36 3.1. Konsep Perancangan Media
3.1.1. Tujuan Media
Dalam perancangan ini buku grafis merupakan media utama perancangan.
Alasan pemilihan media ini karena buku merupakan media yang long lasting atau sepanjang masa, tidak seperti media massa yang berumur pendek. Buku memiliki kemampuan untuk membuka suatu wacana pikir baru, pemahaman baru mengenai apa yang dipaparkan di dalammya. Selain itu buku dari dulu juga dikenal sebagai sumber informasi dan pengetahuan. Melalui perancangan ini diharapkan dapat membuat masyarakat menjadi tahu dan mencintai produk budaya sendiri.
3.1.2 Panduan Media
Untuk menunjang perancangan buku grafis Surabaya Berkisah, maka diancanglah beberapa media pendukungnya antara lain:
• Post card (kartu pos)
Post card (kartu pos) merupakan salah satu media promosi below-the-line yang dapat menarik perhatian target market dan dibuat untuk mendukung promosi dari peluncuran ini buku grafis Surabaya Berkisah. Pada kartu pos dapat dimasukkan elemen informasi singkat tentang salah satu isi buku yang juga dapat berfungsi sebagai teaser untuk menarik perhatian target audience.
• Poster
Ditinjau dari fungsinya, terdapat dua jenis poster, yaitu outdoor poster dan indoor poster. Indoor poster biasanya dimanfaatkan sebagai elemen estetik sebuah ruang, dan memiliki audience terbatas. Poster ini biasanya ada di ruang pajang, di dinding dekorasi, pintu-pintu serta jendela-jendela toko buku untuk mengumumkan atau memberi informasi mengenai buku baru pada toko tersebut. Oleh karena itu poster ini berfungsi sebagai informasi mengenai buku novel grafis Surabaya Berkisah. Tujuan dari poster ini adalah untuk menarik minat pembaca terhadap buku ini.
• X-banner
X-banner merupakan poster besar dengan format vertikal yang dapat berdiri sendiri dengan rangka X. X-banner ini merupakan media pendukung yang cukup efektif karena ukurannya yang besar sehingga menjadi eye-cathcing bagi orang-orang yang kebetulan melintas. Tujuan dari pemasangan X-banner ini adalah untuk menarik perhatian para pemabaca mengenai buku ini.
• Pembatas Buku
Pembatas buku ini merupakan lembaran kertas bergambar yang memiliki fungsi sebagai pembatas dalam membaca buku. Pembatas buku ini digunakan sebagai bonus untuk menarik perhatian para konsumen.
3.1.3 Strategi Media
Strategi media adalah pemecahan dari sasaran-sasaran media. Pernyataan- pernyataan mengenai strategi menggambarkan dengan rinci arah tindakan yang akan diambil. Dalam upaya mencapai visi ini maka diperlukan beberapa misi yang konkret dan akurat dalam strategi media, yang dibutuhkan agar tujuan media tersebut dapat terpenuhi secara maksimal.
Tentu saja diperlukan adanya strategi media dimaksudkan agar dapat menjangkau segala sesuatu yang berhubungan dengan target audience baik itu dari segi demografis, geografis, psikografis, maupun behaviouristisnya. Dengan adanya buku grafis sebagai tujuan akhir yang diharapkan dapat menjangkau target audience, tentu saja ada beberapa tahapan agar target audience tahu bahwa sudah beredar sebuah buku grafis yang mengangkat kisah-kisah legenda dari Surabaya, yaitu dengan memasang poster-poster dan x-banner pada tempat-tepat yang strategis seperti di toko-toko buku, juga dengan berusaha menarik minat para calon konsumen melalui media-media pendukung seperti kartu pos, pembatas buku, dll.
3.1.4. Program Media
Program media adalah pengaturan jadwal media yang digunakan untuk memasarkan buku grafis Surabaya Berkisah berdasarkan fungsi dan kemampuan daya jangkau masing-masing media, waktu edar atau waktu tayang, serta ukuran (space atau durasi).
− Post card (kartu pos)
Post card ini dibagikan gratis sebagai media promosi peluncuran buku grafis Surabaya Berkisah.
− Poster
Poster ditempel di toko-toko buku yang menjual buku grafis Surabaya Berkisah. Selain itu poster juga dikirimkan ke beberapa instansi terkait.
Poster ini ditempel selama tiga bulan pertama masa promosi.
− X-banner
X-banner ini dipasang di toko-toko buku yang menjual buku grafis Surabaya Berkisah. X-banner ini dipasang selama satu bulan pertama masa promosi.
− Pembatas Buku
Pembatas buku dan pin ini diberikan sebagai bonus pada setiap pembelian buku grafis Surabaya Berkisah dan terletak di dalam setiap kemasan buku.
3.2. Konsep Kreatif 3.2.1. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran atau target audience perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum membuat sebuah buku. Hal ini diperlukan agar tujuan dari perancangan buku ini dapat tercapai. Berikut ini akan dijelaskan karakter sasaran dari segi demografis, psikografis, behavioral dan geografis.
a. Geografis
Secara geografis, target audience adalah masyarakat yang umumnya tinggal di kota Surabaya.
b. Demografis
Target audience secara demografis adalah:
Jenis kelamin : Pria dan Wanita
Usia : 17 tahun ke atas hingga dewasa Pendidikan : minimal Sekolah Menengah Atas Strata Ekonomi sosial : menengah dan menengah atas
Target audience dari buku ini adalah para pria dan wanita yang berusia 17 tahun ke atas, mengingat sudah terbentuk dan matangnya faktor psikologis dan juga pola berpikir untuk dapat menyerap semua kisah dan informasi dalam buku ini dengan baik.
Buku ini diharapkan dapat dijangkau oleh golongan ekonomi masyarakat dari tingkat menengah sampai tingkat atas dalam sarana untuk memperkenalkan dan mempertahankan salah satu produk budaya ini agar dapat tetap hidup dalam tengah-tengah masyarakat.
c. Behavioral
Ditinjau dari behavioral, buku ini ditujukan kepada semua orang, terutama kepada orang-orang yang mempunyai kepedulian maupun ketertarikan akan kisah-kisah cerita rakyat, serta nantinya diharapkan dapat menjangkau orang-orang yang sudah akrab dengan kehidupan metropolitan sehingga hampir tidak mengenal kisah-kisah legenda dari kotanya sendiri, bersama dengan aspek-aspek dan informasi yang terkait di dalamnya. Selain itu buku ini dapat menjadi wacana yang baru bagi para penyuka kisah-kisah cerita rakyat, maupun orang-orang yang sedang mencari kisah –kisah cerita rakyat dari Surabaya.
d. Psikografis
Ditinjau dari psikografis, target audience buku ini adalah terutama mereka yang peduli dan ingin tahu pada kebudayaannya sendiri Selain itu, para pembaca dari buku ini adalah masyarakat dengan lapisan sosial yang memiliki tingkat intelektual minimal setara dengan yang pernah mengenyam bangku pendidikan dan punya kemampuan baca tulis. Juga
pada lapisan masyarakat yang aktif, kreatif, imajinatif, memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar dan suka berinteraksi dengan hal-hal yang baru.
3.2.2. Tujuan Kreatif
Tujuan kreatif dari perancangan buku grafis mengenai kisah legenda dari Surabaya adalah untuk mempertahankan dan memperkenalkan kisah-kisah legenda tersebut, mengingat betapa telah hampir dilupakannya kisah-kisah legenda dari Surabaya ini. Juga untuk mengangkat kisah legenda dan konten- konten yang ada di dalamnya ini kepada segmen remaja dan dewasa, dimana biasanya kisah-kisah seperti ini hanya ditujukan kepada anak-anak.
3.2.3. Strategi Kreatif
Berbagai usaha kreatif digunakan agar perancangan ini tidak sia-sia dan dapat mencapai tujuannya. Strategi kreatif tersebut meliputi:
• Data visual berupa ilustrasi dan fotografi digunakan sebagai elemen utama dalam perancangan buku grafis ini. Diharapkan elemen-elemen tersebut dapat memberi gambaran dan informasi untuk memperjelas pesan-pesan yang akan disampaikan. Di lain pihak unsur estetika dari kedua elemen di atas juga diolah agar dapat memperindah buku dan juga membuat buku ini tidak membosankan dan mudah dinikmati.
• Dalam menuturkan cerita gaya bahasa yang digunakan adalah campuran dari narasif dan deskriptif yang diambil dari sudut pandang orang ke tiga (author omniscent), sehingga diharapkan dapat memperjelas isi yang ada dalam buku.
• Penyusunan layout yang dirancang secara padat dan terstruktur, sehingga mudah dibaca, bahkan bagi orang yang jarang membaca buku. Juga karena ditujukan untuk golongan usia remaja dan dewasa, maka layout disusun secara simetris dan umum sehingga cocok bagi target audience yang tergolong luas.
3.2.4. Biaya Produksi
Buku, postcard dan pembatas buku
Kertas : (3 x 550 x @Rp. 7.000,-) + (300 x 13000)
= Rp. 15.450.000,-
Cetak : (6 x 2 x 500.000) + (1 x 500.000)
= Rp. 6.500.000,-
Film : (20 x 25 x 69 x 70) + (6 x 16 x 5 x 70) + (18 x 13 x 70)
=Rp. 2.464.980,-
Jilid : 500 x 2.000 = Rp. 1.000.000,-
TOTAL : Rp. 25.414.980,-
Biaya produksi per buku : Rp. 25.414.980,- : 500 buah
= Rp. 50.829,- per buku
3.2.5. Biaya Kreatif
Biaya desain : 15% x Rp. 25.414.980,- = Rp. 3.812.247,- Biaya produksi : Rp. 25.414.980,-
Total biaya kreatif : Rp. 29.227.227,- Biaya kreatif per buku: @Rp. 58.455,-
3.3. Konsep Perancangan Buku 3.3.1. Judul Rancangan Buku
3.3.1.1.Judul Utama Rancangan Buku
Judul perancangan buku grafis ini adalah Surabaya Berkisah.
3.3.1.2.Sub Judul Rancangan Buku
Buku grafis ini dibagi menjadi lima kisah legenda dari Surabaya yang disusun secara terpisah melalui bab demi bab.
1. Sura dan Buaya 2. Ketintang 3. Joko Dolog 4. Sawunggaling 5. Mbah Brondong
3.3.1.3.Latar Belakang Pemilihan Sub Judul
Berdasarkan survei di lapangan, didapat sebuah fakta bahwa hampir seluruh kisah-kisah legenda dari Surabaya terancam dilupakan. Maka berdasarkan kesimpulan tersebut, seluruh kisah yang berasal dari Surabaya pada dasarnya memenuhi persyaratan untuk diangkat. Namun, berhubung masa waktu perancangan yang singkat, maka dibatasi hanya menjadi lima judul.
Judul-judul yang diangkat dipilih berdasarkan kualitas kemampuan cerita untuk dapat mewakili dan menggambarkan kota Surabaya. Kisah Sura dan Buaya merupakan salah satu cerita yang paling penting dari Surabaya, sementara Sawunggaling sendiri merupakan salah satu tokoh yang paling melegenda di Surabaya, meski banyak kalangan masyarakat yang tidak tahu kisah lengkapnya.
Mbah Brondong yang merupakan leluhur dari para adipati-adipati yang nantinya akan memimpin Surabaya juga merupakan tokoh vital untuk diangkat, juga kisah Joko Dolog yang lokasi arcanya merupakan salah satu yang paling terawat dan sering dikunjungi saat ini. Kisah Ketintang diangkat karena mewakili daerah Ketintang yang merupakan salah satu daerah di Surabaya.
3.3.2. Sinopsis
Sinopsis buku ini dibagi menjadi lima kisah yang merupakan lima kisah legenda dari Surabaya yang diangkat dalam buku grafis Surabaya Berkisah.
1. Sura dan Buaya
Kisah tentang Raden Wijaya yang terusir dari Singosari dan mendirikan Majapahit. Saat tentara tartar menyerang kerajaan Singosari yang saat itu dipimpin oleh raja Kediri, tentara pmpinan Raden Wijaya berhasil mengusir tentara tartar dari pulau Jawa melalui pertempuran di Ujung Galuh. Setelah mendirikan kerajaan Majapahit, Raden Wijaya mengangkat Jayengrono sebagai adipati Ujung Galuh.
Namun, lama kelamaan kekuasaan Jayengrono semakin besar dan mengancam kedaulatan Majapahit. Maka diutuslah Sawunggaling untuk membunuh Adipati Jayengrono. Keduanya pun bertarung sengit, Sawunggaling menjelma menjadi ikan sura jadi-jadian, sedangkan Adipati Jayengrono menjelma menjadi sosok buaya jadi-jadian.
Pertarungan keduanya berlangsung selama tujuh hari hingga keduanya mati karena kehabisan tenaga. Untuk menghormati keduanya, Raden Wijaya pun mengubah nama Ujung Galuh menjadi Surabaya.
2. Ketintang
Kisah tentang seorang sakti yang bernama Ki Wijil yang membuka sebuah hutan angker di tepi kali Brantas, setelah seorang diri bersusah payah membuka hutan angker sekaligus mengusir para penunggunya, Ki Wijil membuka area tersebut menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Bersama penduduk baru lainnya, Ki Wijil memutuskan untuk menetap di sana dan bertani. Ki Wijil yang merupakan keturunan dari Empu Gandring menggunakan alat-alat dari logam untuk mengelola pertaniannya. Akibatnya hasil panennya jauh lebih melimpah daripada tetangga-tetangganya. Lalu, Ki Wijil pun memutuskan untuk bekerja sabagai pandai besi demi mencukupi keperluan bertani para tetangganya. Dari situ, banyak orang yang datang untuk berguru padanya, dan Ki Wijil pun menjadi sosok yang melegenda di Ketintang. Bahkan, sampai saat ini Ketintang dikenal sebagai daerah pusat pertanian dan pandai besi, konon nama Ketintang sendiri konon berasal dari bunyi-bunyian dari para pandai besi yang sedang bekerja.
3. Joko Dolog
Kisah ini bercerita tentang cinta segitiga antara Joko Taruno dan Raden Situbondo kepada Dewi Purbowati. Dewi Purbowati yang pada dasarnya mencintai Joko Taruno, mengadakan sayembara pada Raden Situbondo. Dalam, sayembara tersebut Raden Situbondo ditanang untuk membuka hutan Surabaya bagian selatan yang terkenal angker Dari kegiatan inilah, konon nama-nama kampung di Surabaya berasal.
Joko Taruno yang berusaha menggagalkan Raden Siubondo pun menantang Raden Situbondo bertarung, tetapi Joko Taruno kalah dan ditolong oleh seorang pemuda desa yang bernama Joko Jumput. Lalu Joko Taruno membuat kesepakatan dengan Joko Jumput apabila ia dapat mengalahkan Raden Situbondo, maka Joko Taruno akan
memberi kekuasaan dari setengah wilayah Surabaya untuk dipimpin oleh Joko Jumput. Joko Jumput akhirnya menang dari Raden Situbondo, tetapi Joko Taruno mengklaim bahwa dialah yang mengalahkan Raden Situbondo dan melanggar perjanjian yang dibuatnya sendiri. Lalu, mereka berdua diadu untuk mengetahui siapa yang jujur. Akhirnya Joko Taruno pun kalah dan dikutuk menjadi batu yang sekarang dikenal dengan nama arca Joko Dolog.
4. Sawunggaling
Sawunggaling adalah seorang anak yang bernama asli Joko Berek. Ia sebenarnya adalah anak dari Adipati Jayengrono, penguasa Surabaya.
Ketika beranjak remaja, ia mendapatan julukan Sawunggaling karena ia memiliki ayam jago yang tak pernah kalah dalam sabung ayam.
Demi diakui oleh ayahnya, Sawunggaling lalu mengikuti sayembara memanah umbul-umbul, dimana barangsiapa yang bisa memenangkan sayembara tersebut akan diangkat menjadi adipati Surabaya oleh pihak Belanda yang kala itu sedang menjajah Surabaya. Lalu, Sawunggaling berhasil memenangkan sayembara tersebut dan menjadi Adipati Surabaya. Akhirnya, ia melalui kepemimpinannya, ia dikenal sebagai Adipati yang berhasil memukul mundur Belanda dari tanah Jawa.
5. Mbah Brondong
Kisah tentang seorang pemuda yang sering melakukan pertapaan, dia adalah Pangeran Lanang Dangiran. Pada umur yang ke delapan belas tahun, Pangeran Lanang Dangiran melakukan pertapaan di tengah lautan, namun ia tenggelam diterpa badai dan hanyut di daerah Sedayu, Lamongan. Saat ditemukan oleh Kyai Kendil Wesi, sekujur tubuh Pangeran Lanang Dangiran ditempeli oleh kerang. Dari kejadian itu ia kemudian dijuluki Kyai Ageng Brondong. Beberapa tahun kemudian, saat sedang menyebarluaskan agama Islam di daerah Cirebon, Kyai Ageng Brondong mendatangi sayembara yang diadakan Dewi Sekararum. Akhirnya Kyai Ageng Brondong memenangkan sayembara tersebut dan menikahi Dewi Sekararum lalu mereka menetap di
Surabaya. Sampai saat ini, makam Kyai Ageng Brondong masih ada dan dikenal dengan nama Pesarean Islam Sentono Agung Boto Putih.
3.3.3. Tema Rancangan
Tema rancangan yang diangkat merupakan kisah-kisah legenda yang ada di Surabaya, beserta hubungannya dengan kota Surabaya sekarang ini maupun hubungannya dengan sejarah-sejarah yang ada di Surabaya.
3.3.4. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari perancangan buku ini adalah untuk mempertahankan kisah-kisah legenda dari Surabaya ini, mengingat dari hasil penelitian lapangan, bahwa kisah ini telah hampir dilupakan oleh kebanyakan orang yang bahkan lahir dan tinggal di Surabaya, serta banyaknya kesimpang- siuran mengingat kisah legenda dari dulu disampaikan lewat tradisi oral, juga memperkenalkan pada generasi muda yang saat ini pada umumnya kurang tertarik oleh kisah-kisah lokal ini. Selain itu, dengan menambahkan konten-konten berupa informasi dibalik kisah tersebut dan hubungannya dengan sejarah maupun fakta yang ada, diharapkan dapat menarik minat pembaca remaja dan dewasa, mengingat biasanya kisah-kisah cerita rakyat hanya dirancang secara sederhana dan ditujukan untuk anak-anak.
3.3.5. Bentuk Penyajian dan Variasi Tampilan
Penyajian akhir buku menggunakan soft cover, dengan menggunakan gaya desain ekspresionisme, kolase (scraptbook) serta menggunakan elemen- elemen yang dapat memperkuat kesan heritage dan kuno, sebagai cerminan keseluruhan layout yang ada dalam buku.
3.3.6. Ukuran dan Jumlah Halaman Ukuran buku : 18 x 23 cm Jumlah halaman : 58 halaman
Penggunaan ukuran tersebut agar buku dapat enak dibawa. Selain itu diharapkan dengan tampilan yang disuguhkan maka dapat menarik minat audience untuk membeli.
3.4. Konsep Visualisasi Keseluruhan 3.4.1. Gaya Desain
Dalam perancangan buku esai bergambar digunakan gaya desain yang mengacu pada dadaisme untuk ilustrasi, ditambah teknik kolase atau scraptbook pada elemen grafis dan foto, serta banyak menggunakan elemen-elemen yang memiliki nuansa kotor atau lusuh agar memperkuat kesan heritage dan old-nya, sesuai dengan kisah yang diangkat yang berasal dari jaman dulu. Namun, elemen- elemen penguat tampilan di atas, haruslah tidak mengganggu susunan teks yang merupakan isi utama dari buku ini.
3.4.2. Tipografi
Font yang digunakan pada umumnya adalah Garamond yang memiliki karakter elegan, serta cukup mudah dibaca, mengingat elemen desain yang sudah cukup ramai. Selain itu juga digunakan penulisan dengan aksara Jawa untuk memperkuat kesan budaya Jawa dalam buku.
3.5. Konsep Pemasaran
Untuk dapat mencapai tujuan pemasaran dari buku grafis Surabaya Berkisah, maka beberapa strategi diterapkan melalui konsep dasar 4P yang dikembangkan oleh Philip Kotler, yaitu Product , Place, Price, Promotion.
3.5.1. Product
Agar perancangan komunikasi visual ini sampai tepat ke target adiernce- nya dalam perancangan buku grafis Surabaya Berkisah ini dikonsep dengan menggunakan elemen grafis yang berkarakter kuat dan menarik, serta penataan layout yang legible, sehingga tetap mudah dibaca sembari menikmati permainan grafisnya. Diharapkan penggunaan elemen-elemen penunjang, seperti ilustrasi maupun foto, dapat memperkuat nuansa kuno
dan budayanya, sehingga pembaca dapat semakin merasakan atmosfer yang diusung oleh buku ini.
3.5.2. Place
Perancangan komunikasi visual ini didistribusikan di kota Surabaya pada khususnya dan kota-kota besar lainnya, melalui toko buku serta melalui tempat-tempat budaya yang bersangkutan.
3.5.3. Price
Harga dari buku Surabaya Berkisah disesuaikan dengan target audience yang ingin dituju , yaitu menengah umum dan menengah ke atas. Maka harganya Rp. 120.000,-
3.5.4. Promotion
Promosi juga digunakan agar perancangan komunikasi visual ini juga sampai tepat ke target audience-nya yaitu dengan menggunakan media pendukung seperti poster, pembatas buku, x-banner, dan postcard.