• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP DESAIN. 19 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. KONSEP DESAIN. 19 Universitas Kristen Petra"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

3. KONSEP DESAIN

3.1. Tinjauan Visual

3.1.1. Tinjauan Tentang Unsur Gambar 3.1.1.1. Garis (Line)

Garis adalah tanda yang dibuat untuk menggambar melewati permukaan.

Alat yang dipakai untuk menggambar tersebut antara lain pensil, ballpoint, pointed brush, keyboard, mouse dan sebagainya. Garis juga merupakan potongan di permukaan yang keras yang biasa disebut grafir. Garis juga didefinisikan sebagai titik-titik yang bergerak. Selain itu, garis juga disebut sebagai jalur terbuka. Garis dikategorikan berdasarkan tipe, arah dan kualitasnya (Suyanto 37- 38) .

- Tipe Garis

Tipe garis merujuk pada gerakan garis dari awal hingga akhir. Tipe garis ini dapat berupa garis lurus, lengkung, atau siku-siku.

- Arah

Arah garis menggambarkan hubungan antar garis terhadap halaman. Arah garis ini dibedakan menjadi 3, yaitu garis horisontal, garis vertikal, dan garis diagonal. Garis horisontal bergerak melintasi halaman dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri; dari barat ke timur atau timur ke barat. Garis vertikal bergerak dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas; dari utara keselatan atau selatan ke utara. Garis diagonal adalah garis yang bergerak sudut menyudut, dari sudut kiri ke atas menuju sudut kanan bawah atau dari kanan bawah menuju sudut kiri atas; dari sudut kanan atas menuju sudut kiri bawah.

- Kualitas Garis

Kualitas garis merujuk pada bagaimana garis itu digambar. Kualitas garis dapat diserupakan dengan kualitas suara atau musik. Menilai kualitas garis lebih banyak menggunakan perasaaan.

(2)

3.1.1.2. Kualitas Terang Gelap (Value)

Value adalah warna yang memberi kesan gelap terang ayau gejala warna dalam perbandingan hitam dan putih. Apabila suatu warna ditambah dengan warna putih, maka valuenya akan bertambah, namun bila ditambah hitam akan melemahkan valuenya.

3.1.1.3. Bentuk dan Ruang

Shape merupakan sebuah bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis atau dibatasi pula oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono 98) .

Beberapa bentuk dan wujud shape : 1. Stilisasi

Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan obyek dan atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut.

2. Distorsi

Adalah penggambaran bentuk yang menekan kan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar.

3. Transformarsi

Penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figure dari objek lain ke objek yang digambar. Contohnya adalah penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan.

4. Disformasi

Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter dengan cara mengubah bentuk objek dengan menggambarkan objek tersebut dengan pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki. Perubahan ini banyak dijumpai pada seni lukis modern.

(3)

Sedangkan yang dimaksud dengan ruang adalah jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainya, yang dimana pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Contohnya, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat atau paragraf. Tanpa adanya ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya, pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu objek dan latar belakang (Purwosuwito, par.4) .

3.1.1.4. Pola (Patern)

Menurut Mendelowitz dan Wakeham, permukaan gelap terang yang rata dan tidak teratur lebih berfungsi sebagai pola daripada bentuk. Penggunaan pola seringkali dikaitkan dengan kualitas dekoratif. Saat suatu pola berfungsi sebagai unsur dekoratif, fungsinya lebih sebagai penghias daripada sebagai perwakilan atau simbol akan sesuatu (dalam Wiyono 29)

3.1.1.5. Tekstur

Tekstur merupakan kualitas permukaan atau kualitas papan atau kertas atau halaman elektronik. Didalam seni, tekstur dikategorikan menjadi dua, yaitu teksture tactile dan tekstur visual. Tekstur tactile adalah nyata, kita dapat merasakan permukaannya tersebut dengan jari kita. Sedangkan tekstur visual adalah ilusi, tekstur tersebut memberikan impresi yang sederhana dari tekstur yang nyata (Suyanto 50).

3.1.1.6. Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas (Purwosuwito par.6) .

a. Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna

Menurut teori warna pigmen dari Brewster terdapat warna primer yang dibentuk dari warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Tiga warna primer adalah:

(4)

- Merah (seperti darah) - Biru (seperti langit atau laut) - Kuning (seperti kuning telur)

Gambar 3.1. Warna Primer

Warna juga selalu melibatkan tiga unsur, yaitu: cahaya, objek dan pengamat. Hal yang menarik adalah bahwa ketiga unsur dari warna tersebut melibatkan tiga buah bidang ilmu yang berbeda, apabila kita berbicara tentang bagaimana cahaya mempengaruhi warna maka kita akan membahas aspek fisika dari warna, bila kita membicarakan bagaimana sebuah benda dapat mempengaruhi cahaya maka kita membicarakan aspek kimia dari molekul dan atom benda dalam menyerap cahaya sedangkan bila kita membicarakan bagaimana pengamat melihat warna, kita menemukan diri kita membicarakan biologi karena hal tersebut maka warna adalah hal yang cukup kompleks. Penglihatan kita terhadap warna dapat dimanipulasi dengan merubah ketiga unsur warna ini (“Teori Warna & Color Management”, par. 2-5 ) .

a. Warna primer additive

Terdiri atas merah, hijau dan biru dimana warna sekunder didapat dengan penambahan dari ketiga warna primer. Warna ini biasanya dihasilkan oleh tiga sumber cahaya dengan panjang gelombang tertentu (merah, hijau dan biru).

Warna primer additive ini dimulai dengan warna hitam yang didapatkan dengan tidak memakai semua panjang gelombang yang ada (tidak ada cahaya), seiring dengan penambahan panjang gelombang maka akan tercipta warna antara yang nantinya diakhiri dengan warna putih dimana semua panjang gelombang dipakai secara maksimal (merata).

(5)

Gambar 3.2. Warna Additive

Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (2009, par.1) b. Warna primer subtractive

Gambar 3.3. Warna Subtractive

Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (2009, par.1)

Terdiri dari tiga warna yaitu cyan, magenta, yellow. Pencampuran warna substractive dikenal juga dengan nama “Pencampuran Pigmen” yang biasa dijumpai ketika kita melukis dengan cat air atau cat minyak. Disebut warna primer subtractive karena alih-alih menambahkan panjang gelombang, mereka menyerap panjang gelombang tertentu dan meneruskan panjang gelombang yang lain dari sebuah sumber cahaya. Jadi apabila kita menyebut warna cyan, hal ini berarti pigmen warna cyan menyerap panjang gelombang yang panjang dari cahaya atau red substractor. Magenta menyerap panjang gelombang sedang atau green substractor dan Yellow menyerap panjang gelombang pendek atau blue

(6)

substractive bekerja dengan memanipulasi panjang gelombang cahaya yang memasuki retina mata kita sebagai pengamat.

b. Klasifikasi Warna berdasarkan Ilustrasinya

Secara garis besar pewarnaan dalam gambar ilustrasi terbagi menjadi dua (Wiyono 31), yaitu:

• Monochrome

Gambar 3.4. Monochrome

Sumber : Wikipedia, the free encyclopedia (2009, par.1)

Pewarnaan monochrome hanya menggunakan satu warna saja dimana warna yang bergantung pada intensitasnya. Warna monochrome memberikan kesan volume pada sebuah warna, memberikan kesan longgar dan kebebasn bagi pengamatnya.

• Polychrome

Menggunakan banyak warna dalam komposisinya yang membuat objek yang digambarkan menjadi lebih realis dan ekspresif.

c. Klasifikasi Warna berdasarkan Sensasi

Warna adalah sesuatu yang berhubungan dengan emosi manusia dan dapat menimbulkan pengaruh psikologis. Sebagai contoh, kita dapat merasa nyaman dengan adanya warna. Kita dapat merasakan sesuatu seperti ketenangan, bebas, bahkan kita bisa merasakan panas atau tertekan sesuai dengan karakter warna itu sendiri. Pembagian warna dibagi atas : warna sejuk, hangat, dan netral (“Makna”, par.2) .

(7)

a. Warna Sejuk

Biru, Hijau, Ungu, Pirus dan Perak adalah warna-warna sejuk. Warna-warna sejuk cenderung berpengaruh memberikan perasaan tenang bagi yang melihatnya. Meskipun digunakan sendiri, warna-warna ini bisa mempunyai rasa dingin. Berikut beberapa makna dari beberapa warna sejuk: Biru (keheningan, mencintai, kesetiaan, percaya, intelligence, kedinginan, ketakutan, kejantanan); Hijau (uang, pertumbuhan, kesuburan, kesegaran, iri hati, kecemburuan, kesalahan, kekacauan; Perak (glamor, tinggi, anggun, pengkhayal, tidak tulus).

b. Warna Hangat

Merah, merah muda, kuning, orange, warna ungu, dan emas adalah warna hangat. Warna hangat cenderung mempunyai suatu efek kegairahan bagi yang melihatnya. Bagaimanapun ketika warna ini digunakan sendiri dapat menstimulasi, membangitkan emosi kekerasan/ kehebatan dan kemarahan.

Ketika memilih nada hangat, menambahkan warna dari kelompok yang lain akan membantu ke arah menyeimbangkan ini.Berikut beberapa makna dari beberapa warna hangat: Merah (cinta, energi, kuasa, kekuatan, penderitaan, panas, kemarahan, bahaya, peringatan, ketidaksabaran); Merah muda (sehat, bahagia, feminin, rasa kasihan, manis, suka melucu, kelemahan, kewanitaan, ketidak dewasaan); Kuning (energi, matahari, kreativitas, akal, bahagia, penakut, tidak bertanggungjawab, tidak stabil); Orange (keberanian, kepercayaan, kehangatan/keramahan, keakraban, sukses,ketidak-tahuan, melempem, keunggulan).

c. Warna Netral

Berwarna coklat, gading, kelabu, putih dan hitam adalah warna netral. Berikut beberapa makna dari beberapa warna netral: Hitam (perlindungan, dramatis, serius, formalitas, kerahasiaan, kematian); Kelabu (keamanan, keandalan, kecerdasan, padat, muram, sedih, konservatif); Cokelat (ramah, bumi, keluar rumah, umur panjang, konservatif); Gading (ketenangan, kenyamanan, kebersihan/kesucian, hangat, lemah, tidak stabil); Putih (kebaikan, keadaan tak

(8)

bersalah, kemurnian, segar, gampang, bersih, dingin).

c. Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristik

Karakter warna dapat ditentukan oleh hal-hal berikut (Dameria 20) :

Hue : adalah corak atau nada warna, yaitu kesan pertama terhadap suatu warna dengan mengabaikan value dan intensitas warna. Contoh Hijau daun.

Value : adalah nilai terang gelap warna, diukur terhadap hitam dan putih dengan mengabaikan hue dan intensitas warna. Contoh warna kuning jeruk.

Intensitas : adalah kuat dan lemahnya warna diukur terhadap warna abu-abu yang netral. Kekuatannya akan bertambah ke arah paling terang. Intensitas menunjukan jumlah hue yang bebas dari unsur putih.

e. Klasifikasi Warna berdasarkan Makna

Tanpa kita sadari tiap orang memiliki pengalaman tertentu dalam mengasosiasikan suatu warna. Berikut merupakan penjelasan tentang asosiasi dan psikologi mengenai makna pada warna (Damera 29-51) :

- Biru

Biru dianggap merupakan warna yang dapat memberikan insipirasi, dan kebanyakan digunakan pada situs web, kemasan produk atau kartu identitas perusahaan dan instansi penting lainya. Biru juga memberikan ketenangan dan pilihan yang tepat untuk area yang membutuhkan konsentrasi atau suasan meditasi. Warna ini selalu mengasosiasikan kita terhadap air dan sesuatu yang bersifat dingin.

- Hijau

Warna hijau adalah warna yang langsung mengasosiasikan kita akan alam.

Asosiasi kita terhadap warna bukan hanya secara visual, tapi juga indera yang lain.

- Kuning

Kuning merupakan warna yang cocok dipakai untuk penjualan atau dalam pameran karena warna ini lebih menarik mata dibandingkan dengan warna yang lain. Sebagai salah satu warna primer, kuning adalah warna dengan

(9)

efek yang kuat secara psikologis. Dimana warna ini sangat efektif untuk menaikkan motivasi dan mood seseorang.

- Hitam

Hitam menggambarkan keheningan, kematangan berpikir dan kedalam akal dalam menghasilkan karya. Tak heran jika para seniman banyak yang menggemari warna ini. Bagi penggemar mode, warna hitam adalah warna yang abadi, selalu terlihat modern dan gaya. Hitam juga sangat digemari sekaligus menampilkan kesan elegan dan mewah.

- Ungu

Merupakan warna yang unik, karena karakternya berubah-ubah tergantung itensitas yang dimilikinya. Warna unggu tua memiliki karakter misterius, mistis, dalam dan angkuh. Sebaliknya warna ungu muda memiliki karakter yang lembut, ringan dan menyenangkan.

- Pink

Merah jambu adalah warna yang dapat memberikan suasana berbeda-beda tergantung pada intensitas kita, tetapi kecendurangannya mengarah pada kelembutan dan romantis.

- Orange

Umumnya warna ini lebih disukai orang dengan kepribadian extrovert.

Dalam kehidupan sehari-hari warna ini juga diasosiasikan pada kehangatan alam, khususnya warna khas sore pada saat matahari terbenam.

Dari sisi psikologi warna ini melambangakan persahabatan.

- Merah

Merah memang identik dengan rona buah apel, kelopak mawar. Warna darah dan panasnya api. Sehingga merah diasosiasikan dengan sesuatu yang membangkitkan selera, kegairahan, emosi, dan semangat yang membara. Merah sangat ekspresif dan dinamis.

- Coklat

Coklat adalah warna tanah sebagai simbol dari sifat positif dan stabilitas.

- Netral

Warna netral dianggap sebagai warna aman dan sopan. Warna ini tidak akan membuat sebuah produk terlihat kuno karena warna ini selalu trendi.

(10)

Warna netral tidak akan bersifat dominan dan apabila dipadukan dengan warna lain, warna netral akan menjadi warna latar belakang. Ada beberapa warna yang dapat dikategorikan sebagai warna netral : abu-abu, krem, beige, cokelat, hitam dan putih.

- Putih

Putih melambangkan hal yang suci. Karena itulah putih sering digunakan untuk acara yang bersifat sakral. Secara psikologis, putih melambangkan kejujuran, ketulusan dan keiklasan. Warna ini juga mengasosiasikan kita terhadap rasa bersih.

3.1.2. Tinjauan Unsur Komposisi 3.1.2.1. Layout

Layout pada dasarnya dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Pesan tersebut dapat tersampaikan atau bahkan dimanipulasi melalui permainan elemen-elemen tersebut dengan pertimbangan yang matang. Elemen-elemen ini dapat berupa kata-kata, fotografi, ilustrasi, grafik, digabungkan dengan kombinasi kuat hitam, putih dan warna (Swann 11).

Elemen-elemen yang terdapat pada layout masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam membangun keseluruhan layout (Rustan 1) .

Sedangkan Suyanto menjelaskan bahwa layout berkaitan dengan pengaturan huruf dan visual pada permukaan dua dimensi agar seluruh informasi dapat dibaca, jelas dan menarik. Layout merupakan pengaturan huruf dan visual pada sebuah cetakan atau halaman elektronik (95) . Dari penjabaran diatas, maka layout memiliki dampak tersendiri dalam desain yang ingin dicapai oleh desainer melalui karya desain yang dibuatnya.

Lembaran yang kosong tidak memiliki arti, namun sangat potensial bagi desainer untuk membuatnya berarti. Warna, bentukan, gambar, ruang dan tipografi bergabung untuk menyampaikan suatu pesan. Dalam menata elemen- elemen visual, desainer memerlukan sistem penyusunan yang membantu audience mempertimbangkan sebuah desain. Sistem penyusunan, atau hierarchy,

(11)

menetapkan tingkat aktivitas dan kepentingan setiap elemen dan menentukan susunannya dalam desain. Elemen yang dominan maupun kurang penting diatur untuk mencapai kejelasan pesan. Sebuah hierarki yang kuat dan sistematis menjadikan desain dapat diterima, berkesinambungan, terintegrasi, terarah, dan bervariasi (Cullen 73).

Hierarki dibentuk dengan cara menciptakan sebuah focal point yang jelas.

Focal point adalah titik yang mampu menarik mata untuk memprakarsai interaksi antara viewer dengan desain. Ketika focal point dan elemen sub-ordinat bergabung, mata akan memusatkan perhatiannya pada desain tersebut. Lalu mata akan mulai merasakan sistem susunannya dan dituntun sesuai alur. Tanpa adanya visual hierarchy, elemen-elemen desain menuntut perhatian yang sama. Mata akan kacau dan bergerak terus menerus ke seluruh permukaan tanpa arah yang jelas, sehingga tidak ada yang terkomunikasikan. Menunujukkan pesan melalui hierarki adalah pendekatan yang efektif untuk menyusun isi dan menambah nilai desain (Cullen 74).

Pertama-tama dimulai dengan mengurutkan elemen-elemen visual berdasarkan tingkat kepentingannya. Sederhananya, desainer harus menentukan apa yang harus dilihat pertama, kedua, ketiga, dan sebagainya oleh viewer.

Dengan demikian, desainer memberikan peranan masing-masing elemen dalam menyampaikan pesan. Yang harus diingat adalah elemen-elemen desain tidak bisa memiliki kekuatan visual yang sama, karena hal itu kaan membuat desain kekurangan hierarki, dan viewer menjadi bingung menentukan elemen yang penting dan yang kurang penting. Meskipun desain itu membuat kesan pertama yang kuat pada viewer, namun tidak menyediakan titik awal untuk mengikat viewer (Cullen 76).

Prinsip-prinsip lain yang penting dan harus ada dalam sebuah desain layout adalah titik fokus hirarki visual/ urutan, kesatuan, dan keseimbangan (Suyanto 95-101;

Rustan 74-89) .

• Urutan (sequence)

Dalam mendesain dibutuhkan prioritas dalam mengurutkan informasi yang akan dibaca dari awal sampai dengan yang dibaca belakangan. Dengan

(12)

adanya urutan maka pembaca akan mudah menangkap pesan yang disediakan. Hal ini dapat diciptakan dengan berbagai cara, antara lain :

- Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen- elemen layout lainnya pada halaman tersebut.

- Warna yang kontras/ berbeda sendiri dengan latar belakang dan elemen lainnya.

- Letakkan di posisis strategis atau yang menarik perhatian. Bila pada umumnya, kebiasaan orang membaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan, maka posisi yang paling pertama dilihat orang adalah sebelah kiri atas.

- Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya.

• Keseimbangan (balance)

Ada 2 macam keseimbangan dalam suatu layout, yaitu : keseimbangan yang simetris (symetrical balance/ formal balance) dan keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/ informal balance). Keseimbangan yang simetris dapat dibuktikan dengan tepat secara matematis, sedangkan yang asimetris keseimbangannya lebih bersifat optis (terlihat seimbang). Yang pasti layout dengan keseimbangan asimetris memberi kesan adanya movement/ gerakan sehingga lebih dinamis dan tidak statis/ kaku

• Kesatuan (unity)

Unity tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang secara fisik kelihatan, namun juga kesataun antara yang fisik dan yang non-fisik yaitu pesan/ komunikasi yang dibawa dalam konsep desain tersebut.

3.1.2.2. Grid

Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal.

Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor terkait

(13)

dalam desain. Kadangkala untuk membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman seperti company profile, katalog, majalah, newsletter atau surat kabar, boleh saja menggunakan kombinasi lebih dari satu sistem grid.

(Rustan 68).

Gambar 3.5. Grid Layout

Sumber : Wikipedia, the free encyclopedia (par.1)

Kata grid digunakan untuk menjelaskan kekuatan struktual di balik sebuah desain. Grid adalah alat yang menjelaskan ruang aktif dari sebuah halaman dan membantu desainer membuat keputusan yang penuh pertimbangan mengenai komposisi dan penyusunan. Grid memungkinkan desainer untuk mempertahankan kendali, menciptakan hubungan visual, dan mempersatukan desain (Cullen 53).

Sederhananya, grid adalah rangkaian garis khayalan atau semu yang berpotongan dan membagi bidang desain secara horizontal dan vertical dalam jumlah dan ukuran tertentu. Grid umumnya digunakan sebagai garis bantu pedoman peletakan elemen-elemen desain dalam bidang desain. Dengan adanya grid, layout dapat diolah menjadi lebih menarik dan teratur. Umumnya grid digunakan dalam merancang sebuah layout dalam jumlah halaman yang banyak agar terdapat keutuhan dalam desain. Grid jarang digunakan untuk perancangan desain satu halaman saja (Sutopo 57).

Grid merupakan susunan baris yang fleksibel bukan mengikat. Sifatnya adalah sebagai panduan atau pedoman, bukan sebagai hukuman. Dengan variasi

(14)

layout yang berbeda-beda, yang ditujukan untuk menghindari kebosanan setelah membaca puluhan halaman dengan posisi yang sama. Karena itulah tidak ada susunan yang cukup baku dalam menyusun grid.

Sistem grid juga dibagi menjadi beberapa jenis : - Manuscript Grid

Dimana layout dimulai dengan penempatan judul utama baru disertai dengan isinya, berkesan rapi dan resmi.

- Column Grid

Dimana layout digolongkan menjadi bagian-bagian vertikal, dengan tujuan untuk mengelompokkan data agar lebih pemahamannya.

- Modular Grid

Dimana layout dibagi berupa kotak-kotak agar lebih menarik - Hierarchical Grid

Layout disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian, tetapi masih tetap berkesan rapi dan teratur.

- Dynamic Grid

Layout yang dinamis, pembagian kolomnya kurang jelas, dipengaruhi oleh tipografi, beralur.

- Ungrid

Merupakan sebuah susunan layout yang dinamis, dimana pengaturan kolomnya dilakukan secara bebas dan dipengaruhi oleh tipografi dan beralur.

3.1.2.3. Margin

Margin memiliki fungsi untuk mencegah elemen-elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal tersebut dapat menganggu keindahan dari ruang desain. Namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh ke pinggir halaman bila sesuai dengan konsep yang diinginkan (Rustan 64) .

3.1.2.4. Tipografi

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf. Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun

(15)

sebuah kata atau kalimat. Rangkaian ini tidak hanya mengacu pada suatu obyek atau gagasan, namun kadang juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu kesan atau citra secara visual (Sihombing 3).

Tipografi adalah visible language, yaitu bahasa yang dapat dilihat.

Tipografi adalah salah satu sarana untuk menerjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari tipografi adalah untuk mengomunikasikan idea tau informasi dari halaman tersebut ke pembaca. Semua hal yang berkaitan dengan desain komunikasi visual memiliki unsur tipografi di dalamnya. Kurangnya perhatian pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi kurang atau tidak komunikatif (Yunita 48).

Dalam mendesain, salah satu yang harus diberi perhatian utama adalah tipografi. Berdasarkan pada nilai fungsional murni, desainer harus menyediakan tingkat keterbacaan yang cukup, hierarki, dan kejelasan dalam menyajikan informasi verbal. Namun tipografi juga membawa pesan-pesan non verbal.

Tipografi mempersatukan desain melalui penempatan sebagai pelengkap dan pembanding dengan semua elemen visual lainnya. Desainer menyusun tipografi untuk mengundang pembaca ke dalam desain tersebut dan memelihara hubungan antara pembaca dengan desain itu. Tipografi adalah factor yang menuntun (seperti dirigen dalam sebuah orchestra) yang mengendalikan aktifitas dalam sebuah simfoni sehingga bisa mengalir. Mendesain dengan tipografi merupakan suatu kegiatan yang berseni dan harus memperhatikan detail, sehingga membutuhkan ketelitian dan kompetensi. Dalam menggunakan tipografi, tidak ada suatu keterbatasan bagi desainer kecuali imajinasinya sendiri (Cullen 90).

Typeface memiliki kepribadian, baik itu dingin, sophisticated, atau ramah, yang mana nantinya membentuk sikap dari desain. Typeface dapat memberikan kesan pertama yang penting dalam penyampaian pesan. Type dapat mengikat atau tidak mengikat pembaca. Typeface harus memiliki karakter yang mampu mewakilkan jiwa dari desain sementara juga harus tampak jelas dan mudah terbaca. Fungsi, isi dan siapa yang melihat desain tersebut adalah hal-hal yang menentukan dalam proses pemilihan typeface. Bila typeface dipilih sembarang, maka fungsi komunikasi dari desain tidak akan terpenuhi (Cullen 91).

(16)

Klasifikasi font secara umum berdasarkan pada karakteristik fisik dasar, dapat dibagi menjadi serif, san serif, script,dan decorative. Font serif adalah font yang memiliki kaku atau kait di bagian ujung-ujungnya. Sanserif adalah font yang tidak memiliki kait. Font script adalah font yang dibuat Nampak menyerupai tulisan tangan. Font decorative adalah font yang secara fisik telah mengalami modifikasi atau distorsi dari bentuk-bentuk fisik font dasar.

Tipografi diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yang memungkinkan terjadinya identifikasi berdasarkan sejarah perkembangannya.

Ada lima klasifikasi utama typeface, yaitu old style (contohnya Garamond), transitional (Baskerville), modern (Bodoni), Egyptian / slab serif (Century Expanded) dan contemporarylsan serif yang diwakili Helvetica (Sihombing 39).

Ada empat prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah desain yaitu legibility, clarity, visibility dan readability.

Legability adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain dapat terjadi cropping, overlapping, dan sebagainya, yang dapat berakibat pada berkurangnya legibilitas suatu huruf.

Untuk menghindari hal tersebut, desainer harus mengenal dan mengerti karakter bentuk huruf dengan baik.

Readability adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf-huruf untuk membentuk suatu kata atau kalimat, harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan huruf yang lain, khususnya jarak antar huruf. Ketepatan jarak tersebut bukan berdasarkan hitungan matematis namun harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang mengakibatkan informasi yang disampaikan dalam suatu desain terkesan kurang jelas. Huruf yang digunakan mungkin sudah legible, namun bila pembaca lelah dan kurang dapat membaca teks dengan lancer, maka teks dikatakan tidak readable, yang mana dapat mengakibatkan sebuah desain disebut gagal karena kurang komunikatif.

Visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata atau kalimat dalam karya desain komunikasi visual dapat terbaca dari jarak tertentu. Font yang digunakan untuk headline dalam brosur tentu ukurannya harus berbeda dengan yang

(17)

digunakan untuk billboard. Billboard harus menggunakan font yangberukuran besar agar dapat terbaca dari jarak tertentu. Setiap karya desain memiliki jarak baca dan huruf-huruf yang digunakan harus dapat terbaca dalam jarak tertentu sehingga desain bisa berkomunikasi dengan baik.

Clarity adalah kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu desain untuk dapat dibaca dan dimengerti oleh target audience yang dituju. Agar suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat. Unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah visual hierarchy, warna, pemilihan typeface dan lain –lain.

Keempat prinsip pokok dalam desain tipografi tersebut bertujuan untuk memastikan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain dapat tersampaikan dengan tepat. Sebagai salah satu elemen dalam desain, tipografi juga dapat berekspresi dan membawa emosi, menunjukkan pergerakan elemen dalam desain, dan memperkuat arah dari suatu desain seperti elemen-elemen yang lain.

Karena itulah banyak kita temui desain yang hanya menggunakan tipografi sebagai elemen utama, tanpa ada obyek gambar (Yunita 52-3).

3.1.3. Tinjauan Fotografi

Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (Udayana, par. 1-3) .

Terdapat tiga hal praktis yang sering dipergunakan untuk menilai keberhasilan serta keindahan sebuah foto, yakni : teknik (ketrampilan mempergunakan peralatan); artistik (rasa keindahan yang dapat ditampilkan); isi (arti/ makna/ cerita/ kesan yang diungkapkan).

(18)

3.1.3.1. Tinjauan berdasarkan Fungsi dan Jenis Fotografi

Berdasarkan wawancara dengan bapak Drs. Wirenohadi Soeprapto, fungsi dan peranan fotografi dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

1. Komersial

Fotografi yang berperan untuk dapat mampu menjual suatu produk, bersifat komersial. Biasanya mempunyai konsep tersendiri sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada target audience.

2. Dokumentasi

Selain berfungsi komersial, fotografi juga untuk merekam sebuah peristiwa, kejadian, keadaan, yang dianggap menarik untuk didokumentasikan. Fungsi fotografi sebagai dokumentasi mempunyai kemampuan untuk bercerita dan menceritakan tentang apa yang terjadi pada waktu tersebut. Disebutkan pula bahwa tidak diperlukan rasa keindahan yang tinggi karena yang penting adalah mampu menghasilkan foto yang jelas dan terang. Dan diusahakan tampak seperti apa adanya.

c. Ilustratif

Fotografi juga berfungsi ilustratif, karena kemampuannya untuk memvisualkan sesuatu secara nyata berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada. Sehingga hasil fotografi tersebut dapat digunakan menjelaskan sesuatu sesuai yang diinginkan. Misalnya fotografi (sebagai ilustrasi) sebagai panduan pemakaian suatu produk. Disebutkan pula dalam buku Dasar-dasar Fotografi, bahwa foto ini mempunyai arah ruang lingkup yang lebih luas.

Seperti contoh lainya adalah foto-foto yang terpampang di majalah hiburan, brosur pariwisata, brosur promosi dan lain sebagainya. Isi mulai mengambil bagian, yang dapat berupa pesan ataupun kesan yang dapat menggerakan hati, harapan ataupun ajakan.

d. Interpretatif

Fotografi juga berfungsi sebagai perwujudan nilai seni., mempunyai tujuan untuk kesenangan wujud visual pribadi sang fotografer. Disini fotografer bebas berkreasi penuh, karena penilainya adalah fotografer itu sendiri. Untuk itu tak jarang dalam jenis foto ini kita akan sering menjumpai norma-norma artistik yang dilanggar/ dikorbankan, begitu pula hal-hal teknis yang

(19)

dimanipulasi sedemikian rupa untuk mencapai hasil pengaruh efek yang maksimal.

3.2. Konsep Kreatif Perancangan Buku Biografi 3.2.1. Khalayak Sasaran

Perancangan buku biografi M.Soleh AP, sang maestro seni pertunjukan dari kota Malang, akan diperuntukkan bagi umum, menengah ke atas, remaja sampai dewasa, mereka yang memiliki ketertarikan pada tokoh-tokoh termasyur / populer.

Target market primer dari buku biografi M. Soleh AP adalah orang yang memiliki pada kesenian tradisional. Target market sekundernya adalah masyarakat yang gemar membaca buku.

Secara demografis, buku ini ditujukan untuk pria dan wanita berusia 20 tahun ke atas, dengan kalangan ekonomi menengah ke atas.

Secara geografis, buku ini ditujukan pada masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan di Jawa, terutama kota Malang.

Secara psikologis, buku ditujukan bagi mereka yang tertarik pada kesenian tradisional dan tokoh-tokoh di belakangnya terutama M. Soleh Adi Pramono.

3.2.2. Tujuan Kreatif

Tujuan dari perancangan buku biografi ini adalah:

- Diharapkan target market dapat lebih mengenal lebih dalam tokoh tersebut, dan seni pertunjukan yang diajarkan beliau

- Dapat menginspirasi target market untuk ikut mengenal, percaya, tertarik untuk mempelajari dan melestarikan seni pertunjukan dari kota Malang.

3.2.3. Strategi Kreatif

Berdasarkan survei yang telah dilakukan, sampai saat ini belum ada sebuah buku yang membahas mengenai biografi M.Soleh Adi Pramono.

Perancangan buku ini menggunakan informasi yang tetap layak dan mudah dibaca oleh kalangan remaja hingga dewasa (sesuai target market yang ditentukan), tetapi juga menarik dari segi visual sehingga tidak bosan untuk membacanya.

(20)

Biasanya, buku-buku biografi hanya dipenuhi dengan tulisan, sehingga lama-lama orang bosan membacanya. Tapi perancangan buku biografi ini, dibuat menarik dengan penambahan visual berupa foto di dalamnya dan ditata dengan penataan layout yang menarik dan juga tidak membosankan bagi yang membacanya.

Dalam perancangan ini dibagi dua strategi kreatif yaitu dari segi verbal dan dari segi visual. Strategi kreatif verbal, karena target market yaitu remaja- dewasa maka bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sesuai dengan remaja- dewasa. Bahasa yang sesuai adalah bahasa yang tidak terlalu formal, gaya penulisan seperti orang bercerita. Sedangkan strategi kreatif visual, untuk menunjukkan karakter seni tradisional Malang, digunakan warna-warna dominasi coklat, putih sebagai warna dasar background. Sebagai warna penunjang diambil warna-warna dari seni pertunjukan Malang sendiri yaitu warna dominan merah, hijau, kuning. Di dalam buku ini juga akan ditampilkan foto-foto yang akan menggambarkan karakter yang berwibawa, yang menunjukkan seorang maestro dari Pak Soleh. Layout akan ditata berbeda setiap halamannya, dan dengan ornament yang mendukung. Ornamen diambil dari unsur-unsur yang terkandung dalam seni tradisional tersebut. Dibuat desain yang seperti ini, untuk menunjang tema yang diambil yaitu kesenian tradisi kota Malang.

3.3. Konsep Perancangan Buku Biografi 3.3.1. Judul Rancangan Buku Biografi 3.3.1.1. Judul Utama Buku Biografi

Judul utama perancangan buku biografi ini adalah Buku Biografi M. Soleh Adi Pramono, sang maestro seni pertunjukan dari Malang.

3.3.1.2 Sub-sub Judul Buku Biografi

Buku biografi M.Soleh Adi Pramono ini terdiri dari sub-sub judul yaitu:

a. Keluarga

Memuat informasi tentang keluarga Pak Soleh dari orang tuanya hingga keluarganya yang sekarang.

b. Pendidikan

Memuat informasi tentang latar belakang pendidikan yang telah dijalani oleh Pak Soleh.

(21)

c. Pengalaman Kesenian

Memuat pengalaman kesenian yang dialami selama berkarir.

d. Dedikasi dan Prestasi

Memuat perjuangan sampai saat ini mempertahankan seni pertunjukan tradisi dan penghargaan-perhargaan yang telah didapat dan memberikan kesan mendalam dalam menjalani hidupnya.

e. Pendapat / Komentar pihak lain mengenai Pak Soleh

Pendapat / komentar dari pihak lain yaitu teman dekat / kerabat, tokoh seni pertunjukan, keluarga mengenai Pak Soleh.

f. Penutup

Berisi tentang harapan Pak Soleh pada generasi penerusnya dalam melanjutkan perjuangan yang belum selesai.

3.3.2. Tema Cerita

Buku biografi ini mempunyai tema cerita tentang kehidupan seorang maestro seni pertunjukan dari Malang.

3.3.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari buku ini adalah untuk memperkenalkan sosok M. Soleh Adi Pramono pada masyarakat dan menceritakan riwayat hidup beliau sebagai seorang tokoh kesenian di Malang yang mendedikasikan hidupnya dalam seni pertunjukan. Juga untuk membagikan pengalaman kesenian dan perjuangan beliau kepada para pembaca.

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Buku Biografi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) Tujuan Informatif dan (2) Tujuan Persuasif.

3.3.3.1 Tujuan informatif

Buku Biografi “M. Soleh Adi Pramono, Sang Maestro Seni Pertunjukan dari Malang” ini dirancang untuk memberikan informasi kepada target perancangan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan M. Soleh Adi Pramono. Mulai dari keluarganya, pendidikannya, pengalaman keseniannya, hingga kegigihannya dalam menghidupkan kembali kesenian tradisi di Malang.

(22)

Dan juga dalam buku ini dijelaskan tentang kesenian pertunjukkan tari Wayang Topeng sebagai salah satu seni pertunjukan tradisi yang dikuasai Pak Soleh.

3.3.3.2 Tujuan Persuasif

Secara persuasif, buku ini diharapkan mampu membangkitkan rasa ingin tahu, rasa penasaran terhadap sosok M. Soleh Adi Pramono ini. Dan melalui buku ini pula dapat menjadi promosi bagi kesenian pertunjukan Malang itu sendiri.

3.3.4. Bentuk Penyajian dan Variasi Tampilan

Hasil akhir dari perancangan ini berupa buku biografi. Buku ini disajikan dalam satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan target market utama yang ingin dicapai adalah masyarakat Indonesia, yang bertema kesenian tradisional.

Konsep tema buku ini adalah mengingatkan kembali kesenian tradisi.

Dibuat dengan mengolah unsur-unsur seni tradisi sebagai illustrasi dan ornamen, terutama unsur-unsur seni tradisi pertunjukan. Dipilih konsep ini mengingat Pak Soleh adalah sosok yang sangat dekat dengan seni tradisi.

Sebagai unsur pendukung dan penjelas ditampilkan foto-foto yang berkaitan dengan kegiatan keseharian Pak Soleh, pengalaman kesenian yang pernah dilakukan. Dalam perancangan buku ini dibuat variasi tampilan berupa variasi layout yang berbeda setiap halaman. Diharapkan dengan variasi ini pembaca akan tertarik dan tidak bosan hingga akhir cerita.

3.3.5. Jumlah Seri

Perancangan buku ini hanya terdiri dari 1 seri saja. Buku tersebut adalah buku biografi M.Soleh Adi Pramono, Sang Maestro Seni Pertunjukan dari Malang. Buku biografi ini menggunakan hard cover dan terdapat bonus pembatas buku di dalamnya.

(23)

3.3.6. Ukuran dan Jumlah Halaman

Ukuran buku ini adalah 25 x 25 cm. Dibuat dengan ukuran besar, karena buku ini memang dimaksudkan untuk dibaca di rumah saat sedang santai dan bukan untuk dibaca berpergian. Jumlah halaman 80 halaman.

3.3.7. Sinopsis

M.Soleh Adi Pramono lahir 1 Agusutus 1951 di Dusun Wonomulyo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Tamat dari SD 1965, dilanjut SMP tahun 1969, SMA tahun 1972, dilanjut KONRI (Konservatori Karawitan Indonesia) Surabaya tahun 1976. Lalu lulus dari perguruan tinggi ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta tahun 1984.

Di tahun 1976 menjadi peraga teknis Kantor Kebudayaan Kabupaten Malang sampai tahun 1979, lalu Pak Soleh masuk perguruan tinggi ISI dari tahun 1979 sampai 1984. Pernah menjadi dosen FPBS IKIP Malang pada tahun 1984- 1992. Pada tahun 26 Agustus 1989 mendirikan padepokan seni (membangun kembali padepokan kakek Pak Soleh, Ki Roesman yang pernah ada tahun 1911- 1913) diberi nama Mangun Dharma, diambil dari sejarah Patih Panegari Brang Wetan (Malang). Padepokan tersebut dibangun di Desa Tulus Besar, Kabupaten Malang.

Saat menjadi dosen di IKIP Malang, Pak Soleh banyak melakukan kegiatan berkesenian, dan mempunyai murid-murid yang berasal dari luar negeri.

Saat itu ada seorang murid Pak Soleh berasal dari Amerika yang bernama Elizabeth Karen. Begitu tertariknya dengan kesenian Indonesia terutama Jawa, Karen belajar pada Pak Soleh hingga akhirnya mereka menikah. Sebelumnya Pak Soleh sudah menikah dengan Ibu Lilis Ekowati dan mempunyai 2 anak.

Setelah 20 tahun menikah dan mempunyai 2 anak dengan Pak Soleh, Karen memutuskan untuk kembali ke negaranya dan melanjutkan kuliah kembali.

Karena, kepergian Karen padepokan Mangun Dharma yang terdahulunya Pak Soleh kelola bersama Karen sempat vacuum selama 2 tahun. Namun saat ini, Pak Soleh bersama istrinya yang ketiga mengelola dan mulai membangunkan kembali kesenian yang sempat kendor itu.

(24)

Kini kegiatan sehari-hari Pak Soleh adalah mengajar kesenian tradisi Malang di Padepokan Mangun Dharma. Kesenian yang diajarkan di padepokan Mangun Dharma adalah Wayang Topeng, Tari, Wayang Kulit, Mocopat Malangan. Murid yang pernah belajar di padepokan ini tidak hanya dari daerah setempat melainkan sudah mencapai luar negri. Murid dari luar negeri yang pernah belajar di padepokan adalah murid dari Amerika, Jerman, Jepang, Australia, Inggris dan Belanda.

3.4. Konsep Karakter Tokoh Cerita 3.4.1. Karakter Tokoh Utama

Tokoh Utama : M. Soleh Adi Pramono

Pak Soleh adalah seorang seniman dari Malang terutama dalam bidang seni pertunjukan. Karakternya sabar, telaten, konsisten.

3.4.2. Karakter Tokoh Pendukung

Tokoh Pendukung : Keluarga Pak soleh Istri : Bu Eny Suprimi ( Anis )

Bu Eny adalah istri dari Pak Soleh, seorang perias manten. Karakternya sabar, selalu mendukung Pak Soleh, keibuan.

3.5. Konsep Dasar Gaya Desain

Konsep yang akan dipakai dalam perancangan buku biografi ini adalah simplicity. Dengan tema yang diangkat adalah tradisional dengan tujuan untuk mengingat kembali kesenian tradisi. Untuk menunjukkan kesan kesenian tradisi digunakan ornamen-ornamen yang ada di seni pertunjukkan sebagai unsur desain.

Layout yang dipakai berbeda-beda setiap halamannya. Layout berupa grid yang diatur tetap berpegang pada konsep simple. Selain didukung oleh layout, untuk memperjelas isi ditambahkan obyek pendukung berupa foto.

3.6. Konsep Warna

Warna yang digunakan adalah warna coklat, abu-abu dan putih sebagai dasar background. Dan sebagai warna penunjang dipakai warna-warna yang

(25)

terkandung dalam seni pertunjukan itu sendiri seperti merah. Alasan dipilih warna-warna seperti ini adalah untuk menunjang karakter dari kesenian tradisional.

3.7. Teknik Pengerjaan

Isi buku terdiri dari text dan gambar. Teknik pengerjaan menggunakan teknik komputer. Pengambilan gambar berupa foto menggunakan kamera digital.

Teknik pengeditan foto menggunakan komputer dengan Adobe Photoshop.

Sedangkan untuk layout text dan illustrasi menggunakan komputer dengan Adoba Illustrator.

3.8 Konsep Font 3.8.1 Font Judul

Font Judul dibuat dengan font Japan. Bentuknya tidak terlalu kaku, sehingga cocok untuk target market perancangan ini yaitu remaja-dewasa. Selain itu, font lebih mengesankan klasik dan tradisional.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

3.8.2 Font Nama Pengarang

Font yang dipakai adalah font Estrangelo Edessa. Dipilih bentuk yang sejenis dengan font judul sehingga dapat senada dengan font judul.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

3.8.3 Font Teks Narasi

Font yang dipakai untuk teks narasi adalah font Myriad Pro. Dipilih font ini, karena font ini dianggap readable nya baik.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890  

Gambar

Gambar 3.5. Grid Layout

Referensi

Dokumen terkait

Elemen teks merupakan tipografi berserta hierarkinya dan elemen visual pada layout sama dengan elemen desain yang ada pada desain grafis yaitu elemen gambar.. Prinsip pada

Adalah warna yang terdiri dari satu warna saja, namun kedalamannya tergambarkan dalam kualitas gelap terangnya. Warna monochrome digunakan untuk mengidentifikasikan

Menguasai konsep teoritis dasar-dasar ilmu dan teknologi benih, fisiologi benih pemuliaan tanaman, ekologi tanaman, fisiologi tanaman, dasar-dasar bioteknologi tanaman,

Jika sebuah drawing punch menekan material blank ke dalam drawing die maka akan timbul tegangan-tegangan yang mengakibatkan terjadinya plastis flow yang sangat rumit di dalam

Post card (kartu pos) merupakan salah satu media promosi below-the-line yang dapat menarik perhatian target market dan dibuat untuk mendukung promosi dari peluncuran ini buku

Diantaranya adalah, Matahari yang dianggap sebagai Apollo, sang dewa matahari dan cahaya dalam kepercayaan Yunani kuno; planet Merkurius yang diambil dari nama dewa Hermes; Venus

Bidang gambar diberikan titik berwarna, sesuai dengan bentuk obyeknya yang dari kejauhan seakan-akan menyatu, yang dapat mencapai tiga dimensi yang menggambarkan

Fuzi bin Haji Ahmad Shahimi dan mohamad bin Dolmat yang merupakan pengerusi dan salah seorang Ahli majlis, majlis perbandaran Johor Bahru Tengah dengan ini menyatakan bahawa,