• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KASUS

Dalam dokumen Askep Keluarga Dm (Halaman 27-45)

A. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 31 oktober sampai tanggal 1 November 2007. Pengkajian dilakukan di rumah Tn. S tepatnya di dusun Ngaglik desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Tn. S saat ini mempunyai satu orang istri dan dikaruniai tiga orang anak. Istri yang sekarang adalah istri yang keenam. Semua anaknya sekarang

sudah berkeluarga sehingga Tn. S sekarang tinggal berdua bersama istrinya. Tn. S saat ini berusia 71 tahun dan sudah tidak bekerja lagi, Sedangkan istrinya Ny. T berusia 71 tahun juga sekarang sudah tidak bekerja lagi. Ketiga anaknya sudah menikah semua, dan sudah berumah tangga sendiri-sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, keluarga Tn. S mendapatkan sumber keuangan dari anak-anaknya.

Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis kurang lebih 15 tahun yang lalu dan itu diketahui dari dokter ketika Tn. S dirawat di RS Muntilan karena luka tusukan bunga kelapa semakin parah, pecah, terus berair dan berbau. Tn. S juga mengatakan mempunyai hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Tn. S mengatakan sering buang air kecil saat malam hari sekitar 3-4 kali.Tn. S mengatakan juga bahwa lukanya kadang-kadang tidak sakit tidak seperti luka yang lain. Hanya saja kalau habis kerja di sawah atatu dikebun terasa pegal-pegal. Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan tetap menjaga dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil. Ny. T mengatakan kalau menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dimilikinya, sehingga dia tidak perlu untuk membantu pengobatan suaminya tersebut. Keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan hipertensinya. Ny. T mengatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terdekat adalah Puskesmas Salaman. Keluarga Tn. S juga mempunyai fasilitas kartu sehat/ASKIN/JPS. Walaupun Tn. S mengetahui nama penyakitnya tetapi tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Tn. S mengatakan tidak tahu menahu tentang insulin maupun nilai gula darahnya.

Tn. S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi kurang lebih 1 centong dan untuk minum kurang lebih 5 gelas air putih / hari. Tn. S mengatakan bahwa ia sekarang sudah menghindari makan kangkung, bayam

den sejenisnya serta mengindari makan yang manis atau asin-asin. Dari pemeriksaan fisik pada Tn. S tanggal 5 November 2007 didapatkan TD 180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36 0 C. Kepala mesochepal, Rambut bersih, beruban. Telinga simetris, tidak ada serumen, Tn. S masih bisa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pengkaji. Mata: conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya baik. Hidung bersih, tidak ada polip. Mulut mukosa bibir kering, gigi geraham kanan dan kiri sudah tanggal, gigi seri depan bawah tanggal 2. Leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, bising usus 7 kali /menit, tidak ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas; tidak ada lesi / udema, ektremitas bawah; terdapat luka pada punggung kaki kiri selebar 5 cm, jari kelingking dan jari manis kaki kiri tidak dapat digerakkan dan tidak terasa apabila dicubit, sedangkan jari tengah pada kaki kiri dapat digerakkan namun terbatas . Turgor : kulit keriput, turgor kulit elastis.

Sedangkan pemeriksaan fisik pada Ny. T didapatkan data sebagai berikut. TD 60/100 mmHg, RR 21 x/mnt. Nadi 96 x/mnt, Suhu : 36 0 C. Kepala bentuk mesochepal, tidak ada luka, tidak berbau. Rambut bersih, beruban. Telinga bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran sudah sedikit menurun. Mata simetris, reflek pupil terhadap cahaya baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada polip hidung. Mulut mukosa bibir lembab, bentuk simetris. Leher simetris, terdapat kaku kuduk, tidak, ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, tidak ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas; tidak ada lesi , pada tangan kanan ke 4 jari kontraktur. Ektemitas bawah; tidak terdapat lesi ataupun udema. Turgor kulit keriput, turgor kulit elastis.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober samapi dengan 1 November 2007 didapatkan analisis data. Analisis data yang pertama adalah, data subjektif Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu, Tn. S mengatakan kaki kirinya yang luka kadang-kadang merasa pegal-pegal. Tn. S mengatakan kalau kambuh kadang berobat ke puskesmas / atau beli obat sendiri, Tn. S mengatakan kalau kencing dikerumuni semut air kencingnya, Tn. S mengatakan kalau dirinya sudah menghindari makan makanan yang manis-manis. Tn. S dan Ny. T mengatakan tidak tahu tentang komplikasi yang muncul pada kencing manis. Data objektif yang diperoleh TD 180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36 0 C, Dari data tersebut masalah yang ditemukan adalah komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus dengan etiologi ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.

Masalah kedua didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan hipertensinya. Sedangkan data objektivenya yaitu fasilitas kesehatan yang terdekat adalah Puskesmas Sijeruk, keluarga punya fasilitas ASKIN/JPS. Tn. S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi 1 centong, Tn. S mengatakan minum kurang lebih 5 gelas air putih sehari. Tn. S mengatakan kalau dirinya sering merasa ingin kencing terus, haus terus, dan lapar terus. Tn. S mengatakan tidak boleh makan yang manis- manis dan terlalu banyak dan sekarang sudah menghindai makanan yang manis-manis

Masalah ketiga didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Data objektive Tn. S tidak bisa menyebutkan hal-hal yang bisa dilakukan dalam penatalaksanaan DM

Setelah menentukan diagnosis keperawatan, langkah berikutnya adalah menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan faktor penghambat dan faktor pendukung yang ada dalam keluarga Tn. S. Setelah dilakukan penghitungan untuk prioritas masalah, ternyata dari ketiga masalah yang ditemukan hasilnya adalah berbeda-beda. Masalah yang pertama terjadi komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus dengan total skor 4 1/3, dan masalah yang kedua adalah Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan Kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk konsultasi/kontrol kesehatan dengan total skore 3 ½. Sedangkan masalah ketiga yaitu Kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah dengan total skore 3 1/6.

D. Intervensi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. S adalah komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.

1. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah tidak terjadi komplikasi lebih lanjut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama empat hari pada keluarga Tn. S.

2. Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 20 menit keluarga diharapkan mampu :

a. Kriteria respon verbal kognitif dan afektif

b. Standar yang ingin dicapai mampu menjelaskan tentang pengertian diabetes mellitus, yaitu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah (>110 mg/ dl). Selain itu diharapkan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 komplikasi yang muncul pada diabetes mellitus yaitu penyakit jantung, mati rasa pada kaki, penglihatan kabur bahkan sampai terjadi kebutaan, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi. Keluarga juga diharapkan dapat menyebutkan 3 dari 5 perawatan pada penderita diabetes

mellitus, yaitu diit makanan, latihan, pemantauan gula darah, mencegah terjadinya luka, dan terapi jika diperlukan.

c. Rencana intervensi yaitu diskusikan dengan keluarga sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus, buat reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul pada diabetes mellitus, beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, jelaskan tentang komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus, kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang makanan yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan/ dihindari, beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji menu dan porsi makanan yang dimakan anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.

Diagnosa keperawatan kedua yang muncul pada keluarga Tn. S adalah Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d. Kurangnya pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi kesehatan

1. Tujuan umum dari diagnosis yang kedua adalah Keluarga akan mengerti dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan setelah intervensi 2 hari pada keluarga Tn. S. 2. Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah

dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan : a. Mengenal pentingnya fasilitas kesehatan untuk kontrol kesehatan, Keluarga mengenal fasilitas kesehatan yang akan digunakan, Keluarga/pasien akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut

b. Standar yang ingin dicapai yaitu Pemeriksaan Gula darah dan kesehatan harus dilkukan sesering mungkin untuk memonitor kadar gula darah dan untuk mencegah resiko komplikasi berlanjut yang akan mungkin dialami oleh penderita DM. Keluarga dapat memanfaatakan fasilitas Puskesmas, Posyandu atau rumah sakit untuk kontrol kesehatan dan monitor gula darah

c. Rencana intevensi yang akan dilakukan adalah: Kaji alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat. Beri informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan. Dukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. beri reinforecement positif atas usaha pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Diagnosa kepeawatan ketiga yang muncul pada keluaga Tn. S yaitu Kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga dalam mengenal masalah.

1. Tujuan umum dari diagnosa yang ketiga

adalah Klien dan keluarga akan mengerti dan memahami tentang penyakit yang dideritanya setelah dilakukan intevensi 1 kali petemuan pada keluarga Tn. S

2. Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan : a. Mengerti dan memahami tentang penyakit yang

dideritanya, klient dan Keluarga mengerti dan memahami tentang penatalaksanaan DM

b. standar yang ingin dicapai yaitu Klien dan keluarga dapat menyebutkan definisi DM, Klient dan keluaga dapat menyebutkan tanda dan gejala DM, Klein dan keluarga dapat menyebutkan penatalaksanaan DM secara sederhana

c. Rencana intervensi yang dilakukan adalah kaji pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan mandiri.

E. Implementasi

Tindakan pada diagnosis pertama pada keluarga Tn. S yang dilakukan pada hari selasa, tanggal 5 November 2007, pukul 17.00 WIB dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, contoh bahan makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi yang dilakukan mengucapkan salam pada keluarga dan mengingatkan kontrak serta menjelaskan tujuan,

menanyakan sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diit pada kencing manis, memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dari diit, menjelaskan pada keluarga tentang diit pada kencing manis, menjelaskan tiga prinsip dalam pemberian makanan, menjelaskan makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi, menjelaskan contoh bahan makanan yang seimbang untuk penderita kencing manis, memberi kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Tindak lanjut dari diagnosis yang pertama adalah memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang komplikasi yang terjadi pada penderita kencing manis. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.

Tindakan perawatan pada diagnosa kedua yang dilakukan pada Tn. S, pada tanggal 6 november 2007, jam 09.00 WIB yang dilakukan dengan cara diskusi tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa perubahan pemeliharaan kesehatan b.d. kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk konsultasi kesehatan, yaitu, mengkaji alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat, memberi informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan, mendukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, memberi reinforecement positif atas usaha pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Tindakan keperawatan terhadap diagnosa ketiga yang dilakukan pada Tn. S pada tanggal 7 november 2007, pukul 10.00 WIB yang dilakukan dengan cara ceramah dan diskusi mengenai penyakit diabetes melitus. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga dalam mengenal masalah yaitu, kaji pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakit DM, berikan pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan mandiri.

F. Evaluasi

Evaluasi terhadap keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 7 november 2007 dengan berpedoman pada tujuan dan standart evaluasi yang disusun pada

perencanaan. Pada diagnosis perawatan pertama evaluasi yang dilakukan sebagai berikut : data subjektif, Keluarga menjawab salam, mempersilahkan duduk, dan mengatakan keluarga sehat-sehat saja. Saya masih ingat kita janji hari ini. Ny.P mengatakan sedikit mengerti tentang DM, pengertian DM yaitu keadaan kelebihan gula, tanda-tandanya yaitu kalau luka tidak mudah kering dan selalu berair terus, penyebab yaitu konsumsi gula yang berlebihan, akibat dari luka akibat gula yaitu bisa dipotong kakinya, pasien mengerti penatalaksanaan yaitu menghindai makanan yang manis-manis. Keluarga mengatakan paham dengan apa yang dijelaskan perawat. Keluarga mengatakan akan mencobanya.

Data objektif yang diperoleh Keluarga mendengarkan dan memperhatikan Keluarga kooperatif. Keluarga mampu mengetahui 2 dari 3 prinsip dalam pemberian makanan pada pasien diabetes mellitus, keluarga kelihatan mengerti dan memahami penjelasan yang kita berikan, kekuarga tahu tentang makanan yang harus dihindari. Analisa dari diagnosa keperawatan yang pertama adalah masalah teratasi, secara respon verbal kognitif pasien dan keluarga sudah memahami tentang diit pada diabetes mellitus. Rencana tindak lanjut : motivasi keluaga untuk mematuhi penatalaksanaan DM. Tn.S mengikuti gerakan yang diajarkan dengan baik.

Pada diagnosa kedua evaluasi yang dilakukan yaitu: data subjektive pasien mengatakan kalau dulu harus menunggu petugas untuk mengecek gula darah dan walau Tn. S sudah menunggu petugas tidak datang ke puskesmas. Tn. S mengatakan sebenarnya punya kartu ASKIN. Tn. S mengatakan akan mengontrol gula darahnya. Data objektive keluarga mendengarkan dan memperhatikan, Keluarga kooperatif, Tn. S mengecek kadar gula darah hanya jika waktu kontrol. Analisa dari diagnosa keperawatan yang kedua adalah masalah teratasi. Rencana tindak lanjut yaitu motivasi keluarga untuk terus mengontrol kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan

Pada diagnosa ketiga evaluasi yamg dilakukan yaitu: data subjektive klient dan keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakitnya. Data objektive keluarga mendengarkan informasi yang disampaikan tentang DM meliputi pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan

mandiri. Analisa dari diagnosa keperawatan ketiga yaitu masalah teratasi. Rencana tindak lanjut yaitu beri motivasi pada klient dan keluarga dalam pengelolaan DM.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan diabetes mellitus pada Tn. S di . Disini akan dibahas tentang diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam keluarga Tn. S dan juga tentang analisa kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang terjadi di dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Di sini juga akan disampaikan tentang kekurangan penyusunan tulisan serta modifikasi atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi.

Pengkajian merupakan tahapan pertama dalam proses keperawatan keluarga untuk mendapatkan data tentang keluarga dan masalah yang dialami oleh keluarga (Friedman, 1998: 56). Sebelum melakukan pengkajian penyusun melakukan prainteraksi terlebih dahulu dengan keluarga pada hari kamis, tanggal

1 November 2007 pukul 14.00 WIB. Penyusun melakukan prainteraksi terhadap keluarga dengan cara memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari kegiatan ini. Penyusun melakukan prainteraksi dengan tujuan membina hubungan saling percaya antara anggota keluarga, penyusun berharap jika trust/kepercayaan sudah terbentuk maka proses keperawatan akan lebih mudah dijalankan. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 November 2007 penyusun dapat menyimpulkan terdapat tiga diagnosis keperawatan yaitu komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi kesehatan dan kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.

Dari tiga diagnosis keperawatan yang ditemukan penyusun melakukan skoring untuk menentukan prioritas masalah. Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu (Suprajitno, 2004: 45). Setelah penyusun melakukan skoring didapatkan total skoring pada diagnosa pertama 4 1/3, pada diagnosa kedua 3 ½ dan pada diagnosa ketiga 3 1/6.

A. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam

keluarga Tn. S :

Diagnosa keperawatan yang pertama: komplikasi lebih lanjut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang penyusun dapatkan untuk menunjang diagnosis tersebut adalah data subjektif, Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan, Tn. S mengatakan tetap menjaga dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil, Ny. T mengatakan kalau menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dideritanya, sehingga dia tidak perlu untuk membantu pengobatan istrinya tersebut, keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Hal ini mengarah pada terjadinya komplikasi neuropati, Menurut Long B.C (1996:15), diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, medula spinalis atau sistem saraf pusat. Banyak dan berbagai macam gejala dapat timbul, tergantung

neuron yang terkena. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf. Jenis diabetik neuropati yang paling lazim adalah neuropati perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah. Penderita dapat mengalami neuropati yang mempengaruhi sistem saraf otonom. Perubahan yang penting yakni adanya anestesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf sensoris. Tn. S mengatakan badan terasa lemas dan kepalanya sering pusing, Tn. S mengatakan matanya buram untuk melihat kalau memakai kacamata tidak, Tn. S mengatakan kadang dadanya terasa sesak dan sakit. Sedangkan dari etiologinya ditemukan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus. Menurut Suprajitno (2004: 35) yang perlu dikaji adalah bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatan), pemahaman keluarga tentang perawatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu dan bertanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fisik, dan dukungan psikososial), bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. S sudah mengetahui kalau makan yang manis-manis akan memperburuk keadaan, Tn. S kalau merasa kadar gula darahnya naik langsung mengurangi porsi makannya dan minum obat glibencamid 2 X 5 mg sehari, keluarga belum tahu tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan, keluarga juga belum mengetahui tentang komplikasi-komplikasi yang muncul pada diabetes mellitus. Tn. S mengatakan ketika dirinya kambuh kadang berobat ke puskesmas kadang membeli obat sendiri di apotik. Berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004: 17) keluarga sudah bisa mengenal apa itu kencing manis, bagaimana tanda-tandanya ketika kadar gula darahnya naik, keluarga sudah bisa memutuskan tindakan yang tepat untuk kesehatannya, namun keluarga belum bisa merawat anggota keluarga yang sakit sehubungan dengan ketidaktahuan keluarga

tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan dan komplikasi-komplikasi yang muncul pada kencing manis.

Implementasi pertama pada diagnosa keperawatan terjadi komplikasi akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus adalah melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi tentang pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur dan merupakan pengajaran informal yang berlangsung secara spontan dalam suatu interaksi antara klien dan perawat (Friedman, 1998: 488). Dalam melakukan implementasi, penyusun tidak sesuai dengan NCP (Nursing Care

Plan). Dalam NCP tertulis tindakan pertama yang dilakukan adalah memberikan

pendidikan kesehatan tentang komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes mellitus dan rencana tindak lanjut memberikan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus. Namun dalam implementasi, penyusun melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus terlebih dahulu. Ini dilakukan karena diit makanan yang tepat dapat

Dalam dokumen Askep Keluarga Dm (Halaman 27-45)

Dokumen terkait