• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP DESAIN. 103 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP DESAIN. 103 Universitas Kristen Petra"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Konsep Kreatif Perancangan Buku Cerita Bergambar

3.1.1. Khalayak Sasaran (Target Audience) 3.1.1.1. Khalayak Sasaran Primer

a. Tinjauan Demografis

Cerita bergambar Kerajaan Majapahit dengan pendekatan fantasi ini dirancang dan ditujukan secara khusus untuk khalayak sasaran dengan usia 13-17 tahun, tingkat pendidikan SMP hingga SMA atau sederajat. Hal ini menjadi pertimbangan karena visualisasi dan cerita yang disajikan mengandung unsur kekerasan meskipun tidak ditampilkan secara vulgar, misalnya adegan perang dan pembunuhan. Buku ini disajikan dengan kemasan yang sesuai untuk kelas ekonomi menengah, tidak terlalu mahal namun juga tidak murah untuk menjaga kualitas yang baik.

b. Tinjauan Geografis

Khalayak sasaran yang dituju adalah semua remaja yang tinggal di daerah kota maupun sub urban di Indonesia.

c. Tinjauan Psikografis

Khalayak sasaran yang dituju berdasarkan aspek psikografis adalah remaja yang menyukai hal-hal baru terutama yang bersifat fantasi. Selain itu juga memiliki keingintahuan tentang sejarah sebagai bagian dari suatu bangsa. d. Tinjauan Behavioristis

Khalayak sasaran remaja umumnya memiliki aktivitas beragam dan menyukai hiburan seperti membaca buku cerita, buku ilustrasi, memainkan console game (PlayStation, Nintendo), menggambar, dan dapat mengoperasikan komputer.

3.1.1.2. Khalayak Sasaran Sekunder

Target audience sekunder merupakan masyarakat dengan usia di atas 17 tahun, dengan kebutuhan yang bervariasi terhadap buku cerita bergambar. Kelas ekonomi dan sosial bebas karena buku cerita bergambar tersebut tidak harus

(2)

meminjam. Secara umum, buku cerita bergambar ini dapat dinikmati oleh semua orang karena mengandung unsur edukasi serta hiburan, meskipun untuk rentang usia di bawah 13 tahun (anak-anak) perlu mendapat pengawasan dari orang tua terhadap bacaan yang sesuai dengan usia mereka.

3.1.2. Tujuan Kreatif

Cerita bergambar ini dirancang sebagai sarana hiburan visual yang memuat unsur edukasi tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sejarah bangsa. Pesan moral ini disampaikan melalui visualisasi dengan pendekatan fantasi yang ditunjang dengan narasi, konflik sejarah, serta karakteristik para tokoh di dalamnya.

3.1.3. Strategi Kreatif 3.1.3.1. Isi Pesan

Cerita bergambar ini menyampaikan nilai-nilai kehidupan pada zaman Majapahit dalam kurun waktu tahun 1292-1357 Masehi, di mana peristiwa kala itu memberikan sumbangsih terhadap apa yang terjadi di masa kini maupun masa depan. Nilai-nilai kehidupan yang dimaksud adalah perilaku serta pola pikir para tokoh pendukung cerita, tentang perjuangan, kebijaksanaan, keegoisan, ambisi, kesetiaan dan sebagainya yang berujung pada suatu renungan dalam diri tokoh utama. Di samping itu, jalinan cerita ini terangkum dalam penggalan kisah sejarah yang terjadi di masa lalu menurut analisa para ahli dan pakar sejarah, sehingga audience juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah untuk membangkitkan kepekaan mereka sebagai generasi muda terhadap bagian dari suatu bangsa.

3.1.3.2. Bentuk Pesan

Pesan yang disampaikan disajikan dalam bentuk ilustrasi digital painting dengan pendekatan fantasi berupa kostum, suasana, karakteristik serta sebagian setting. Narasi disampaikan secara deskriptif dan eksposisi menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan dijabarkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Sedangkan

(3)

percakapan ada yang disampaikan melalui kalimat langsung dalam paragraf maupun dibuat seperti naskah drama.

3.2. Konsep Rancangan Buku Cerita Bergambar

3.2.1. Judul Rancangan Buku Cerita Bergambar 3.2.1.1. Judul utama Buku Cerita Bergambar

Cerita bergambar ini berjudul “Wilwatikta Chronicles: The Treasure From The Past ” yang menceritakan sejarah wilwatikta, yaitu sebutan lain Majapahit yang sering digunakan para pujangga pada zamannya. Kata Wilwatikta ini digunakan karena jarang dikenal masyarakat. Tujuannya sebagai point of interest agar target audience memiliki rasa penasaran terhadap isi buku. “The Treasure From The Past” digunakan sebagai sub judul utama untuk menunjukkan bahwa sejarah dan kisah kehidupan di dalamnya adalah harta yang dapat kita ambil hikmahnya. Penggunaan bahasa Inggris pada judul adalah salah satu strategi untuk menarik minat baca target audience terhadap buku-buku dengan muatan lokal.

3.2.1.2. Sub Judul Buku Cerita Bergambar

Terdapat beberapa chapter (bagian) yang membagi cerita menjadi beberapa sub judul yang menceritakan konflik tokoh utamanya, yaitu :

a. Kisah yang Tak Terlupakan

Bagian ini merupakan awal dari cerita dengan tokoh utama Tristan dan Enigma. Sub judul “Kisah yang Tak Terlupakan” menunjukkan bahwa sejarah merupakan cerita maupun informasi yang terus digali manusia dalam rangka mencari tahu tentang jati dirinya. Sejarah sebagai kisah terus diceritakan dari masa ke masa dan tak lekang oleh waktu, karena itu disebut “Tak Terlupakan”.

b. Kertarajasa: Perjuangan Untuk Sebuah Negeri Impian

Sub judul ini menggunakan nama gelar Raden Wijaya yaitu “Kertarajasa” untuk menunjukkan keagungan seorang raja. “Perjuangan Untuk Sebuah Negeri Impian” menunjukkan kisah jatuh bangun Raden Wijaya sebagai karakter utama dalam bagian ini dalam usahanya mendirikan suatu kerajaan

(4)

baru yang meneruskan kejayaan Singasari bernama “Majapahit”. c. Jayanegara: Api yang Membakar Diri

Jayanegara adalah tokoh utama dalam bagian ini. Kata “Api” di sini digunakan untuk menunjukkan sikap egois Jayamegara sebagai raja. Sedangkan “Membakar Diri” menunjukkan bahwa keegoisan seseorang dapat menjadi senjata makan tuan bagi dirinya.

d. Tribhuwana: Saksi Sumpah Sakti

Tribhuwana adalah tokoh utama dalam cerita bagian ini. Kata “Saksi Sumpah Sakti” menunjukkan bahwa ia adalah Ratu yang menjadi salah satu saksi saat Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada diucapkan. Sumpah Palapa disebut sakti karena menjadi awal sepak terjang Gajah Mada dalam mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit.

e. Hayam Wuruk: Ambisi Sang Mahapatih

Hayam Wuruk adalah tokoh utama dalam cerita bagian ini. Ia adalah raja yang paling terkenal karena memerintah Majapahit ketika mencapai masa kejayaannya. “Ambisi Sang Mahapatih” menceritakan ambisi Gajah Mada yang diucapkannya melalui Sumpah Palapa harus berakhir dengan peristiwa Perang Bubat.

f. Harta dari Masa Lalu

Bagian ini merupakan penutup yang menjadi kelanjutan bagian pertama sekaligus menjadi kesimpulan dari semua kisah yang disajikan. Sub judul “Harta dari Masa Lalu” menunjukkan tentang nilai-nilai kehidupan positif yang terkandung dalam sejarah.

3.2.2. Tema Cerita

Cerita bergambar ini mengangkat tema Kerajaan Majapahit, dari sejarah berdirinya hingga mencapai masa keemasannya. Pesan disampaikan melalui kisah empat raja pertamanya, yaitu Kertarajasa, Jayanegara, Tribhuwana, dan Hayam Wuruk, serta mahapatih Gajah Mada yang tersohor.

(5)

3.2.3. Maksud dan Tujuan

Tema Kerajaan Majapahit diangkat untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sejarah terutama nilai positif kepada generasi muda. Hal ini juga dimaksudkan untuk membangkitkan minat dan apresiasi remaja terhadap sejarah bangsa.

3.2.4. Bentuk Penyajian dan Variasi tampilan

Cerita bergambar ini disajikan dalam bentuk buku yang dikemas dengan jilid hard cover dan gambar full colour yang dicetak di atas art paper berkualitas. Hal ini dipertimbangkan karena kemasan yang baik memberikan pengaruh terhadap minat baca remaja akan buku-buku ilustrasi terutama yang bertema sejarah maupun local content.

Buku cerita bergambar ini juga akan dilengkapi dengan bonus sebagai sarana penunjang promosi seperti stiker, pin, poster, kartu pos, dan pembatas buku.

3.2.5. Ukuran dan Jumlah Halaman

Ukuran 1 halaman adalah 16 cm x 22 cm, sedangkan 1 muka adalah 32 cm x 22 cm. Jumlah halaman dibuat 104 halaman karena ditujukan untuk target audience berusia di atas 12 tahun. Selain itu agar cerita yang disampaikan dapat lebih padat dan jelas namun juga tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan ilustrasi yang ditampilkan.

3.2.6. Sinopsis

Tristan dan Enigma adalah dua orang pelajar berusia 15 tahun yang aktif dan menyukai segala hal baru. Ketika mendapatkan tugas sekolah tentang sejarah, mereka dengan antusias mengunjungi museum yang dikelola oleh sahabat mereka, Profesor Ellios, seorang ilmuwan pencipta barang-barang elektronik mutakhir. Di museum itu, mereka dapat melihat kisah sejarah dalam virtual machine yang disebut “The Ercainz”. Tristan penasaran dengan kisah Kertarajasa dan Jayanegara, sedangkan Enigma lebih memilih kisah Tribhuwana dan Hayam Wuruk. Setelah menikmati sajian audio visual modern tersebut, mereka tidak

(6)

masa lalu yaitu nilai-nilai kehidupan yang tak lekang oleh waktu, pada masa apapun, pada zaman apapun, setiap manusia yang lahir ke dunia selalu belajar akan kehidupan dan mencari jati dirinya.

3.2.7. Setting Cerita 3.2.7.1. Setting Lokasi

Cerita bergambar dengan pendekatan fantasi ini sebagian besar manyajikan visualisasi setting yang tidak real dan tidak ada dalam dunia nyata, kecuali beberapa peninggalan candi yang berkaitan dengan Majapahit. Lokasi-lokasi tersebut antara lain.

g. Kota Bhinneka

Sebuah kota di Indonesia masa depan, di mana kecanggihan teknologi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Para penduduknya dinamis dan modern, menghargai segala hal yang ada di sekitar mereka.

Gambar 3.1. Kota Bhinneka h. Museum Sejarah Bhinneka

Museum sejarah yang menyimpan berbagai peninggalan masa lalu, di sana juga terdapat berbagai sajian ilmu pengetahuan yang disampaikan dengan alat-alat modern dan dapat dinikmati siapa saja.

(7)

i. Majapahit

Majapahit yang ditampilkan dalam cerita ini adalah suatu bentuk sajian audio visual dalam virtual machine.

Gambar 3.3. Referensi rumah Majapahit

Gambar 3.4. Majapahit fantasi

3.2.7.2. Setting Suasana

Suasana fantasi yang ditampilkan dalam cerita bergambar ini disesuaikan dengan jalan cerita, yaitu:

a. Kehidupan modern masa depan (futuristik)

Kehidupan masa depan ditunjukkan dengan suasana kota yang rapi dengan bangunan-bangunan futuristik. Pakaian yang dikenakan oleh tokoh utama tidak jauh berbeda dengan kostum yang ada di masa sekarang, namun peralatan yang ada di sekitar mereka sangat canggih dan mencerminkan kemajuan teknologi.

b. Kehidupan klasik fantasi Kerajaan Majapahit

Suasana zaman Kerajaan yang klasik namun tetap bernuansa fantasi. Pakaian dan atribut yang dikenakan para tokohnya memiliki kemiripan dengan pakaian

(8)

ciri fantasi.

c. Suasana fantasi peperangan Majapahit

Suasana panas yang menggambarkan peperangan di zaman Majapahit. Adegan dibuat berlebihan dengan adanya sosok dewa-dewi yang hadir dalam peperangan untuk membantu para tokohnya.

3.2.7.3. Setting Waktu

Cerita bergambar dengan pendekatan fantasi ini menggunakan setting waktu sebagai berikut:

a. Tahun 2100

Menggambarkan keadaan Indonesia di tahun 2100 yang modern dan futuristik. Penggambaran ini tidak lepas dari pendekatan fantasi yang menjadi landasan utama dalam pembuatan visualisasi cerita bergambar.

b. Tahun 1292-1357

Menggambarkan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Kertarajasa sampai Hayam Wuruk. Yaitu saat Majapahit didirikan sebagai suatu kerajaan penerus Singasari sampai pada zaman keemasannya yang menjadikan Majapahit sebagai suatu kerajaan besar.

3.2.8. Konflik

Konflik yang ada dalam cerita bergambar ini beragam karena nilai-nilai kehidupan yang disampaikan pun ada banyak. Konflik tersebut terjadi pada masa pemerintahan masing-masing raja, antara lain:

a. Kertarajasa/Raden Wijaya

Perjuangan Raden Wijaya dalam mendirikan Majapahit. Dimulai dari pelarian Raden Wijaya dari kejaran pasukan Jayakatwang yang menggulingkan pemerintahan Singasari. Raden Wijaya kemudian ditolong oleh Arya Wiraraja dari Madura dan mulai merencanakan serangan balasan untuk merebut kembali kekuasaan. Perjuangan ini sangatlah berat, apalagi ditambah dengan kedatangan tentara Tartar dari China. Namun berkat kecerdikan, kegigihan dan semangat Raden Wijaya yang pantang menyerah, ia berhasil mendirikan

(9)

sebuah kerajaan baru dengan nama Majapahit. Raden Wijaya dinobatkan dengan nama abhiseka (gelar) Kertarajasa Jayawardhana.

b. Jayanegara

Jayanegara adalah raja yang kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Ia mearang kedua saudara perempuannya untuk menikah karena tidak ingin mendapat saingan dari keturunan mereka berdua. Sikapnya yang egois dan sombong ini sedikit berubah saat ia melarikan diri dari kejaran pemberontakan Kuti ke desa Badander. Namun, akhirnya ia meninggal di tangan seorang yang pernah sakit hati padanya, Ra Tanca.

c. Tribhuwana

Tribhuwana Tunggadewi adalah ratu perempuan pertama yang memerintah Majapahit. Ia memerintah menggantikan ibunya, Putri Gayatri yang memilih menjadi bhiksuni. Pada masa pemerintahannya, terjadi pengangkatan mahapatih Gajah Mada yang mengucapkan Sumpah Palapa.

d. Hayam Wuruk

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami puncak kejayaannya berkat politik Palapa Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara. Di masa ini juga terjadi Perang Bubat, yaitu perang berdarah antara Majapahit dan Sunda yang mengakhiri ambisi Gajah Mada dalam menundukkan semua wilayah Nusantara.

3.3. Konsep karakter Tokoh Cerita

3.3.1. Karakter Tokoh Utama

Karakter utama dalam cerita bergambar ini lebih dari satu karena terbagi dalam beberapa chapter. Setiap chapter memiliki tokoh utama sendiri yang terlibat secara langsung dengan konflik yang terjadi.

3.3.1.1. Tristan

Tristan adalah tokoh utama cerita yang bersetting di kota Bhinneka, salah satu kota Indonesia masa depan. Adapun ciri-ciri karakter ini adalah:

a. Ciri Fisik

- Remaja laki-laki berusia 15 tahun - Rambutnya diwarna merah tua

(10)

- Memakai jaket rompi, topi, googles, serta ikat pinggang rantai b. Karakteristik

- Energik dan bersemangat - Menyukai hal-hal baru - Suka berpetualang c. Desain Karakter

Gambar 3.5. Data visual karakter remaja pria

Sumber : Looking for a Youth Fashion Edge in Harajuku, (Japan Photo Blog, 22 Maret 2007) figure 46. http://www.japanwindow.com/index.php?showimage=405

(11)

3.3.1.2. Enigma

Enigma adalah teman sekolah Tristan yang juga tinggal di kota Bhinneka. Bersama dengan Tristan, ia mengunjungi Museum Sejarah Bhinneka dan menyaksikan kisah sejarah dalam virtual machine. Ciri-ciri karakter ini adalah:

a. Ciri Fisik

- Remaja perempuan berusia 15 tahun

- Rambutnya diwarna coklat dan dikuncir tinggi - Memakai kontak lens warna hijau

- Memakai aksesoris gelang b. Karakteristik

- Feminim dan lembut

- Menyukai hal-hal yang berhubungan dengan sejarah - Menyukai segala peralatan buatan Profeor Ellios c. Desain Karakter

Gambar 3.7. Data visual karakter remaja perempuan Sumber : Harajuku, (Japanese Lifestyle, 22 Maret 2007) figure 2.

(12)

Gambar 3.8. Desain karakter Enigma 3.3.1.3. Kertarajasa Jayawadhana

Kertarajasa adalah karakter utama pada chapter ke-2, ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Ciri Fisik - Berbadan tegap - Berambut keriting - Berkulit coklat - Bermata hitam

- Raut wajah sabar dan kebapakan

- Mengenakan aksesoris dan pakaian bangsawan Majapahit b. Karakteristik

- Tidak mudah menyerah, penuh semangat juang - Berjiwa pemimpin

- Memiliki taktik perang yang jitu c. Desain Karakter

(13)

Gambar 3.9. Terracota kepala laki-laki berambut keriting

Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia. 1997. Hal 101.

Gambar 3.10. Arca pakaian laki-laki kasta ksatria pada zaman Majapahit Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik

(14)

Gambar 3.11. Desain karakter Kertarajasa Jayawardhana

3.3.1.4. Jayanegara

Jayanegara adalah raja yang memerintah Majapahit menggantikan Kertarajasa. Dia adalah karakter utama pada chapter ke-3. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Ciri Fisik

- Berparas dingin dan angkuh - Rambut hitam lurus dan panjang

- Mengenakan jubah dan aksesoris bangsawan Majapahit - Berkulit pucat

- Bermata hitam b. Karakteristik

- Egois dan mementingkan diri sendiri - Lemah dan mudah sakit-sakitan

(15)

c. Desain Karakter

Gambar 3.12. Contoh pakaian bangsawan laki-laki Majapahit

Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia. 1997. Hal 41.

(16)

Tribhuwana adalah saudara tiri Jayanegara yang memegang tahta pemerintahan setelah pembunuhan terhadap Jayanegara. Ratu ini menjadi karakter utama pada chapter ke-4. Ciri-ciri Tribhuwana adalah sebagai berikut:

a. Ciri Fisik

- Mengenakan mahkota ratu dan aksesoris bangsawan Majapahit - Rambut hitam lurus dan disanggul di samping belakang

- Wajah rupawan dan berkharisma - Berkulit kuning

- Bermata coklat b. Karakteristik

- Berpendirian tegar - Tabah dan lembut - Berjiwa pemimpin

c. Desain Karakter

Gambar 3.14. Terracota perempuan mengenakan mahkota

Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia. 1997. Hal 102.

(17)

Gambar 3.15. Contoh pakaian perempuan Majapahit

Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia. 1997. Hal 104-105

Gambar 3.16. contoh model rambut perempuan Majapahit

Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia. 1997. Hal 70.

(18)

Gambar 3.17. Desain karakter Tribhuwana 3.3.1.6. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk adalah putra Tribhuwana yang memegang tahta Majapahit setelah usianya 17 tahun. Dia adalah karakter utama dalam chapter ke-5. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Ciri Fisik

- Berbadan tegap

- Berambut hitam lurus panjang dan memakai mahkota - Mengenakan aksesoris dan pakaian bangsawan Majapahit b. Karakteristik

- Berjiwa pemimpin - Berkemauan keras - Bijaksana

(19)

c. Desain Karakter

Gambar 3.18. Terracota pria bangsawan Majapahit dengan aksesoris mahal Sumber: Soemantri, Hilda. Majapahit Terracota Art. Jakarta: Himpunan Keramik

Indonesia. 1997. Hal 99.

(20)

3.3.2.1. Profesor Ellios

Profesor yang bekerja sebagai pengelola Museum Sejarah Bhinneka. Berusia 50 tahun dan tampak awet muda. Profesor ini banyak menciptakan peralatan elektronik canggih yang dapat menunjang penyampaian wawasan maupun pengetahuan dalam museum, salah satunya adalah virtual machine.

Gambar 3.20. Desain karakter Profesor Ellios

3.3.2.2. Gajah Mada

Seorang pemimpin pasukan elite bhayangkara yang berhasil menyelamatkan Jayanegara dari pemberontakan Kuti, dan berkat jasa-jasanya diangkat sebagai mahapatih Majapahit oleh Tribhuwana Tunggadewi. Sumpah Palapa yang diikrarkannya berhasil membawa Majapahit mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Berparas keras namun bijak dan berwibawa. Berbadan tegap, agak kekar namun tidak terlalu tinggi. Mengenakan atribut panglima perang Majapahit.

(21)

Gambar 3.21. Contoh gambar keris

Sumber: Widodo, Dukut Imam, dkk. Malang Tempo Doeloe: Djilid Satoe. Malang : Bayumedia Publishing. 2006. Hal 33.

Gambar 3.22. Desain karakter Gajah Mada

3.3.2.3. Ra Kuti

Seorang bawahan kepercayaan raja Kertarajasa yang tidak suka dengan kepemimpinan Jayanegara dan melakukan pemberontakan. Setelah berhasil menduduki istana Majapahit sementara waktu, ia berhasil ditumpas oleh pasukan Gajah Mada yang bekerja sama dengan pembesar Majapahit yang masih setia pada raja. Berparas keras dan penuh curiga.

(22)

Gambar 3.23. Desain karakter Ra Kuti 3.3.2.4. Ra Tanca

Seorang ahli ramuan (tabib) istana yang membenci Jayanegara karena sikapnya terhadap Tribhuwana dan Dyah Wiyat. Ra Tanca diam-diam menyimpan perasaan cinta terhadap Dyah Wiyat. Ia semula membantu Kuti merencanakan pemberontakan, namun pada akhirnya berbalik membantu Gajah Mada dan bhayangkara secara misterius karena sikap Kuti yang kejam dan di luar kendali. Ra Tanca kemudian lolos dari penumpasan pemberontakan Kuti. Ia adalah pembunuh Jayanegara yang akhirnya mati di tangan Gajah Mada. Berparas tampan, tegap, masih muda, dan terlihat terpelajar. Sikapnya pendiam dan tenang.

(23)

3.3.2.5. Arya Tadah

Mahapatih yang mencalonkan Gajah Mada sebagai penggantinya namun menertawakan Gajah Mada saat ia mengucapkan Sumpah Palapa. Arya Tadah adalah orang yang dihormati Gajah Mada sebagai senior. Berperawakan kurus, sakit, sudah tua dan berambut putih.

Gambar 3.25. Desain karakter Arya Tadah

3.3.2.6. Ra Kembar

Salah seorang bangsawan Majapahit yang menertawakan Gajah Mada saat ia mengucapkan Sumpah Palapa. Sikapnya ini membuat Gajah Mada sakit hati dan mengajaknya berduel yang berakhir dengan kemenangan telak Gajah Mada serta kematian Ra Kembar. Berperawakan gempal, rambut panjang, berjanggut, dan berparas meremehkan.

(24)

Adik kandung Tribhuwana yang berparas cantik dan dilarang menikah pada masa pemerintahan Jayanegara. Wajahnya anggun mirip Tribhuwana namun sikapnya lebih lemah lembut dan keibuan.

Gambar 3.27. Desain karakter Dyah Wiyat

3.3.2.8. Ibu Suri Gayatri

Ibu kandung Tribhuwana dan Dyah Wiyat, serta merupakan istri yang paling dikasihi oleh Kertarajasa. Setelah tua, ia memilih menjadi biksuni. Berparas lembut dan keibuan, sabar, dan berwibawa. Mengenakan jubah biksuni.

(25)

3.3.2.9. Raja Linggabuana

Raja Sunda Galuh yang merupakan ayah Dyah Pitaloka. Ia menyerahkan jabatannya kepada Dyah Pitaloka agar pernikahan Dyah dan Hayam Wuruk sederajat. Ciri-ciri fisiknya adalah berambut hitam panjang dan berwibawa. Mahkota dikenakan di dahi berbentuk lingkaran seperti yang dikenakan oleh orang-orang Majapahit untuk mengikat rambut.

Gambar 3.29. Desain karakter Linggabuana

3.3.2.10. Dyah Pitaloka

Seorang putri Sunda yang sangat cantik dan membuat Hayam Wuruk jatuh cinta. Berkulit kuning langsat, berambut hitam lurus panjang, mengenakan pakaian kemben dengan desain yang lebih sederhana.

(26)

Penggambaran tokoh karakter maupun background menggunakan gaya semi realis. Proporsi tubuh manusia dibuat natural dan tidak terlalu melebih-lebihkan seperti gaya kartun. Gaya ini dipilih karena tema yang diangkat adalah tema serius yang disampaikan dengan lebih ringan menggunakan pendekatan fantasi.

3.5. Konsep Warna

Warna yang digunakan menggunakan adalah warna-warna polychrome dan disesuaikan dengan setting cerita. Warna-warna tersebut dibagi menjadi 3 nuansa warna, yaitu:

a. Natural

Warna-warna yang digunakan adalah putih, abu-abu, coklat, hijau, serta warna-warna yang tidak menimbulkan kesan ekstrem bagi mata. Kesan ini digunakan untuk menggambarkan setting sehari-hari atau kejadian yang wajar.

Gambar 3.31. Contoh penggunaan warna natural

b. Panas

Warna-warna seperti merah, kuning, dan turunannya digunakan untuk menggambarkan suasana kontroversial, peperangan, maupun menampilkan kesan dramatis.

(27)

Gambar 3.32. Contoh penggunaan warna panas c. Kelam/gelap

Warna-warna seperti hitam, biru tua, coklat tua, maupun warna-warna shade digunakan untuk menggambarkan suasana kegelisahan, kekhawatiran, dan kesedihan.

Gambar 3.33. Contoh penggunaan warna kelam

3.6. Teknik Pengerjaan

Cerita bergambar ini terdiri dari ilustrasi dan tipografi. Ilustrasi dikerjakan dengan membuat sketsa secara manual dan diwarnai dengan komputer sehingga menjadi karya digital painting. Sedangkan tipografi dipilih dari jenis font yang ada dalam komputer dan diaplikasikan dalam halaman cerita bergambar menjadi suatu komposisi yang baik antara ilustrasi dan tipografi.

(28)

3.7.1. Font Judul

3.7.1.1. Font Judul Utama

Font yang digunakan untuk judul utama cerita “Wilwatikta Chronicle” maupun judul utama setiap bab dalam cerita adalah Spirit. Font ini memiliki kemiripan bentuk dengan huruf Jawa kuno yang disebut huruf Palawa.

Gambar 3.34. Prasasti dengan huruf Palawa Sumber : dokumen pribadi

Huruf ini merupakan huruf dekoratif yang sesuai dengan nuansa fantasi pada visualisasi. Selain itu, font ini memiliki kesan luwes dan feminin untuk memberikan kesan dramatis.

Wilwatikta Chronicle

Gambar 3.35. Gambar tipografi judul utama cerita

3.7.1.2. Font Subjudul

Font yang digunakan untuk subjudul utama mupun subjudul setiap bab dalam cerita adalah df temple. Font ini dipilih karena memiliki kemiripan dengan font judul utama tetapi lebih sederhana dan mudah dibaca karena berfungsi sebagai penjelas judul utama.

(29)

Treasure From The Past

Gambar 3.36. Gambar tipografi subjudul utama

3.7.2. Font Nama Pengarang

Nama pengarang menggunakan font yang sama dengan font subjudul, yaitu df temple, agar penampilan cover tidak terlalu ramai dengan berbagai macam font.

Erika metta mudita

Gambar 3.37. Gambar tipografi nama pengarang

3.7.3. Font Teks Narasi

Font teks narasi menggunakan Drecnocratica karena lebih mudah dibaca dibandingkan jenis font judul maupun sub judul, tetapi tetap memiliki kesan dekoratif.

Gambar 3.38. Gambar tipografi teks narasi

3.8. Jalan Cerita

Cerita dibagi menjadi 5 bagian yang masing-masing bagian memiliki karakter utama dan jalan cerita yang berbeda.

BAGIAN I : KISAH YANG TAK TERLUPAKAN Setting : Kota Bhinneka

Kita yang hidup di dunia ini tak akan pernah tahu seperti apa masa depan itu. Kita memiliki sejarah yang membentuk kita seperti sekarang.

Kita juga memiliki impian-impian yang akan membentuk masa depan kita kelak. Suatu hari nanti, kita juga akan menjadi sejarah bagi dunia ini.

(30)

Mungkin kita akan dilupakan.

Mungkin juga akan menjadi kisah yang tak terlupakan.

Setting : Museum Sejarah Bhinneka Tokoh : Tristan dan Enigma

Namaku Tristan.

Aku seorang pelajar di kota Bhinneka yang berusia 15 tahun. Sahabat cewekku, Enigma, sekelas denganku.

Sejak kecil kami selalu bersaing dalam hal apapun, mulai dari hal sepele seperti kecepatan melipat kertas sampai hal-hal seperti perolehan penghargaan bergengsi. Kami sering bertengkar, tapi selalu berbaikan lagi dalam waktu beberapa menit. Sekarang pun, kami sedang lomba lari menuju Museum Sejarah Bhinneka. Menurut kalian, siapa yang akan menang?

Hai, namaku Enigma.

Seorang pelajar cewek berusia 15 tahun yang up-to-date akan segala hal. Mulai dari hal seperti gadget mutakhir, fashion remaja, sampai hal-hal seperti kelakuan konyol sahabatku, semuanya benar-benar up-to-date.

Sifatku yang tak mau kalah, membuat sahabatku, Tristan, termotivasi untuk mengalahkanku. Jadilah kami 2 orang yang selalu bersaing dalam segala hal. Kalau dia berhasil menang dariku, kata yang diucapkannya adalah,”Selalu ada awan di atas awan.”

Sekarang kami sedang adu lari menuju Museum Sejarah Bhinneka. Menurut kalian apakah motto andalan Tristan akan diucapkannya ?

Setting : Museum indoor

Tokoh : Profesor Ellios, Tristan, Enigma

Enigma : Kita seri

Tristan : tidak bisa! Aku lebih cepat 2 detik, selalu ada aw...

Profesor Ellios : Selamat siang, anak-anak. Seakan semangat muda tak akan pernah habis ya?

(31)

Tristan dan Enigma : hai profesor

Ini adalah Profesor Ellios, seorang kurator museum sekaligus ilmuwan di bidang elektronik.

Enigma : Profesor, kami mau membuat animasi Kerajaan Majapahit untuk tugas liburan ini. Kami rasa, banyak yang bisa kami dapatkan dari kisah sejarah.

Prof. Ellios : Kalau begitu, cobalah virtual machine baru yang mulai dioperasikan hari ini. Prototype pertamanya diberi nama 312C-41NZ Project X-01 Code Chronicles VM “The Ercainz”.

Tristan : Wow!!! Keren!!!

Enigma : Kau baru melihatnya? Aku sudah meminta bluprint-nya langsung dari Profesor.

Tristan : Apa?? Bagaimana bisa ??

Prof. Ellios : Hahaha....kebiasaan lama kalian! Baiklah anak-anak, apa kalian siap mendengar kemampuan mesin ini ?

Tristan : Yup! Enigma : Oke!

Prof. Ellios : “The Ercainz” menampilkan tayangan audio visual sejarah langsung kepada orang yang berada dalam mesin tersebut. Mereka seakan melihat kejadiannya dengan mata kepala mereka sendiri. Yang lebih asyik lagi, kalian bisa memilih visualisasi yang kalian inginkan, apakah itu visualisasi klasik, visualisasi fantasi, maupun visualisasi parodi. Untuk kalian, kusarankan visualisasi fantasi.

Setting : Virtual Machine Tokoh : Tristan

Yup! Aku akan melihat Majapahit ala Virtual Machine ini. Aku memilih fitur FANTASY untuk menyaksikan kisah Kertarajasa dan Jayanegara.

Gambar : Raden Wijaya (Kertarajasa) Status : Pendiri majapahit

Tahun pemerintahan : 1293-1309 Masehi Halaman 11

(32)

Tokoh : Jayanegara

Status : Raja ke-2 Majapahit Tahun pemerintahan : 1309-1328 Halaman 25

Tokoh : Enigma

Aku juga memilih fitur FANTASY. Tapi aku lebih tertarik dengan kisah Tribhuwana, Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Gambar : Tribhuwana Tunggadewi Status : Ratu Majapahit

Tahun pemerintahan : 1328-1351 Halaman : 51

Tokoh : Hayam Wuruk Status : Raja ke-4 Majapahit Tahun pemerintahan : 1351-1389 Halaman : 67

BAGIAN 2 : KERTARAJASA : PERJUANGAN UNTUK SEBUAH NEGERI IMPIAN

Setting : Pelarian ke Madura

Tokoh : Raden Wijaya dan para pengawalnya

Tahun 1292, Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok runtuh karena serangan Jayakatwang dari Gelang-Gelang. Serangan mendadak itu berhasil menggulingkan pemerintahan Kertanegara, membunuhnya, dan mencerai-beraikan seluruh keluarganya. Untunglah, sang menantu, Nararya Sanggramawijaya yang disebut Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama beberapa pengawal setianya ke arah Barat. Selama beberapa minggu, dalam keadaan letih, kelaparan dan terdesak, mereka berhasil menyembunyikan diri dari pasukan Jayakatwang. Hampir saja rombongan itu putus asa dan menyerah,

(33)

namun berkat dorongan dan semangat Raden Wijaya, muncullah secercah harapan dan bantuan di Madura yang datang dari Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Berkat bantuannya, Raden Wijaya berjanji pada Arya Wiraraja akan membagi kerajaan menjadi dua bila ia bersedia membantunya merebut kembali kekuasaan dari Jayakatwang.

Setting : Pembukaan hutan Tarik Tokoh : Raden Wijaya

Atas usul Arya Wiraraja, Raden Wijaya kembali ke Jawa dan berpura-pura memihak Jayakatwang. Selain itu, ia juga mengatakan pada Jayakatwang akan membuka lahan di daerah Tarik Tralaya Antahwulan sebagai tempat berburu yang dipersembahkan pada Jayakatwang. Rencana ini disetujui oleh Jayakatwang tanpa rasa curiga. Maka, dengan bantuan orang-orang Madura, Raden Wijaya membuka lahan di daerah Tarik, sebelah selatan Surabaya. Mereka membangun sebuah desa kecil di tengah hutan pohon maja sambil mempersiapkan diri untuk merebut kembali kekuasaan dari Jayakatwang.

“Di bumi Tarik Tralaya Antahwulan ini, aku meletakkan impianku akan sebuah negeri makmur dan jaya, Wilwatikta yang akan disebut Majapahit.”

Setting : Kedatangan tentara Tartar Tokoh : Sih-Pi, Kau Hsing, Ike Mese

Tak lama setelah desa kecil Majapahit dibangun, pada awal bulan Maret 1293, negeri Tartar di Mongol mengirimkan pasukan di bawah komando 3 jenderalnya. Mereka adalah Sih-pi yang disebut Pendekar Tongkat Besi, Ike Mese si tangan dewa, dan Kau Hsing sang Pedang Angin. Mereka datang ke Majapahit atas perintah Kubilai-Khan dengan tujuan menghukum Kertanegara yang pernah mempermalukan utusan Mongol. Namun sayangnya, Kertanegara, raja terakhir Singosari sudah terbunuh oleh Jayakatwang. Kedatangan pasukan Tartar yang tak terduga ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk suatu rencana besar. Kepada ketiga Jenderal dari Tartar, Raden Wijaya sebagai penerus Kertanegara mengatakan bahwa ia akan tunduk pada Kubilai-Khan setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang dengan bantuan pasukan Tartar.

(34)

Setting : Perang perebutan kekuasaan dari Jayakatwang Tokoh : Raden Wijaya

Rencana pemberontakan Raden Wijaya terdengar oleh bawahan Jayakatwang yang kemudian berusaha mengepung Majapahit. Raden Wijaya segera meminta bantuan pasukan tentara Tartar. Untuk sementara, pasukan Jayakatwang dapat dipukul mundur. Delapan hari kemudian, pasukan Tartar bersiap mengadakan serangan balasan. Maka, pasukan dari Cina dan pasukan Raden Wijaya bergabung dan menggempur pertahanan pasukan Jayakatwang di Daha. Pertempuran itu dimulai pada tanggal 20 Maret pagi hari dan Jayakatwang beserta pengikutnya menyerah pada sore harinya.

Setting : Pengusiran tentara Tartar dan penobatan Raden Wijaya Tokoh : Raden Wijaya

Setelah kemenangan atas Jayakatwang, Raden Wijaya meminta izin untuk pulang ke Majapahit dengan alasan menyiapkan upeti bagi Kaisar Mongol. Permohonan ini disetujui oleh Sih-pi dan Ike Mese tanpa curiga, bahkan memberi pengawal dua orang dan dua ratus prajurit. Kau Hsing yang terperanjat mendengar Raden Wijaya dilepaskan ke Majapahit tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegahnya karena pasukan telah berangkat. Pesta pora yang diadakan oleh pasukan Mongol atas kemenangan melawan Jayakatwang dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menyerang balik. Serangan balik dan tak terduga itu berhasil membuat ketiga Jenderal Mongol dan pasukannya kalang kabut. Sisa-sisa pasukan yang selamat melarikan diri dan kembali ke negeri Mongol. Setelah kemenangannya dalam perang Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

BAGIAN 3 : JAYANEGARA : API YANG MEMBAKAR DIRI Setting : Istana Majapahit

Tokoh : Jayanegara, Ibu Suri Gayatri

Setelah Kertarajasa mangkat pada tahun 1309, Jayanegara, putranya dari selir Indreswari, dinobatkan sebagai raja Majapahit. Untuk menghindarkan diri dari

(35)

persaingan dengan kedua saudara perempuan tirinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat Rajadewi yang merupakan keturunan puteri Gayatri, yaitu istri resmi Kertarajasa yang keempat, Jayanegara melarang mereka menjalin asmara dengan pemuda manapun. Dia tidak ingin keturunan para putri itu kemudian menggulingkannya dari tampuk kepemimpinan tertinggi. Jayanegara bahkan berniat mengawini kedua saudara perempuannya itu.

Setting : Kamar tidur Dyah Wiyat Tokoh : Ra Tanca, Dyah Wiyat

Kedua putri di istana, Tribhuana dan Dyah Wiyat bagaikan sepasang bidadari kembar dengan kecantikan yang bersinar. Tak heran, banyak pemuda yang mengagumi mereka berdua. Di antara para pemuda itu, Ra Tanca, seorang tabib istana yang muda dan tampan menyimpan perasaan pada Dyah Wiyat. Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Dyah Wiyat ketika Ra Tanca datang mengobati sakitnya di suatu hari. Namun, karena menyadari perbedaan status, kedua insan itu hanya bisa menyimpan perasaan mereka di dalam hati.

Setting : Kamar tidur Jayanegara Tokoh : Jayanegara, Ra Tanca

Kelemahan Jayanegara adalah bertubuh lemah dan sering sakit. Karena itu, ia sering mengundang Ra Tanca, tabib istana yang ahli dalam ilmu pengobatan dan ramuan untuk mengobatinya. Suatu hari, Jayanegara mengetahui bahwa Ra Tanca sedang jatuh cinta pada seorang gadis. Ia menanyai tabib itu karena penasaran. “Coba katakan padaku, siapa gadis yang sering mengunjungi mimpi-mimpimu itu?”

Ra Tanca diam saja dan terus membuat ramuan.

“Kau sudah banyak membantuku, tidak ada salahnya aku membantu urusan cintamu. Bilang saja siapa gadis itu, aku akan meminangnya untukmu. Tidak akan ada yang berani menolakku.”

Akhirnya Ra Tanca berucap,”Ampun tuanku, hamba hanya berani memimpikannya namun mimpi itu tidak akan menjadi kenyataan.”

(36)

berani menentangku. Memangnya siapa gadis itu? Apakah aku mengenalnya ?” Entah apa yang merasuki Ra Tanca hingga ia berani menganggukkan kepalanya. Sekelibat pikiran muncul di pikiran Jayanegara yang mendadak berubah sikap. “Tunggadewi ?” tanya Jayanegara. Ra Tanca diam saja.

“Rajadewi ?” tanya Jayanegara yang diikuti anggukan lemah Ra Tanca.

Tanpa diduga, Jayanegara meludahi Ra Tanca dan menendangnya, “Kurang ajar! Kau pikir siapa dirimu? Orang rendah tak tahu diri!” hardik Jayanegara.

Ra Tanca yang terluka hatinya mulai membenci Jayanegara sejak saat itu. Kebenciannya itu terus menumpuk setiap waktu seiring dengan perasaannya kepada Dyah Wiyat Rajadewi yang semakin dalam.

Setting : Malam membara Tokoh : Ra Kuti

Salah seorang pegawai istana bernama Ra Kuti, sangatlah membenci Jayanegara. Menurutnya raja lemah itu tidak becus dan tidak layak menjadi raja. Bersama beberapa orang pegawai istana, termasuk Ra Tanca, Ra Kuti mengadakan pemberontakan dan mengepung istana dengan tujuan menangkap dan membunuh Jayanegara. Namun, ia sungguh marah dan kecewa ketika entah bagaimana caranya, bagaikan ditelan malam, Jayanegara dapat meloloskan diri dari kepungan istana.

Setting : Pelarian Jayanegara ke Badander Tokoh : Jayanegara, Gajah Mada

Tak jauh dari hingar bingar ibukota Majapahit yang sedang kacau karena pemberontakan Kuti, dua orang yang sedang menyamar berjalan tergesa-gesa di kegelapan malam. Mereka adalah Gajah Mada dan Jayanegara.

Gajah Mada adalah seorang bekel -semacam pemimpin- pasukan elite penjaga keluarga raja yang dikenal dengan Bhayangkara dan terdiri dari 15 orang prajurit pilihan. Gajah Mada membagi pasukan bhayangkara untuk menyelamatkan keluarga raja dan menyebar ke berbagai tempat pengungsian yang dirasa aman.

(37)

Jayanegara : “Sampai kapan kita akan berjalan seperti ini, Mada? Aku sudah tak kuat lagi, dari tadi sekujur tubuhku digigit nyamuk, dan kakiku sepertinya bengkak karena terus berjalan! Tak satu pun Raja pernah diperlakukan seperti ini!”

Gajah Mada : “Ampun, Tuanku! Kita akan terus menuju barat untuk menghindari kejaran pasukan Kuti, harap Tuanku bersabar sedikit lagi, karena kita tidak boleh melakukan hal-hal yang menyolok sedikit pun.”

Setting : desa Bedander Tokoh : Gajah Mada

Dalam masa pengungsian itu, ada seorang bhayangkara yang diam-diam menjadi mata-mata Kuti. Ia berhasil mempersulit upaya penyelamatan itu tanpa membuka kedoknya. Ulahnya itu membuat bhayangkara saling mencurigai satu sama lain, bahkan timbul korban pemfitnahan. Ketika keadaan semakin sulit, sebuah pesan rahasia dari Ra Tanca yang menyembunyikan identitasnya dengan mengirim surat kaleng memberi petunjuk tentang mata-mata Kuti dalam bhayangkara. Ra Tanca berubah sikap karena kecewa terhadap Kuti yang kejam dan perilakunya yang tidak mengundang simpati rakyat.

Setting : Rumah kepala desa Bedander Tokoh : Gajah Mada, bhayangkara

Esoknya, Gajah Mada menyelidiki setiap gerakan dan tingkah laku para bawahannya. Ia hanya mengetahui bahwa mata-mata itu mengirim pesan rahasia menggunakan suara burung. Padahal, Gajah Mada tahu dengan pasti bahwa prajurit bhayangkara tak pernah mendapatkan pelatihan seperti itu.

Sedikitnya petunjuk, membuat Gajah Mada hampir putus asa. Sampai ketika tanpa sengaja salah seorang bhayangkara bersiul pelan, sangat pelan sekali sampai tak terdengar, dan siulan itu terdengar seperti suara burung. Di hadapan bhayangkara yang lain, Gajah Mada segera menangkap basah dan membongkar kedok mata-mata itu. Sang mata-mata-mata-mata yang melawan itu akhirnya dibunuh oleh Gajah Mada karena keberadaannya membahayakan nyawa Jayanegara.

(38)

Tokoh : Gajah Mada

Tertangkapnya mata-mata dalam bhayangkara membuat Gajah Mada mengambil suatu keputusan. Ra Kuti harus segera ditumpas karena tidak layak menduduki istana Majapahit lebih lama lagi.

Untuk sementara, ia menyerahkan pengawalan Jayanegara kepada bhayangkara kepercayaannya dan menuju ibukota Majapahit seorang diri agar mudah menyamar dan tidak dicurigai pasukan pemberontak.

Setting : Rumah Pembesar Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, para pembesar Majapahit

Gajah Mada berangkat sendiri ke Majapahit untuk mengetahui sikap para pembesar Majapahit dan menyelidiki apakah mereka masih setia kepada Jayanegara atau tidak.

Ia mengatakan bahwa Jayanegara telah terbunuh oleh Kuti dan melihat reaksi mereka. “Apa yang kalian sedihkan?” tanyanya penuh selidik. “Bukankah kalian berpihak pada Kuti?”

“Bicara apa kau, Mada?” kata mereka tajam. “Dia orang yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sekarang kami diam karena tidak mendapat dukungan yang kuat, melawan pun akan percuma. Kami masih merasa Kuti harus membayar semua perbuatan kurang ajarnya!”

Gajah Mada terdiam, “Jadi begitu?” tanyanya sekali lagi.

“Kami bersumpah akan menghancurkan Kuti bila saatnya tepat.”

“Kalau begitu dengarkan,” kata Gajah Mada penuh waspada. “Sang Prabu masih hidup dan selamat di desa Badander. Kalau kalian memang masih setia, bantu aku menumpas Kuti.”

Setting : Istana Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, bhayangkara

Kerjasama antara Gajah Mada dan para pembesar Majapahit berhasil menumpas Kuti beserta pengikutnya. Di antara komplotan Kuti itu, Ra Tanca yang ikut merencanakan pemberontakan, menyerahkan diri dan memperoleh pengampunan.

(39)

Ia tidak dihukum mati tetapi hanya dijebloskan ke penjara. Atas jasanya menyelamatkan Jayanegara dan keluarga istana serta menumpas pemberontakan Kuti, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan selama 2 tahun kemudian dilanjutkan sebagai Patih Daha.

Setting : Kamar Jayanegara

Tokoh : Jayanegara, Gajah Mada, Ra Tanca

9 tahun setelah pemberontakan Kuti, Jayanegara menderita sakit keras. Ra Tanca, seorang tabib yang pandai, ditugasi untuk mengobati Jayanegara. Kebenciannya pada Jayanegara membuatnya gelap mata dan meracuni raja itu. Jayanegara menggeliat kesakitan dan meraung. Gajah Mada yang menyaksikan peristiwa itu segera menghunus kerisnya dan menusuk Tanca sampai mati. Namun pada saat yang sama, racun ramuan Ra Tanca telah membunuh Jayanegara.

BAGIAN 3 : TRIBHUWANA : SAKSI SUMPAH SAKTI Setting : Istana

Tokoh : Tribhuana, Dyah Wiyat

Setelah kematian Jayanegara di tangan Ra Tanca, kedua putri yang semula dipingit kini mendapatkan pinangan dari pemuda bangsawan dari negara bawahan Majapahit. Tribhuana menikah dengan Kertawardhana dan dinobatkan sebagai Rani –sebutan untuk Ratu- Kahuripan. Sedangkan Dyah Wiyat menikah dengan Wijayarajasa dan dinobatkan sebagai rani Daha.

Ibu Suri Gayatri yang memilih menjadi biksuni, menolak dinobatkan sebagai ratu Majapahit. Ia menunjuk Tribhuana sebagai penggantinya, dengan gelar Tribhuana Tunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.

Setting : Rumah Arya Tadah

Tokoh : Arya Tadah, Gajah Mada, Gayatri

Pada waktu itu yang menjadi patih amangkubumi atau mahapatih Majapahit adalah Arya Tadah. Namun karena usia tua, Arya Tadah sering sakit dan tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, terlebih saat ia mendapatkan perlakuan buruk saat pemberontakan Kuti. Ia mencalonkan Gajah Mada sebagai

(40)

Tadah. Namun Gajah Mada yang merasa sungkan tidak menerima tawaran itu begitu saja, ia ingin menundukkan Sadeng dan Keta terlebih dahulu. Baru setelah itu, ia akan bersedia dipilih menjadi patih amangkubumi.

Setting : Sadeng Tokoh : Ra Kembar

Rencana Gajah Mada untuk memimpin pasukan penundukan Sadeng dan Keta diserobot oleh Ra Kembar yang ingin mencari muka dan mengincar jabatan mahapatih. Perbuatan lancangnya ini membuat geram Arya Tadah dan Gajah Mada. Untuk menghindari perseteruan dari kedua belah pihak, Tribhuwana Tunggadewi membawa pasukan sendiri serta memimpin langsung penundukan Sadeng dan Keta.

Setting : Sadeng dan Keta Tokoh : Tribhuana

Tribhuana : aku memerintahkan pasukanmu ditarik mundur dari Sadeng dan Keta! Kau telah menyalahi aturan yang ada, dan percayalah, apa yang kau inginkan tidak akan dapat tercapai dengan semua ini.

Ra Kembar: Ampun, Rani! Hamba hanya merasa sudah sepantasnya mengumpulkan jasa untuk kemajuan Majapahit, tanpa bermaksud untuk lancang sedikitpun.

Tribhuana: Aku mengerti maksudmu, Ra Kembar. Tetapi ada pihak lain yang seharusnya lebih berhak atas kepemimpinan pasukan ke Sadeng dan Keta. Mereka mendapat izin resmi dariku, dan kau bermaksud menyelanya? Katakan apa kau juga bermaksud membangkang perintahku?

Ra Kembar: ...Ampun, Rani! Setahu hamba, Mahapatih Arya Tadah sedang sakit keras....lalu siapakah pihak lain yang Rani maksudkan?

Tribhuana: Yang aku maksudkan adalah Patih Daha, Gajah Mada. Ra Kembar: ...

Tribhuana: Sekarang kau mengerti ? Aku harus bersikap adil terhadap kedua belah pihak dan tidak ingin ada perselisihan, penundukan Sadeng dan Keta akan

(41)

kuambil alih dengan pasukanku sendiri. Baik pasukanmu maupun pasukan Gajah Mada akan berada di bawah komandoku!

Ra Kembar: Hamba laksanakan, Rani!

(Memangnya siapa itu Gajah Mada?? Tak lebih dari seorang penjilat yang selalu menempel pada keluarga istana...Bah!!)

Setting : Lapangan istana Majapahit Tokoh : Gajah Mada

Setalah peristiwa Sadeng dan Keta, Gajah Mada diangkat sebagai mahapatih amangkubumi menggantikan Arya Tadah. Di hadapan para pejabat Majapahit dan Ratu Tribhuwana, Gajah Mada mengucapkan sumpah saktinya,”Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti Palapa.”

Yang berarti, jika telah menaklukkan Nusantara, aku akan beristirahat. Jika Gurun, Seram, Tanjun Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasek telah tunduk, barulah aku akan beristirahat.

Setting : lapangan istana Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, Tribhuwana, Ra Kembar, Arya Tadah

Banyak sahabat dan teman seperjuangan Gajah Mada tertegun mendengar sumpah sakti itu, tak terbayangkan betapa keras usaha yang harus dijalani Gajah Mada untuk mewujudkan impiannya. Namun tidak semua menganggapnya demikian, Ra Kembar, yang sangat membenci Gajah Mada merasa hal itu sangat lucu dan menertawakannya. Hal tersebut diikuti oleh beberapa kawan Ra Kembar, bahkan Arya Tadah yang dihormati Gajah Mada pun tertawa.

Merasa sakit hati karena sumpah yang diucapkan dengan segenap niat hatinya diremehkan dan dilecehkan, Gajah Mada menantang Ra Kembar untuk duel satu lawan satu. Ia akan menyerahkan jabatan mahapatih bila Ra Kembar berhasil mengalahkannya. Di hadapan sang Ratu, Gajah Mada memohon restu dan menegaskan niat tulus sumpahnya. Pertarungan hidup mati itu dimenangkan oleh Gajah Mada.

(42)

BAGIAN 4 : HAYAM WURUK : AMBISI SANG MAHAPATIH Setting : Armada Majapahit

Tokoh : Hayam Wuruk, Gajah Mada

Dyah Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanagara dinobatkan sebagai raja Majapahit ketika berusia 17 tahun pada tahun 1351 Masehi segera setelah mangkatnya Sri Rajapatni bhiksuni Gayatri. Ketika ia dinobatkan sebagai raja, Tribhuwana Tunggadewi masih tinggal di istana bersama suaminya namun tidak lagi memegang pemerintahan.

Bersama raja muda yang masih hijau, Gajah Mada memegang pemerintahan dan memperkuat armada laut Majapahit. Ia mulai menjalankan politik Palapanya dengan penundukan Pulau Bali, kemudian diikuti oleh penundukan negeri-negeri yang membentang dari barat sampai timur, yang disebut Nusantara.

Kekuatan dan kejayaan Majapahit ini menjadikannya sebagai negara yang besar dan dihormati oleh negara lain.

Setting : Istana Sunda Tokoh : Dyah Pitaloka

Meskipun telah menundukkan berbagai kerajaan di luar Jawa, Gajah Mada belum puas karena sebuah kerajaan di Pulau Jawa, Sunda Galuh, masih belum menjadi negeri bawahan Majapahit.

Sunda Galuh memiliki seorang putri dengan kecantikan luar biasa bernama Dyah Pitaloka Ratna Citraresmi. Kecantikannya ini membuat penasaran Hayam Wuruk muda yang segera mengirim pelukis kerajaan untuk melukisnya.

Setting : Istana Majapahit Tokoh : Hayam Wuruk

Ketika lukisan itu telah selesai, tak diragukan lagi, Hayam Wuruk muda jatuh cinta pada kecantikan gadis dalam lukisan itu dan bermaksud menikahinya.

Gajah Mada ingin agar putri itu diserahkan ke Majapahit sebagai tanda bahwa Sunda Galuh resmi menjadi bawahan Majapahit. Namun usul itu ditentang oleh

(43)

Tribhuwana dan seluruh anggota kerajaan. Meskipun demikian, hasrat Gajah Mada untuk menguasai daerah itu tak dapat dipadamkan. Ambisinya untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit membuatnya melakukan segala cara.

Setting : Istana Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, Tribhuana

Gajah Mada ingin agar putri itu diserahkan ke Majapahit sebagai tanda bahwa Sunda Galuh resmi menjadi bawahan Majapahit. Namun usul itu ditentang oleh Tribhuwana dan seluruh anggota kerajaan. Meskipun demikian, hasrat Gajah Mada untuk menguasai daerah itu tak dapat dipadamkan. Ambisinya untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit membuatnya melakukan segala cara.

Tribhuana: Seperti yang aku katakan, Sunda Galuh adalah kerabat yang memiliki pertalian darah dengan Majapahit, nenekku adalah bangsawan Sunda. Penyerahan putri Sunda melalui pernikahan seperti yang kau maksudkan sama dengan pelecehan terhadap mereka.

Gajah Mada: Tapi menurut hamba, cara ini adalah yang terbaik. Sunda sebagai negara kecil sudah seharusnya tunduk kepada Majapahit yang lebih besar. Apa salahnya menjalin kedamaian sebagai negara bawahan?

Tribhuana: ...Aku hanya tidak ingin merusak hubungan baik kedua negara, Mada. Berbesan dengan Raja Linggabuana adalah hal yang menggembirakan. Aku juga ingin melihat putraku memasuki kehidupan rumah tangganya tanpa ada perasaan jengah terhadap Sunda.

Gajah Mada: ...Akan Hamba pikirkan.

Setting : Istana Sunda

Tokoh : Linggabuana, Dyah Pitaloka

Linggabuana: Aku mendengar berita miring tentang hubunganmu dengan pelukis dari Majapahit itu, Pitaloka. Apa artinya ini?

(44)

istri Raja Majapahit!

Pitaloka: Bagaimana mungkin aku bisa menikahi orang yang tidak pernah sekali pun kutemui? Katakan padaku Ayah, haruskah negara kecil seperti Sunda Galuh menyerahkan harga dirinya sebagai negara merdeka, bahkan harus membuang perasaan kita jauh-jauh, kepada kekuatan yang mendesaknya? Kalau harga diri saja tak punya, lalu apa lagi yang tersisa? Lebih baik mati, Ayah!

Linggabuana: Jaga bicaramu, Pitaloka! Kita masi punya cara lain untuk mempertahankan harga diri itu. Kau akan kuangkat sebagai Raja Sunda menggantikanku. Dengan begitu, pernikahanmu dengan Prabu Hayam Wuruk adalah pernikahan dengan status yang sederajat.

Sedangkan perasaanmu pada pemuda asing itu, suatu saat akan pupus bila kau mendapatkan kasih dari Raja Majapahit.

Pitaloka:...

Setting : Perjalanan ke Sunda

Pelantikan Dyah Pitaloka sebagai Ratu Sunda diikuti oleh keberangkatan rombongan mempelai ke Majapahit.

Sungguh gelisah perasaan Dyah Pitaloka. Dalam waktu satu bulan, begitu banyak hal yang terjadi padanya. Kedatangan pelukis dari Majapahit yang membuatnya jatuh cinta, lamaran Hayam Wuruk, desakan Gajah Mada terhadap sikap Sunda, serta pernikahan politiknya.

Setting : Istana Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, utusan Sunda Galuh

Rombongan Sunda di bawah pimpinan Raja Linggabuana berhenti di lapangan Bubat dan menunggu pasukan Majapahit menjemput calon pengantin. Seorang utusan Sunda dikirim ke istana dan bertemu dengan Gajah Mada untuk mengabarkan kedatangan rombongan itu,“Dyah Pitaloka baru saja dinobatkan sebagai raja Sunda Galuh. Jadi, pernikahan antara 2 pemimpin kerajaan ini bukanlah sikap tunduk pada Majapahit. Pernikahan ini adalah pernikahan sederajat sebagai 2 negara yang merdeka.”

(45)

Menanggapi utusan itu, Gajah Mada dengan sikapnya yang tenang berkata,“Aku tetap bersikukuh pada permintanku. Sampaikan pada rajamu, inilah saat untuk menetukan sikap, akan berdiri sendiri atau tunduk pada kekuatan yang lebih besar. Tidak ada tawar menawar lagi. Kehadiran pengantin dari Sunda Galuh ini sekaligus pernyataan bahwa Sunda Galuh bersedia tunduk menjadi bagian dari Majapahit.”

Setting : Lapangan Bubat Tokoh : Gajah Mada

Pernyataan Gajah Mada itu segera disampaikan kepada raja Linggabuana. Meskipun Sang Raja berpikir untuk memilih jalan damai dan menyetujui permintaan Gajah Mada, tidak demikian halnya dengan Dyah Pitaloka dan para prajurit Sunda. Mereka memilih mati daripada kehilangan harga diri sebagai negeri merdeka. Beberapa saat kemudian, pasukan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada datang dan mengepung lapangan Bubat.

Setting : Lapangan Bubat

Tokoh : Linggabuana, Gajah Mada

Kedatangan Gajah Mada dengan sejumlah besar pasukan bersenjata bukanlah dengan maksud menjemput mempelai pengantin. Ia telah betekad untuk menundukkan Sunda dan melanggar keputusan yang dibuat oleh dewan istana, terlebih janjinya kepada Tribhuana untuk bersikap baik kepada Sunda Galuh. Gajah Mada: Aku datang untuk memastikan bagaimana sikap Sunda Galuh, aku tak menginginkan terjadinya perang, karena dilihat dari jumlah prajurit hal itu sungguh tak memungkinkan. Kuharap kalian sudah memikirkan masak-masak apa yang terbaik untuk negeri Sunda.

Linggabuana: Tutup mulutmu, Gajah Mada! Sekarang Pitaloka adalah penguasa resmi Sunda Galuh, seorang Ratu. Sikapmu itu sungguh merendahkan kami sebagai negara merdeka.

Gajah Mada: Tidak ada salahnya sebuah negeri kecil bergabung dengan negeri yang lebih besar, kita bisa menjadi satu di bawah Majapahit, menjalin kerukunan, dan mempererat kesatuan di Nusantara.

(46)

menjalankan politik kami sebagai negara yang bersahabat, dan tetap merdeka! Gajah Mada: Jadi itu keputusanmu?

Linggabuana: Kami orang Sunda tidak pernah takut, Mada!

Setting : Lapangan Bubat

Tokoh : Linggabuana, prajurit Sunda

Perang berdarah ini tak seimbang dalam hal kekuatan. Ribuan tentara Majapahit melawan 93 prajurit Sunda. Meski demikian, semangat membara yang didasari harga diri untuk merdeka menyebabkan 1.274 prajurit Majapahit tewas. Perbandingan yang sangat mencengangkan ini menunjukkan semangat bela pati prajurit Sunda, nyawa dibayar nyawa. Palagan Bubat ini menyebabkan seluruh prajurit Sunda serta raja Linggabuana tewas.

Setting : Lapangan Bubat Tokoh : Dyah Pitaloka

Kekalahan telak Sunda dan kematian Raja Linggabuana mengguncang hati Dyah Pitaloka. Putri jelita yang membuat Hayam Wuruk jatuh cinta hanya dengan melihat lukisannya itu tanpa ragu menghujamkan kujang ke jantungnya.

Ia menepati kata-katanya yang terucap di suatu hari, “Kalau harga diri saja tak punya, lalu apa lagi yang tersisa? Lebih baik mati, Ayah!”

Setting : Istana Majapahit

Tokoh : Gajah Mada, Hayam Wuruk, Tribhuana

Peristiwa Bubat ini menjadi pukulan bagi seluruh keluarga kerajaan Majapahit. Ibu suri Tribhuwana kecewa pada kenekatan Gajah Mada yang menentang sikap para kerabat istana. Terlebih lagi Hayam Wuruk. Ia tak dapat menyimpan rasa kecewanya. Mahapatih yang dianggap sebagai bahunya dalam memerintah Majapahit, orang yang sangat dipercayainya, ternyata tega merampas kebahagiaannya demi sebuah ambisi.

(47)

Setting : Madakaripura

Selama di non-aktifkan, Gajah Mada menyepi di sebuah tempat yang disebut Madakaripura. Sungguh tak terbayangkan, ia harus mengalami semua ini di usianya yang mulai senja.

Dua tahun setelah di non-aktifkan, Hayam Wuruk mengirim utusan untuk meminta maaf kepada Gajah Mada dan memintanya kembali menjadi Mahapatih. Gajah Mada menyetujuinya, hanya saja kali ini ia memerintah dari Madakaripura, ia telah berhenti melaksanakan politik Palapanya. Beberapa tahun setelah itu, Gajah Mada menghilang tanpa jejak bagaikan ditelan bumi. Tak ada yang mengetahui ke mana Sang mahapatih tersohor itu pergi.

“Biarlah orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang tanpa asal-usul, tak diketahui siapa orang tuanya, tak diketahui di mana kuburnya, dan tak diketahui anak turunnya. Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak diketahui jejak telapak kakinya, murca berubah bentuk menjadi udara.”

BAGIAN 5 : HARTA DARI MASA LALU Setting : Museum Bhinneka

Tokoh : Tristan, Enigma, Profesor Ellios

Profesor Ellios : Bagaimana anak-anak ? Kalian punya sesuatu untuk diceritakan? Tristan : Wow!!!

Enigma : Keren!!!!

Tristan : Bukan hanya sejarah yang aku dapatkan, tapi lebih dari itu. Selama ini, aku tidak menyadari betapa berat perjuangan Raden Wijaya mendirikan Majapahit atau serunya pelarian Jayanegara dari pemberontak Kuti.

Enigma : Yeah, aku juga! Ternyata Indonesia punya pemimpin perempuan seperti Tribhuwana yang begitu keren di masa lalu, aku sebagai cewek merasa bangga. Terus, waktu Sumpah Palapa diucapkan, tiba-tiba aku merasa ngeri mendengarnya. Sumpah itu memiliki kekuatan yang begitu dasyat. Bagiku, Gajah Mada benar-benar pribadi yang luar biasa, meskipun tetap saja ia seorang manusia penuh ambisi yang akhirnya justru menjadi bumerang baginya.

(48)

Tristan : Kami akan pulang dan membuat karya luar biasa tentang Majapahit, sebuah negeri yang disebut Wilwatikta.

Enigma : Terima kasih atas bantuannya, Prof. Lain kali kami akan kembali untuk berpetualang di zaman yang lain.

Setting : Kota Bhinneka di senja hari Tokoh : Tristan, Enigma

“Kau tahu Enigma, meskipun waktu terus berjalan dan zaman berubah, sejarah tetap menyimpan sejuta cerita yang tak akan pernah habis diceritakan kecuali kita berhenti mencarinya.”

“Yeah! Meskipun zaman berubah, manusia dan jati dirinya tetaplah sama. Setiap zaman selalu memiliki kisah tentang nilai kehidupan, tentang perjuangan, semangat, pengabdian, ambisi, cinta, dan pengorbanan. Aku akan menyebutnya sebagai harta dari masa lalu.”

3.9. Konsep Media Penunjang

3.9.1. Tujuan Media Penunjang

Media penunjang ini dibuat untuk mendukung publikasi cerita bergambar “Wilwatikta Chronicles” sekaligus meningkatkan daya jual kepada target audience.

3.9.2. Strategi Produk Penunjang

Sebagai penunjang perancangan buku cerita bergambar “Wilwatikta Chronicles”, dibuat juga alternatif produk sebagai berikut :

3.9.2.1. Poster Promosi

Media ini digunakan sebagai promosi awal peluncuran buku cerita bergambar “Wilwatikta Chronicle”. Poster promosi ini diletakkan di toko buku yang menjual buku cerita bergambar tersebut. Media ini dibuat berukuran 60 cm x 160 cm dan diletakkan dengan stand banner di tempat yang mudah dilihat oleh target audience.

(49)

3.9.2.2. Merchandise Bonus

Merchandise bonus ini disertakan dalam tiap eksemplar buku cerita bergambar untuk meningkatkan daya jual kepada target audiensce.

a. Pembatas buku

Media ini selain berfungsi untuk memberi batas halaman pada buku yang sedang dibaca, juga berfungsi untuk menyampaikan beberapa penggalan adegan dalam buku cerita bergambar. Ukuran format yang digunakan adalah 25 mm x 180 mm dengan bahan berupa kertas artpaper 250 gram.

b. Pin

Pin digunakan sebagai alternatif promosi kreatif cerita bergambar karena keberadaannya yang sedang marak di dunia remaja. Selain itu, karena peletakannya yang fleksibel memungkinkan promosi yang lebih luas. Format ukurannya diameter 45 mm.

c. Stiker

Stiker merupakan media promosi yang berifat fleksibel karena dapat ditempelkan di mana saja dan bertahan dalam waktu yang cukup lama. Media ini dibuat dengan bentuk lingkaran berdiameter 100 mm.

d. Kartu Pos

Media ini menampilkan salah satu adegan dalam buku disertai cuplikan kata-kata para tokohnya yang dapat memberikan inspirasi kepada target audience. Pada bagian depan terdapat layout alamat tujuan serta logo “Wilwatikta Chronicles”. Media ini berukuran 150 mm x 100 mm dan dicetak di atas kertas artpaper FP Keaykolour Metalic Curious 250 gram dengan warna dasar Gold Leaf Antique.

e. Poster

Media ini menampilkan salah satu adegan dalam buku disertai cuplikan kata-kata para tokohnya yang dapat memberikan inspirasi kepada target audience. Media ini berukuran 400 mm x 550 mm dan dicetak di atas kertas artpaper.

(50)

3.10. Perencanaan Biaya

3.10.1. Biaya Produksi Buku

Perencanaan biaya publikasi buku sebanyak 1000 eksemplar dengan pertimbangan masih dalam tahap post-production (masa percobaan). Harga berdasarkan percetakan Sinar Abadi yang terletak di Jalan Simo Gunung Lawang Wetan I/6, Surabaya.

Cetak dan plat 53 buah x Rp 220.000,00 Rp 11.660.000,00 Artpaper 120 gr 1000 eks x 6 plano x Rp 6.963,00 Rp 41.778.000,00 Film 32,2 x 22,2 cm 53 buah x 714,84 cm2 x Rp 100,00 Rp 3.788.652,00 Jilid isi 1000 eks x Rp 1000,00 Rp 1.000.000,00 Hard cover 1000 eks x Rp 8.000,00 Rp 8.000.000,00

TOTAL Rp 66.226.652,00

Jadi biaya produksi 1 bukunya adalah Rp 66.227,00

3.10.2. Biaya Promosi Buku

3.10.2.1. Poster Promosi (50 lembar)

Cetak & X-Banner 50 lembar x Rp 250.000,00 Rp 12.500.000,00 Laminasi 50 lembar x Rp 50.000,00 Rp 2.500.000,00 SUBTOTAL Rp 15.000.000,00

3.10.2.2. Poster Bonus (1000 lembar)

Cetak dan plat 1 buah x Rp 220.000,00 Rp 220.000,00 Artpaper 100 gr 500 plano x Rp 1000,00 Rp 500.000,00 Film 40,2 x 55,2 cm 2219,04 cm2 x Rp 100,00 Rp 221.904,00

SUBTOTAL Rp 941.904,00

3.10.2.3. Pembatas Buku (1000 lembar, 4 desain)

Cetak dan plat 1 x Rp 220.000,00 Rp 220.000,00 Artpaper 250 gr 8 plano x Rp 11.583,00 Rp 92.664,00 Film 2,52 x 18,2 cm 45,864 cm2 x Rp 100,00 x 4 Rp 18.348,00

(51)

Potong dan laminasi 1000 lbr x Rp 500,00 Rp 500.000,00

SUBTOTAL Rp 831.012,00

3.10.2.2. Pin (1000 buah)

Pembuatan pin berdiameter 4,5 cm sudah termasuk cetak, kertas dan laminasi dengan biaya: 1000 buah x Rp 3000,00 Rp 3.000.000,00

3.10.2.2. Stiker (1000 lembar)

Cetak dan plat 1 buah x Rp 220.000,00 Rp 220.000,00 Kertas stiker 19 plano x Rp 5000,00 Rp 95.000,00 Film 84.9056 cm2 x Rp 100,00 Rp 8.491,00 Potong 1000 lbr x Rp 10,00 Rp 10.000,00

SUBTOTAL Rp 333.491,00

3.10.2.2. Kartu Pos (1000 eks, 4 desain)

Cetak dan plat 1 buah x Rp 220.000,00 Rp 220.000,00 Artpaper 250 gr 28 plano x Rp 11.583,00 Rp 324.324,00 Film 15,2 x 10,2 cm 155.04 cm2 x Rp 100,00 x 4 Rp 62.016,00 Potong 1000 lbr x Rp 10,00 Rp 10.000,00

SUBTOTAL Rp 616.340,00

Gambar

Gambar 3.4. Majapahit fantasi
Gambar 3.5. Data visual karakter remaja pria
Gambar 3.7. Data visual karakter remaja perempuan  Sumber : Harajuku, (Japanese Lifestyle, 22 Maret 2007) figure 2
Gambar 3.8. Desain karakter Enigma  3.3.1.3.  Kertarajasa Jayawadhana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam iklan tersebut tidak secara langsung ditampilkan penggunaan daripada Xumon document management system karena mengingat target audience daripada Xumon document management

Sebagai salah satu elemen dalam desain, tipografi juga dapat berekspresi dan membawa emosi, menunjukkan pergerakan elemen dalam desain, dan memperkuat arah dari suatu desain

Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap pemanfaatan internet sebagai media dalam menyelesaikan tugas

Post card (kartu pos) merupakan salah satu media promosi below-the-line yang dapat menarik perhatian target market dan dibuat untuk mendukung promosi dari peluncuran ini buku

Diantaranya adalah, Matahari yang dianggap sebagai Apollo, sang dewa matahari dan cahaya dalam kepercayaan Yunani kuno; planet Merkurius yang diambil dari nama dewa Hermes; Venus

Bidang gambar diberikan titik berwarna, sesuai dengan bentuk obyeknya yang dari kejauhan seakan-akan menyatu, yang dapat mencapai tiga dimensi yang menggambarkan

Konflik utama cerita pada novel grafis ini adalah tentang perjalanan hidup seorang wartawan yang berusaha untuk meliput dan lalu menulis berita aktual dari berbagai

Adalah warna yang terdiri dari satu warna saja, namun kedalamannya tergambarkan dalam kualitas gelap terangnya. Warna monochrome digunakan untuk mengidentifikasikan