• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Keluarga Dm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Keluarga Dm"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan. Untuk mengatur berbagai masalah kesehatan di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan diantaranya adalah dikeluarkannya UU tentang kesehatan yaitu UU No. 23 Tahun 1992, terutama sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Bersamaan dengan pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal pula oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 1993: 573). Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer Arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius.

Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes mellitusnya terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang, dan Brasil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 penderita diabetes per tahunnya, sehingga pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta

(2)

penderita. Diabetes mellitus sebenarnya merupakan penyakit yang sudah menyebar luas di tengah-tengah masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar. Tetapi sangat disayangkan sampai saat ini harus kita akui masih kurang menjadi perhatian pemerintah, baik untuk pencegahannya maupun untuk membantu masyarakat agar segera mengetahui apakah seseorang itu terkena diabetes mellitus apa tidak (Okta, 12 juli 2006).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh mahasiswa program studi keperawatan Politeknik Kesehatan Semarang tanggal 31 oktober sampai 1 november 2007, diketahui bahwa jumlah penderita diabetes melitus di Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terdapat 2, 36 % dari 1.377 jiwa yang menderita diabetes melitus.

Berdasarkan tingginya angka kejadian penyakit diabetes mellitus, maka diperlukan tindakan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh melalui kerjasama antara anggota keluarga dan tim keperawatan keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, sebagai pengenal/pengamat masalah dalam kebutuhan kesehatan keluarga, sebagai fasilitator atau menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga, sebagai pendidik kesehatan (perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat), sebagai penyuluh dan konsultan, disini perawat juga dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan perawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan keluarga (Effendy, 1998: 43). Dengan peranan kita sebagai tim keperawatan keluarga diharapkan keluarga dapat melakukan tugas-tugas kesehatan secara mandiri dan dapat meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya.

(3)

B. Tujuan Penyusunan 1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan diabetes mellitus pada Tn. S di dusun Ngaglik Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

2. Tujuan khusus

Dalam pembuatan laporan kasus ini, penyusun mempunyai beberapa tujuan khusus diantaranya sebagai berikut :

a. Menggambarkan hasil asuhan keperawatan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi pada Tn. S dengan diabetes mellitus.

b. Membahas kesenjangan yang ada dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.

c. Menggambarkan faktor pendukung dan faktor penghambat yang muncul dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga dengan dibetes mellitus.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan: 1. Survey

Penyusun menggunakan angket yang disediakan oleh pihak Bapelkes dalam pengumpulan data.

2. Wawancara

Penyusun melakukan wawancara dengan responden dalam pengumpulan data.

3. Observasi

Penyususun melakukan pengamatan atau observasi terutama mengenai lingkungan tempat tinggal responden.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus 1. Pengertian diabetes mellitus

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler serta neurologis (Long Barbara C, 1996: 4).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2001: 1220).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah, yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. 2. Tipe dari diabetes mellitus

Tipe dari diabetes mellitus yang utama adalah :

a. Tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), merupakan keadaan defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans.

b. Tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), merupakan ketosis resisten lebih sering terjadi pada dewasa. Tapi dapat terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan dan ada kecenderungan familiar.

c. Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu: hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit pankreas, obat-obatan, endokrinopati, kelainan reseptor, sindroma genetik tertentu.

(5)

d. Impaired Glucose Tolerance (gangguan toleransi glukosa), kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi normal.

e. Gestational Diabetes Mellitus (GDM), intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan (Long, BC, 1996: 6).

3. Penyebab dari diabetes mellitus

Insulin dependent diabetes mellitus atau diabetes mellitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desentisasi terhadap glukosa (Mansjoer Arief, 2001: 580).

4. Patofisiologis dan pathways

a. Hiperglikemia

Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/ dl). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi terjadi menimbulkan hiperglikemia :

1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang. 2) Gikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa

(6)

3) Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang, dan glukosa ‘hati’ dicurahkan ke dalam darah secara terus-menerus melebihi kebutuhan.

4) Glukoneogenesis meningkat dan kebih banyak lagi glukosa ‘hati’ yang tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

b. Starvasi seluler

Konsentrasi glukosa darah adalah tinggi pada diabetes yang tidak terkontrol, sedangkan sel-sel menjadi sasaran terhadap keadaan starvasi sel. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki, dan dalam keadaan puasa yang berkepanjangan mungkin akan menggunakan asam lemak bebas dan keton. Demikian pula asupan asam amino gagal. Daripada mensintesa protein, protein dikatabolisme dan asam amino yang dihasilkan digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati. Kelemahan, penurunan berat badan, dan hilangnya kekuatan dapat terjadi, dengan hambatan pertumbuhan pada anak-anak. Defisiensi insulin dapat mengawali peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak. Lipolisis menggantikan lipogenesis bila terjadi defisiensi insulin yang berat. Asam lemak bebas, trigliserida, dan gliserol yang meningkat bersikulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis dan glukoneogenesis. Terdapat hasil akhir berupa keton (yang sangat asam, dan merupakan metabolit lemak). Ketosis ialah suatu keadaan terdapatnya keton yang berlebihan dalam darah.

c. Resistensi insulin

Resistensi insulin timbul jika terdapat ketidaksensitifan terhadap insulin pada jaringan-jaringan perifer dan hati. Beberapa faktor yang berperan adalah penurunan jumlah reseptor insulin seperti pada

(7)

obesitas dan hiperglikemia, penurunan ikatan insulin, dan atau adanya defek post reseptor. Resistensi insulin merupakan komponen utama dalam NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan mungkin disertai dengan kerusakan sel-sel beta.

d. Hiperosmolaritas

Perubahan patofisiologis yang utama yang berhubungan dengan hiperglikemia adalah hiperosmolaritas. Konsentrasi glukosa darah 60 sampai 100 mg/ dl. Hiperglikemia meningkatkan osmolalitas darah. Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas darah menimbulkan dehidrasi dengan melalui dua mekanisme :

1) Glikosuria dan diuresis osmotic terjadi jika konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal. Dapat terjadi kehilangan kalori air, dan elektrolit dalam jumlah besar.

2) Perpindahan cairan dari ruang inteerstisial ke ruang ekstraseluler yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, mengakibatkan defisiensi cairan intraseluler.

Diuresis osmotic menimbulkan peningkatan volume urin (poliuria). Rasa haus terstimulasi, dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak (polidipsia). Karena adanya kehilangan kalori dan starvasi seluler, selera makan menjadi meningkat dan orang akan menjadi sering makan/poliphagia (Long, BC, 1996: 11).

(8)

Pathways Perubahan Perfusi Jaringan Kerusakan Integritas Kulit Hantaran O2 Terganggu Perfusi Jaringan Menurun Penurunan Sirkulasi Hemokonsentrasi Hipovolemik Shock Hipovolemik Polidipsi Rasa Haus Poliuria Kehilangan Cairan & Elektrolit

Dehidrasi Glukosuria Diuretik Osmotik Melebihi Ambang Ginjal Produksi Insulin Meningkat Nafsu Makan Meningkat Poliphagia Rangsang Pusat Lapar Metabolisme Lemak Meningkat Starvasi Sel Sel Kekurangan Makan Hiperglikemia Asam Lemak Meningkat Ketoasidosis Metabolisme Turun Kelemahan Lipolisis Meningkat Terjadi Komplikasi Destruksi Sel Beta Genetik Lingkungan Imunologi

Tipe 1 Usia Tipe 2

Obesitas Kehamilan

Resistensi Insulin

(9)

Sumber : Long (1996), Smeltzer & Bare (2001). Penurunan Sirkulasi O2 Perifer Neuropati Perluasan Luka Tidak Terdeteksi Penyembuhan Luka Terhambat Penurunan Perfusi Jaringan Amputasi Pengosongan gaster lambat Nausea Vomiting Impotensi Orgasme Lambat Aktivitas.Seksual Menurun Disfungsi Seksual HDR Kesemutan, Gatal Pada Ekstremitas Autonomi neuropati Glomerulus Rusak Atherosklerosis Arteri Renalis Gagal Ginjal Nefropati Transmisi Impuls Lambat Neuropati Pengiriman O2 Tidak Adekuat Hipoksia Jaringan Resiko Injury Retina Tidak Mendapatkan O2 Retinopati Mikroangiopati Komplikasi Cerebrovaskuler Terganggu Stroke Kerusakan Arteri Koroner P J K Makroangiopati Atherosklerosis arteri besar Pengiriman O2 menurun Iskemik Jaringan

(10)

Sumber : Effendy, 1998 : 50. Perawatan Kesehatan Masyarakat

mellitus, penyebab, tanda & gejala, perawatan diabetes mellitus, komplikasi DM. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Tidak dapat. Dapat Mengenal Masalah Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

Tidak dapat. Dapat Mengambil keputusan yang tepat Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Tidak dapat. Dapat Merawat anggota keluarga yang sakit Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan Tidak dapat. Dapat Memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Tidak dapat. Dapat Menggunakan fasilitas yang ada 14 10

(11)

5. Tanda gejala

Menurut Smeltzer & Bare (2001: 1223), tanda-tanda dari pasien dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

a. Polidipsia (haus terus)

b. Poliuria (kencing terus)

c. Polifagia (lapar terus), tiga

tanda ini merupakan tanda klasik dari diabetes mellitus

d. Terjadi penurunan berat badan

e. Kelemahan

f. Luka pada kulit yang lama

tidak sembuh-sembuh

g. Pandangan mata kabur

h. Nafas berbau aseton.

6. Komplikasi dari diabetes mellitus

Komplikasi dari diabetes dapat menyerang ke semua system organ tubuh. Komplikasi kronik yang sering terjadi atau muncul pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

a. Perubahan makrovaskuler

Penderita diabetes dapat mengalami perubahan aterosklerotik pada arteri-arteri besar. Kini telah diketahui bahwa penderita diabetes cenderung untuk mengalami ateroskerosis pada usia yang lebih dini, dan penyakit berjalan dengan cepat, dan hal ini terjadi lebih berat dan lebih luas pada penderita diabet daripada nondiabet. Penderita NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada pada penderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes sering dihubungkan dengan kelainan metabolisme lemak, perubahan adhesi platelet, dan perubahan hormonal. Insulin memainkan peran utama dalam metabolisme lemak- lemak dan lipida. Kelainan lipida seringkali ditemukan pada penderita diabetes. Pengecilan lumen-lumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan dengan

(12)

akibat yang muncul berupa penyakit kardiovaskuler, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis, dan penyakit-penyakit vaskuler perifer. Sekitar tigaperempat dari seluruh kejadian cerebrovaskuler berhubungan dengan diabetes, dan penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian yang paling sering diantara penderita diabetes usia lanjut.

b. Perubahan-perubahan

mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan membrane basal pembuluh-pembuluh kapiler. Perubahan-perubahan ini sering terjadi pada penderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan bertanggungjawab dalam terjadinya nephropati dan retinopati diabetic. Penyebab perubahan-perubahan ini tidak diketahui penyebabnya namun diduga berkaitan dengan diabetes yang tidak terkontrol.

c. Nefropati

Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal. Perjalanan penyakit ginjal bervariasi dari orang ke orang. Tanda awal dari suatu lesi glomerular adalah proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit. Bersamaan dengan berkembangnya insufisiensi ginjal, konsentrasi kreatinin serum dan urea meningkat serta tanda-tanda gagal ginjal lainnya muncul.

d. Retinopati diabetic

Kebutaan pada penderita diabetes seringkali sebagai akibat dari perubahan mikrovaskuler pada retina. Selain retinopati penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak. Katarak mungkin disebabkan oleh adanya hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa. Lesi retina awal berupa mikroaneurisma pembuluh-pembuluh darah retina. Kemudian diikuti mikroinfarksi dan pembentuan eksudat. Perubahan-perubahan awal pada retina dapat

(13)

terus berlangsung sampai pada stadium yang lebih serius, retinopati proliferatif dimana terdapat pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru pada retina (neovaskularisasi). Bersamaan dengan terbentuknya pembuluh-pembuluh baru ini, pembuluh ini menciut dan menyebabkan tarikan pada retina. Terjadilah pelepasan retina dan perdarahan ke dalam rongga vitreus.

e. Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom, maupun system saraf saraf pusat. Perubahan-perubahan metabolic dalam sintesa yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf. Neuropati mungkin hanya melibatkan sebuah saraf biasanya suatu saraf cranial. Jenis diabetic neuropati yang paling lazim adalah polineuropati perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya sensasi pada ujung ujung ekstremitas bawah. Kemudian hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas atas dapat terkena pula. Penderita diabetes dapat mengalami neuropati yang mempengaruhi system saraf otonom. Pada keadaan ini dapat terjadi perubahan motilitas lambung sehingga menyebabkan tidak teraturnya absorbsi makanan, inkontinensia, dan terjadi impotensi.

f. Perubahan ekstremitas bawah

Perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler, dan neuropati semuanya menyebabkan perubahan-perubahan pada ekstremitas bawah. Perubahan yang penting yakni adanya anesthesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf-saraf sensoris. Keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangrene. Infeksi dimulai pada celah-celah kulit yang mengalami hipertrofi, pada sela-sela kuku yang tertanam di jari kaki, bagian kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang terkena trauma. Ulkus neurotropik merupakan salah satu keadaan yang insensitif dan biasanya timbul di bawah kulit kaki yang menebal, atau di bawah

(14)

kalus. Rasa nyeri pada suatu ulkus neuropatik umumnya menunjukkan adanya infeksi yang telah mencapai tulang, dan memberikan prognosa yang kurang baik (Long, BC, 1996: 15).

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah memperlihatkan kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/ dl pada 2 X pengukuran.

b. Tes toleransi glukosa

Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitive daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu. Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. Pasien mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat (150 hingga 300 gram) selama 3 hari sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada malam hari, keesokan harinya sample darah diambil. Kemudian karbohidrat sebanyak 75 gram yang biasanya dalam bentuk minuman (seperti glukosa, minuman yang mengandung gula dan soda) diberikan pada pasien. Pasien diberitahu untuk duduk diam selama tes dilaksanakan dan menghindari latihan, rokok, kopi, serta makanan lain kecuali air putih. WHO merekomendasikan pengambilan sample 2 jam sesudah konsumsi glukosa. Beberapa faktor yang mmpengaruhi tes toleransi glukosa oral yang mencakup metode analisis, sumber specimen (darah utuh, plasma atau serum, darah kapiler atau vena), diet, tingkat aktivitas, lama tirah baring, adanya penyakit kronis, pengobatan dan jumlah glukosa yang dikonsumsi. Persiapan diet sebelum menjalani tes sangat penting karena asupan makanan dapat mempengaruhi hasil tes (Smeltzer & Bare, 2001: 1226).

8. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pada diabetes mellitus mempunyai tujuan utama untuk menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan,

(15)

pemantauan, terapi (jika diperlukan), pendidikan (Smeltzer & Bare, 2001: 1226).

Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes adalah : Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal, Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal, Mencegah komplikasi akut maupun kronik, Meningkatkan kualitas hidup. Diet standar untuk diabetes berdasarkan dua hal yaitu tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan tinggi serat dan tinggi karbohidrat, tinggi asam lemak tak jenuh berikatan tunggal (Noer, S, 1996: 631).

Latihan pada penderita diabetes mellitus harus memenuhi kelima komponen di bawah ini :

a. C (continues), Latihan yang

dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan terus-menerus tanpa berhenti.

b. R (rhythmical), Latihan

olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.

c. I (intensity), Latihan olahraga

yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan gerak lambat. Dengan kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.

d. P (progressive), Latihan yang

dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat, secara bertahap.

e. E (endurance), Latihan daya

tahan memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum ikut program latihan, terhadap pengidap harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler.

Latihan CRIPE ini minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini

(16)

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia. Dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Keperawatan kesehatan keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran / penyalur (Bailon & Maglaya 1978 dikutip oleh Effendy, 1998: 38).

2. Tujuan keperawatan kesehatan keluarga

Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah (Effendy, 1998: 42):

Tujuan umum :

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memalihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.

Tujuan khusus :

a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

(17)

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman 1981 dikutip oleh Effendy (1998: 42) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang

sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

C. Proses Keperawatan.

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga. Proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam melaksanakan tindakan yang digunakan agar proses asuhan keperawatan dan kesehatan terhadap keluarga menjadi lebih sistematis (Effendy, 1998: 46). 1.Pengkajian keperawatan.

Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang terintregasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya (Effendy, 1998: 46). Pengumpulan data difokuskan pada komponen-komponen yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus. Pengumpulan data tentang

(18)

keluarga didapatkan dari berbagai sumber antara lain : wawancara yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus baik aspek fisik, mental, social budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya: pengamatan: studi dokumentasi diantaranya melalui hail pemeriksaan kadar glukosa darah dan pemeriksaan fisik (Effendy, 1998: 47).

a. Identitas keluarga 1) Nama keluarga

2) Alamat atau tempat tinggal 3) Komposisi keluarga

4) Tipe keluarga

5) Latar belakang budaya a) Kebiasaan makan

Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa dan anak balita disamakan, bagaimana pengolahan atau cara memasaknya, berapa banyak porsi yang dihabiskan.

b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga di dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes mellitus. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari diabetes mellitus (Suprajitno, 2004: 36). 6) Status sosial ekonomi

- Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap pola pikir, kemampuan mengambil keputusan dan tindakan untuk mengatasi masalah keluarga terutama tentang diabetes mellitus dengan benar dan tepat termasuk cara pengelolaannya.

- Pekerjaan dan penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang akan mempengaruhi keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada

(19)

anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan oleh tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada di keluarga (Suprajitno, 2004: 34).

7) Aktivitas

Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi daripada tetap beristirahat, sehingga derajat kegiatan fisik perlu diukur pada saat penentuan besaran kebutuhan akan energi. Aktivitas yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keinginan yang membuat seseorang kehilangan banyak kalori, jika tidak didukung dengan asupan energi/ kalori yang seimbang akan mengakibatkan keadaan yang lebih buruk.

b. Tahap dan riwayat perkembangan

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalamnan keluarga terhadap pelyanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan (Suprajitno, 2004: 32).

c. Data lingkungan

1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan,pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah, dan kebutuhan MCK, keadaan akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan denah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

(20)

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi.

2) Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau di masyarakat.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.

2) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukunngan anggota keluarga, bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

3) Fungsi pemenuhan atau pemeliharaan kesehatan, tujuan pengkajian yang berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan :

a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.

(21)

b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memilki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d) Memodifikasi lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan keluarga, ketidaksanggupan dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan anggota keluarga. Ketidaksanggupan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada secara optimal oleh keluarga dapat membantu keluarga mengenal secara dini dan mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada anggota keluarga. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan-keuntungan menggunakan fasilitas kesehatan ( Suprajitno, 2004: 17).

(22)

4) Pola istirahat dan tidur

Kebutuhan istirahat dan tidur harus dikaji berapa lamanya tidur siang atau malam hari. Bagaimana dengan tidurnya nyenyak atau terganggu.

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan di klinik.

2.Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998: 51).

Diagnosa yang mungkin timbul pada keluarga dengan lansia diabetes mellitus antara lain (Doengoes, 2000: 51):

a. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan pengeluaran urine, urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit atau membran mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

kemungkinan dibuktikan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot buruk, diare. c. Resiko tinggi infeksi, tidak dapat diterapkan adanya

tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori, tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual.

e. Kelelahan, kemungkinan dibuktikan oleh kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja.

(23)

3.Rencana Keperawatan

a. Menyusun prioritas

Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Effendy, 1998: 52) :

1) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.

2) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan. 3) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan.

4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

5) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan atau keperawatan keluarga.

6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga. Kriteria prioritas masalah ( Effendy, 1998: 52) :

a) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit atau kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar adalah kurang sehat kemudian ancaman kesehatan dan yang ketiga adalah krisis.

b) Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal- hal yang harus diperhatikan :

- Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani diabetes mellitus.

- Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.

- Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan tentang diabetes mellitus, ketrampilan dalam perawatan. - Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,

organisasi seperti posyandu, polindes dan sebagainya.

c) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi/dicegah melalui tindakan

(24)

keperawatan dan kesehatan misalnya dengan memberikan informasi tentang diabetes mellitus, cara mencegah dan merawat, serta menganjurkan keluarga untuk memeriksakan kesehatan anggota keluarga dengan diabetes mellitus ke pelayanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah diabetes mellitus :

- Kesulitan masalah diabetes mellitus, berkaitan dengan beratnya penyakit diabetes mellitus yang menunjukkan kepada prognosa DM (Diabetes Mellitus).

- Lamanya masalah berhubungan dengan terjadinya masalah diabetes mellitus, dan kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat dicegah.

- Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki masalah diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga. - Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau

kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah diabetes mellitus dalam hal beratnya dan mendesak untuk diatasi melalui intervensi keperawatan (Effendy, 1998: 49). Untuk menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti yang tercantum dalam lampiran.

b. Penyusunan tujuan

Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber, menggambarkan pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan mengoperasionalkan perencanaan (menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam fasenya). 1) Tujuan umum

(25)

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah diabetes mellitus, mampu mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

2) Tujuan khusus

Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak bertambah buruk keadaannya.

a) Menentukan kriteria evaluasi Kriteria yang akan dicapai adalah :

- Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah kesehatan diabetes mellitus, yaitu pengertian, penyebab, tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

- Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus.

- Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

b) Menentukan standart evaluasi :

Pengertian, tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan Diabetes Mellitus.

c. Menentukan intervensi keperawatan

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan (Effendy, 1998: 57) :

1) Menstimulasi keluarga mengenal, menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui memperluas pengetahuan

(26)

keluarga melalui penyuluhan kesehatan, membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut, mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga, mengembangkan sifat positif dari keluarga.

2) Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan, merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak mengambil keputusan, memperkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka pilih dan sumber-sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan.

3) Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat, memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian para anggota keluarga.

d. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah :

1) Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

2) Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh 3) Tidak mau menghadapi situasi

4) Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat.

5) Kegagalan dalam mengkaitkan tindakan dengan sasaran 6) Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.

e. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor : 1) Tujuan tidak realistis

(27)

2) Tindakan keperawatan yang tidak tepat

3) Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 31 oktober sampai tanggal 1 November 2007. Pengkajian dilakukan di rumah Tn. S tepatnya di dusun Ngaglik desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Tn. S saat ini mempunyai satu orang istri dan dikaruniai tiga orang anak. Istri yang sekarang adalah istri yang keenam. Semua anaknya sekarang

(28)

sudah berkeluarga sehingga Tn. S sekarang tinggal berdua bersama istrinya. Tn. S saat ini berusia 71 tahun dan sudah tidak bekerja lagi, Sedangkan istrinya Ny. T berusia 71 tahun juga sekarang sudah tidak bekerja lagi. Ketiga anaknya sudah menikah semua, dan sudah berumah tangga sendiri-sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, keluarga Tn. S mendapatkan sumber keuangan dari anak-anaknya.

Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis kurang lebih 15 tahun yang lalu dan itu diketahui dari dokter ketika Tn. S dirawat di RS Muntilan karena luka tusukan bunga kelapa semakin parah, pecah, terus berair dan berbau. Tn. S juga mengatakan mempunyai hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Tn. S mengatakan sering buang air kecil saat malam hari sekitar 3-4 kali.Tn. S mengatakan juga bahwa lukanya kadang-kadang tidak sakit tidak seperti luka yang lain. Hanya saja kalau habis kerja di sawah atatu dikebun terasa pegal-pegal. Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan tetap menjaga dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil. Ny. T mengatakan kalau menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dimilikinya, sehingga dia tidak perlu untuk membantu pengobatan suaminya tersebut. Keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan hipertensinya. Ny. T mengatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terdekat adalah Puskesmas Salaman. Keluarga Tn. S juga mempunyai fasilitas kartu sehat/ASKIN/JPS. Walaupun Tn. S mengetahui nama penyakitnya tetapi tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Tn. S mengatakan tidak tahu menahu tentang insulin maupun nilai gula darahnya.

Tn. S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi kurang lebih 1 centong dan untuk minum kurang lebih 5 gelas air putih / hari. Tn. S mengatakan bahwa ia sekarang sudah menghindari makan kangkung, bayam

(29)

den sejenisnya serta mengindari makan yang manis atau asin-asin. Dari pemeriksaan fisik pada Tn. S tanggal 5 November 2007 didapatkan TD 180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36 0 C. Kepala

mesochepal, Rambut bersih, beruban. Telinga simetris, tidak ada serumen, Tn. S masih bisa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pengkaji. Mata: conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya baik. Hidung bersih, tidak ada polip. Mulut mukosa bibir kering, gigi geraham kanan dan kiri sudah tanggal, gigi seri depan bawah tanggal 2. Leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, bising usus 7 kali /menit, tidak ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas; tidak ada lesi / udema, ektremitas bawah; terdapat luka pada punggung kaki kiri selebar 5 cm, jari kelingking dan jari manis kaki kiri tidak dapat digerakkan dan tidak terasa apabila dicubit, sedangkan jari tengah pada kaki kiri dapat digerakkan namun terbatas . Turgor : kulit keriput, turgor kulit elastis.

Sedangkan pemeriksaan fisik pada Ny. T didapatkan data sebagai berikut. TD 60/100 mmHg, RR 21 x/mnt. Nadi 96 x/mnt, Suhu : 36 0 C.

Kepala bentuk mesochepal, tidak ada luka, tidak berbau. Rambut bersih, beruban. Telinga bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran sudah sedikit menurun. Mata simetris, reflek pupil terhadap cahaya baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada polip hidung. Mulut mukosa bibir lembab, bentuk simetris. Leher simetris, terdapat kaku kuduk, tidak, ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, tidak ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas; tidak ada lesi , pada tangan kanan ke 4 jari kontraktur. Ektemitas bawah; tidak terdapat lesi ataupun udema. Turgor kulit keriput, turgor kulit elastis.

(30)

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober samapi dengan 1 November 2007 didapatkan analisis data. Analisis data yang pertama adalah, data subjektif Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu, Tn. S mengatakan kaki kirinya yang luka kadang-kadang merasa pegal-pegal. Tn. S mengatakan kalau kambuh kadang berobat ke puskesmas / atau beli obat sendiri, Tn. S mengatakan kalau kencing dikerumuni semut air kencingnya, Tn. S mengatakan kalau dirinya sudah menghindari makan makanan yang manis-manis. Tn. S dan Ny. T mengatakan tidak tahu tentang komplikasi yang muncul pada kencing manis. Data objektif yang diperoleh TD 180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36 0 C, Dari data tersebut masalah yang ditemukan adalah

komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus dengan etiologi ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.

Masalah kedua didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan hipertensinya. Sedangkan data objektivenya yaitu fasilitas kesehatan yang terdekat adalah Puskesmas Sijeruk, keluarga punya fasilitas ASKIN/JPS. Tn. S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi 1 centong, Tn. S mengatakan minum kurang lebih 5 gelas air putih sehari. Tn. S mengatakan kalau dirinya sering merasa ingin kencing terus, haus terus, dan lapar terus. Tn. S mengatakan tidak boleh makan yang manis- manis dan terlalu banyak dan sekarang sudah menghindai makanan yang manis-manis

Masalah ketiga didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Data objektive Tn. S tidak bisa menyebutkan hal-hal yang bisa dilakukan dalam penatalaksanaan DM

(31)

Setelah menentukan diagnosis keperawatan, langkah berikutnya adalah menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan faktor penghambat dan faktor pendukung yang ada dalam keluarga Tn. S. Setelah dilakukan penghitungan untuk prioritas masalah, ternyata dari ketiga masalah yang ditemukan hasilnya adalah berbeda-beda. Masalah yang pertama terjadi komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus dengan total skor 4 1/3, dan masalah yang kedua adalah Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan Kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk konsultasi/kontrol kesehatan dengan total skore 3 ½. Sedangkan masalah ketiga yaitu Kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah dengan total skore 3 1/6.

D. Intervensi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. S adalah komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.

1. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah tidak terjadi komplikasi lebih lanjut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama empat hari pada keluarga Tn. S.

2. Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 20 menit keluarga diharapkan mampu :

a. Kriteria respon verbal kognitif dan afektif

b. Standar yang ingin dicapai mampu menjelaskan tentang pengertian diabetes mellitus, yaitu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah (>110 mg/ dl). Selain itu diharapkan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 komplikasi yang muncul pada diabetes mellitus yaitu penyakit jantung, mati rasa pada kaki, penglihatan kabur bahkan sampai terjadi kebutaan, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi. Keluarga juga diharapkan dapat menyebutkan 3 dari 5 perawatan pada penderita diabetes

(32)

mellitus, yaitu diit makanan, latihan, pemantauan gula darah, mencegah terjadinya luka, dan terapi jika diperlukan.

c. Rencana intervensi yaitu diskusikan dengan keluarga sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus, buat reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul pada diabetes mellitus, beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, jelaskan tentang komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus, kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang makanan yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan/ dihindari, beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji menu dan porsi makanan yang dimakan anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.

Diagnosa keperawatan kedua yang muncul pada keluarga Tn. S adalah Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d. Kurangnya pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi kesehatan

1. Tujuan umum dari diagnosis yang kedua adalah Keluarga akan mengerti dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk periksa kesehatan setelah intervensi 2 hari pada keluarga Tn. S. 2. Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah

dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan : a. Mengenal pentingnya fasilitas kesehatan untuk kontrol kesehatan, Keluarga mengenal fasilitas kesehatan yang akan digunakan, Keluarga/pasien akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut

b. Standar yang ingin dicapai yaitu Pemeriksaan Gula darah dan kesehatan harus dilkukan sesering mungkin untuk memonitor kadar gula darah dan untuk mencegah resiko komplikasi berlanjut yang akan mungkin dialami oleh penderita DM. Keluarga dapat memanfaatakan fasilitas Puskesmas, Posyandu atau rumah sakit untuk kontrol kesehatan dan monitor gula darah

(33)

c. Rencana intevensi yang akan dilakukan adalah: Kaji alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat. Beri informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan. Dukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. beri reinforecement positif atas usaha pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Diagnosa kepeawatan ketiga yang muncul pada keluaga Tn. S yaitu Kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga dalam mengenal masalah.

1. Tujuan umum dari diagnosa yang ketiga

adalah Klien dan keluarga akan mengerti dan memahami tentang penyakit yang dideritanya setelah dilakukan intevensi 1 kali petemuan pada keluarga Tn. S

2. Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan : a. Mengerti dan memahami tentang penyakit yang

dideritanya, klient dan Keluarga mengerti dan memahami tentang penatalaksanaan DM

b. standar yang ingin dicapai yaitu Klien dan keluarga dapat menyebutkan definisi DM, Klient dan keluaga dapat menyebutkan tanda dan gejala DM, Klein dan keluarga dapat menyebutkan penatalaksanaan DM secara sederhana

c. Rencana intervensi yang dilakukan adalah kaji pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan mandiri.

E. Implementasi

Tindakan pada diagnosis pertama pada keluarga Tn. S yang dilakukan pada hari selasa, tanggal 5 November 2007, pukul 17.00 WIB dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, contoh bahan makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi yang dilakukan mengucapkan salam pada keluarga dan mengingatkan kontrak serta menjelaskan tujuan,

(34)

menanyakan sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diit pada kencing manis, memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dari diit, menjelaskan pada keluarga tentang diit pada kencing manis, menjelaskan tiga prinsip dalam pemberian makanan, menjelaskan makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi, menjelaskan contoh bahan makanan yang seimbang untuk penderita kencing manis, memberi kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Tindak lanjut dari diagnosis yang pertama adalah memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang komplikasi yang terjadi pada penderita kencing manis. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.

Tindakan perawatan pada diagnosa kedua yang dilakukan pada Tn. S, pada tanggal 6 november 2007, jam 09.00 WIB yang dilakukan dengan cara diskusi tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa perubahan pemeliharaan kesehatan b.d. kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk konsultasi kesehatan, yaitu, mengkaji alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat, memberi informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan, mendukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, memberi reinforecement positif atas usaha pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Tindakan keperawatan terhadap diagnosa ketiga yang dilakukan pada Tn. S pada tanggal 7 november 2007, pukul 10.00 WIB yang dilakukan dengan cara ceramah dan diskusi mengenai penyakit diabetes melitus. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga dalam mengenal masalah yaitu, kaji pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakit DM, berikan pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan mandiri.

F. Evaluasi

Evaluasi terhadap keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 7 november 2007 dengan berpedoman pada tujuan dan standart evaluasi yang disusun pada

(35)

perencanaan. Pada diagnosis perawatan pertama evaluasi yang dilakukan sebagai berikut : data subjektif, Keluarga menjawab salam, mempersilahkan duduk, dan mengatakan keluarga sehat-sehat saja. Saya masih ingat kita janji hari ini. Ny.P mengatakan sedikit mengerti tentang DM, pengertian DM yaitu keadaan kelebihan gula, tanda-tandanya yaitu kalau luka tidak mudah kering dan selalu berair terus, penyebab yaitu konsumsi gula yang berlebihan, akibat dari luka akibat gula yaitu bisa dipotong kakinya, pasien mengerti penatalaksanaan yaitu menghindai makanan yang manis-manis. Keluarga mengatakan paham dengan apa yang dijelaskan perawat. Keluarga mengatakan akan mencobanya.

Data objektif yang diperoleh Keluarga mendengarkan dan memperhatikan Keluarga kooperatif. Keluarga mampu mengetahui 2 dari 3 prinsip dalam pemberian makanan pada pasien diabetes mellitus, keluarga kelihatan mengerti dan memahami penjelasan yang kita berikan, kekuarga tahu tentang makanan yang harus dihindari. Analisa dari diagnosa keperawatan yang pertama adalah masalah teratasi, secara respon verbal kognitif pasien dan keluarga sudah memahami tentang diit pada diabetes mellitus. Rencana tindak lanjut : motivasi keluaga untuk mematuhi penatalaksanaan DM. Tn.S mengikuti gerakan yang diajarkan dengan baik.

Pada diagnosa kedua evaluasi yang dilakukan yaitu: data subjektive pasien mengatakan kalau dulu harus menunggu petugas untuk mengecek gula darah dan walau Tn. S sudah menunggu petugas tidak datang ke puskesmas. Tn. S mengatakan sebenarnya punya kartu ASKIN. Tn. S mengatakan akan mengontrol gula darahnya. Data objektive keluarga mendengarkan dan memperhatikan, Keluarga kooperatif, Tn. S mengecek kadar gula darah hanya jika waktu kontrol. Analisa dari diagnosa keperawatan yang kedua adalah masalah teratasi. Rencana tindak lanjut yaitu motivasi keluarga untuk terus mengontrol kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan

Pada diagnosa ketiga evaluasi yamg dilakukan yaitu: data subjektive klient dan keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui lebih mendalam tentang penyakitnya. Data objektive keluarga mendengarkan informasi yang disampaikan tentang DM meliputi pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan

(36)

mandiri. Analisa dari diagnosa keperawatan ketiga yaitu masalah teratasi. Rencana tindak lanjut yaitu beri motivasi pada klient dan keluarga dalam pengelolaan DM.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan diabetes mellitus pada Tn. S di . Disini akan dibahas tentang diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam keluarga Tn. S dan juga tentang analisa kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang terjadi di dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Di sini juga akan disampaikan tentang kekurangan penyusunan tulisan serta modifikasi atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi.

Pengkajian merupakan tahapan pertama dalam proses keperawatan keluarga untuk mendapatkan data tentang keluarga dan masalah yang dialami oleh keluarga (Friedman, 1998: 56). Sebelum melakukan pengkajian penyusun melakukan prainteraksi terlebih dahulu dengan keluarga pada hari kamis, tanggal

(37)

1 November 2007 pukul 14.00 WIB. Penyusun melakukan prainteraksi terhadap keluarga dengan cara memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari kegiatan ini. Penyusun melakukan prainteraksi dengan tujuan membina hubungan saling percaya antara anggota keluarga, penyusun berharap jika trust/kepercayaan sudah terbentuk maka proses keperawatan akan lebih mudah dijalankan. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 November 2007 penyusun dapat menyimpulkan terdapat tiga diagnosis keperawatan yaitu komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi kesehatan dan kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.

Dari tiga diagnosis keperawatan yang ditemukan penyusun melakukan skoring untuk menentukan prioritas masalah. Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu (Suprajitno, 2004: 45). Setelah penyusun melakukan skoring didapatkan total skoring pada diagnosa pertama 4 1/3, pada diagnosa kedua 3 ½ dan pada diagnosa ketiga 3 1/6.

A. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam

keluarga Tn. S :

Diagnosa keperawatan yang pertama: komplikasi lebih lanjut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang penyusun dapatkan untuk menunjang diagnosis tersebut adalah data subjektif, Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan, Tn. S mengatakan tetap menjaga dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil, Ny. T mengatakan kalau menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dideritanya, sehingga dia tidak perlu untuk membantu pengobatan istrinya tersebut, keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Hal ini mengarah pada terjadinya komplikasi neuropati, Menurut Long B.C (1996:15), diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, medula spinalis atau sistem saraf pusat. Banyak dan berbagai macam gejala dapat timbul, tergantung

(38)

neuron yang terkena. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf. Jenis diabetik neuropati yang paling lazim adalah neuropati perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah. Penderita dapat mengalami neuropati yang mempengaruhi sistem saraf otonom. Perubahan yang penting yakni adanya anestesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf sensoris. Tn. S mengatakan badan terasa lemas dan kepalanya sering pusing, Tn. S mengatakan matanya buram untuk melihat kalau memakai kacamata tidak, Tn. S mengatakan kadang dadanya terasa sesak dan sakit. Sedangkan dari etiologinya ditemukan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus. Menurut Suprajitno (2004: 35) yang perlu dikaji adalah bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatan), pemahaman keluarga tentang perawatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu dan bertanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fisik, dan dukungan psikososial), bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. S sudah mengetahui kalau makan yang manis-manis akan memperburuk keadaan, Tn. S kalau merasa kadar gula darahnya naik langsung mengurangi porsi makannya dan minum obat glibencamid 2 X 5 mg sehari, keluarga belum tahu tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan, keluarga juga belum mengetahui tentang komplikasi-komplikasi yang muncul pada diabetes mellitus. Tn. S mengatakan ketika dirinya kambuh kadang berobat ke puskesmas kadang membeli obat sendiri di apotik. Berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004: 17) keluarga sudah bisa mengenal apa itu kencing manis, bagaimana tanda-tandanya ketika kadar gula darahnya naik, keluarga sudah bisa memutuskan tindakan yang tepat untuk kesehatannya, namun keluarga belum bisa merawat anggota keluarga yang sakit sehubungan dengan ketidaktahuan keluarga

(39)

tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan dan komplikasi-komplikasi yang muncul pada kencing manis.

Implementasi pertama pada diagnosa keperawatan terjadi komplikasi akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus adalah melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi tentang pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur dan merupakan pengajaran informal yang berlangsung secara spontan dalam suatu interaksi antara klien dan perawat (Friedman, 1998: 488). Dalam melakukan implementasi, penyusun tidak sesuai dengan NCP (Nursing Care

Plan). Dalam NCP tertulis tindakan pertama yang dilakukan adalah memberikan

pendidikan kesehatan tentang komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes mellitus dan rencana tindak lanjut memberikan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus. Namun dalam implementasi, penyusun melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus terlebih dahulu. Ini dilakukan karena diit makanan yang tepat dapat mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal (Noer, S, 1996: 631). Dengan diberikan pendidikan kesehatan tentang diit makanan, maka keluarga diharapkan dapat segera mengubah pola makannya.

Implementasi tentang pendidikan kesehatan diit pada diabetes mellitus dilakukan pada tanggal 5 Nopember 2007 jam 17.00 WIB. Media yang digunakan dalam penyampaian materi adalah leaflet diabetes mellitus. Penyusun menggunakan media dengan bahan yang nyata mempunyai tujuan agar tingkat pemahaman dari keluarga terhadap materi yang disampaikan lebih baik

Implementasi yang dilakukan adalah mengucapkan salam pada keluarga dan mengingatkan kontrak yang telah disepakati bersama, menanyakan sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus (rasionalisasi memberikan gambaran sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus), memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan (rasionalisasi merupakan bentuk penghargaan terhadap keluarga dan memotivasi keluarga untuk lebih perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan), menjelaskan

(40)

pada keluarga tentang diit pada kencing manis (memberikan gambaran tentang apa itu diit pada penderita kencing manis), menjelaskan pada keluarga tentang tiga prinsip dalam pemberian makanan (rasionalisasi agar keluarga mengetahui dan memahami tiga prinsip dalam pemberian makanan), menjelaskan pada keluarga tentang makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi (rasionalisasi agar keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat tentang makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi), menjelaskan tentang contoh bahan makanan yang seimbang untuk penderita kencing manis (rasionalisasi dengan memberikan contoh nyata pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal lebih baik), memberi kesempatan pada keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan (rasionalisasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman keluarga tentang materi yang disampaikan), memberikan kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas (rasionalisasi memberikan kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan masalah atau distorsi yang mungkin timbul selama penyuluhan). Kendala yang dihadapi saat melakukan implementasi adalah tidak dapat berkumpulnya seluruh anggota keluarga karena kesibukan kerja masing-masing anggota keluarga. Faktor pendukung dalam implementasi ini adalah penerimaan keluarga yang cukup baik dan adanya komunikasi yang terjalin kooperatif. Respon verbal keluarga cukup baik dalam menjawab pertanyaan dan saat mengajukan pertanyaan.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya (Suprajitno, 2004: 57). Evaluasi yang dilakukan penyusun saat melakukan pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengetahui tentang seberapa jauh tingkat pemahaman keluarga terhadap materi yang disampaikan. Dengan memahami tentang materi yang disampaikan penyusun berharap keluarga dapat melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus dengan tepat. Evaluasi yang dilakukan pada implementasi pertama adalah masalah teratasi sebagian dengan dasar saat dilakukan evaluasi terhadap materi yang disampaikan keluarga dapat menjelaskan sebagian materi yang disampaikan, dan keluarga dapat menyebutkan contoh makanan yang boleh dimakan dan yang harus dibatasi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Saat tim Apa kabar jogja mengkonfirmasi kepada petugas jaga di kaliurang / dikatakan bahwa asap tersebut adalah asap biasa yang bertumpuk-tumpuk disekitar merapi // Masyarakat

Fasa ini menekankan kepada tindakan susulan dan langkah pencegahan yang perlu diberi perhatian bagi memastikan semua maklum balas yang dikemukakan oleh pasukan Program Turun

Berdasarkan hasil siklus I bahwa rata-rata klasikal 39% hasil belajar peserta didik dari 28 peserta didik yang tuntas hanya 11 siswa untuk pasing bawah melewati net peserta

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi anjuran maka semakin berminat melakukan imunisasi anjuran pada

teachers to prepare the students to be ready for learning speaking. Teachers should give best strategies to improve their speaking learning. E: 2012) states the

163 tahun 2007 akan direvisi dengan menyertakan nama program studi dalam Bahasa lndonesia yang benar, nama program studi dalam Bahasa Inggris, kode program studi

Untuk setiap posisi kernel pada gambar, setiap angka dikalikan dengan angka yang sesuai pada matriks input (matriks biru) dan kemudian mereka semua dirangkum