• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP DESAIN. 59 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP DESAIN. 59 Universitas Kristen Petra"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

59 Universitas Kristen Petra

3. KONSEP DESAIN

3.1. Konsep Kreatif Perancangan Novel Grafis 3.1.1. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran novel ini adalah usia kurang lebih 20-25 tahun, dimana target audience yang tinggal di daerah perkotaan, orang-orang yang suka membaca novel dan komik serta karya-karya sastra.

3.1.2. Tujuan Kreatif

Tujuan kreatif adalah pemecahan dari sasaran media. Pertanyaan- pertanyaan mengenai strategi menggambarkan dengan rinci arah tindakan yang akan diambil. Dalam upaya mencapai visi ini maka diperlukan beberapa misi yang konkret dan akurat dalam strategi media, yang dibutuhkan agar tujuan media tersebut dapat terpenuhi secara maksimal.

Tentu saja diperlukan adanya strategi media yang dimaksudkan agar dapat menjangkau segala sesuatu yang berhubungan dengan target audience baik itu dari segi demografis, geografis, psikografis, maupun behaviouristis-nya. Dengan adanya buku novel grafis sebagai tujuan akhir yang diharapkan dapat menjangkau target audience, tentu saja ada beberapa tahapan agar target audience tahu bahwa sudah beredar sebuah buku novel grafis "Jurnal", dengan pengadaan media penunjang berupa x-banner dan poster.

Novel Grafis ini dibuat berwarna pada kover dan sebagian berwarna pada is halaman, dengan teknik paneling yang tidak konvensional seperti terdapat pada komik umumnya. Novel grafis ini juga bertujuan mendukung perkembangan komik/novel grafis di Indonesia, terutama juga mengangkat tema lokal yang unik dalam ceritanya.

3.1.3. Strategi Kreatif

Di dalam strategi kreatif adalah pengaturan tempat media serta teknik yang digunakan untuk memasarkan buku novel grafis "Jurnal" berdasarkan fungsi dan kemampuan daya jangkau masing-masing media, waktu edar, serta ukuran.

(2)

60 Universitas Kristen Petra

- X-banner

X-banner ini dipasang di toko-toko buku yang menjual novel grafis "Jurnal", dipasang selama satu bulan masa promosi. Toko-toko buku itu adalah toko buku C2O, Rumah Buku dan toko buku Uranus. X-banner ini akan dicetak sebanyak 60 buah berukuran 60 x 160 cm.

- Pembatas buku

Pembatas buku terdapat didalam setiap buku, berukuran 5 x 24 cm, dicetak sebanyak 1000 buah.

- Kartu Pos

Kartu pos terdapat didalam setiap buku, dicetak sebanyak 1000 buah.

- Kaos

Kaos diproduksi sebagai media merchandise pada saat peluncuran buku novel grafis, dicetak sebanyak 4 lusin atau sekitar 50 buah, dijual seharga Rp 75.000. Untuk 20 pembeli pertama akan mendapatkan secara gratis satu kaos.

- Pin

Pin diproduksi sebagai media merchandsise bonus pada setiap buku novel grafis, dicetak 1000 buah.

- Poster Promosi Launching Buku

Poster yang menginformasikan terbitnya buku novel grafis "Jurnal" dicetak offset sebanyak 500 lembar ditempelkan di seluruh toko buku yang menjual novel grafis "Jurnal"

- Poster Karya

Poster yang bergambar lima karya berukuran A3 dari gambar buku novel grafis "Jurnal", dicetak menggunakan teknik sablon separasi berjumlah sebanyak 100 lembar dan dijual seharga Rp 10.000,-

- Mainan

Mainan miniatur dari karakter "Ipang" yang terbuat dari bahan fiberglass diproduksi sebanyak 20 buah sebagai media merchandise dan collectible toys, dijual seharga Rp 200.000,- per-item.

Buku novel grafis "Jurnal" ini akan dicetak sebanyak 1000 eksemplar dengan harga jual Rp 47.000,- per eksemplar dan akan diluncurkan mulai akhir bulan

(3)

61 Universitas Kristen Petra

Maret 2012. Masa promosi buku ini berlangsung selama satu bulan sebelum launching buku. Pembatas buku dan kartu pos akan dikemas bersama dengan buku ini. X-banner dipasang selama satu bulan masa promosi.

3.2. Konsep Rancangan Novel Grafis 3.2.1. Judul Rancangan Novel Grafis

Judul rancangan novel grafis ini adalah "Jurnal". Judul novel grafis ini diambil dari dunia jurnalistik dari cerita novel grafis ini. Konsep nama "Jurnal"

sendiri diambil karena novel grafis ini mengisahkan tentang kehidupan seorang wartawan yang menulis jurnal (catatan harian) untuk sebuah redaksi dimana ia bekerja.

3.2.2. Tema Cerita

Novel grafis ini bertemakan tentang kemiskinan dan kesenjangan sosial, dimana diharapkan dengan membaca novel grafis ini para pembaca dapat memperoleh informasi yang positif dari pengalaman hidup dari berbagai masalah yang dihadapi Ipang sebagai seorang wartawan dan juga penulis artikel ilmiah tentang perdebatan politik di Indonesia.

3.2.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya novel grafis ini ialah menghasilkan novel grafis yang menarik bagi target audience baik dari segi cerita maupun visualisasi dengan tetap tidak menghilangkan pesan moral, budaya, dan sosial yang terkandung didalamnya.

3.2.4. Bentuk Penyajian dan Variasi Tampilan

Bentuk penyajian novel grafis ini mengadaptasi cara penyampaian cerita novel dan digabung dengan penyampaian cerita bergambar dimana unsur visual seperti komik yang berpanel. Dengan menggabungkan kedua unsur tersebut diperoleh bentuk pemvisualan semi paneling dimana ada variasi antara gambar penuh dan gambar berurutan dengan panelnya. Menggunakan teknik ilustrasi blocking agar gambar terkesan tegas dan keras.

(4)

62 Universitas Kristen Petra

3.2.5. Jumlah Seri

"Jurnal" merupakan novel grafis lepas dan tidak berseri.

3.2.6. Ukuran dan Jumlah Halaman

Ukuran yang dipakai dalam novel grafis "Jurnal" adalah 23 x 24 cm.

Diperkirakan terdiri dari 84 halaman. Proses finishing-nya adalah soft cover, hal ini ditujukan agar dapat terjangkau oleh semua kalangan dalam segi finansial, juga melalui pertimbangan efektifitas produksi, disamping itu menggunakan soft cover dengan ukuran yang kecil dapat mempermudah pembaca daripada hard cover dalam segi kenyamanan.

3.2.7. Sinopsis

Melalui tokoh bernama Ipang seorang wartawan yang bekerja di sebuah redaksi yang menerbitkan surat kabar Fenomen. Yakni surat kabar yang khusus menyajikan berita-berita tentang fenomena perdebatan politik di Surabaya. Yang saat itu sedang menulis jurnal berisi sebuah profil seorang politikus bernama Wibowo. akrab dengan panggilan Cak Bowo. Cak Bowo sendiri, dulunya adalah seorang aktivis yang memiliki pemikiran realisme sosialis. Ipang dikenalkan Cak Bowo oleh teman wartawannya, Iman. Pada masa orde baru beliau acap kali membuat karya-karya tulis dan novel tentang fenomena kejanggalan pemerintahan orde baru.

Pada akhirnya karya-karya Cak Bowo ini dianggap memihak pada ekstrem kiri dan dituduh komunis karena tulisan-tulisannya yang membela kaum buruh dan petani. Cak Bowo dituduh sebagai komunis, serta beberapa karyanya tidak boleh edar, dibuang dan dibakar. Cak Bowo justru diancam penjara seumur hidup.

Cak Bowo tidak lagi boleh berkiprah di kancah politik di Indonesia. Yang pada akhirnya Cak Bowo hijrah ke Jerman untuk mengajar sebagai dosen.

Tahun demi tahun berlalu setelah gejolak reformasi yang terjadi, pada bulan Januari tahun 2006, Cak Bowo kembali ke Indonesia untuk berkiprah dalam kancah politik di Indonesia, yakni berkeinginan untuk membangun struktur ekonomi kerakyatan yang terfokus pada fondasi ekonomi dengan kekuatan gotong

(5)

63 Universitas Kristen Petra

royong bersama rakyat bawah (proletar). "The People Must know Their History"

(Rakyat musti tahu sejarahnya), kata-kata tersebut selalu dikatakannya di setiap kampanye Cak Bowo. Sepak terjangnya dan konsep politiknya memberikan ketertarikan didalam kehidupan sosial masyarakat yang sudah jengah dalam kondisi kemiskinan. Pemikirannya dianggap sebagai "wahana penyadaran bagi masyarakat" yakni untuk menimbulkan kesadaran untuk memperbaiki diri dengan konsep gotong royong yang ia miliki.

Namun seiring dengan sepak terjangnya tersebut, tidak selamanya konsep pemikiran itu dapat diterima oleh beberapa golongan "borjuis", karena masih ada petinggi-petinggi orde baru yang juga membentuk partai serta mencalonkan diri menjadi kepala daerah Jawa Timur. Maka hadirlah seorang mantan letkol di masa orde lama, Supriyadi, yakni ketua partai Pelita. Hingga terjadi pergolakan dan pengancaman untuk menjatuhkan politik Cak Bowo. Sementara itu, Iman teman wartawannya Ipang ditugaskan untuk meliput dan menulis beberapa otobiografi calon-calon kader yang salah satunya adalah Supriyadi. Pada saat itu Ipang masih belum mengetahui keburukan Partai Pelita yang dipimpin Supriyadi.

Ipang yang pada awalnya menulis tentang Jurnal otobiografi dan pergerakan Cak Bowo di surat kabar Fenomen, kini ikut terkena imbasnya.

Dikarenakan Supriyadi menganggap Ipang bersekongkol dengan Cak Bowo pada masa kampanye. Pada saat itu Supriyadi memaksa Ipang untuk untuk menggagalkan kampanye Cak Bowo dengan cara menulis kebohongan tentang Cak Bowo di surat kabar Fenomen. Ipang tetap bersikeras untuk bersikap jujur dan akhirnya dia menolak tawaran dari Supriyadi. Dan keputusan Ipang justru menjadi malapetaka malam itu. Sehingga Ipang diculik lalu tempat kos Ipang dibakar sampai ludes. Ipang-pun melarikan diri setelah kejadian itu. Ipang berharap Cak Bowo dapat membantu keadaan Ipang tersebut. Tapi, seketika itu juga, rumah kediaman Cak Bowo juga menjadi korban kejahatan politik Supriyadi.

Setelah kejadian tersebut, Ipang dan Cak Bowo memutuskan untuk berpisah dan menjalani kehidupan secara normal. Ipang mengundurkan diri dari surat kabar Fenomen. Cak Bowo memilih untuk pindah dan membeli rumah kecil di desa Pare. Satu tahun berlalu dan pada akhirnya Ipang benar-benar kehilangan

(6)

64 Universitas Kristen Petra

kontak dengan Cak Bowo. Ipang-pun juga pindah ke daerah Kediri dan melamar kerja di majalah Agrikultur, namun sebelumnya, Ipang sempat memberikan jurnal itu kepada Iman. Pada saat itu juga bulan Mei tahun 2008 adalah keputusan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur. Terpampang gambar wajah Supriyadi di berbagai media massa, surat kabar, dan elektronik. Memberitakan Supriyadi terpilih menjadi Walikota Surabaya.

Setelah dua tahun kepemimpinan Supriyadi berlangsung, keadaan semakin memburuk. Kesenjangan sosial dan kemiskinan seolah menjadi tontonan sehari- hari masyarakat kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena politik Supriyadi dan sistem kepemimpinannya yang tidak memihak pada kaum proletar. Kehidupan rakyat bawah semakin terasing di tengah perkembangan informasi, mereka juga tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Kriminalitas yang merajalela seakan sudah membudaya didalam masyarakat bawah. Mereka menjadi tamak karena kebutuhan yang mendesak.

Kepemimpinan Supriyadi terus berlangsung hingga tiga tahun lamanya.

Enam bulan kemudian, masyarakat mulai membuka mata dan mulai merasakan kejanggalan pemerintahan Supriyadi.

Demonstrasi dimana-mana. Masyarakat menyadari akan penyebab ketimpangan sosial akibat pemerintahan Supriyadi. Kemudian pada 12 Januari 2010, Iman yang membawa jurnal Ipang, merupakan bukti keburukan politik Supriyadi dan telah disebarkan di berbagai media massa. Supriyadi tertangkap atas tuduhan melakukan kasus suap dan korupsi serta melakukan tindakan kejahatan dan penjarahan, dan tuduhan itu benar terbukti dari beberapa surat kabar lokal yang memberitakan kasus tersebut.

Ipang yang berada di Kediri pada saat itu sedang berbincang dengan seorang petani bernama Pak Sudi untuk sebuah liputan agrikultur. Wawancara selesai dan Pak Sudi mengajak Ipang ke warung makan. Pak Sudi sedang membaca koran dan membacakan dengan keras bahwa ada berita tumbangnya pemerintahan Supriyadi. Ketika Ipang mendengar nama Supriyadi, Ipang langsung mengambil koran tersebut dan membaca kasus korupsi Supriyadi yang akhirnya terungkap. Ipang pun masih teringat perjuangan-perjuangan Cak Bowo ketika meliput di Surabaya. Seketika itu juga Pak Sudi mengatakan kepada Ipang,

(7)

65 Universitas Kristen Petra

bahwa ada Pak lurah di desa Pare ini yang sosoknya dikagumi oleh masyarakat sekitar sini. Ipang dan Pak Sudi menghampiri tempat Pak Lurah, yang ternyata Pak Lurah itu adalah sesosok figur yang tegas nan berwibawa, yang sudah dikenal oleh Ipang, yakni Cak Bowo. Mereka berdua akhirnya bertemu dan kaget. Ipang berlari ke arah Cak Bowo dan berjabat tangan erat dengan Cak Bowo, dengan rasa bangga Ipang merasa perjuangan ini tidak sia-sia, bahwa yang benar akhirnya yang menang. Ia tersenyum terharu. Mereka semua bangkit, bergandengan tangan, dan menyanyikan gotong-royong dengan irama yang cepat, yakin, riang gembira, penuh kepercayaan pada hari depan dan rahmat kerja.

3.2.8. Setting Cerita

Setting cerita berada di sebuah kota metropolis di Indonesia yakni Surabaya, dimana setting ini mempengaruhi gaya bahasa yang dipakai, gaya pakaian yang dipakai, dan pernak-pernik yang berfungsi mendukung cerita.

Tempat atau lokasi Ipang bekerja maupun nama partai politik sengaja dibuat fiksi, hal ini ditujukan agar waktu pengerjaan tidak habis oleh riset lokasi.

Gambar 3.1. Kantor Surat Kabar Fenomen

(8)

66 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.2. Rumah Kumuh

Gambar 3.3. Taman Sari

3.2.9. Konflik

Konflik utama cerita pada novel grafis ini adalah tentang perjalanan hidup seorang wartawan yang berusaha untuk meliput dan lalu menulis berita aktual dari berbagai kasus-kasus politik yang terjadi di Indonesia. Karena melalui berita yang aktual, masyarakat akan mengetahui kebenaran informasi politik di Indonesia. Pemilihan konflik ini ditujukan agar tersampai pesan bahwa sebagai manusia janganlah kita untuk berhenti memperjuangkan setitik menuju kebenaran dan menyadari bahwa tiap individu wajib bergotong royong dalam membentuk kebahagiaan bersama.

(9)

67 Universitas Kristen Petra

3.2.10. Penerbit

Penerbit yang akan menerbitkan, mempromosikan dan mendistribusikan novel grafis ini adalah Lentera Dipantara, karena banyak menerbitkan buku-buku bertema sosial yang bermutu.

3.2.11. Budgeting

Tabel 3.1. Estimasi Biaya Produksi

Nama media Jumlah Harga/esksemplar Harga Total Buku dan Pembatas

Art Paper 150 gsm Art Paper 200 gsm Biaya film separasi Biaya Plat

Biaya Afdruk Biaya cetak isi Biaya Spot UV Biaya Jilid Biaya Potong

6000 pcs 300 pcs 31.250 cm²

6 plano 6 plano 7 x 4 warna

1000 pcs 1000 pcs 1000 pcs

Rp. 4000,- Rp. 5000.- Rp. 40,- / cm²

Rp. 85.000,- Rp. 15.000,- Rp. 90.000,- Rp. 500,-

Rp. 75,- Rp. 50,-

Rp. 24.000.000,- Rp. 1.500.000,- Rp. 1.250.000,- Rp. 510.000,- Rp. 90.000,- Rp. 2.520.000,- Rp. 500.000,- Rp. 75.000,- Rp. 50.000,-

Total Biaya Rp. 30.920.000,-

Kartu Pos

Art Paper 176 gsm Biaya film separasi Biaya Plat

Biaya afdruk Biaya cetak isi Biaya potong Kaos

Pin Poster

100 pcs 606 cm² 1 plano 1 plano 1 x 4 warna 1000 pcs 50 pcs 1000 pcs 500 pcs

Rp. 4000,- Rp. 40,- / cm² Rp. 80.000,- Rp. 15.000,- Rp. 90.000,- Rp. 50,- Rp. 35.000 Rp. 3000 Rp. 5000

Rp. 400.000,- Rp. 24.240,- Rp. 80.000,- Rp. 15.000,- Rp. 360.000,- RP. 50.000,- Rp. 1.750.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 2.500.000,-

Total Biaya Rp. 5.679.240,-

(10)

68 Universitas Kristen Petra

Biaya Kreatif Rp. 1.000.000,- Jumlah Seluruh Biaya(a) Rp. 40.099.240,- Margin Keuntungan (20%) (b) Rp. 2.004.962.- Jumlah Biaya (a) + (b) Rp. 42.042.202,- Ppn + Pph (10%) Rp. 4.210.420,- Jumlah Keseluruhan Rp. 46.252.622,- Harga per buku (jumlah biaya : oplah)

Rp. 45.159.622,- : 1000 eks. = Rp. 46.252,-

Harga Buku = Rp. 47.000,-

(11)

69 Universitas Kristen Petra

3.3. Konsep Karakter Tokoh Cerita 3.3.1. Karakter Tokoh Utama

Ipang

Gambar 3.6. Ipang Statistik

Nama : Ipang

Usia : 25 tahun

Tempat/Tgl lahir : Surabaya / 29 Februari 1974

Pekerjaan : Wartawan

Kondisi Sosio-ekonomi : Menengah Fisik / Karakteristik

Tinggi : 169 cm

Berat : 52 kg

Ras : Melayu

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Coklat

Bentuk wajah : Persegi

(12)

70 Universitas Kristen Petra

Pakaian : Kaos polos berbalut jaket memakai celana jeans dan kasual

Kelakuan : Tegas, pandai bergaul, selalu ingin tahu, ramah, keras kepala

Cak Bowo

Gambar 3.7. Cak Bowo

Nama : Wibowo Hardjo

Usia : 58 tahun

Tempat/Tgl lahir : Surabaya / 3 September 1941

Pekerjaan : Dosen

Kondisi Sosio-ekonomi : Menengah Fisik / Karakteristik

Tinggi : 164 cm

Berat : 49 kg

Ras : Melayu

(13)

71 Universitas Kristen Petra

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Coklat

Bentuk wajah : Oval

Pakaian : Kemeja putih dan celana kain berwarna

hitam

Kelakuan : Tegas, berwibawa, memiliki sifat terbuka, ramah

Supriyadi

Gambar 3.8. Supriyadi

Nama : Supriyadi Wiratama

Usia : 54 tahun

Tempat/Tgl lahir : Surabaya / 17 Juli 1945

Pekerjaan : Ketua Partai politik

Kondisi Sosio-ekonomi : Kelas atas Fisik / Karakteristik

Tinggi : 168 cm

Berat : 60 kg

(14)

72 Universitas Kristen Petra

Ras : Melayu

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Coklat

Bentuk wajah : Oval

Pakaian : Jas berwarna krem, celana kain abu-abu,

dan sepatu pantofel

Kelakuan : Murka, serakah, pandai berbicara

3.3.2. Karakter Tokoh Pendukung

Iman

Gambar 3.9. Iman

Nama : Iman Ali

Usia : 32 tahun

Tempat/Tgl lahir : Surabaya / 17 Juni 1967

Pekerjaan : Wartawan

Kondisi Sosio-ekonomi : Menengah kebawah

(15)

73 Universitas Kristen Petra

Fisik / Karakteristik

Tinggi : 166 cm

Berat : 55 kg

Ras : Melayu

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Coklat

Bentuk wajah : Oval

Pakaian : Kaos putih dan celana jeans

Kelakuan : Humoris, memiliki sifat terbuka,

ramah, plin plan

Pak Alex

Gambar 3.10. Pak Alex

Nama : Alex Simatupang

Usia : 45 tahun

Tempat/Tgl lahir : Medan / 23 Mei 1954

Pekerjaan : Kepala Redaktur

Kondisi Sosio-ekonomi : Menengah ke atas

(16)

74 Universitas Kristen Petra

Fisik / Karakteristik

Tinggi : 171 cm

Berat : 65 kg

Ras : Melayu

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Sawo matang

Bentuk wajah : Oval

Pakaian : Kaos putih dan celana jeans

Kelakuan : Serius, memiliki sifat terbuka, plin plan

Pak Sudi

Gambar 3.11. Pak Sudi

Nama : Sudiarno

Usia : 53 tahun

Tempat/Tgl lahir : Pare / 1 Januari 1946

Pekerjaan : Petani

Kondisi Sosio-ekonomi : Menengah ke bawah Fisik / Karakteristik

Tinggi : 169 cm

(17)

75 Universitas Kristen Petra

Berat : 60 kg

Ras : Melayu

Warna Rambut : Hitam

Warna Kulit : Coklat

Bentuk wajah : Oval

Pakaian : Kaos putih dan sarung

Kelakuan : Humoris, memiliki sifat terbuka,

ramah, pandai bergaul

3.4. Konsep Dasar Gaya Desain

Gaya Desain yang digunakan adalah ekspresionisme dengan style gambar pribadi dimana terdapat penggabungan adaptasi dari gaya gambar komik Amerika dengan gaya gambar Cina.

3.5. Konsep Warna

Novel grafis ini dibuat Black and White pada bagian cerita yang ber-alur Flashback dan dibuat berwarna ketika kembali ke cerita masa sekarang. Menggunakan warna Analogus dan warna Komplementer. Pergantian warna yang kontras ditujukan untuk menumbuhkan gairah pembaca. Hal ini bertujuan agar konsumen lebih tertarik dengan gaya cerita serta menambahkan nilai estetis.

3.6. Teknik pengerjaan

Proses pengerjaan dilakukan dengan teknik manual yaitu pembuatan sketsa dan layout diatas kertas A4 kemudian dikerjakan di komputer untuk pewarnaan. Setelah proses pewarnaan selesai, kemudian dilakukan proses finishing yaitu mengatur layout dimana proses ini terjadi penggabungan verbal dan visual dan setelah itu memasuki proses cetak dan penjilidan.

3.7. Konsep Font

Dalam Novel Grafis ”Jurnal" ini tidak banyak menggunakan jenis font hanya menggunakan tiga jenis font yaitu "Daisy Wheel, Nyet, Pacifico, dan Edible Pet"

dengan karakter san serif yang tegas untuk memberikan kesan serius pada cerita, font

(18)

76 Universitas Kristen Petra

ini dipilih dengan alasan keterbacaan yang mudah, karena dalam novel grafis ini banyak teks yang harus dibaca untuk memperjelas cerita.

3.7.1. Font Judul

Font yang digunakan untuk judul adalah "Nyet" dimana font ini terlihat seperti tulisan poster-poster propaganda Uni-Soviet pada zaman perang dunia II. Font ini digunakan karena sesuai dengan cerita politik pada novel grafis ini.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 , . ? / ! - +

3.7.2. Font Nama Pengarang

Nama pengarang akan ditulis dengan font Pacifico.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 , . ? / ! - +

3.7.3. Font Teks Narasi

Digunakan font teks jenis Edible Pet jenis san serif.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 , . ? / ! - +

3.7.4. Font Dekoratif

Sama dengan font teks isi, font dekoratif menggunakan jenis font yang sama tapi dengan penambahan efek-efek pergerakan atau blur.

(19)

77 Universitas Kristen Petra

3.8. Story Line

PROLOG

Malam itu pukul tujuh lewat limabelas. Ipang sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Ketika Ipang datang di kosnya, tiba-tiba tempat kos Ipang terbakar habis. Ipang segera lari menuju ke keramaian warga. Lalu beringsut meninggalkan tempa itu.

BAB I. Kembalinya Sebuah Pemikiran

Tanggal 15 Januari 2006. Sudah lima bulan Ipang bekerja sebagai wartawan di surat kabar Fenomen yang berpusat di Surabaya, yakni surat kabar yang khusus menyajikan berita-berita politik di Jawa Timur. Siang itu cuacanya sangat panas, Ipang sedang keliling menggunakan sepeda motor untuk mencari liputan berita. Ia hendak mencari warung makan. Kebetulan Ipang sedang di jalan Taman Sari menuju ke sebuah warung di dekat taman. Tiba di warung, Ipang bertemu dengan Iman seorang wartawan senior. Pada saat itu suasana ramai dan Ipang bertanya kepada Iman tentang keramaian itu.

Iman bercerita tentang seseorang dengan sosok pribadi yang tegas, berwibawa namun rendah hati. Ia bernama Wibowo atau lebih akrab dipanggil Cak Bowo oleh orang-orang yang mengenal sosoknya. Didepan Taman Sari, Cak Bowo sedang menggelar pidato kepada warga sekitar.

Pidatonya adalah tentang "Bagaimana memperkuat daya hidup dengan gotong royong". Ia menceritakan masa lalunya ketika menjadi aktivis pada masa awal orde baru, dimana tidak ada kebebasan berkreasi dalam berkarya dan berbudaya. Sejenak Ipang teringat pada masa kuliahnya, Ipang berpikir tentang adanya kesamaan nasib dengan Cak Bowo, yaitu masa muda Ipang sebagai seorang anak kuliahan yang masih lugu, mempunyai band rock dengan lagu-lagu serta dandanan ala rocker. Pada masa itu saat bermain band Ipang pernah di pukuli oleh petugas keamanan karena mengenakan baju kaos bergambar lambang Palu Arit.

Sebagai wartawan yang lebih senior, Iman menceritakan tentang kepribadian baik Cak Bowo kepada Ipang, yakni pemimpin yang jujur, berprinsip kerakyatan, dan

(20)

78 Universitas Kristen Petra

yang terpenting adalah anti korupsi. Mendengar kisah Iman, Ipang menjadi lebih tertarik untuk meliput Cak Bowo.

BAB II. Dua Muka

Ipang kembali ke kantor setelah beberapa hari meliput Cak Bowo serta membawa hasil tulisan untuk ditulis di jurnal di surat kabar Fenomen. Alex, sebagai kepala redaktur surat kabar Fenomen membaca dan langsung menyukai tulisan Ipang tersebut.

Tulisan Ipang di surat kabar mengenai Cak Bowo dipuji oleh publik. Seiring dengan masa pencalonan kepala daerah Jawa Timur, Ipang ditugaskan Pak Alex untuk menulis tentang otobiografi kader-kader lainnya.

Satu bulan berikutnya Ipang ditugaskan untuk meliput Supriyadi, salah satu calon kepala daerah dari partai Pelita. Sedang bersama Iman, dia meliput kampanye Supriyadi. Setelahnya, Iman menyuruh Ipang untuk menunggu sejenak di lobi hotel Simpang tempat kampanye Supriyadi. Tak lama kemudian Iman memberinya amplop berisi uang dari Supriyadi. Sejenak Ipang kaget.

Iman berbisik : "Ini semacam 'Salam tempel' buat kamu pang"

Ipang : "Banyak sekali ?"

Iman : "Sudahlah terima saja pang..."

Ipang : "Ooo... oke, aku terima..." (dengan berat hati Ipang menerima uang tersebut)

BAB III. Intuisi

Sore itu Ipang mengajak Iman ke rumah Cak Bowo untuk liputan. Sesampai disana, Ipang dipersilahkan masuk oleh Cak Bowo. Baru kali ini Ipang memberanikan diri untuk secara langsung menemui Cak Bowo. Dengan gayanya yang sopan dan terbuka kepada setiap orang serta kerendahan hatinya Cak Bowo menyuguhkan jajanan dan minuman ringan untuk tamunya. Sebagai pelaku sejarah, Cak Bowo diwawancara oleh Ipang tentang perdebatan politik di masa lalu beliau. Sambil mendengarkan lagu "Bersuka Ria" dari piringan hitamnya, Cak Bowo menceritakan masa-masa pergerakan kaum Lekra yang dibatasi oleh sekelompok militer pada saat itu. Banyak karya-karya tulis dilarang untuk diedarkan bahkan dibakari, seniman- seniman lukis dilarang untuk membuat seni untuk mengkritik sistem politik. Kegiatan kesenian mereka dibatasi, para kaum seniman dibuat takut karena ancaman dari pihak

(21)

79 Universitas Kristen Petra

militer. Tanpa proses peradilan yang jelas, mereka tidak dapat berkesenian, bahkan beberapa dari seniman dan sastrawan realisme sosialis dimasukkan ke penjara.

Rupa-rupa kesedihan dialami oleh sederet seniman-seniman realisme sosialis pada masa itu. Cerita dan kata-kata dari Cak Bowo yang keluar secara spontan adalah peristiwa yang memang benar adanya. Pada akhirnya sekelompok seniman-seniman Lekra ini sangat mengutuk orba dan anti kolonialisme.

Mendengar cerita itu, Ipang terdiam dan merenungi setiap perkataan Cak Bowo. Ipang dan Iman berpamitan untuk pulang dan bergegas menyiapkan dokumen untuk jurnal yang akan ditulisnya.

BAB IV. Diantara Hitam dan Putih

Keesokan harinya jurnal tentang Cak Bowo itu terbit di Fenomen edisi terbaru bulan Desember 2006. Ipang langsung pulang ke kos setelah kerja lembur. Jam sepuluh malam, Ipang keluar dari kos mencari makan diluar dengan berjalan kaki.

Tanpa ia sadari, ia dibuntuti pasti dari belakang oleh dua orang berbadan besar tak dikenal. Tiba-tiba mereka menarik kedua tangan Ipang dan mengancam tidak boleh menulis berita tentang Cak Bowo. Ipang tidak menggubris dan tidak takut akan ancaman tersebut. Karenanya Ipang dipukuli oleh mereka. Kemudian, tubuh Ipang yang sudah lemah diseret dan dibawa ke mobil. Di mobil, Ipang kaget karena ada sosok Supriyadi di bangku belakang. Tadinya Ipang mengira, Supriyadi adalah orang baik dan berbudi pekerti, ternyata malah sebaliknya. Ipang dipaksa untuk menulis berita miring tentang Cak Bowo, tapi Ipang tetap bersikeras tidak mau menuruti permitaan Supriyadi. Ipang malah ditendang sampai keluar mobil.

Ipang kembali ke redaksi, berharap mendapat dukungan dari Pak Alex selaku kepala redaktur, tapi ia justru ditawari amplop lagi dari Pak Alex dengan catatan menuruti permintaan Supriyadi. Saat itu Pak Alex pun diancam oleh Supriyadi. Ipang mengundurkan diri dari surat kabar Fenomen tepat pada tanggal 15 Desember 2006.

Pak Alex menelpon ke Supriyadi, bahwa Ipang tidak bisa menuruti kemauannya.

Ipang tidak langsung pulang, ia mencari warung di daerah Jalan Dr. Soetomo.

Tanpa firasat tanpa dugaan, sesampainya Ipang di tempat kos ia dikagetkan oleh peristiwa kebakaran kosnya. Ia stress dan bingung akan memilih tinggal dimana malam itu. Melapor ke polisi pun, para polisi hanya menjawab "Kami akan segera

(22)

80 Universitas Kristen Petra

menyelidiki", tapi tak juga langsung berangkat. Akhirnya Ipang pergi ke rumah Iman di daerah Rungkut. Iman memperbolehkan Ipang untuk menginap di rumahnya.

Iman langsung paham saat Ipang bercerita tentang kejadian kebakaran itu.

Tanpa menunggu pagi, Ipang nekad mengajak Iman pergi ke rumah Cak Bowo. Saat tiba disana, mereka kaget akan kondisi halaman dan tembok rumah itu. Pecahan kaca dimana-mana, coretan bertuliskan "KOMUNIS", jendela serta atap genteng yang hancur. Suasana sepi dan gelap, namun ada sinar tidak seberapa terang dari dalam ruangan. Ipang memberanikan diri untuk menghampiri masuk kedalam ruang itu.

Ipang menemui Cak Bowo dan Iman menunggu di luar menjaga situasi. Ternyata nasib Cak Bowo juga tertindas oleh kebiadaban Supriyadi. Cak Bowo terlihat sangat lemah namun tampak semangat yang membara dari sorot matanya. Cak Bowo berinisiatif untuk berpindah ke Desa, tapi tak diketahui Ipang. Kalimat terakhir yang terucap dari mulut Cak Bowo adalah "Tetap lurus selalu ada harapan". Kata-kata itu selalu diingat oleh Ipang hingga sekarang. Mereka pun berpisah.

BAB V. Solidaritas

Peristiwa itu sudah berjalan dua tahun. Supriyadi terpilih sebagai kepala daerah provinsi Jawa Timur. Ipang yang kini sedang bekerja di surat kabar Harian Hijau yang berpusat di Kota Kediri, melamar sebagai wartawan agrilkultur. Profesi jurnalisnya berbeda drastis dengan yang dulu. Namun Ipang tetap mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.

Ipang yang saat itu bertugas di Pare, sedang berbincang dengan seorang petani bernama Pak Sudi untuk suatu liputan agrikultur. Setelah wawancara beberapa menit oleh Ipang, Pak Sudi segera mengajak Ipang untuk mencari angkringan menikmati segelas kopi. Di angkringan Pak Sudi mengambil koran, membaca Headline News dengan suara lantang, "Supriyadi si Tikus Tanah, Kena Lem Tikus !". Mendengar nama Supriyadi, Ipang langsung mengambil koran itu dan ikut membaca kasus korupsi Supriyadi yang akhirnya terungkap. Ipang tersenyum senang mengingat perjuangan yang dahulu tidak sia-sia.

Ia pun masih mengingat kata-kata terakhir Cak Bowo ketika pertemuan dengannya "Tetap Lurus Selalu Ada Harapan". Pak Sudi berkata, "Ya memang kalau seorang pemimpin itu nggak ngalahin Pak Lurah sini mas...". Lalu Ipang bertanya,

(23)

81 Universitas Kristen Petra

"Siapa pak, orang asli sini ?", Pak Sudi membalas "Bukan mas, dia dari Surabaya, pindah kesini, Kalau Mas Ipang mau, ayo ikut saya sebentar menemui beliau...", Ipang membalas "Boleh pak, sekalian saya cari liputan...".

Ipang dan Pak Sudi mendatangi Pak Lurah. Ternyata Pak Lurah itu adalah sesosok figur yang tegas nan berwibawa, yang sudah dikenal oleh Ipang, yakni Cak Bowo. Akhirnya mereka berdua bertemu! Ipang berlari ke arah Cak Bowo dan saling bergenggam tangan dengan erat.

Ipang bertanya ke Cak Bowo, "Pak, sudah baca koran hari ini ?", Cak Bowo berbisik kepada Ipang, "Rakyat musti tahu sejarahnya, kebenaran tidak datang dari langit, dia mesti diperjuangkan untuk menjadi benar, tetap lurus selalu ada harapan, Pang...", Ipang tersenyum terharu sambil menatap Cak Bowo. Mereka semua bangkit, bergandengan tangan, dan menyanyikan gotong-royong dengan irama yang cepat, yakin, riang gembira, penuh kepercayaan pada hari depan dan rahmat kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Post card (kartu pos) merupakan salah satu media promosi below-the-line yang dapat menarik perhatian target market dan dibuat untuk mendukung promosi dari peluncuran ini buku

Diantaranya adalah, Matahari yang dianggap sebagai Apollo, sang dewa matahari dan cahaya dalam kepercayaan Yunani kuno; planet Merkurius yang diambil dari nama dewa Hermes; Venus

Bidang gambar diberikan titik berwarna, sesuai dengan bentuk obyeknya yang dari kejauhan seakan-akan menyatu, yang dapat mencapai tiga dimensi yang menggambarkan

Warna-warna yang saling berdampingan dapat mempengaruhi bentuk objek dan juga penampilan warna itu sendiri dengan memperbandingkan apakah warna tersebut lebih terang atau

Dalam iklan tersebut tidak secara langsung ditampilkan penggunaan daripada Xumon document management system karena mengingat target audience daripada Xumon document management

Sebagai salah satu elemen dalam desain, tipografi juga dapat berekspresi dan membawa emosi, menunjukkan pergerakan elemen dalam desain, dan memperkuat arah dari suatu desain

Tema perancangan buku ini adalah catatan kisah hidup Solomon Tong yang mendedikasikan hidupnya untuk musik klasik, beserta latar belakang, proses dan hasil kerjanya

− Gaya desain Realisme akan juga dipakai dalam Buku Ilustrasi ini untuk lebih menggambarkan inti pesan dan cerita dalam lirik lagu yang ada, Selain itu juga agar lebih