• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN GRAMATIKAL

Dalam dokumen TEKNIK TELAAH (REVIEW) (Halaman 59-69)

Tinjauan gramatikal/ perbaikan bahasa adalah tahapan tinjauan dan perbaikan final untuk menyempurnakan soal-soal yang disusun untuk kepentingan ujian exit exam.

Perbaikan tersebut meliputi tinjauan terhadap kaidah-kaidah sebagai berikut:

a. Apakah struktur soal sudah sesuai dengan kaidah penulisan vignette?

Struktur sebuah vignette dalam pembuatan soal uji kompetensi / exit exam ditetapkan dengan batasan harus memuat keseluruhan atau sebagian unsur (termasuk mengikuti sekuens alur kalimat) sebagai berikut :

• Jenis kelamin & Umur

• Tempat pelayanan / setting

• Keluhan

• Lama atau derajat keluhan

• Gejala penyerta dan keterangan lainnya

• Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan penunjang

Perhatikan bagian vignette dari soal berikut:

Seorang pasien mengeluh tidak bisa berjalan setelah menderita demam selama dua hari. Kaki pasien terasa nyeri, terutama pada persendian kedua lutut dan sendi pergelangan kaki. Pasien berusia 50 tahun dengan hasil pemeriksaan fisik : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 X/menit, RR: 20 X/mnt. Pemeriksaan menunjukkan ada sedikit pembesaran limfa. Pasien diperkirakan menderita demam cikungunya.

Memperhatikan struktur penulisan vignette, maka sebaiknya diubah menjadi seperti berikut:

Seorang pasien berusia 50 tahun mengeluh tidak bisa berjalan setelah menderita demam selama dua hari. Kaki pasien terasa nyeri, terutama pada persendian kedua lutut dan sendi pergelangan kaki. Hasil pemeriksaan fisik : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 X/menit, RR: 20 X/mnt. Pemeriksaan menunjukkan ada sedikit pembesaran limfa. Pasien diperkirakan menderita demam cikungunya.

b. Adakah istilah-istilah yang relatif asing atau bersifat kedaerahan?

Dalam membuat soal, item developer bisa saja lupa bahwa mereka membuat soal untuk kepentingan nasional, bukan untuk kalangan sendiri. Kondisi ini menyebabkan mereka kadangkala menggunakan istilah yang bersifat lokal atau kedaerahan yang hanya dimengerti oleh kelompok atau masyarakat tertentu. Reviewer harus jeli untuk memfilter adanya istilah yang bersifat kedaerahan sehingga tidak membingungkan bagi konsumen soal (peserta ujian) dari daerah/ kelompok lain yang mungkin nantinya menghadapi soal tersebut. Perhatikan contoh berikut:

Seorang pasien berusia 40 tahun mengalami CKD mendapatkan infus PZ melalui infus set makrodrips sejumlah 20 tetes/ menit. Saat ini pasien mengeluh sesak, dan hasil pemeriksaan didapatkan TD : 170/100 mmHg, Nadi 98X/menit dengan pulsation stroke kuat. Auskultasi didapatkan ronchii basah pada seluruh lapang paru

Perhatikan bahwa pada soal diatas terhadap dua akronim (singkatan) yaitu CKD dan PZ serta satu istilah berbahasa inggeris yaitu Pulsation stroke.

Istilah CKD atau kependekan dari Chronic Kidney Disease mungkin hanya dikenal di beberapa rumah sakit atau klinik saja; ditempat lain ada yang menyebut dengan CRF (Chronic Renal Failure) atau GGK (Gagal Ginjal Kronis). Istilah diatas sebaiknya diganti saja dengan ‘penyakit gagal ginjal’ yang memiliki peluang untuk dipahami oleh seluruh orang se-Indonesia.

Begitu juga dengan PZ, kependekan dari Physiologic Zuur, suatu istilah dari bahasa belanda yang artinya cairan fisiologis, atau sering disebut juga normal saline (NS) atau larutan Natrium Chlorida (NaCl) 0,9%. Saat ini mungkin tidak banyak orang mengenal istilah PZ! Istilah Pulsation stroke adalah istilah yang menunjukkan kekuatan denyut nadi. Istilah ini mungkin hanya dimengerti sedikit orang, dan karenanya perlu diganti dengan istilah yang lain seperti misalnya : kekuatan pulsasi nadi, atau istilah lain yang setara yang cenderung lebih populer.

Bila karena kondisi tertentu ternyata memang harus dituliskan istilah yang asing atau bersifat lokal, maka sebaiknya perlu ditambahkan kalimat penjelas. Perhatikan contoh berikut:

Seorang ibu hamil mengeluh sering kencing dan kakinya agak bengkak. Ia menyatakan keluhan tersebut mulai dirasakannya setelah acara pitonan (upacara peringatan tujuh bulan kehamilan). Hasil pemeriksaan didapatkan…(dan sterusnya)

Pada contoh diatas istilah ‘Pitonan’ diperjelas dengan menggunakan kalimat penjelas, sehingga lebih memberi kepastian penerimaan maksud soal.

c. Apakah seluruh isian vignette efektif? Adakah kalimat yang tidak diperlukan sebagai pertimbangan dalam menjawab soal?

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmHg, Nadi 106 X/mnt, Suhu 38,5OC. Pemeriksaan paru didapatkan ronchii pada area paru basal sebelah kiri. Anak dipasang infus NaCl 0,9 %.

Bagaimanakah cara mengatur posisi tubuh klien untuk memfasilitasi pengeluaran dahak dari daerah paru basal sebelah kiri?

a. Tidur terlentang posisi datar b. Tidur telungkup posisi datar c. Tidur sims kiri posisi trendelenburg d. Tidur terlentang posisi trendelenburg e. Tidur sims kanan posisi trendelenburg

Pada soal diatas, pernyataan pada vignette : “Anak dipasang infus NaCl 0,9%” tidak memiliki fungsi untuk pertimbangan menjawab soal, sehingga sebaiknya dihapuskan.

Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih bagian informasi yang berguna dalam menjawab soal, tidak hanya menentukan apakah kalimat tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjawab soal, namun kadangkala pembuat soal juga menambahkan informasi sebagai alat untuk menggiring pembaca (penjawab soal) pada pengecoh/ distraktor.

Suatu vignette dikatakan efektif jika informasi cukup, yaitu cukup banyak untuk pertimbangan dalam menjawab soal sesuai dengan vignette, namun tidak berlebihan dimana informasi yang tidak diperlukan dalam menjawab soal termuat dalam vignette.

d. Apakah penulisan istilah-istilah sudah sesuai dengan ketentuan UKpI?

Berdasarkan hasil telaah selama beberapa kali dalam penggodokan rumusan penyelenggaraan Ujian Kompetensi Keperawatan Indonesia (UKpI), maka ditetapkan adanya standar bahasa yang digunakan sebagaimana terlampir pada lampiran buku ini.

Peninjau (reviewer) harus memperhatikan soal yang ditelaah, untuk melihat secara bahasa adakah istilah yang tidak sesuai dengan ketentuan dari UKpI.

Perhatikan contoh soal berikut:

Seorang pria berusia 30 tahun, TD: 170/100 mmHg, Nadi: 82 X/menit, RR 18 X/menit, mengeluh sakit kepala dan kaku pada tengkuk serta mual.

Apakah tindakan yang dapat dianjurkan pada pasien? a. Agar pasien beristirahat terlebih dahulu

b. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi

c. Mengukur tekanan darah secara rutin 4 jam sekali d. Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur e. Melarang pasien untuk mengkonsumsi kopi

Pada soal diatas, sesuai ketentuan UKpI maka kata ‘pria’ diganti menjadi ‘laki-laki’ dan kata ‘berusia’ diubah menjadi ‘berumur’; dan sebagainya.

Untuk soal diatas, maka perbaikannya menjadi: Seorang laki-laki berumur 30 tahun, mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk serta mual.TD: 170/100 mmHg, Frekuensi Nadi: 82 X/menit, Frekuensi nafas 18 X/menit…. (dan seterusnya)

Untuk keseragaman, pertanyaan diawali dengan kalimat Tanya yaitu 4 W I H (what, when, where, who dan how) Perhatikan contoh berikut:

Seorang wanita berusia 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh. Materi penyuluhan yang tepat bagi pasien tersebut adalah?

a. Penyuluhan tentang pengertian diare b. Penyuluhan tentang penyebab diare c. Penyuluhan tentang pencegahan diare d. Penyuluhan tentang obat antidiare

e. Penyuluhan tentang pentingnya rehidrasi pada pasien diare

Perbaikan untuk soal diatas yaitu :

Seorang perempuan berumur 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh.

Apakah materi penyuluhan yang tepat bagi pasien?

f. Apakah pertanyaan mampu mengarahkan pembaca menjawab soal?

Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang spesifik, artinya menanyakan hal-hal yang bersifat khusus, dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda.

Perhatikan contoh kalimat pertanyaan berikut:

Seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahunan mengalami kecelakan jatuh dari sepeda. Saat ditanya ia masih bisa menjawab pertanyaan dan mengatakan tidak pingsan. Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda luka

atau memar dan hematoma pada kepala atau anggota badan yang lain.

Bilamanakah pasien harus dibawa ke rumah sakit?

Pertanyaan diatas diawali dengan kata ‘bilamana…’. Pertanyaan ini bisa jadi tidak difahami oleh beberapa peserta yang tidak biasa menghadapi pertanyaan yang didahului dengan kata ‘bilamana’. Pertanyaan diatas sebaiknya diganti dengan kata lain misalnya:

Apakah kondisi yang harus diperhatikan pada pasien sebelum memutuskan membawa ke rumah sakit?

Atau

Pada kondisi apa pasien perlu dibawa ke rumah sakit? Perhatikan pula contoh soal berikut ini:

Seorang laki-laki berumur 30 tahun, mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk serta mual.TD: 170/100 mmHg, Frekuensi Nadi: 82 X/menit, Frekuensi nafas 18 X/menit.

Apakah tindakan yang dapat dianjurkan pada pasien? a. Agar pasien beristirahat terlebih dahulu

b. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi

c. Mengukur tekanan darah secara rutin 4 jam sekali d. Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur e. Melarang pasien untuk mengkonsumsi kopi

Pertanyaan pada soal diatas kurang spesifik, sebaiknya diubah menjadi:

Apakah anjuran yang dapat diberikan perawat pada pasien?

f. Apakah pertanyaan efektif?

Suatu pertanyaan dikatakan efektif manakala pertanyaan tersebut mampu menjadi penghubung antara vignette dengan jawaban yang diberikan, serta memberikan fokus kepada peserta untuk menjawab pertanyaan.

REFERENSI

Boursicot, Katharine, dkk (2010), Preliminari Report With Draft

Concencus Statements and Recomendations for The Performance Assessment Theme, Ottawa Conference,

Ottawa

Evans, Alison (2008) Competency Assessment in Nursing, EdCan, Australia

Friedman, Erica (2003) The Value in Evaluation, Handout, Tidak dipublikasikan, Amerika

HPEQ-Dikti (2011) Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi

(LPUK), Handout, Tidak Dipublikasikan, Jakarta

HPEQ-Dikti (2011) Item Development and Review, Handout Workshop Item Development, Bandung

Ika (2010) Pentingnya perangkat Penguji Kompetensi, Majalah Farmacia Edisi Agustus 2010(Vol.10 No.1) , Halaman: 29 Ilyas, Muhamaad (2012) Standarisasi Uji Kompetensi Menuju

Pelayanan Kesehatan yang Aman Untuk Semua, Handout

Seminar Nasional Keperawatan, tidak dipublikasikan, Makassar

Miller, Geofrey T (2009) Measuring Outcomes, Handout of Medical School of University of Miami, Tidak Dipublikasikan, Amerika

MTKI (2011) Pedoman Uji Kompetensi, Pusat Standardisasi, Sertifikasi, Dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

MTKP Jawa Timur (2012) Strategi Pelaksanaan Uji Exit Exam

Program Diploma Keperawatan Tahun 2012-2013, Handout

pada Workshop Item Development Malang, tidak dipublikasikan.

PPNI (2005) Standar Kompetensi Perawat Indonesia, PPNI, Indonesia

Sailah, Ilah (2012) Fleksibilitas Kurikulum Dalam Antisipasi

Perubahan Pasar Kerja Global, Handout, tidak dipublikasikan, Jakarta

Dalam dokumen TEKNIK TELAAH (REVIEW) (Halaman 59-69)

Dokumen terkait