• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP DESAIN. 70 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. KONSEP DESAIN. 70 Universitas Kristen Petra"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Tinjauan tentang Gambar 3.1.1. Tinjauan tentang Unsur Gambar 3.1.1.1. Garis

Menurut Dwi Kristianto yang dimaksud dengan garis adalah tanda apapun yang menghubungkan satu titik dengan titik yang lain Garis atau line merupakan suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna dan sebagainya. Dari pengertian diatas garis dapat digolongkan menjadi dua macam, antara lain:

a. garis nyata : garis merupakan suatu goresan

b. garis semu : garis merupakan batas limit suatu benda, massa, ruang, dll.

Dalam kehidupan sehari-hari, garis dapat dijumpai di banyak tempat, ada yang lurus, ada yang melengkung, ada yang terputus-putus ataupun berupa untaian titik-titik. Ada garis yang tebal, tetapi ada juga yang sangat tipis.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dengan garis :

- Mengatur Informasi (meletakkan garis vertikal antara kolom-kolom di laporan berbentuk tabulasi).

- Menekankan kata (meletakkan headline dengan garis pemisah).

- Menghubungkan titik-titik informasi (mengkaitkan sebuah gambar dengan keteranggannya dengan sebuah garis)

- Membuat suatu bentuk tertentu.

- Memberikan garis outline pada sebuah gambar untuk memisahkan dari item layout yang lain.

- Membuat sebuah gambar atau grafik (grafik keuntungan terhadap tahun buku) - Membuat patern atau ritem dengan menggambar banyak garis.

- Mengarahkan pandangan pembaca atau membuat efek gerakan (garis diagonal lebih aktif dibandingkan dengan garis horizontal)

- Menampilkan emosi (“Selayang Desain”, hal 7).

(2)

Gambar 3.1. Unsur Garis.

Sumber : Selayang Desain (hal 7).

3.1.1.2. Kualitas Terang Gelap (Value)

Menurut Dwi Kristianto, yang dimaksud value adalah seberapa gelap atau terang sebuah area. Value memisahkan elemen-elemen layout, memberikan suasana tertentu dan membuat sebuah ilusi kedalaman.

Warna memiliki value, misalnya : merah muda dan merah tua, tetapi dalam hal visualisasi, value lebih mudah dipahami dengan visualisai hitam dan putih. Setiap elemen layout memiliki value, value setiap elemen bersifat relatif, value sebuah elemen dapat dipengaruhi oleh background dan elemen-elemen lain di sekitarnya.

Value dapat dipergunakan untuk membuat variasi dari terang sampai gelap dengan gradasi yang lunak sehingga menimbulkan kesan damai, tenang dan halus. Sebaliknya, dengan gradasi yang cukup tajam menimbulkan kesan kontras yang menarik perhatian, selain itu value dapat digunakan untuk :

a. Secara visual memisahkan elemen-elemen yang berlainan jenis (headline dengan huruf besar dan tebal sedangkan bagian lain dengan huruf lebih kecil dan tipis).

b. Menuntun perhatian pembaca ke seluruh halaman (membimbing dari gelap ke terang). Membuat ilusi tentang kedalaman dan ruang (pemberian bayangan untuk efek 3 dimensi).

c. Menegaskan sebuah elemen (elemen yang penting dibuat lebih terang dan yang lain lebih gelap). (“Selayang Desain”, hal 12).

(3)

Gambar 3.2.Unsur Value.

Sumber : Selayang Desain (hal 12)

3.1.1.3. Bentuk dan Ruang (Shape dan Space) 3.1.1.3.1. Bentuk (Shape)

Menurut Dwi Kristianto, bentuk dapat diartikan sebagai sesuatu yang memiliki tinggi dan lebar. Dengan bentuk pembaca dibantu untuk mengenali sebuah obyek, menarik perhatiannya, mengkomunikasikan ide perancang dan menambah daya tarik sebuah layout.

Sesuatu, apapun itu, pasti memiliki bentuk. Balita belajar mengenali obyek-obyek dengan mengingat bentuk suatu obyek. Dalam desain, bentuk tidak hanya mendefinisikan sebuah obyek tetapi juga bisa mengkomunikasikan sebuah gagasan. Sebuah lingkaran pada logo perusahaan internasional dapat diartikan sebagai lambang bumi. Dalam desain ada tiga macam bentuk, yaitu :

a. Bentuk geometri yaitu segitiga, segiempat (kotak), dan lingkaran. Bentuk ini sangat umum dan terstruktur.

b. Bentuk natural yaitu hewan, tumbuhan dan manusia adalah bentuk-bentuk yang tidak beraturan dan mudah berubah.

c. Bentuk abstrak adalah bentuk natural yang disederhanakan, misalnya simbol pada fasilitas untuk orang cacat (“Selayang Desain”, hal 10).

(4)

3.1.1.3.2. Ruang (Space)

Ruang dapat diartikan sebagai jarak atau area antara atau di sekitar sesuatu. Ruang kosong memisahkan atau menyatukan elemen-elemen layout, menegaskan sebuah elemen, atau sebagai tempat istirahat bagi mata.

Selain mempertimbangkan posisi setiap garis atau bentuk tertentu dalam sebuah layout, kita juga perlu mempertimbangkan juga posisi relatif antara satu elemen terhadap elemen yang lain. Artinya, kita juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak ruang kosong di sekitar elemen ataupun antara elemen yang satu dengan yang lain.

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar ruang yang tersedia. Kemudian bagaimana masing-masing gambar dan tulisan saling bekerja sama dalam sebuah layout. Terakhir, bagaimanakah keseluruhan tampilan dari layout itu.

Walaupun dalam sebuah layout terdiri dari banyak elemen yaitu gambar dan tulisan, kita perlu memiliki beberapa ruang kosong yang tidak terisi gambar ataupun teks. Area kosong ini berfungsi untuk mengistirahatkan mata dan mempunyai fungsi mengatur elemen-elemen yang terdapat di sekitarnya.

Jika kita meletakkan sebuah kata dengan huruf yang sangat besar dan dikelilingi dengan area kosong yang cukup besar maka mata pembaca secara langsung mengarah ke kata itu walaupun di sekitarnya juga terdapat beberapa kata lain (“Selayang Desain”, hal 10).

Gambar 3.3.Unsur Ruang.

Sumber : Selayang Desain (hal 10)

(5)

3.1.1.4. Pola (Pattern)

Pola atau pattern merupakan gambar yang diulang di suatu bidang.

Bidang yang diberi pattern diatasnya, akan memiliki kesan yang berbeda-beda.

Selain karena gambar, pola atau pattern dapat muncul karena perbedaan warna, semakin kontras, maka makin terlihat polanya.

3.1.1.5. Tekstur (Texture)

Tekstur dapat diartikan sebagai tampilan atau perasaan sebuah permukaan. Tekstur menambah dimensi dan kekayaan sebuah layout, menegaskan atau membawa kedalam sebuah rasa/emosi tertentu. Penggunaan tekstur dapat memperkaya layout dan menambah dimensi layout tersebut. Tekstur dapat berfungsi sebagai :

a. Menghubungkan gambar muka (foreground) dengan latar belakangnya.

b. Menciptakan kontras untuk menarik perhatian.

c. Menghidupkan layout dan menambah aktivitas.

Secara umum tekstur dibagi dalam dua jenis yaitu :

a. Tekstur Tactile adalah tektur yang dapat dirasakan dengan meyentuhnya.

Misalnya: tekstur kulit jeruk, cetakan embose, dll.

b. Tekstur Visual adalah tekstur yang timbul akibat ilusi rangkaian gambar.

(“Selayang Desain”, hal 9).

Gambar 3.4. Unsur Tekstur Sumber : Selayang Desain (hal 9).

(6)

3.1.1.6. Warna (Colors)

Warna sangat berpengaruh dan berperan banyak dalam kehidupan umat manusia. Warna membantu memahami sesuatu, misalnya hijau berarti terus jalan.

Warna juga mengkomunikasikan perasaan dan keinginan: Warna tinta merah bila kita sedang marah.

Gambar 3.5. Unsur Warna.

Sumber : Selayang Desain (hal 14).

Warna dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Oleh sebab itu warna dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa bidang kajian:

a. Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna

Menurut Victoria Neufeldt dalam bukunya Webster’s New World Dictionary of American English mengartikan warna sebagai:

- The sensation resulting from stimulation of the retina of the eye by light waves of certain lengths.

- The property of reflecting light of a particular wavelength: the distinct colors of the spectrum are red, orange, yellow, green, blue, indigo, and violet, each of these shading into the next; the primary colors of the

(7)

spectrum are red, green, blue, the light beams of which variously combined can proudced any of the color (hal 276).

Warna sebenarnya tercipta dari perbedaan panjang atau pendeknya gelombang cahaya yang dipantulkan oleh suatu permukaan benda, sehingga menghasilkan ribuan variasi yang tak terhingga. Sebagian spectrum dari sinar tersebut yang diserap dan sisanya dipantulkan kembali menurut sifat permukaan benda yang beraneka ragam. Hal ini sependapat dengan Garvin Ambrose dalam bukunya The Fundamental of Creative Design (hal 127) d. Cahaya merupakan sebuah pita sempit dari energi yang terlihat oleh mata

biasa, ditengah-tengah spektrum yang menangkap semua energi dari sinar kosmik hingga gelombang radio. Energi ini dapat digradasikan sesuai dengan panjang gelombangnya serta diukur dalam manometer, dimana 1 (satu) manometer setara dengan satu juta milimeter. Spektrum cahaya yang terlihat mata biasa berada diantara 380-760 mm. Setiap variasi panjang gelombang diantara spektrum energi ini dapat dirasakan oleh mata kita dan diinterpertasikan sebagai warna tertentu. Warna merah memiliki gelombang cahaya terpanjang, sementara violet terpendek (“Selayang Desain”, hal 11).

Gambar 3.6. Warna.

Sumber : colours (hal 5).

Menurut Newton sensasi warna terjadi karena cahaya yang memasuki mata.

- Pertama spektrum energi proton memasuki mata.

- Retina adalah inti dari permukaan mata yang berwarna hitam yang pertama kali dilewati oleh cahaya dan akan terus menerus menampilkan sel.

(8)

- Sel selalu berpigmen yang mana menyerap cahaya yang terlihat - Ada 2 tampilan sel yaitu:

o Rods/tangkai: berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk dan merasakan perbedaan intensitas cahaya.

o Cones/kerucut: berfungsi untuk menunjukkan perbedaan warna

b. Klasifikasi Warna berdasarkan sensasinya

Menurut David.A, warna dapat digunakan sebagai pencipta suasana tertentu. Warna dapat menciptakan suasana ataupun emosi seseorang yang melihatnya. Oleh sebab itu warna dapat dibedakan menjadi warna panas dan warna dingin. Warna merah memberi sensasi panas sedangkan biru dapat memberi sensasi dingin.

Selain itu warna dapat juga menciptakan sensasi jarak. Warna-warna tertentu dapat berkesan dekat dan ada juga yang dapat berkesan jauh. Nuansa jauh-dekat ini akan sangat terasa jika digunakan dalam bidang yang sama (hal 248).

Selain itu warna dapat juga menimbulkan sensasi:

- Memberi kesan berat / ringan.

o Untuk memberi kesan berat, diberi warna gelap.

Contoh : Untuk pembuatan film, digunakan batu tiruan yang dibuat dari gabus, untuk memberi kesan berat, diberi warna coklat tua atau hitam ditambah akting dari bintang film.

o Untuk memberi kesan ringan, diberi warna pastel.

Contoh : Barbel atau bola bowling yang diberi warna pastel akan terlihat lebih ringan.

- Memberi kesan luas / sempit.

o Untuk memberi kesan luas, digunakan warna-warna terang.

Contoh : Pada ruangan yang sempit, dinding dan perabotan yang ada sebaiknya diberi warna-warna terang seperti putih, biru muda, atau hijau muda.

o Untuk memberi kesan sempit, digunakan warna-warna gelap.

(9)

Contoh : Orang yang gemuk sebaiknya menggunakan baju berwarna gelap seperti coklat tua atau hitam.

- Memberi kesan permukaan

o Warna-warna mengkilat (glossy) akan memberi kesan permukaan terssebut halus dan licin. Contoh : seng, emas, perak, logam, dsb.

o Warna-warna kusam akan memberi kesan permukaan kasar, tidak rata.Contoh : Kain yang berwarna kusam, kesannya kasar dan mudah kusut.

c. Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteistiknya

Berdasarkan karakteristiknya, warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

-Hue:

Adalah kualitas atau sifat khas dari warna, sehingga dapat dibedakan antara warna satu dengan lainnya. Contoh : Beda warna kuning dengan biru.

-Nada (Value)

Jenjang gelap terangnya suatu warna. Hal ini disebabkan dalam warna tersebut mengandung sejumlah “warna” hitam atau putih. Contoh : merah gelap, berbeda kualitasnya dengan merah terang -Chroma

Menunjukkan deret intensitas dari warna, dalam hal ini pigmen dari warna. Contoh : Dua warna merah yang sama, mungkin dapat pula bernada sama, akan tetapi dalam penampilannya berbeda, yang satu merah kuat, dan yang lain merah lemah, karena beda jumlah pigmen warnanya.

d. Klasifikasi Warna berdasarkan Maknanya

Tiap-tiap warna dapat menimbulkan makna yang berbeda beda oleh sebab itu hal tersebut dapat dirinci dalam tabel berikut:

(10)

Tabel 3.1. Klasifikasi warna Sumber : Selayang Desain (hal 14).

WARNA Respon Psikologi Catatan

Merah Power, Energi, Kehangatan, Cinta, Nafsu, Agresi, Bahaya, Api, Panas, Kemarahan, Darah dan Revolusi

Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain.

Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal.

Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti 'bahagia' di budaya Oriental.

Biru Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehnologi, Kebersihan, Keteraturan, Kesunyian, Kesejukan, Kejujuran, Keseriusan, Ketenangan dan Stabilitas Hubungannya dengan Langit dan Air.

Banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan 'kepercayaan'.

Hijau Alami, Kesegaran, Kesehatan, Kejelasan Keberuntungan, Pembaharuan, Relaksasi.

Warna Hijau tidak terlalu 'sukses' untuk ukuran Global.

Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan.

Tetapi di Timur Tengah, warna

(11)

Hijau sangat disukai.

Yellow Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan.

Mewakili Matahari, Warna Cahaya Kehidupan, Kesehatan, Kesegaran Brightness, Kekayaan, Spiritualitas.

Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu.

Ungu/Jingga Spiritual, Misteri,

Kebangsawanan, Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan, Kemurungan.

Warna Ungu sangat jarang ditemui di alam. Paduan warna merah dan biru.

Oranye Energi, Keseimbangan, Kehangantan, Simbol Pengetahuan, Juga Mewakili Kebahagiaan, Kesegaran, Patriotisme.

Menekankan sebuah produk yang tidak mahal.

Coklat Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan.

Kemasan makanan di Amerika sering memakai warna Coklat dan sangat sukses, tetapi di Kolumbia, warna Coklat untuk kemasan kurang begitu

membawa hasil.

Abu Abu Intelek, Masa Depan (mirip warna Milenium),

Kesederhanaan, Kesedihan

Warna Abu abu adalah warna yang paling gampang/mudah dilihat oleh mata.

(12)

Putih Kesucian, Kebersihan,

Ketepatan, Ketidak bersalahan, Kemurnian, Penuh Kejujuran, Setril dan Kematian.

Di Amerika, Putih

melambangkan perkawinan (gaun pengantin berwarna putih), tapi di banyak budaya Timur (terutama India dan Cina), warna Putih

melambangkan kematian.

Hitam Power, Seksualitas,

Kecanggihan, Kematian, Misteri, Ketakutan, Kesedihan,

Keanggunan, Kegelapan, Represent Inauspicious Events

Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya Barat.

Sebagai warna Kemasan, Hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran (Wealth) dan Kecanggihan (Sopiscated)

(sambungan)

3.2. Tinjauan Unsur Komposisi 3.2.1. Layout

Dalam buku Making a Good Layout Lori Sibert & Lisa Ballard menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan layout adalah pengaturan dari huruf dan seni (foto, iluatrasi atau bentuk-bentuk grafis lainnya) secara tertulis. Tidak ada patokan yang pasti dalam menentukan baik atau tidaknya sebuah layout, tetapai ada beberapa petunjuk yang dapat diikuti, diantaranya yaitu, jika pengaturannya berhasil, terorganisir, dan menarik perhatian audience. Sebaiknya untuk memenuhi kriteria layout yang baik haruslah memenuhi ketiganya, tidak hanya salah satu atau dua petunjuk yang telah disebutkan sebelumnya.

Layout yang baik juga harus dapat menyampaikan pesan dengan cepat sehingga mudah dipahami oleh audience. Layout harus terorganisir, sehingga mata dapat bergerak dengan lembut dan dengan mudah dijangkau ke seluruh

(13)

bagian dari halaman tersebut. Selain itu layout juga harus menonjol dari sekelilingnya sehingga dapat menarik perhatian (hal 1).

3.2.1.2. Perkembangan layout

Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturan tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Ada tiga kriteria dasar untuk sebuah layout yang dikatakan baik, yaitu : It Works (mencapai tujuannya), It Organizes (ditata dengan baik) dan It Attracts (menarik bagi pengguna).

Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai tujuannya bila pesan-pesan yang akan disampaikan dapat segera ditangkap dan dipahamin oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Selanjutnya, sebuah layout harus ditata dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat. Akhirnya, sebuah layout harus menarik untuk mendapatkan perhatian yang cukup dari penggunanya.

Kunci utama untuk membuat layout yang baik adalah pemahaman secara mendalam ketiga kriteria diatas. Selanjutnya untuk memahaminya ikuti pembahasan selanjutnya, dalam :

a. Layout yang Mencapai Tujuan

Tujuan adalah salah satu hal terpenting yang perlu diketahui sebelum melakukan desain dan menata layout. Carannya, dimulai dengan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fungsi layout yang akan dirancang.

Untuk membuat layout yang baik dapat berfungsi sesuai tujuannya, tujuan layout tersebut perlu dideskripsikan dengan mendetail. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu berkisar pada:

- What is the purpose? Apakah tujuan yang akan dicapai sebuah desain?

Informasi apakah yang akan disampaikan?

- Who is the audience? Siapakah target audiencenya?

- Where will it be seen? Dimanakah letak desain tersebut terhadap desain yang lain?

(14)

b. Layout dengan Pemetaan Visual

Layout yang baik tidak melelahkan bagi pembacanya untuk membaca dan mengikuti keseluruhan isi layout tersebut. Bentuk layout yang baik adalah layout yang mudah untuk diikuti pembcanya.

Penataan dan penekanan pada beberapa titik informasi akan lebih memperjelas informasi yang akan disajikan. Tentukan item apakah yang selanjutnya akan dibaca atau dilihat oleh pengguna.

Semakin baik pendefinisian urutan dalam sebuah layout maka semakin akan cepat bagi seorang pengguna untuk langsung sampai pada titik akhir urutan informasi dan akan semakin cepat memahami informasi yang disampaikan.

c. Layout yang Menarik Perhatian

Layout tidak akan bisa berkomunikasi dan menyampaikan informasinya bila layout itu tidak diperhatikan. Untuk itu, layout itu harus memiliki tampilan yang berbeda dari yang lain yang mampu menarik perhatian yang melihatnya.

Untuk memilih image apakah yang akan ditampakkan oleh sebuah layout, kita dapat mendekatinya dari target audience yang akan membaca layout tersebut dan juga bagaimanakah layout dari buku-buku sejenis lainnya.

3.2.1.3. Jenis Layout

Dalam melayout sebuah karya desain diperlukan grid. Grid dipakai hampir di seluruh aspek desain, misalnya untuk mengatur tipografi, ilustrasi atau peletakan foto sebuah layout. Dengan demilian grid dapat diartikan sebagai garis khalayan yang dapat membagi-bagi bidang yang akan didesain.

Grid dapat dibagi manjadi, Manuscript Grid, Coloum Grid, Modular grid, dan Hirearchical grid. Namun ada juga layout yang ungrid. Layout model ini bebas mengatur tipografi dan image tanpa memperhatikan grid. Sehingga hasil layoutnya berkesan bebas dan tidak teratur.

(15)

Menurut Josef Muller-Brockman, Grid dapat sebagai struktur fondasi dasar dalam melayout sebuah karya desain. Selain itu grid memiliki fungsi antara lain:

- Untuk membangun argument secara obyektif dalam komunikasi visual.

- Untuk membangun dan menyusun teks dan materi ilustratif secara sistematis dan logis

- Untuk menyusun teks dan ilustrasi dalam susunan yang rapi, padat dan memiliki irama tersendiri

- Untuk menyatukan materi-materi visual agar dapt terbaca dengan jelas dalam struktur yang panjang juga (hal 49).

Dalam penyusunan grid, desainer dapat membagi-bagi halaman dengan beberapa garis. Ada beberapa garis yang amat penting dalam menciptakan grid dalam sebuah halaman, antara lain bleed, gutter, Trimmed page size. Bleed merupakan garis yang sebaiknya tidak dilewati dalam penyusunan sebuah layout, hal ini disebabkan karena garis ini nantinya akan dijadikan patokan potong pisau disaat pencetakan karya.

Gutter merupakan jarak antara satu elemen dengan yang lainnya, gutter juga dapat diartikan sebagai jarak antar kolom. Sedangkan Trimmed page size dapat juga dikenal dengan sebutan margin yang berfungsi sebagai batas antara elemen desain dengan batas halaman kerja.

3.3. Tinjauan Fotografi Sebagai Ilustrasi

3.3.1. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi Berdasarkan Bidang Kajian

Fotografi berasal dari bahasa Latin yaitu: photos adalah cahaya, sinar.

Sedang graphein berarti tulisan, gambar atau desain bentuk. Jadi, fotografi secara luas adalah menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya. Gambar mati atau lukisan yang didapat melalui proses penyinaran dengan menggunakan cahaya.

Menurut Sudiana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Periklanan Cetak, ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang digunakan dalam komunikasi periklanan, karena sering dianggap sebagai “bahasa universal” yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata.

(16)

Ilustrasi (dalam hal ini termasuk pula foto, diagram, peta, grafik, dan tanda-tanda) dapat mengungkapkan suatu hal secara lebih berhasil guna daripada teks. Dengan demikian orang yang kesulitan dalam memahami pesan verbal akan banyak dibantu dengan adanya ilustrasi tersebut. Sebab ilustrasi tersebut digunakkan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat, cepat, serta tegas, sehingga informasi/pesan akan lebih mudah dipahami (hal 13).

Penggunaan ilustrasi dalam suatu karya desain grafis perlu mempertimbangkan banyak hal, misalnya apa tujuan dan target audience perancangan yang dibuat. Pemilihan ilustrasi berupa foto memiliki beberapa kelebihan dibanding tampilan ilustrasi berupa gambar tangan atau pun gambar- gambar lainnya. Dari segi tampilan penggunaan foto dapat menggambarkan realita rekaman gambar yang sesungguhnya.

Tidak semua karya desain cocok menggunakan ilustrasi fotografi, misalnya saja jika target audiencenya adalah anak-anak, akan lebih mudah penyampaiannya berupa ilustrasi gambar yang imajinatif dan lucu. Penggunaan fotografi akan lebih cocok digunakan jika ingin menampilkan unsur dokumentasi yang mementingkan realitas tampilan.

3.3.2. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi Berdasarkan Sifat dan Fungsi

Menurut Ir. T. Wirawan, Foto merupakan salah satu media yang dipakai untuk menyajikan dalam bentuk gambar (foto), hasil rekaman dengan bantuan alat kamera. Foto secara gambaran umum adalah realistis, tidak seperti gambar yang dibuat dengan imajinasi (hal 1).

Dengan penggunaan foto sebuah karya desain akan dapat menampilkan kondisi sebenarnya dalam sebuah tampilan. Dengan demikian akan memudahkan audience untuk membayangkan bagaimana keadaan dan suasana sebenarnya dari tampilan foto yang ada. Keunggulan lainnya dari fotografi adalah kecepatannya merekam gambar yang ada sehingga tampilannya dapat dinikmati lebih cepat.

Foto dalam aplikasinya dapat memiliki fungsi yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut:

(17)

a. Dokumentasi

Pemanfaatan fotografi pada bidang ini merupakan bentuk yang paling sederhana dan dengan misi yang terbatas, prakwalifikasi minim artinya komposisi dan teknik yang dilakukan tidak terlalu diperhitungkan, penguasaan teknik cukup. Contohnya: pas foto, foto perkawinan, foto ulang tahun, dokumentasi upacara, rapat, seminar, diskusi, dan sebagainya.

b. Ilustrasi (dokumentasi artistik)

Pemanfaatan fotografi pada bidang ini memiliki misi yang lebih luas.

Penguasaan teknik saja belum cukup, harus dilengkapi dengan penataan.

Misalnya dengan memperhatikan aspek komposisi, latar belakang, posisi pemotretan, sikap obyek, arah penyinaran.

Contohnya: Foto jurnalistik, foto produk, foto studio, foto fashion.

c. Interpretasi/ Seni Murni

Pemanfaatan fotografi pada bidang ini lebih mementingkan kepuasan pada diri fotografer itu sendiri, memiliki misi universal (ke arah masyarakat pada umumnya), memiliki kualifikasi tinggi. Selain menguasai teknik dan artistik, perlu pula memperhatikan konsep, ide, cerita yang akan disampaikan melalui foto tersebut.

3.3.3. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi Berdasarkan Teknik

Menurut Andreas Viklund, Selain peralatan, untuk menghasilkan sebuah foto yang baik kita juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya:

Komposisi, cahaya, garis, bentuk, tekstur, rupa, warna dan vertical atau horizontal.

a. Komposisi

Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.

Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik diantaranya:

(18)

- Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang Umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

- Sudut Pemotretan (Angle of View)

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.

b. Komposisi pola garis Diagonal, Horisontal

Pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..

Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.

c. Background (BG) dan Foreground (FG)

Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, Background dan Foreground ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek.

Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada Background atau Foreground. Background dan Foreground, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah

(19)

satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) Background dan Foreground melalui pengaturan diafragma.

Komposisi juga dapat disusun berdasarkan jarak pemotretan , antara lain:

- Long Shot (LS)

Tampilan yang dihasilkan oleh komposisi long shot adalah obyek keseluruhan namun masing-masing obyek tampak kecil. long shot banyak dipakai saat menggambarkan seluruh area.

- Medium Shot (MS)

Komposisi menghasilkan obyek yang lebih besar dari komposisi long shot.

Komposisi medium shot banyak digunakan untuk mengambil gambar sebuah figur dengan ukuran dari bawah lutut sampai kepala, namun tidak keseluruhan setting.

- Close Up (CU)

Komposisi ini hanya mengambil gambar obyek yang dijadikan point of interest. Komposisi ini digunakan untuk menggambarkan sebuah figur dari bahu sampai kepala.

- Extreme Close Up (ECU)

Komposisi ini digunakan untuk mengambil gambar benda-benda yang kecil atau ingin menampilkan detail sebuah bagian.

- High Angle

Pemotretan ini dilakukan dengan penempatan obyek yang lebih rendah dari pada kamera, sehingga hasilnya obyek yang dihasilkan tampak mengecil.

Komposisi ini dapat juga disebut “sudut pandang mata burung”

- Low Angle

Pemotretan dengan cara ini dilakukan dengan menempatkan obyek lebih tinggi dari kamera, sehingga obyek tampak membesar. Komposisi ini juga dapat disebut dengan “sudut pandang mata kodok”

- Foreground

Pemotretan ini dilakukan dengan menempatkan obyek lain didepan obyek utama. Tujuannya adalah sebagai pembanding obyek utama. Obyek yang berada di depan ini dapat dibuat fokus atau tajam ataupun blurring atau tidak tajam.

- Background

(20)

Pemotretan jenis ini adalah kebalikan dari teknik Foreground, yaitu dengan menempatkan obyek lain dibelakang obyek utama. Tujuan dari teknik ini sama dengan teknik foreground.

Untuk menghasilkan gambar yang artistik, ada beberapa teknik yang dapat dipakai:

- Sidelight

Teknik ini dapat dilakukan dengan menempatkan arah sinar dari samping obyek. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk mengutarakan jenis permukaan atau tekstur khas dari obyek yang akan dipotret. Teknik ini cocok digunakan untuk obyek kulit pohon yang retak, relief, orang tua yang keriput.

- Backlight

Teknik ini dapat dilakukan dengan menempatkan arah sinar dari belakang obyek. Teknik ini banyak digunakan untuk memberi penampilan yang dramatis dari obyek.

- Ruang Tajam Luas

Tampilan yang dihasilkan dari teknik ini adalah keseluruhan obyek yang dipotret terlihat tajam atau tidak ada yang blur. Teknik ini sering digunakan untuk memotret pemandangan alam.

- Ruang Tajam Sempit

Teknik ini bertujuan untuk memberii penonjolan lebih pada obyek utama, sehingga tampilan dari teknik ini adalah latar belakang yang blur atau tidak tajam.

- Freezing

Teknik ini digunakan untuk menghasilkan gambar dari keseluruhan obyek yang bergerak dengan tampilan yang tajam, sehingga seolah-olah obyek yang bergerak itu dibekukan.

- Blurring

Teknik ini dapat menghasilkan dua macam tampilan:

1. Obyek utama diam, ada bagian dari obyek yang bergerak.

Contohnya: seseorang yang sedang menggerakkan kipas, seseorang yang duduk dan menggerakkan kaki.

(21)

2. Obyek utama bergerak, ada bagian dirinya yang bergerak lebih cepat.

Contohnya: orang berlari, gerak kaki atau tangan lebih cepat dari gerak tubuh.

- Panning

Teknik ini digunakan untuk mengutarakan kesan gerak. Teknik ini cocok digunakan untuk obyek yang bergerak capat seperti sepeda motor yang melintas.

- Siluet

Tampilan siluet adalah tampilan dari outline suatu obyek tertentu, hitam tanpa detail.

- Window Light

Teknik ini menggunakan penyinaran yang unik dan artistik dengan tampilan dramatis. Sinar dari jendela memberi kesan sidelight yang lembut, sangat kontras dengan keadaan sekitarnya yang relatif gelap. Teknik ini sangat ideal untuk menonjolkan tampilan bentuk, jenis permukaan juga ekspresi dari seseorang.

- Candle Light

Teknik ini dapat menghasilkan tampilan yang artistik dengan hanya menggunakan penerangan sebuah lilin di tempat yang gelap.

3.4. Tinjauan Gaya Desain 3.4.1. Sejarah Gaya Desain

Seni murni (fine Arts) adalah dasar dari desain. Hal ini disebabkan karena seni murni merupakan bagian yang tak terpisahkan dari desain. Sekolah Bauhaus adalah lembaga sebuah lembaga desain pertama yang memberi pengertian akan pentingnya menyatukan seni , kriya, dan desain dalam arti seluasnya. Dari keseluruhan perkembangan desain dunia dapat dilihat bahwa gaya dalam desain banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan budaya setempat. Namun prinsip desain yang berkaitan dengan fungsi dan kemampuannya menyelesaikan masalah tetap penting artinya.

(22)

3.4.2. Perkembangan Gaya Desain Secara Umum

Pada abad ke-18 mulai bermunculan mesin-mesin di Inggris. Mulai dari ditemukannya mesin uap, yang akhirnya mulai bermunculan mesin-mesin lain yang mempengaruhi perkembangan teknologi. Hal ini akhirnya berimbas juga pada gaya-gaya seni dan desain. Berikut ini merupakan perjalanan perkembangan gaya desain:

c. Victorian (1820-1990)

Victorian terjadi karena reaksi estetis terhadap industrialisasi, selain juga mencari inspirasi dari jama Gothic. Ciri-ciri dari gaya Victorian adalah ilustrasi yang digambar secara kasar, lebih menitik beratkan pada berita verbal dari pada bahasa gambar, iklan diisi dengan berbagai ornamen, type face yang sering dipakai Egyptian.

Gambar 3.7. Richard Doyle. Punch. 1883.

Sumber : Graphic Style (hal 16).

Gambar 3.8. Boltonian Under-vest.

Sumber : Graphic Style (hal 19).

(23)

d. Art and craft (1850-1900)

Gerakan ini berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam seni dan desain sebagai upaya menolak kehadiran industri yang

menggunakan tenaga mesin. Tokoh yang cukup berpengaruh pada jaman ini diantaranya William Moris dan Aubrey Beardsley.

Ciri dari Art and craft adalah bentuk, warna dan ornamen latar yang

sederhana, menampilkan motif alam dan simbol penuh makna, tipografi san serif dan menolak huruf klasik Roman.

Gambar 3.9. Arts and Crafts Sumber : Graphic Style (hal 38).

e. Art Nouveau (1880-1915)

Art Nouveau atau seni baru adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan yang meliuk-liuk, berbeda jauh dengan gaya Victorian, sehingga dianggap memberontak gaya Victorian, pada dasarnya aliran ini muncul sebagai sebuah reaksi terhadap industrialiasi dan gaya mesin yang dianggap menghilangkan sifat manusiawi dalam seni. Bentuk yang mengambang , pola datar, desain dengan irama bergelombang, keindahan garis-garis lengkung, feminisme serta sensual menjadi ciri dari Art Nouveau. Tokoh-tokoh yang cukup memegang peranan penting antara lain Jules Cheret, Eugene Graset, Gloscow Style.

(24)

Gambar 3.10. Secession Sumber : Graphic Style (hal 61).

f. Modernisme Awal (1890-1940)

Kata “modern” berasal dari kata lain Modo yang berarti “barusan”. Kesadaran manusia akan kemampuan dirinya mengangkat pandangan bahwa manusia adalah pusat alam semesta. “Cogito Ergo Sum” yang artinya saya berpikir maka saya ada (Rene Descrates), adalah awal rasionalisme barat. Kegiatan produksi barang- barang konsumsi yang sebelumnya dikerjakan dengan tangan satu persatu digantikan dengan tenaga mesin/ produksi massal. Akibatnya desain dari suatu batang harus sederhana (simplicity) setiap bentuk harus efisien dan efektif dan tidak perlu ornamen. Prinsip utama dalam desain modern adalah “Form follow function” artinya setiap bentuk harus ada fungsinya.

Modernisme awal berupaya untuk mengatasi kesenjangan antar seni dan industri, dengan maksud menjadikan industri sebagai alat memproduksi hasil karya seni dan desain, sehingga dalam hal ini desain dibuat lebih fungsional, efektif dan sederhana, sehingga mulai meninggalkan simbolisme dan beralih ke rasionalisme. Kecenderungan dalam desainnya berbentuk geometris terukur, menghilangkan elemen dekoratif, layout yang asimetris namun teratur, sistem grid yang jelas, warna dengan intensitas redup dan dingin, background bersih. Tokoh-

(25)

tokoh pada masa ini diantaranya Der Deustscher Werkbund, Peter Behrens, Lucian Bernhard.

g. Modernisme (1908-1940)

Modernisme muncul karena keberangkatan dari tradisi dan penggunaan bentuk dari ekspresi yang inovatif yang membedakan banyak ragam seni dan sasra dari akhir abad ke 19 dan 20. Fungsionalism, rasionalism, objectivism, estetika mesin, anti ornamen, mengacu kepada desain berbentuk klasik menjadi ciri dari Modernisme. Di era modernisme terdapat beberapa tokoh yang memiliki ciri khas masing-masing, diantarnya:

- Ekspresionisme (Eduard Munch, Paul Cezzane, Van Gogh)

Ciri-ciri dari gaya Ekspresionisme adalah penggambaran dilakukan dengan kekasaran dan kesederhanaan garis dan bidang, tema-tema utamanya berkisar pada kematian, kesakitan dan dorongan seksual.

Gambar 3.11. Emil Nodle. Der Anbruch.

Sumber : Graphic Style (hal 85).

- Kubisme (Picasso, Georges Braque)

Aliran seni ini melihat kubus sebagai unsur dasar yang membentuk setiap benda yang ada di alam.

(26)

- Futurism (Marinetti)

Ciri-ciri dari gaya Futurism antara lain adalah abstrak, menampilkan kolase cubism, huruf ditampilkan sebagai gambar.

Gambar 3.12. V.Pannaggi. L’Amico dell’Angelo.

Sumber : Graphic Style (hal 93).

- Konstruktivisme (El Lisstzky)

Karaktristik konstuktivisme antara lain banyak menggunakan bentuk/

bidang geometris, kemudian berkembang dengan menggunakan sosok dan figur manusia, sehingga dikenal dengan Sosial Realisme, kemudian berkembang lagi menjadi Produktivisme yang lebih memvisualkan daya guna pada masyarakat/sosial

Gambar 3.13. El Lissitzky. Beat The White With the Red Wedge.

Sumber : Graphic Style (hal 99).

(27)

- De Still (Piet Mondrian)

De Still memiliki karakteristik yang banyak menggunakan bentuk-bentuk geometris, tidak ilustratif, menghilangkan unsur lengkung sehingga berkembang menjadi gaya Neo Plastisisme yang hanya menggunakan garis vertikal dan horisontal dengan warna-warna biru merah kuning hitam putih.

- Bauhaus (Walter Gropius, Monoly-Nagi, Bayer & Schmidt)

Bauhaus memiliki ciri-ciri antara lain dipengaruhi ekspresionism, geometri, rapih, berdasarkan grid, bahan modern, gambar realis diganti dengan fotografi dan montase, tipografi san serif yang asimetri, bersih dan meyakinkan.

Gambar 3.14. Vilmos Huszar. Miss Blanche Egyptian Cigarettes.

Sumber : Graphic Style (hal 110).

h. New Typography

Karakteristik gaya ini adalah menggunakan susunan huruf asimetris, Variasi ukuran dan ketebalan pada stroke, dengan susunan desain vertikal/horisontal.

Gambar 3.15. Ljubomir Micic. Zenit.

Sumber : Graphic Style (hal 123).

(28)

i. International Style

Gaya ini sering menggunakan teknik fotomontage sehingga berkesan nyata, menggunakan huruf sanserif, dan italic, berkesan modern.

Gambar 3.16. Max Burcharts. Schubertfeier der Staedtischen Buehnen.

Sumber : Graphic Style (hal 119).

j. Art Deco (1924-1937)

Art Deco muncul di Prancis pada tahun 1920. Art Deco dipengaruhi oleh aliran Kubisme dan Fauvisme serta gaya Mesir dan Indian Aztec. Desain Art Deco banyak menggunakan ornamen ornamen dekoratif yang memanfaatkan unsur garis hias yang mengesankan gerak dan kecepatan, gradasi warna yang halus serta warna yang mengesankan efek kilauan dan lengkungan logam.

Gambar 3.17. Poster by Heinz Schulz-Neudamm for film Metropolis.

Sumber : Graphic Style (hal 166).

(29)

k. Modernisme Akhir (1945)

Pada masa Modernisme Akhir terjadi reaksi terhadap gerakan modernisme, menggabungkan ide-ide keabstrakan, dinamisme dan asimetri. Beberapa gaya yang berpengaruh diantaranya:

- Swiss International Style

Gaya ini dipengaruhi Bauhaus, The New Typography dan Constructivism.

Ciri-ciri dari Swiss International Style adalah matematis dan berdasarkan grid, mengurangi ornamen, forografi objek.

- Gaya Poster Polandia

Tampilan gaya ini berupa metafora visual yang aneh dan ganjil, Art Nouveau, surrealism, dan Pop Art diterapkan secara baru.

- Jepang Modern

Nilai-nilai dari barat seperti Pop Art, komik, televisi dan film diubah menjadi bentuk kotmporer yang mencerminkan Jepang berteknologi tinggi, menampilkan area 3 dimensi yang anggun dengan fotografi dan komputer.

l. Post Modernisme

Post Modernisme adalah sebuah pemikiran yang mengkritik pandangan Modernisme melalui cara pandang yang cenderung pada keanekaragaman bukan homogenitas, pada kejenakaan bukan serius, cenderung berantakan.

Karakteristiknya antara lain berupa bentk klasik dibungkus dengan tradisional mutakhir, bentuk geometri geometri gerak tampak main-main, bentuk yang mengapung, memiliki banyak lapisan, warna meriah, tipografi dan latter space yang bertentangan.

m. Dada (Hearldfield)

Gaya dada memiliki ciri-ciri antara lain mengkombinasikan kolase cubism, tipografi futurism dan constructivism, menggunakan montase, memasang gambar siap pakai, mencampur segala jenis huruf dan ornament cetak pada susunan tipografi.

(30)

Gambar 3.18. Max Ernst/ Johannes Baargeld. Dada Siegtl.

Sumber : Graphic Style (hal 171).

n. Pop Art

Ciri-ciri gaya Pop Art antara lain menggunaan dot/titik raster berasal dari teknik cetak, balon kata pada komik.

o. Punk

Karya-karyanya dianggap memberontak dengan keinginan membuat kejutan, menggunakan kolase dari benda-benda yang sudah terpakai sehingga terkesan kasar dan berani, gaya yang dianggap anti desain.

Gambar 3.20. Gary Panter. Raw #3.

Sumber : Graphic Style (hal 229).

p. Revivalism

Munculnya Revivalism bertujuan untuk mengangkat kembali unsur-unsur tradisional Amerika. Oleh sebab itu ciri-ciri dari gaya ini antara lain adalah penggunaan tipe huruf dan ornamen khas yang berkaitan dengan seni tradisional.

(31)

q. Psychadelic Art

Gaya Psychadelic ini sering dikaitkan dengan gaya poster seperti orang kecanduan obat. Ciri-cirinya antara lain penggunaan warna-warna terang, cerah dan kombinasi warna komplementernya, garis dan tipografi dibuat melengkung- lengkung berirama hingga sulit terbaca.

Gambar 3.21. The Association : Concert at the Fillmore Auditoriun Sumber : Graphic Style (hal 210).

r. New Wave

New wave masih banyak menggunakan unsur/ teknik desain Swiss modern, mementingkan unsur keterbacaan disamping unsur estetis dan teknik komputer.

Gambar 3.22. Poster for Grapus exhibition, Paris Sumber : Graphic Style (hal 232).

(32)

s. New Simplicity (Neo-Modern)

Merupakan gaya yang ‘berlawanan’ dengan gaya dekonstruksi. Cirinya meminimalisasi layer bidang teks dan gambar pada desain sehingga visualisasi tampak polos dan sederhana, memakai warna pastel, sederhana bentuk, miskin ornamen tapi sangat memikat.

Sejauh apapun perkembangan seni rupa, desain dan teknologi, hal utama yang dibutuhkan oleh seorang desainer adalah kreativitas. Dalam kerangka berpikir inilah seni dan desain tidak dapat dipisahkan. Seni erat kaitannya dengan perkembangan kreativitas.

3.4.3. Perkembangan Gaya Desain Buku di Indonesia

Perkembangan gaya desain buku di Indonesia sampai sekarang banyak dipengaruhi gaya-gaya desain luar. Misalnya saat jaman pemerintahan belanda tampilan visualnya mengadaptasi gaya de stijl, art deco, art nouveau, art and craft.

Akhirnya sekarang gaya desain buku di Indonesia banyak merupakan campuran dari berbagai gaya desain yang ada di dunia.

Untuk mendukung isi dari sebuah buku, tentu diperlukan tampilan visual yang dapat mendukung isi pesan dari buku tersebut. Tampilan dari buku itu sendiri dapat dijadikan sebagai nilai tambah dari buku tersebut, selain itu tampilan dari buku juga dapat menentukan untuk siapa buku tersebut ditujukan.

3.5. Konsep Kreatif Perancangan Buku dan Sejenisnya 3.5.1. Khalayak sasaran

Target audience dari buku Eceng Gondok ini dilihat dari segi demografisnya adalah pria dan wanita yang usianya 18 tahun keatas. Mereka dengan tingkat perekonomian menengah keatas, tidak buta aksara, mampu membaca dengan baik, mereka yang teredukasi dengan baik, misalnya mereka yang sedang kuliah, eksekutif muda atau mereka yang telah bekerja dengan mapan. Buku ini ditujukan kepada mereka karena produk-produk dari eceng gondok yang tergolong mahal dan berkualitas baik dapat di terima sebagai produk yang layak dimiliki masyarakat menengah keatas tersebut dan dapat disejajarkan

(33)

dengan produk-produk “bermerek” yang ada dipasaran. Sedangkan secara geografis buku ini di tujukan kepada mereka yang berdomisili di kota-kota besar yang ada di indonesia.

Dari segi psikografis, mereka yang memiliki jiwa seni, menyukai benda- benda yang unik, memiliki ketertarikan terhadap kerajinan, mereka yang perduli akan lingkungan dan mencintai keindahan.

Sedangkan secara behavorial, gemar mengkoleksi barang-barang seni, menyukai tampilan yang artistik dan unik, mereka yang menghargai proses sebagai nilai tambah sebuah barang jadi.

3.5.2. Tujuan Kreatif

Mengingat eceng gondok merupakan tumbuhan yang cukup mengganggu kehidupan manusia dan keberadaannya memerlukan perhatian dan pengendalian yang lebih serius. Pengrajin eceng gondok yang ada berusaha memanfaatkan tumbuhan tersebut menjadi produk yang eksklusif dan berguna bagi manusia.

Dengan media buku ini diharapkan mampu memperkenalkan atau mempromosikan produk-produk kerajinan yang terbuat dari bahan eceng gondok sekaligus mengangkat citra kerajinan tersebut yang sebelumnya masih kurang dikenal, mengingat promosi dan upaya untuk memperkenalkan kerajinan ini belum banyak dilakukan. Diharapkan masyarakat Indonesia maupun mancanegara lebih menghargai dan memahami keunikan dan kelebihan dari produk kerajinan yang terbuat dari eceng gondok yang kualitas dan tampilannya tidak kalah dengan produk-produk dari bahan bahan lain misalkan bambu, kayu, rotan, dll.

Media utama berupa buku ini dipilih untuk mengenalkan produk-produk kerajinan yang terbuat dari eceng gondok. Hal ini disebabkan karena buku merupakan media yang cukup komunikatif dalam menyampaikan pesan. Buku mampu memuat beragam informasi dalam bentuk tulisan maupun visual.

Dengan tampilan yang menarik, buku ini dapat memberikan informasi dan membangkitkan rasa ketertarikan target audience untuk membaca dan memiliki buku tersebut. Dengan demikian produk-produk yang terbuat dari eceng gondok dapat dikenal dan dihargai banyak orang.

(34)

3.5.3. Strategi Kreatif

Agar buku ini dapat mencapai tujuannya yang antara lain mengenalkan dan mempromosikan kerajinan yang terbuat dari eceng gondok, maka perlu disusun strategi kreatifnya. Untuk menyususn strategi kreatif perlu mempertimbangkan target audience yang dituju.

Buku yang akan ditujukan untuk masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah keatas ini akan diterima jika dibuat dengan tampilan yang eksklusif.

Mengingat buku yang membahas tentang kerajinan eceng gondok ini sebelumnya sudah pernah ada dipasaran namun sayangnya kurang dirancang dengan tampilan visual yang menarik. Buku tersebut murni hanya bersifat informatif yang terkesan seperti buku teks pelatihan keterampilan.

Dengan bahasa yang lebih ringan buku yang dirancang ini diharapkan lebih mudah dicerna sehingga dapat mempromosikan kerajinan eceng gondok dengan efektif. Selain itu, dengan penggunaan bahasa yang ringan, buku ini juga dapat meng-enternain pembacanya, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima oleh pembacanya.

Isi yang ada dalam buku ini ditekankan pada keunikan kerajinan eceng gondok, aplikasi yang dihasilkan dari tanaman eceng gondok serta proses pengolahanya yang memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, mengingat tujuan utama dari buku ini adalah promosi, dalam buku tersebut terdapat keterangan dimana para pembaca dapat membeli kerajinan yang terbuat deri eceng gondok tersebut, berupa alamat dan nomer telepon yang dapat dihubungi serta peta lokasinya. Dengan kata lain buku yang dirancang dapat memiliki fungsi sebagai katalog. Buku yang dirancang tersebut memang tidak menampilkan hal-hal teknis yang terlampau mendetail, mengingat tujuan utama dari perancangan buku ini adalah untuk mempromosikan kerajinan eceng gondok, bukan sebagai media pelatihan keterampilan.

Dengan adanya buku dengan tampilan visual yang minimalis, eksklusif dan banyak bercerita melalui ilustrasi berupa foto, diharapkan buku tersebut dapat diterima oleh pembacanya. Selain itu, desain yang ekslusif diharapkan dapat mengangkat kerajinan eceng gondok lebih berkelas. Penataan layout, warna,

(35)

tipografi dan ilustrasi berupa foto tata produk dengan teknik yang benar dapat merealisasikan tampilan visual buku yang eksklusif dan lebih menarik.

Tidak hanya untuk konsumsi dalam negri, namun buku ini juga akan ditujukan kepada masyarakat mancanegara. Oleh sebab itu buku ini menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dengan demikian buku ini dapat dijadikan sebagai penunjang promosi kerajinan berbahan eceng gondok yang diekspor ke mancanegara, dan juga dapat difungsikan sebagai cinderamata.

3.6. Konsep Perancangan Buku dan Sejenisnya 3.6.1. Judul Rancangan Buku dan Sejenisnya 3.6.1.1. Water Hyacinth

3.6.1.2. Sub-Sub Judul Rancangan Buku dan Sejenisnya.

- Preface / kata pengantar - Introduction / Pendahuluan

- Carpet of water hyacinth / Hamparan Eceng Gondok - Harvest / Pemanenan

- Drier / Pengeringan - Wash / Pencucian

- Fumigation / Pengasapan - Coloring / Pewarnaan

- Whitening & Preservative / Pemutihan & Pengawetan - Weaving / Penganyaman

- Finishing / Penyelesaian Akhir - Product / Produk

- Information / Informasi - Index / Indeks

3.6.2. Tema Perancangan

Buku yang bertema pemanfaatan eceng gondok ini menceritakan tentang tumbuhan eceng gondok, dimana tumbuhan ini dianggap mengganggu kehidupan manusia, gulma perairan, dan sebagainya dapat diolah dengan keterampilan manusia menjadi barang yang bernilai jual tinggi, baik di dalam negeri maupun di

(36)

mancanegara. Buku ini juga menceritakan tentang apa itu tumbuhan eceng gondok, apa saja kerugian dan manfaat dari eceng gondok, bagaimana proses pemanfaatan eceng gondok dari tempat tumbuhnya, tahap pengambilan, penjemuran, pengumpulan, penyimpanan dan pengasapan, penganyaman, tahap penyelesaian akhir, sampai menjadi barang jadi.

3.6.3. Maksud Dan Tujuan

Dengan media buku ini diharapkan mampu memperkenalkan atau mempromosikan produk-produk kerajinan yang terbuat dari bahan eceng gondok sekaligus mengangkat citra kerajinan tersebut yang sebelumnya masih kurang dikenal.

3.6.5. Ukuran dan Jumlah Halaman

Buku ini memiliki ukuran 20 sentimeter x 23,5 sentimeter. Buku dibuat dengan ukuran tersebut dengan alasan tertentu. Antara lain: agar buku mudah di pegang saat membacanya, buku mudah dibawa, serta disesuaikan dengan pengaturan kertas pada saat pencetakan.

Sedangkan jumlah halaman dari keseluruhan buku ini adalah 139 halaman (termasuk cover dalam).

3.6.7. Gaya Desain

Tampilan visual buku ini dibuat dengan mengacu gaya new-simplicity. Hal ini ditujukan agar informasi yang disampaikan tidak terganggu oleh tampilan yang tidak beraturan. Selain itu, dengan gaya new-simplicity dapat menampilkan desain yang ekslusif diharapkan dapat mengangkat kerajinan eceng gondok lebih berkelas, dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara.

3.6.8. Jenis Layout

Layout tiap-tiap halaman dalam buku ini dibuat bervariasi namun tetap mengacu pada grid. Dengan tampilan yang bervariasi akan menampilkan irama halaman demi halamannya. Hal ini bertujuan agar dalam kesatuan buku, data

(37)

membacanya dari halaman ke halaman berikutnya terasa irama yang tidak menjemukan.

3.6.9. Tipografi

Jenis tipografi yang dipakai dalam buku ini adalah Opulent. Jenis font sanserif ini dipilih dengan beberapa alasan. Dengan font yang sederhana dan tidak terlalu banyak hiasan akan memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami isi buku. Walaupun sederhana, font ini memiliki karakter yang dinamis dan tidak kaku karena variasi tebal tipisnya stroke tiap hurufnya, sesuai dengan layout buku ini yang berirama. Selain itu kesan eksklusif tetap dapat ditampilkan.

Contoh:

!"#$%

3.6.10. Teknik Ilustrasi

Teknik ilustrasi yang ditampilkan sebagian besar menggunakan ilustrasi dengan teknik fotografi. Pemilihan teknik fotografi memiliki tujuan agar buku yang menceritakan fakta dari proses pembuatan kerajinan dari eceng gondok ini dapat tersaji dengan jelas, dan dapat menyampaikan informasi dengan jelas pula.

Selain itu keindahan dari tiap-tiap proses dan produk lebih dapat dieksploitasi.

Berbeda dengan teknik ilustasi berupa gambar tangan yang tidak dapat menampilkan gambaran keadaan yang seutuhnya.

3.6.11. Teknik Cetak

Buku ini dicetak dengan teknik cetak offset. Dengan teknik cetak offset, gambar berupa foto yang full colour dapat dicetak dengan kualitas baik. Karena empat kali naik cetak, tiap-tiap warna dapat menyatu dengan baik sehingga dapat sesuai dengan tampilan gambar aslinya.

3.6.12. Kemasan Akhir Buku

(38)

Kemasan akhir buku berupa jaket buku, hal ini dibuat dengan sedemikian rupa sehingga buku tersebut kemasan akhir buku akan menjaga buku ini tetap terawat dan mudah disimpan. Selain itu agar buku tersebut terlihat lebih menarik, sehingga cocok jika dijadikan sebagai souvenir/ cinderamata dari Indonesia.

3.6.13. Penerbit

Penerbit dari buku ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur cocok menjadi penerbit buku ini, hal ini dikarenakan adanya bimbingan dan perhatian yang dilakukan oleh penerbit kepada pengrajin-pengrajin di Surabaya dalam berbagai hal, misalnya dari segi modal, pembinaan, promosi produk dan sebagainya, khususnya perhatian kepada pengrajin eceng gondok yang ada di Surabaya.

3.7. Konsep Marketing 3.7.1. Product

Buku yang dibuat bertema pemanfaatan tumbuhan eceng gondok menjadi berbagai kerajinan. Buku ini bercerita tahap demi tahap pembutan kerajinan, berawal dari eceng gondok liar yang mengganggu, pemanenan eceng gondok yang sudah cukup umur untuk dijadikan kerajinan, proses penjemuran yang memakan waktu beberapa hari, pencucian eceng gondok, pengasapan eceng gondok, pengawetan, pemutihan dan pewarnaan eceng gondok, penganyaman eceng gondok, sampai finishing yang dilakukan untuk memperindah kerajinan ini.

Karena buku ini berfungsi untuk mempromosikan kerajinan eceng gondok, tentunya produk kerajinan dari eceng gondok juga ditampilkan dalam buku ini.

Selain itu, juga terdapat informasi tempat penjualan kerajinan eceng gondok disertai nomer telepon yang bisa dihubungi. Buku ini juga dilengkapi dengan peta agar informasi tersebut dapat lebih dipahami serta mudah diingat oleh pembaca.

Dengan tampilan foto-foto yang menarik, dapat memberi nilai tambah bagi buku ini, mengingat foto-foto yang ditampilkan tergolong pemandangan yang jarang dilihat oleh masyarakat.

Seluruh informasi dan gambar yang ada dipadukan dalam penataan layout yang variatif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga dapat

(39)

menampilkan tampilan buku yang eksklusif. Dengan demikian tujuan untuk dapat mengangkat kerajinan eceng gondok dapat terealisasi dengan baik.

3.7.2. Place

Untuk tahap awal buku ini akan dipasarkan di Surabaya, tapi tidak menutup kemungkinan di kemudian hari dapat meluas ke kota-kota besar lainnya di Indonesia. Buku ini dapat dijual di toko-toko buku besar di Indonesia, misalnya Gramedia, Gunung Agung, Kharisma dan Peripus ; toko-toko kerajinan/ souvenir khususnya yang menjual kerajinan dari eceng gondok ; tempat-tempat wisata agar dapat dijangkau oleh para wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

Buku ini juga akan ditempatkan secara khusus dengan display yang menarik. Buku ini akan ditempatkan secara tersendiri (tidak di campur dengan buku-buku lain) dalam nuansa khusus eceng gondok. Buku tersebut dapat ditempatkan di sebuah meja dan kursi yang terbuat dari eceng gondok, dilengkapi dengan penataan lampu sorot yang dapat menonjolkan buku tersebut.

3.7.3. Price Biaya cetak buku:

Kertas art paper 120 gr Harga per halaman : Rp.300 Jumlah halaman : 137 halaman

Jadi harga cetak per buku, 137 X Rp.300 = Rp.41100

(40)

Tabel 3.2. Tabel Price

Nama Media Jumlah Harga Per Eksemplar Harga Total Isi Buku

Cover Hard Cover Laminasi Doff

2000bh

Rp. 22.000 Rp. 3.500 Rp. 3.000 Rp. 420

Rp.62.040.000 Rp. 7.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 840.000 Total biaya buku Rp. 75.880.000 Pembatas Buku 5000bh Rp. 300 Rp.1.500.000

Post card 3000bh Rp. 500 Rp. 1.500.000

Calendar 1000bh Rp. 2000 Rp.2.000.000

Hand Bag 2500bh Rp. 1.250 Rp.3.125.000

Souvenir 1000bh Rp. 2.000 Rp.2.000.000

Poster 100bh Rp. 2.254 Rp. 225.400

Banner X 50 bh Rp. 80.000 Rp. 4.000.000

Voucher book 150bh Rp. 3.000 Rp. 450.000 Iklan Koran 1kali Rp. 57.000.000 Rp.57.000.000 Iklan majalah 2kali Rp. 5.300.000 Rp. 10.600.000 Website - Rp. 2.200.000 Rp. 2.200.000

POP 50bh Rp. 3.000.000 Rp. 150.000.000

Total biaya : Rp. 234.600.400

Biaya kreatif yang dikenakan sebesar 15 % dari biaya produksi. Buku ini akan dijual dipasaran dengan harga antara Rp 200.000,- sampai dengan Rp.

250.000 per bukunya.

3.7.4. Promotion

Untuk mempromosikan buku ini diperlukan beberapa media pendukung.

Misalnya poster, banner, katalog buku, berbagai souvenir contohnya pembatas buku, postcard. Poster dan banner berfungsi sebagai media yang dapat menarik

(41)

perhatian dan mengarahkan target audience pada lokasi buku, hal ini didukung fleksibilitas poster dan banner untuk diletakkan di beberapa tempat. Sedangkan souvenir berupa pembatas buku dan postcard merupakan benda fungional sehingga dapat mengingatkan tentang buku yang bersangkutan.

Juga akan diberikan kupon diskon untuk 50 pembeli pertama. kupon ini dapat dipergunakan untuk belanja di beberapa toko kerajinan eceng gondok yang telah disebutkan dalam buku tersebut. Display yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat dijadikan media promosi yang efektif. Dengan display produk yang menarik serta penempatan secara khusus, buku ini akan menjadi pusat perhatian pengunjung.

Gambar

Gambar 3.1. Unsur Garis.
Gambar 3.2.Unsur Value.
Gambar 3.4. Unsur Tekstur  Sumber : Selayang Desain (hal 9).
Gambar 3.5. Unsur Warna.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini juga dapat menjadi solusi bagi desainer yang selama ini tidak tahu dan kesulitan dalam mencari pengetahuan berkaitan dengan cara aplikasi Feng Shui pada logo,

Iklan koran menggunakan konsep masyarakat yang sedang membutuhkan penghilang kejenuhan terhadap pekerjaan atau hal lainnya dan masyarakat ditawarkan dengan sebuah hiburan

Dengan adanya buku grafis sebagai tujuan akhir yang diharapkan dapat menjangkau target audience, tentu saja ada beberapa tahapan agar target audience tahu bahwa sudah beredar

Tema perancangan buku ini adalah catatan kisah hidup Solomon Tong yang mendedikasikan hidupnya untuk musik klasik, beserta latar belakang, proses dan hasil kerjanya

Ditinjau dari aspek behavioral, perancangan buku ini ditujukan kepada masyarakat luas dalam mencari alternatif tempat atau objek tempat ibadah/wisata yang belum

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang buku dan media promosi tentang kesenian tari tradisioanl khas Kabupaten Lumajang dengan menunjukkan karakter,

Kalyana Laksana yang dihasilkan memiliki tampilan yang hampir mirip dengan kemasan minyak kayu putih lainnya.. Dengan tampilan kemasan yang hampir sama, keistimewaan

Board game dapat menjadi media pembelajaran yang menarik, karena ia mampu memfasilitasi pembelajaran dengan tampilan visual yang menarik, mempunyai banyak elemen dalam