menjadi ciri dari Modernisme. Di era modernisme terdapat beberapa tokoh yang memiliki ciri khas masing-masing, diantarnya:
- Ekspresionisme (Eduard Munch, Paul Cezzane, Van Gogh)
Ciri-ciri dari gaya Ekspresionisme adalah penggambaran dilakukan dengan kekasaran dan kesederhanaan garis dan bidang, tema-tema utamanya berkisar pada kematian, kesakitan dan dorongan seksual.
Gambar 3.11. Emil Nodle. Der Anbruch.
Sumber : Graphic Style (hal 85).
- Kubisme (Picasso, Georges Braque)
Aliran seni ini melihat kubus sebagai unsur dasar yang membentuk setiap benda yang ada di alam.
- Futurism (Marinetti)
Ciri-ciri dari gaya Futurism antara lain adalah abstrak, menampilkan kolase cubism, huruf ditampilkan sebagai gambar.
Gambar 3.12. V.Pannaggi. L’Amico dell’Angelo.
Sumber : Graphic Style (hal 93).
- Konstruktivisme (El Lisstzky)
Karaktristik konstuktivisme antara lain banyak menggunakan bentuk/
bidang geometris, kemudian berkembang dengan menggunakan sosok dan figur manusia, sehingga dikenal dengan Sosial Realisme, kemudian berkembang lagi menjadi Produktivisme yang lebih memvisualkan daya guna pada masyarakat/sosial
Gambar 3.13. El Lissitzky. Beat The White With the Red Wedge.
Sumber : Graphic Style (hal 99).
- De Still (Piet Mondrian)
De Still memiliki karakteristik yang banyak menggunakan bentuk-bentuk geometris, tidak ilustratif, menghilangkan unsur lengkung sehingga berkembang menjadi gaya Neo Plastisisme yang hanya menggunakan garis vertikal dan horisontal dengan warna-warna biru merah kuning hitam putih.
- Bauhaus (Walter Gropius, Monoly-Nagi, Bayer & Schmidt)
Bauhaus memiliki ciri-ciri antara lain dipengaruhi ekspresionism, geometri, rapih, berdasarkan grid, bahan modern, gambar realis diganti dengan fotografi dan montase, tipografi san serif yang asimetri, bersih dan meyakinkan.
Gambar 3.14. Vilmos Huszar. Miss Blanche Egyptian Cigarettes.
Sumber : Graphic Style (hal 110).
h. New Typography
Karakteristik gaya ini adalah menggunakan susunan huruf asimetris, Variasi ukuran dan ketebalan pada stroke, dengan susunan desain vertikal/horisontal.
Gambar 3.15. Ljubomir Micic. Zenit.
Sumber : Graphic Style (hal 123).
i. International Style
Gaya ini sering menggunakan teknik fotomontage sehingga berkesan nyata, menggunakan huruf sanserif, dan italic, berkesan modern.
Gambar 3.16. Max Burcharts. Schubertfeier der Staedtischen Buehnen.
Sumber : Graphic Style (hal 119).
j. Art Deco (1924-1937)
Art Deco muncul di Prancis pada tahun 1920. Art Deco dipengaruhi oleh aliran Kubisme dan Fauvisme serta gaya Mesir dan Indian Aztec. Desain Art Deco banyak menggunakan ornamen ornamen dekoratif yang memanfaatkan unsur garis hias yang mengesankan gerak dan kecepatan, gradasi warna yang halus serta warna yang mengesankan efek kilauan dan lengkungan logam.
Gambar 3.17. Poster by Heinz Schulz-Neudamm for film Metropolis.
Sumber : Graphic Style (hal 166).
k. Modernisme Akhir (1945)
Pada masa Modernisme Akhir terjadi reaksi terhadap gerakan modernisme, menggabungkan ide-ide keabstrakan, dinamisme dan asimetri. Beberapa gaya yang berpengaruh diantaranya:
- Swiss International Style
Gaya ini dipengaruhi Bauhaus, The New Typography dan Constructivism.
Ciri-ciri dari Swiss International Style adalah matematis dan berdasarkan grid, mengurangi ornamen, forografi objek.
- Gaya Poster Polandia
Tampilan gaya ini berupa metafora visual yang aneh dan ganjil, Art Nouveau, surrealism, dan Pop Art diterapkan secara baru.
- Jepang Modern
Nilai-nilai dari barat seperti Pop Art, komik, televisi dan film diubah menjadi bentuk kotmporer yang mencerminkan Jepang berteknologi tinggi, menampilkan area 3 dimensi yang anggun dengan fotografi dan komputer.
l. Post Modernisme
Post Modernisme adalah sebuah pemikiran yang mengkritik pandangan Modernisme melalui cara pandang yang cenderung pada keanekaragaman bukan homogenitas, pada kejenakaan bukan serius, cenderung berantakan.
Karakteristiknya antara lain berupa bentk klasik dibungkus dengan tradisional mutakhir, bentuk geometri geometri gerak tampak main-main, bentuk yang mengapung, memiliki banyak lapisan, warna meriah, tipografi dan latter space yang bertentangan.
m. Dada (Hearldfield)
Gaya dada memiliki ciri-ciri antara lain mengkombinasikan kolase cubism, tipografi futurism dan constructivism, menggunakan montase, memasang gambar siap pakai, mencampur segala jenis huruf dan ornament cetak pada susunan tipografi.
Gambar 3.18. Max Ernst/ Johannes Baargeld. Dada Siegtl.
Sumber : Graphic Style (hal 171).
n. Pop Art
Ciri-ciri gaya Pop Art antara lain menggunaan dot/titik raster berasal dari teknik cetak, balon kata pada komik.
o. Punk
Karya-karyanya dianggap memberontak dengan keinginan membuat kejutan, menggunakan kolase dari benda-benda yang sudah terpakai sehingga terkesan kasar dan berani, gaya yang dianggap anti desain.
Gambar 3.20. Gary Panter. Raw #3.
Sumber : Graphic Style (hal 229).
p. Revivalism
Munculnya Revivalism bertujuan untuk mengangkat kembali unsur-unsur tradisional Amerika. Oleh sebab itu ciri-ciri dari gaya ini antara lain adalah penggunaan tipe huruf dan ornamen khas yang berkaitan dengan seni tradisional.
q. Psychadelic Art
Gaya Psychadelic ini sering dikaitkan dengan gaya poster seperti orang kecanduan obat. Ciri-cirinya antara lain penggunaan warna-warna terang, cerah dan kombinasi warna komplementernya, garis dan tipografi dibuat melengkung-lengkung berirama hingga sulit terbaca.
Gambar 3.21. The Association : Concert at the Fillmore Auditoriun Sumber : Graphic Style (hal 210).
r. New Wave
New wave masih banyak menggunakan unsur/ teknik desain Swiss modern, mementingkan unsur keterbacaan disamping unsur estetis dan teknik komputer.
Gambar 3.22. Poster for Grapus exhibition, Paris Sumber : Graphic Style (hal 232).
s. New Simplicity (Neo-Modern)
Merupakan gaya yang ‘berlawanan’ dengan gaya dekonstruksi. Cirinya meminimalisasi layer bidang teks dan gambar pada desain sehingga visualisasi tampak polos dan sederhana, memakai warna pastel, sederhana bentuk, miskin ornamen tapi sangat memikat.
Sejauh apapun perkembangan seni rupa, desain dan teknologi, hal utama yang dibutuhkan oleh seorang desainer adalah kreativitas. Dalam kerangka berpikir inilah seni dan desain tidak dapat dipisahkan. Seni erat kaitannya dengan perkembangan kreativitas.
3.4.3. Perkembangan Gaya Desain Buku di Indonesia
Perkembangan gaya desain buku di Indonesia sampai sekarang banyak dipengaruhi gaya-gaya desain luar. Misalnya saat jaman pemerintahan belanda tampilan visualnya mengadaptasi gaya de stijl, art deco, art nouveau, art and craft.
Akhirnya sekarang gaya desain buku di Indonesia banyak merupakan campuran dari berbagai gaya desain yang ada di dunia.
Untuk mendukung isi dari sebuah buku, tentu diperlukan tampilan visual yang dapat mendukung isi pesan dari buku tersebut. Tampilan dari buku itu sendiri dapat dijadikan sebagai nilai tambah dari buku tersebut, selain itu tampilan dari buku juga dapat menentukan untuk siapa buku tersebut ditujukan.
3.5. Konsep Kreatif Perancangan Buku dan Sejenisnya