Universitas Kristen Petra 30
3.KONSEP DESAIN
3.1. Tinjauan tentang Gambar
3.1.1. Tinjauan tentang Unsur Gambar 3.1.1.1.Garis (Line)
Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis.
Secara umum garis terdiri dari unsur – unsur titik yang juga mempunyai peran tersendiri, unsur titik juga bisa mendukung keindahan (Kusmiati, 1999). Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membentuk bekas sehingga terbentuk semacam goresan. Media yang dipakai biasanya bermacam – macam, seperti pensil, pena, kuas, dll. Bagi seni rupa, garis memiliki peran yang fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya seni rupa. Garis juga biasa disebut kontur, suatu istilah yang jarang sekali digunakan.
Pentingnya garis sebagai elemen senirupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek moyang manusia jaman dulu, menggunakan garis ini sebagai media ekspresi senirupa di gua-gua. Mereka menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka. Sebagai contoh adalah lukisan di dinding gua Lascaux di Prancis, Leang-leang di Sulawesi, Altamira di Spanyol dan masih banyak lainnya. Selain berupa lukisan, nenek moyang manusia juga menggunakan garis sebagai media komunikasi, seperti huruf paku peninggalan bangsa Phoenicia (abad 12 – 10 SM) yang berupa goresan-goresan. Disamping potensi garis sebagai pembentuk kontur, garis merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk. Baik bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
Bentuk garis bisa bersifat lurus atau lengkung, namun keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara sesama garis lurus juga ada perbedaan, baik dalam tekanan, ketebalan, dan letak. Sifat garis yang biasanya dikenal adalah berbentuk lurus, lengkung, dan bersudut. Dalam aplikasinya
Universitas Kristen Petra 31
biasanya mempunyai arah horizontal, vertikal, diagonal, atau miring. Garis pun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang, pendek, dan juga saling berhubungan dalam bentuk garis parallel atau sejajar, garis memancar atau radiasi, dan garis yang saling berlawanan. Bentuk – bentuk garis antara lain :
- Garis lurus digunakan sebagai penunjukan yang disertai kualitas tertentu, misalnya : kekuatan, aspirasi, ketenangan, stabilitas, dll.
- Garis vertikal yaitu garis yang berdiri tegak lurus dan memberi kesan kekuatan yang bergerak ke atas, yaitu saat mata kita tergerak untuk melihat dari bawah ke atas dan juga membantu memberi kesan ketinggian yang nyata.
- Garis horizontal yaitu garis yang terletak mendatar, sejajar dengan cakrawala atau horizon, dan memberi kesan ketenangan serta membuat mata seolah – olah digerakkan dari arah kiri ke kanan. Gunanya untuk memberi kesan dan mempertegas pentingnya satu kata atau kalimat yang diberi garis pada bagian bawahnya.
- Garis diagonal atau oblique yaitu garis miring ke kiri atau ke kanan yang memberi kesan aman, gerakan, semangat, dan perlawanan.
- Garis lengkung adalah garis lurus yang ditekuk atau dibengkokkan sehingga berupa suatu lengkungan, yang mampu menimbulkan kesan pada perasaan kuat, lemah, sensitif, dan ekspresif.
Gambar 3.1. Macam – macam garis Sumber : yogasetyawan.blogspot.com
Universitas Kristen Petra 32
Kombinasi garis lurus dan garis lengkung banyak kita jumpai di alam, terutama pada tanaman dan pohon di sekitar kita. Dalam suatu komposisi, perpaduan ini penting untuk menghindari kesan monoton dan menjemukan.
- Garis berlawanan adalah bila arah garis berlawanan secara tidak langsung dan terlihat adanya perbedaan atau pertentangan dalam hal posisi atau letak. Perlawanan tersebut menghendaki adanya variasi dalam arah garis, dengan ukuran garis yang sama panjang atau tidak sama panjang. Garis miring atau diagonal yang diatur saling berlawanan ke kiri dan ke kanan menghasilkan bentuk zigzag atau bergerigi yang juga disebut chevron, sedangkan garis horizontal dan vertikal dari berbagai ukuran dapat disusun sehingga menghasilkan bentuk spiral atau dikenal dengan sebutan fret.
Gambar 3.2. Garis zig zag Sumber : ask.com/wiki/zigzag_stitch
Diambil tanggal 26 Februari 2011
- Garis transisi adalah garis yang dengan mudah dapat mengarahkan mata dari satu bidang ke bidang lain. Contohnya sudut siku – siku yang terbentuk dari dua buah garis berlawanan yaitu garis horizontal dan garis vertikal bisa memberi kesan kesederhanaan atau kekerasan, namun bisa diperlunak dengan memberi garis lain misalnya garis diagonal.
- Garis berselang – seling adalah perpaduan garis seperti halnya siang dan malam, hitam dan putih; jadi garis pendek bisa bergantian dengan garis panjang atau garis lurus dengan garis lengkung, dan sebagainya.
- Garis berirama adalah garis yang terjadi dari gerakan pengulangan yang beraturan dari suatu elemen desain. Secara abstrak pengulangan dari semua jenis garis seperti yang dijelaskan di atas sangat diperlukan untuk menciptakan garis – garis berirama.
Universitas Kristen Petra 33
- Garis yang memancar, mengandung sifat – sifat memancar seperti yang dapat ditemui di alam, antara lain : memancar seperti matahari terbit atau terbenam, memancar dari titik pusat seperti yang terlihat pada bentuk bunga sederhana, memancar dari garis sumbu seperti pada helai daun tumbuh – tumbuhan, memancar dari sudut siku – siku yang banyak terlihat di ornamen dan karya seni.
Perpaduan atau kombinasi dari garis – garis tersebut diperlukan untuk membuat desain yang teratur (Kusmiati, 1999).
Dalam hubungannya sebagai elemen seni rupa, garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari bentuk – bentuk sederhana yang sering kita lihat di sekitar kita. Berikut ini adalah beberapa jenis garis beserta asosiasi yang ditimbulkannya :
1. Vertikal : Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.
2. Horizontal : Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak. 3. Diagonal : Tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.
4. Lengkung S : Keanggunan
5. Zig – zag : Bergairah, semangat, dinamika. 6. Bending up right : Sedih, lesu, duka.
7. Diminishing perspective : Adanya jarak, kejauhan, kerinduan. 8. Concentric arcs : Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan. 9. Pyramide : Stabil, megah, kuat.
10. Conflicting diagonal : Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan. 11. Spiral : Kelahiran
12. Rhytmic horizontal : Malas, ketenangan yang menyenangkan. 13. Upward swirls : Semangat, hasrat.
14. Upward spray : Pertumbuhan, spontanitas, idealisme.
15. Inverted perspective : Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran tak terhalang.
16. Water fall : Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat. 17. Rounded arcs : Lengkung bulat mengesankan kekokohan. 18. Rhytmic curves : Lemah gemulai, keriangan.
Universitas Kristen Petra 34
20. Radiation lines : Pemusatan, peletupan. (Darmawan, 2011).
3.1.1.2.Kualitas Terang Gelap (Value)
Value adalah dimensi mengenai terang gelap atau tua muda warna, yang
biasa disebut dengan istilah “brightness” atau kecerahan warna. Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Value adalah alat untuk mengukur derajat kecerahan warna yaitu seberapa terang atau gelapnya suatu warna jika dibandingkan dengan skala value atau tingkatan value:
tint, tone, shade (Sanyoto, 2005).
Pada skala value dapat terlihat sembilan tingkatan gelap ke terang. Tingkatan 1, 2, 3, adalah value gelap yang dinamakan shade; 4, 5, 6, value sedang yang disebut tone; 7, 8, 9, value terang yang disebut tint. Value warna – warna ditentukan dengan referen abu – abu, seberapa lebih terang dan seberapa lebih gelap dari tingkatan abu – abu. Value juga digunakan untuk menciptakan atau menilai karya seni dilihat dari karakter value, antara lain :
- Value terang (tint) karakternya positif, bergairah, meriah, feminine, manis,
ringan, tetapi ada kesan murung.
- Value normal (tone) karakternya tegas, jujus, jantan, murni, terbuka, kesan
galak.
- Value gelap (shade) karakternya berat, dalam, muram, mengerikan, menakutkan
(Sanyoto, 2005).
3.1.1.3.Bentuk dan Ruang (Shape dan Space)
Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya. (Darmawan, 2011).
Istilah bentuk atau form digunakan untuk menyatakan suatu bangun atau shape yang tampak dari suatu benda. Bentuk atau form adalah tubuh atau massa yang berisi garis – garis (Kusmiati, 1999). Ruang terjadi karena adanya persepsi
Universitas Kristen Petra 35
mengenai kedalaman sehingga terasa jauh dan dekat, tinggi dan rendah, tampak melalui indra penglihatan (Kusmiati, 1999).
Semua benda memiliki bentuk dasar di mana bentuk dasar tersebut terdiri atas 5 macam bentuk. Bentuk 3 dimensi diantaranya adalah tabung, bola, piramid, kerucut, dan balok. Sedangkan bentuk bidang antara lain lingkaran, silinder, piramida, kerucut, dan segi empat.
Gambar 3.3. Bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi Sumber : Mofit, Cara Mudah Menggambar, 2003
Diambil tanggal 28 Februari 2011
Francis D. K. Ching dalam bukunya yang berjudul “Menggambar Sebuah Proses Kreatif” mengatakan bahwa rupa bentuk positif maupun negatif saling bergantung satu sama lain. Keduanya harus ada secara bersama – sama dan terhubung untuk membentuk sebuah bayangan yang menyatu.
3.1.1.4.Pola (Pattern)
Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan sesuatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukan atau terlihat, dimana sesuatu tersebut dikatakan memamerkan pola (“Pola”).
Kebanyakan komposisi memiliki sebuah sktruktur yang menentukan posisi dan susunan dari gambar dan bentuk untuk menghasilkan permintaan visual dan
Universitas Kristen Petra 36
harmoni. Desain yang terdiri dari beberapa komposisi gambar yang mirip/sama disebut pola. Pola dihasilkan dari pengulangan bentuk, ukuran, warna, tektur,
value, arah, posisi, dan orientasi, dalam bentuk tunggal atau kombinasi.
Variasi dari pola dalam arsitektur, tekstil, dan karya seni yang ada sejak milenium pertama dan kedua sebelum masehi samap sekarang merupakan bukti sejarah bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan pola (Wallschlaeger and Snyder, 1992).
Gambar 3.4. Pola dalam Crop Circle Sumber : taiyowakagayaki.wordpress.com
Diambil tanggal 28 Februari 2011
3.1.1.5.Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakterknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dan sebagainya (“Unsur, Definisi”, para.7). Mofit mengatakan bahwa tekstur adalah suatu nilai permukaan sebuah benda yang mempunyai nilai raba kasar, lembut, halus, menyengat, nyeri, dan sebagainya (9).
Universitas Kristen Petra 37
Para pemahat dapat menciptakan karya seni yang baik dengan tekstur, tetapi para ilustrator buku harus memainkan unsur – unsur visual lain seperti garis, warna, bentuk, dan pola gelap terang untuk menciptakan suatu sensasi tekstural (Norton, 1983).
Gambar 3.5. Tekstur permukaan batu Sumber : henceinsomniaakut.blogspot.com
Diambil tanggal 28 Februari 2011
3.1.1.6.Warna (Colors)
Warna adalah salah satu unsur yang paling penting dalam penciptaan satu karya seni dan desain selain bentuk dan tekstur, karena warna mampu menciptakan suasana ceria, duka, kalut, panik, dan sebagainya. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih).
Universitas Kristen Petra 38
Gambar 3.6. Spektrum warna
Sumber : Colour, How to Use Colour in Art and Design Diambil tanggal 2 Maret 2011
a. Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna
Warna pokok ada 3 macam : merah, kuning, biru seperti pada pelangi.
Warna Primer :
Disebut primer karena tidak dapat diperoleh dari campuran warna lainnya, terdiri dari warna merah, biru, dan kuning.
Warna Sekunder :
Warna sekunder diperoleh dari campuran 2 warna primer, yaitu : - Merah dicampur kuning menjadi orange
- Biru dicampur kuning menjadi hijau - Biru dicampur merah menjadi ungu
Warna Tersier :
Diperoleh dengan cara mencampur warna primer dengan sekunder. - Kuning dicampur orange menjadi kuning orange (golden yellow) - Merah dicampur orange menjadi merah orange (burnt orange) - Kuning dicampur hijau menjadi kuning hijau (lime green) - Biru dicampur hijau menjadi biru hijau (turquoise)
Universitas Kristen Petra 39
- Merah dicampur ungu menjadi merah ungu (crimson) (Refiani, 2006).
Gambar 3.7. Diagram Warna Maxwell Sumber : idefensiusdodo.blogspot.com
Diambil tanggal 3 Maret 2011
b. Klasifikasi Warna berdasarkan Gambar/Ilustrasi - Warna Monochromatic
Warna yang menambahkan atau mengurangi intensitas dari satu warna saja. Gambar yang hanya memiliki satu warna (monochrome), warna dan kedalamannya tergambarkan pada kualitas gelap terang warna, yang mana gambar ini tidak merepresentasikan kenyataan atau realitas yang ada, tetapi sebuah keseimbangan antara cahaya dengan bayangan dari objek.
- Warna Polychromatic / Optical Color
Warna yang banyak menggunakan kandungan warna yang dicampurkan, tidak semata – mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti halnya
monochromatic. Polychromatic membuat objek lebih realis dan eskpresif sebab
pencampuran warna didasarkan pada warna – warna yang terlihat pada kehidupan sehari – hari.
Universitas Kristen Petra 40
c. Klasifikasi Warna berdasarkan Sensasinya
- Warna–warna panas (hot). Warna merah, kuning, dan pencampuran kedua warna tersebut.
- Warna–warna dingin (cold). Warna biru, hijau, dan pencampuran kedua warna tersebut.
- Warna–warna netral (neutral). Warna putih, abu – abu, dan pencampuran kedua warna tersebut.
d. Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristiknya
- Warna positif atau aktif : kuning, merah, kuning kemerahan, dan merah kekuningan. Warna ini memberikan sifat dan karakter aktif.
- Warna negatif atau pasif : biru, biru kemerahan, merah kebiruan. Warna ini memberi kesan kegelisahan, kepatuhan, kegairahan, pemikiran yang lembut.
e. Klasifikasi Warna berdasarkan Kualitasnya
- Hue : yaitu mengacu pada nama warna-warna tersebut dalam lingkaran warna. Misalnya merah, biru, kuning, hijau, dan sebagainya. Hue merupakan kualitas yang membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lainnya atau keunikan masing-masing warna.
- Chroma : kekuatan dan kelemahan warna, yang mengacu pada intensitas warna, misalnya warna kuning memiliki intensitas warna yang kuat sedangkan warna ungu kurang kuat intensitasnya.
- Value : merupakan ukuran gelap terang jika dibandingkan dengan warna hitam dan putih. Penambahan warna hitam dapat menjadikan warna lebih gelap, sedangkan penambahan warna putih dapat menjadikan warna lebih terang.
f. Klasifikasi Warna berdasarkan Maknanya
Masing-masing warna memiliki makna tertentu seperti juga kata-kata. Maka terjadi sebuah standar warna yang diklasifikasikan berdasarkan makna-makna simbolik dan persepsi individu terhadap warna tersebut, antara lain :
1. Merah : semangat dan agresif, kebesaran, kemuliaan, keluhuran, pangkat, hormat, mempercepat detak jantung, menairk perhatian, kecepatan, dan sportifitas.
Universitas Kristen Petra 41
2. Kuning : senang, gembira, penairk perhatian, membuat orang cepat marah, optimis, warna yang sulit diterima mata, meningkatkan konsentrasi dan metabolisme.
3. Hijau : alami, warna paling mudah diterima mata, meningkatkan penglihatan, ketenangan, menyegarkan, rileks, dan kesuburan.
4. Biru : warna langit dan lautan, warna yang paling populer, kedamaian, ketenangan, dingin, simbol kesetiaan.
5. Hitam : melambangkan otoritas dan kekuatan, membuat tampak lebih ramping jika mengenakan pakaian hitam, kepatuhan, kesedihan, kebijaksanaan, elegan. 6. Putih : berkesan tidak bersalah, kesucian, kehangatan, terang, netral, cocok digabung dengan warna apapun, steril, ketenangan, kekuatan spiritual, iman, kemurnian, hampa.
7. Abu-abu : netral, sebagai background, pembatalan, ragu-ragu. 8. Ungu : kemewahan, kekayaan, pengalaman, feminim, romantis, seni.
9. Coklat : tanah, keras, warna bumi, alami, warna kayu, kesedihan, kesuburan, ketenangan, kesan orang tua.
3.1.2. Tinjauan Unsur Komposisi 3.1.2.1.Penataan Layout
a. Komposisi secara Umum (Vertikal-Horisontal)
Dalam sebuah penyusunan layout dikenal adanya istilah ruang kosong/white space. Dalam penyusunan layout, terjadinya ruang kosong bagaikan ruang untuk bernafas atau istirahat yaitu dengan cara memisahkan gambar-gambar dari tulisan sehingga semua bagian yang tampil dalam layout dapat dinikmati (Kusmiati, 1999).
b. Perkembangan komposisi
Dewasa ini, layout pada sebuah karya desain, termasuk di dalamnya buku, atau majalah semakin berkembang. Penempatan teks dan gambar tidak hanya terpatok pada pola horizontal, atau vertikal, tapi sudah lebih berani lagi. Mulai dari diagonal, teknik cropping atau memotong gambar, penambahan unsur-unsur dekoratif, latar belakang, dan grid-grid dinamik lainnya. Hal itu bertujuan untuk
Universitas Kristen Petra 42
menciptakan bentuk yang selalul baru, dan inovatif. Juga lebih menarik. Meskipun begitu, susunan layout tetap memperhatikan target dari karya desain tersebut, agar nantinya pesan yang ingin disampaikan lebih mengena.
Gambar 3.8. Layout dengan white space Sumber : ideagardenblog.com Diambil tanggal 5 Maret 2011
c. Warna dalam Komposisi
Warna dalam sebuah komposisi layout adalah sebuah faktor yang harus diperhatikan. Sebuah layout yang bagus tanpa pemilihan warna yang sesuai dapat membuat sebuah komposisi terlihat kurang baik, begitu juga sebaliknya. Faktor penting lainnya adalah makna dan suasana yang ingin ditampilkan melalui komposisi warna tersebut.
Menurut Michael Reichmann dalam artikelnya yang berjudul Colour
Theory, pemilihan warna untuk sebuah komposisi dapat dilakukan dengan cara
Universitas Kristen Petra 43
Gambar 3.9. Isosceles triangle dalam lingkaran warna Sumber : scrapnframes.com
Diambil tanggal 5 Maret 2011
3.1.2.2.Tinjauan Teori Perspektif Sederhana
Perspektif merupakan hukum yang memprediksi dan menjelaskan tentang ragam dan cara bagaimana suatu obyek yang tampak semakin berkurang dan semakin kecil ukurannya saat obyek tersebut berada pada jarak yang jauh dari pengamat (Raynes, 1996). Basis dari semua perspektif adalah titik terang dari semua garis pararel pada horison. Horison adalah batas dimana mata kita melihat terjauh atau kaki langit. Hukum perspektif yaitu semua garis pararel atau sejajar yang tampak akan menuju pada suatu titik yang sama, tampak semakin mengecil hingga mendekati horison.
Dalam ilmu perspektif dikenal perspektif satu titik lenyap, perspektif dua titik lenyap, dan perspektif tiga titik lenyap. Perspektif satu titik lenyap biasanya biasanya menggunakan penggambaran obyek secara frontal dan datar setinggi horison pada salah satu sisi datarnya atau depannya dengan bagian belakang obyek yang kelihatan semakin mengecil karena menjauh dari mata menuju titik lenyap. Penggambaran menggunakan perspektif dua titik lenyap merupakan penggambaran obyek misalnya meja yang tampak pada kedua sisi sampingnya,
Universitas Kristen Petra 44
atau penggambaran obyek dengan salah satu sisi siku meja tersebut menghadap ke depan dan kedua sisi yang lain kelihatan mengecil (lanjutan ).
3.1.2.3.Tinjauan Teori Tata Cahaya
Tinjauan tentang teori tata cahaya dalam menggambar diantaranya sebagai berikut :
1. Cahaya natural, dipengaruhi oleh musim, warna, arah cahaya, dan bayangan yang terjadi selalu konstan berubah sejalan dengan waktu.
2. Cahaya membaur, penggambaran dengan teknik ini bersifat ideal sehingga cahaya tidak langsung mengena dari atas sehingga pewarnaan yang diakibatkan oleh pencahayaan tersebut menjadi halus dan membaur.
3. Cahaya latar belakang, penggambaran dengan teknik cahaya dibelakang obyek atau model. Pada penggambaran dengan teknik ini menghasilkan tepian pada obyek dengan kontras tinggi karena pantulan cahaya dari belakang lebih tinggi daripada bagian depan obyek yang tidak terkena cahaya.
4. Cahaya buatan, penggambaran dengan menggunakan sumber cahaya lain selain matahari seperti menggunakan lampu studio.
3.1.3. Tinjauan Gambar Ilustrasi
3.1.3.1.Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian
Berdasarkan bidang kajiannya, gambar ilustrasi dibedakan menurut kepentingannya dan medianya. Beberapa gambar ilustrasi dapat dijumpai di buku-buku cerita bergambar, juga dapat ditemui di majalah, koran, dan lain-lain. Gambar tersebut bertujuan untuk memperjelas pesan yang akan disampaikan pada khalayak ramai.
3.1.3.2.Tinjauan Ilustrasi berdasarkan Sifat dan Fungsinya
Gambar ilustrasi berfungsi untuk melengkapi sebuah pesan pada buku, majalah, koran, artikel, dan lain-lain agar dapat lebih mempertajam pesan yang akan disampaikan, sehingga pembaca dapat lebih mengerti maksudnya. Fungsi lainnya adalah sebagai penyampai pesan yang mungkin tidak dapat diungkapkan secara verbal. Pada akhirnya gambar ilustrasi tersebut yang mempresentasikan isi
Universitas Kristen Petra 45
dari informasi secara lebih efektif, hal ini dikenal juga dengan istilah gambar yang bercerita.
3.1.3.3.Tinjauan Ilustrasi berdasarkan Alat
Beberapa alat yang digunakan untuk menggambar antara lain pensil, tinta, arang, crayon, pensil warna, cat air, cat minyak, dan lain-lain. Masing-masing memiliki karakteristik dan kesan tersendiri.
Pensil merupakan alat gambar yang paling sederhana, dapat beradaptasi menjadi garis yang tajam, tonel lembut, dan segala kondisi. Tersedia dalam berbagai jenis ketebalan, mulai dengan dari yang paling lunak (seri B) hingga yang paling keras (seri H), sesuai kebutuhan masing-masing. Murah, efisien, dan mudah dibawa-bawa.
Gambar 3.10. Gambar ilustrasi dengan media pensil Sumber : ollie-ink.com
Diambil tanggal 12 Maret 2011
Conte Crayon atau yang disebut juga pensil arang memiliki variasi yang
bagus antara lain dengan menggunakan ujung yang runcing maupun bagian sisi yang lebih luas.
Universitas Kristen Petra 46
Gambar 3.11. Gambar ilustrasi dengan media arang Sumber : unekunekbiasa.blogspot.com
Diambil tanggal 12 Maret 2011
Alternatif lain adalah dengan menggunakan tinta, dalam hal ini lebih banyak variasi yang ada, seperti ballpoint, pena mekanik, spidol permanen, kuas, dan lain-lain.
Gambar 3.12. Gambar ilustrasi dengan media tinta Sumber : fineartamerica.com
Universitas Kristen Petra 47
3.1.3.4.Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Teknik
Berdasarkan teknik, ada beberapa teknik yang biasanya digunakan dalam menggambar ilustrasi. Beberapa teknik tersebut antara lain dengan menggosok bagian yang diarsir dengan menggunakan jari tangan, atau media lainnya seperti
tissue, dengan mengarsir, mengecat dengan teknik “wet on wet”, dry brush, teknik
ciprat, dan lain-lain. Setiap teknik tersebut memiliki karakter dan sifat masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada teknik di atas, alat yang digunakan adalah cat air yang disapukan pada permukaan kertas yang sebelumnya telah dibasahi oleh air. Teknik tersebut dapat memberikan tantangan tersendiri, karena memerlukan dan membutuhkan kecepatan tersendiri dalam menguas agar cat dapat meresap dan warna bercampur dengan baik.
Gambar 3.13. Gambar ilustrasi menggunakan teknik ”wet on wet” Sumber : rodneyvdb.blogspot.com
Diambil tanggal 12 Maret 2011
3.1.3.5.Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Goresan
Berdasarkan gaya goresan, gambar ilustrasi dibedakan menjadi antara lain goresan arsir, dry brush, blocking, pointilism, dan lain-lain. Mengarsir merupakan salah satu teknik menggambar yang sederhana, yaitu dengan menggores membentuk garis-garis baik lurus atau lengkung mengikuti pola dasar obyek
Universitas Kristen Petra 48
untuk membentuk kesan bayangan, volume, kedalaman, serta berbagai macam ekspresi.
Dry brush merupakan teknik yang menggunakan campuran cat poster dan
tinta cina, disapukan di atas kertas kering menggunakan kuas yang kering. Pengaplikasian dapat memberikan kesan tekstur yang kuat, namun kurang detil dibandingkan dengan menggunakan cat basah.
Blocking menggunakan media cat poster, maupun media lainnya yang
bersifat pekat, karena bertujuan untuk menutup semua bidang yang akan diwarna secara utuh dan rata.
Pointilism merupakan teknik yang menghasilkan tekstur, dibentuk dengan
cara menitikkan ujung alat gambar secara berulang-ulang dan merata pada bidang yang diwarna atau digambar.
3.1.3.6.Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Gaya Gambar
Gambar ilustrasi berdasarkan gaya gambar antara lain dibedakan menjadi gaya kartun, gaya realis, semi realis, karikatur, dekoratif, dan lain-lain.
Gaya kartun merupakan gaya yang paling banyak digunakan dalam format komik atau buku-buku cerita bergambar lainnya. Gaya ini mengutamakan kesan lucu, seperti karakter anak-anak. Gaya realis menggambarkan objek serupa dengan aslinya, digambarkan apa adanya, tanpa adanya perubahan proporsi, raut wajah, dan lain-lain. Umumnya dapat dijumpai pada lukisan self-portrait.
Gaya semi realis merupakan perpaduan antara gaya kartun dan gaya realis, objek yang digambar masih mengalami beberapa perubahan, namun masih tetap meninggalkan bentuk aslinya. Biasanya terdapat pada buku cergam anak. Kalau gaya semi realis masih meninggalkan bentuk aslinya, maka gaya gambar karikatur adalah gaya gambar yang meninggalkan bentuk aslinya. Mirip dengan kartun, perbedaannya terletak pada gambar wajah yang realis dengan proporsi kepala jauh lebih besar, kemudian pada beberapa bagian wajah yang menjadi ciri khas sang pemilik wajah, digambarkan dengan lebih menonjol, lebih ekstrim, dan distorsi.
Gaya gambar dekoratif adalah gaya gambar yang mengangkat ornamen sebagai unsur utama. Gaya ini mulai muncul sejak jaman Victorian, dan kemudian
Universitas Kristen Petra 49
berkembang lebih lanjut lagi selama abad ke 19. Ornamen dekoratif tersebut berfungsi tak lebih dari sekedar fungsi estetis, dan sebagai tambahan dekorasi.
3.2. Konsep Kreatif Perancangan Buku Cerita Bergambar 3.2.1. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran primer, dan sasaran sekunder.
a. Sasaran Primer
Demografis : Laki-laki, perempuan; Usia 5-10 tahun;
Korban trauma akibat banjir musiman. Geografis : Surabaya dan Jawa Timur
Psikografis : Menderita trauma akibat banjir
Behavioral : Takut terhadap hujan Suka menyendiri
Pandangan anak kosong
b. Sasaran Sekunder
Demografis : Laki-laki, perempuan;
Usia remaja dan dewasa 17 tahun ke atas.
Wali atau orang-orang terdekat dari anak penderita trauma Geografis : Surabaya dan Jawa Timur.
Psikografis : Sehat secara mental.
Behavioral : Membantu penyembuhan trauma pada anak.
3.2.2. Tujuan kreatif
a. Menampilkan suatu buku cerita bergambar yang desain, tokoh, dan ceritanya mudah disukai oleh anak-anak.
b. Membuat suatu desain buku cerita yang menarik minat orang tua, pembimbing, atau orang terdekat anak untuk membelinya.
Universitas Kristen Petra 50
c. Membuat suatu cerita yang isinya dapat memberi motivasi untuk anak sehingga dapat membantu penyembuhan trauma mereka.
3.2.3. Strategi Kreatif
Berdasarkan hasil survey di salah satu sekolah dasar di Surabaya, anak-anak usia 5-10 tahun menyukai buku cerita yang di dalamnya terdapat ilustrasi yang berwarna cerah dan menggunakan gambar kartun contohnya seperti pada serial kartun DORA THE EXPLORER yang penggambaran tokoh dan latar belakangnya terkesan sesuatu yang lucu dan tidak rumit. Maka dari itu penulis menggunakan teknik digital imaging untuk membuat gambar kartun dengan memberi warna-warna yang cerah dan tidak suram.
Layout yang digunakan tidak terpatok pada salah satu jenis layout saja, namun menggunakan perpaduan dari berbagai jenis layout, sehingga lebih efektif dan interaktif dalam menyampaikan pesan. Komposisi gambar dan tulisan lebih sederhana dan fungsional, dengan penambahan beberapa variasi pendukung seperti ornamen, gambar, dan typografi yang mendukung, agar tidak terkesan membingungkan namun lebih mudah dicerna serta menarik bagi anak-anak.
Pada bagian akhir buku, akan dilampirkan selembar halaman sebagai media interaktif anak-anak untuk mewarnai gambar, juga disertakan media interaktif lain berupa puzzle. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya menikmati gambar dan cerita buku tersebut, tetapi juga dapat lebih menyatu dengan cerita dan tokoh-tokoh dalam buku cerita.
3.3. Konsep Rancangan Buku Cerita Bergambar 3.3.1. Judul Rancangan Buku Cerita Bergambar
Judul rancangan buku adalah Ame, si anak hujan. 3.3.2. Tema Cerita
Tema cerita dalam buku ini adalah tentang keikhlasan, tenggang rasa dan tolong menolong.
Universitas Kristen Petra 51
3.3.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan buku cerita bergambar ini adalah sebagai media untuk membantu mengatasi trauma pada anak-anak korban banjir. Selain itu, cerita dalam buku ini juga mengandung nilai-nilai positif yang dapat diajarkan pada anak. Melalui cerita dalam buku ini dan juga dibantu oleh orang-orang terdekat anak dengan mendongengkan cerita ini, anak-anak penderita trauma dapat terhibur, mendapatkan pelajaran positif, dan mengetahui bagaimana proses terjadinya hujan.
3.3.4. Bentuk Penyajian dan Variasi Tampilan
Buku dikemas dengan cover sederhana untuk tetap menjaga kualitas buku saat dipajang di rak, juga menambah kesan ekslusif, namun tetap ekonomis. Bentuk penyajian berupa cerita bergambar, menggunakan gaya gambar ilustrasi dengan teknik digital imaging berupa kartun yang disukai anak-anak. Penggunaan warna terang dan cerah menjadi fokus utama dalam pemilihan warna. Layout yang digunakan tidak terpatok pada salah satu jenis layout saja, namun menggunakan perpaduan dari berbagai jenis layout, sehingga lebih efektif dan interaktif dalam menyampaikan pesan. Komposisi gambar dan tulisan lebih sederhana dan fungsional, dengan penambahan beberapa variasi pendukung seperti ornamen, gambar, dan typografi yang mendukung, agar tidak terkesan membingungkan namun lebih mudah dicerna serta menarik.
Buku dikemas dalam bentuk landscape, dengan ukuran 18 cm x 17 cm agar mudah dibawa-bawa dan dibaca. Buku berbentuk cover yang sederhana, selain untuk menambah nilai estestis dan kesan ekslusif, juga memiliki unsur fungsional namun tetap dengan harga yang terjangkau. Dengan bahan cover yang baik dan tebal, buku akan lebih terjaga dan tidak mudah rusak atau kotor saat dipajang di rak.
3.3.5. Jumlah Seri
Buku perancangan cergam hanya terdiri dari satu seri saja, karena di dalamnya sudah mencakup seluruh pesan yang hendak disampaikan bentuk cerita lengkap dengan pembagian alurnya, mulai dari introducing sampai conclusion.
Universitas Kristen Petra 52
3.3.6. Ukuran dan Jumlah Halaman
Ukuran buku cergam adalah 18 cm x 17 cm, dengan posisi landscape dalam keadaan tertutup.
3.3.7. Sinopsis
Menceritakan tentang seorang anak bernama Tino. Tino hidup di kota bersama ayahnya. Di kota tempat Tino dan ayahnya tinggal diguyur hujan selama berhari-hari yang menyebabkan daerah mereka banjir, termasuk sekolah Tino. Tino sangat sedih dan kecewa karena tidak bisa belajar dan bermain bersama temannya, terutama bermain sepakbola yang merupakan hobinya.
Suatu hari saat pulang dari sekolah, Tino melihat sesuatu di balik semak dekat rumahnya. Saat didekati, Tino kaget melihat suatu mahluk berbentuk bulat sebesar buah kelapa. Mahluk itu berteriak "tolong... tolong..." kepada Tino. Tino pun ketakutan dan lari pulang. Di rumah ia menceritakan kejadian itu pada ayahnya, tetapi ayahnya hanya tertawa mendengar cerita Tino. Hari kedua Tino bertemu kembali di tempat yang sama dengan mahluk misterius, tetapi kali ini Tino memberanikan diri untuk mendekati mahluk itu. Ternyata mahluk itu bernama Ame, si anak hujan yang tidak sengaja jatuh ke bumi. Mendengar hal itu, Tino kesal dan marah kepada Ame. Tino beranggapan bahwa Ame adalah mahluk jahat yang menurunkan hujan lebat sehingga sekolahnya banjir, Tino tidak bisa belajar dan bermain bola. Tino pun segera pergi meninggalkan Ame yang berteriak minta tolong kepada Tino.
Keesokan harinya, Tino mengacuhkan ame yang meminta tolong padanya. Begitu juga hari berikutnya. Tetapi lama kelamaan, hati Tino luluh melihat usaha Ame yang meminta tolong dan akhirnya bersedia. Ame bercerita bahwa saat raja hujan menurunkan hujan, Ame tidak sengaja terseret dan jatuh ke bumi. Ame meminta bantuan Tino untuk membawanya ke laut sehingga ia bisa menguap dan kembali ke awan.
Tino pun kembali ke rumah dan mengambil tas miliknya untuk menyembunyikan Ame. Tino pun memasukkan Ame ke dalam tas, lalu mereka pergi ke laut di dekat kotanya. Dalam perjalan, mereka saling bercerita dan
Universitas Kristen Petra 53
menjadi dekat. Ame menjelaskan pada Tino bahwa raja hujan tidak bermaksud jahat saat menurunkan hujan. Raja hujan justru sangat ingin membantu orang di bumi yang memerlukan hujan. Contohnya para petani di sawah, orang-orang yang berkebun, juga raja hujan peduli dengan nasib hutan-hutan yang mulai mengering dan kekurangan air. Ame menjelaskan juga proses terjadinya hujan pada Tino, dan mengatakan bahwa hujan adalah sesuatu yang alami dan tidak perlu ditakutkan, asal kita juga menjaga diri kita dan alam dengan baik. Banyak banjir terjadi karena orang-orang membuang sampah tidak pada tempatnya, sehingga saluran air menjadi terhambat. Mendengar itu Tino jadi sadar, karena ia dan teman-temannya sering membuang sampah sembarangan. Tino pun meminta maaf pada Ame, dan berjanji untuk lebih menjaga lingkungan kotanya.
Sesampainya di laut, Tino pun melepas Ame. Ame berjanji akan menceritakan kelakuan baik Tino kepada raja hujan dan meminta raja hujan untuk membatasi hujan supaya tidak membuat banjir kota tempat tinggal Tino. Tino juga berjanji untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi dan menjaga lingkungannya.Tino dan Ame pun berteman, dan berjanji bahwa Ame suatu saat akan kembali ke bumi untuk bertemu Tino.
3.3.8. Setting Cerita
Setting cerita dalam buku ini adalah sebuah kota kecil dan laut.
3.3.9. Konflik
Konflik dalam cerita di buku ini adalah Tino yang menjadi kesal dan kecewa karena sekolahnya banjir sehingga ia tidak bisa belajar dan bermain bersama temannya. Ia menyalahkan Ame karena menganggap Ame yang telah membuat kotanya menjadi banjir.
Universitas Kristen Petra 54
3.4. Konsep Karakter Tokoh Cerita 3.4.1. Karakter Tokoh Utama
Gambar 3.14. Konsep tokoh utama Tino
Universitas Kristen Petra 55
3.4.2. Karakter Tokoh Pendukung
Gambar 3.16. Konsep tokoh ayah Tino
Penggunaan nama tino di sini adalah nama fiktif, tidak mengacui pada tokoh cerita lain. Nama Tino dipilih karena nama tersebut enak didengar, mudah diingat, dan merupakan nama orang Indonesia. Untuk nama Ame, terinspirasi dari bahasa jepang Ame yang berarti hujan. Alasan penggunaan bahasa Jepang di sini adalah karena keunikan bahasa Jepang sendiri dan juga budaya mereka yang beragam seperti di Indonesia.
3.5. Konsep Dasar Gaya Desain
Gaya desain yang digunakan adalah teknik digital imaging dengan karakter ilustrasi berupa gaya kartun yang menggunakan warna-warna cerah. Di dalamnya terdapat paduan dari beragam gaya yang kemudian memunculkan suatu gaya tersendiri, baik dari teknik gambar, warna, typography, maupun layout setiap halamannya.
Universitas Kristen Petra 56
3.6. Konsep Warna
Warna-warna yang mayoritas digunakan adalah warna-warna cerah yang biasa ditemukan di alam karena setting cerita dalam buku ini kebanyakan di alam terbuka. Konsep warna tersebut digunakan agar menampilkan kesan elegan dan ringan, namun tetap sesuai situasi. Penggunaan warna cerah juga karena anak-anak umur 5-10 tahun menyukai warna-warna cerah dan terang yang enak dilihat oleh mata.
3.7. Teknik Pengerjaan
Dimulai dari proses pembuatan thumbnail karakter tokoh utama dan tokoh pendukung. Setelah tercapai karakter tokoh yang sesuai, kemudian dilakukan pembuatan tight issue karakter dan mulai dalam pengerjaan thumbnail setting dan adegan pada storyline. Kemudian pada tahap akhir yaitu tahap final design, yaitu pengerjaan dan pewarnaan gambar adegan dan setting dari awal sampai akhir cerita, dan tahap layouting isi buku.
3.8. Konsep Font 3.8.1. Font Judul
Font judul memakai font Grinched. Bentuk font ini terlihat tidak terlalu kaku dan bentuknya terkesan menyenangkan dan enak dilihat, sehingga cocok untuk font judul.
Universitas Kristen Petra 57
3.8.2. Font Nama Pengarang
Font nama pengarang memakai font Burbank. Pemilihan font ini dikarenakan font ini terlihat tegas dan kokoh.
Gambar 3.18. Font Burbank
3.8.3. Font Teks Narasi
Font teks narasi menggunakan font Humdinger. Pemilihan font ini untuk narasi adalah karena font ini memiliki bentuk yang tidak kaku, enak dilihat, dan sangat cocok untuk digunakan sebagai font dalam buku cerita anak.
Universitas Kristen Petra 58
3.8.4. Font Dekoratif
Font dekoratif menggunakan font Marriage. Alasan menggunakan font ini adalah karena bentuknya yang unik, elegan, sederhana dan juga mudah dibaca, sehingga sangat cocok digunakan sebagai font dekoratif.
Gambar 3.20. Font Marriage
3.9. Storyline Hal 1-2:
Gambar jam waker menyala di kamar Tino. Hal 3-4:
Tino bangun pagi di tempat tidurnya. Hal 5-6:
Tino gosok gigi di kamar mandi, bersiap-siap ke sekolah. Hal 7-8:
Tino berpamitan dengan ayahnya, dan berangkat ke sekolah. Hal 9-10:
Tino Belajar di kelas. Hal 11-12:
Universitas Kristen Petra 59
Hal 13-14:
Pulang sekolah Tino kehujanan. Hal 15-16:
Suasana setelah sampai di rumah, Tino khawatir karena hujan semakin deras di malam itu.
Hal 17-18:
Keesokan harinya Tino berangkat ke sekolah, tetapi kecewa mendapati sekolahnya kebanjiran dan kegiatan belajar ditiadakan.
Hal 19-20:
Tino berjalan pulang dengan sangat kecewa. Hal 21-22:
Di dekat rumah, Tino melihat sesuatu yang bergerak di semak-semak. Hal 23-24:
Tino melihat sebuah mahluk kecil seukuran buah kelapa berteriak minta tolong padanya, Tino lari ketakutan. ( Halaman Interaktif )
Hal 25-26:
Tino bercerita pada ayahnya di rumah, tetapi ayahnya hanya tertawa. Hal 27-28:
Esoknya, Tino kembali lagi dengan penasaran ke tempat mahluk itu dan mendapati seekor anjing sedang mengganggu mahluk itu. Tino segera menolong dan mengusir anjing itu.
Hal 29-30:
Mahluk itu memperkenalkan diri sebagai Ame, si anak hujan. Tino yang agak takut, segera pergi meninggalkan Ame.
Hal 31-32:
Di rumah, Tino berpikir kembali tentang Ame. Tino pun beranggapan bahwa Ame si anak hujan yang menyebabkan daerahnya kebanjiran.
Hal 33-34:
Esoknya, dalam keadaan kesal Tino kembali mencari Ame. Tino menemukan Ame dalam keadaan tergeletak lemas.
Universitas Kristen Petra 60
Hal 35-36:
Ame menjelaskan bahwa tempatnya bukan di darat, dan sinar matahari membuatnya lemas.
Hal 37-38:
Tino mengantar Ame menuju laut di dekat kotanya. Ia menggunakan tasnya untuk membawaw Ame.
Hal 39-44:
Ame menjelaskan kepada Tino tentang negeri asalnya yaitu Kerajaan Hujan, bagaimana terjadinya hujan di sebuah tempat yang bernama Istana Hujan.
Hal 45-46:
Ame menjelaskan bahwa banjir terjadi justru karena perbuatan manusia, seperti menebang pohon dan membuang sampah sembarangan.
Hal 47-48:
Tino menyadari kesalahannya karena dia dan teman-temannya juga sering membuang sampah sembarangan.
Hal 49-50:
Mereka sampai di laut. Ame berjanji pada Tino untuk kembali ke bumi suatu saat nanti. Merekapun berpisah.
3.10.Budgeting
Berikut ini adalah estimasi biaya produksi buku beserta merchandise yang paling mendekati.
a. Pembelian Kertas isi buku
Menggunakan kertas Matte photo paper ukuran A4 120gr, dengan harga 1 rim sebesar Rp. 40.000.
1 buku ( 30 lembar ) = 30 x 500 buku = 15.000 lembar. 15.000 : 500 = 30 rim.
Total = 30 x 40.000 = Rp. 1.200.000,-
b. Pembelian kertas sampul buku
Menggunakan kertas art paper 210gr ukuran plano. Banyak kertas yang digunakan adalah 500 lembar.
Universitas Kristen Petra 61
Harga kertas 1 rim = Rp. 725.000,- Total = Rp. 725.000,-
c. Biaya cetak isi dan sampul Total = Rp. 15.000.000,-
d. Biaya laminating doff sampul dengan area laminating 62x43 cm Laminating 500 lembar plano dengan harga per cm Rp. 0,25 Total = 62 x 43 x 500 lembar x Rp. 0,25 = Rp. 333.250,-
e. Biaya potong dan jilid
Potong dan jilid dengan harga per buku Rp. 1.000,00 Total = 500 x Rp. 1.000,00 = Rp. 500.000,-
f. Biaya cetak poster dan pin Cetak poster A3 = Rp. 7.000,- Rp. 7.000,- x 500 = Rp. 3.500.000,- Cetak pin ukuran 30mm = Rp. 3.000,- Rp. 3.000,- x 500 = Rp. 1.500.000,- Cetak Stiker = Rp. 1.125,-
Rp. 1.125,- x 500 = Rp. 562.500,-
Total biaya produksi 500 buku = Rp. 23.320.750,-
Total biaya produksi per buku = Rp. 22.758.250 : 500 = Rp 46.641,-