• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kepustakaan

SE-DABIN 3 UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

2. Tinjauan Kepustakaan

a. Tentang Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian proses pembelajarannya mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan atau satu tema. Perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikuum 2004 secara sederhana, dalam rangka mengubah pola pikir anak dari ‘anak tahu apa’ ke arah ‘anak mampu apa’. Adapun prinsip dasar pembelajaran tematik yakni sebagai berikut (Sutrijo dan Sri Istuti Mamik; 2005:14):

(1) Terintegrasi dengan lingkungan

atau bersifat kontektual pembelajaran harus dikemas dalam sebuah format keterkaitan ketika

siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; (2) Bentuk belajar harus didesain agar siswa bekerja secara

bersungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran

yang nyata sekaligus menerapkannya; (3) Efisiensi dalam

penggunaan waktu, metode, sumber belajar yang otentik dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang riil kepada siswa dalam mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

Ciri-ciri Pembelajaran Tematik : (1) Berpusat kepada siswa; (2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa; (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran; (5) Bersifat fleksibel; (6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa menentukan unit temanya. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengacu pada tujuan dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan lain yaitu tema yang dipilih merupakan konsesus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat isu-isu yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan

sarana dan sumber belajar yang

sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik : (1) Memahami hakikat dan tujuan pembelajaran tematik; (2) Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri; (3) Perlunya refleksi dalam pembelajaran tematik; (4) Menyadari kelebihan pembelajaran tematik sebagai motivasi.

Instrumen penilaian yang dikembangkan dari indikator dalam pembelajaran tematik tetap mencerminkan pada pencapaian kompetensi. Diantaranya : (1) Kuis; (2) Pertanyaan lisan; (3) Ulangan harian; (4) Ulangan blok; (e) Tugas individu atau kelompok.

b. Supervisi Klinis

Supervisi klinis diartikan sebagi bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis (Materi Diklat Kab. Banyumas).

Richard Waller memberikan definisi supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis terhadap penampilan pengajaran sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional.

Keith Acheson dan Meredith D.Gall, mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru

memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku

mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknis mereka mengatakan bahwa

supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri dari (1) pertemuan perencanaan, (2) observasi kelas, dan (3) observasi balikan.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar.

Supervisi klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru

mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku

berdasarkan keterampilan tersebut; (2) Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan keterampilan-keterampilan kepada guru; (3) Fokus supervisi klinis pembelajaran; (4) Siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis, merupakan suatu kontinunitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau; (5) Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima informasi, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam mencari pengertian bersama mengenai proses pendidikan; (6) Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pelajaran; (7) Setiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan daya mengajar; (8)

Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara supervisi yang dilakukannya sama seperti menganalisis dan mengevaluasi cara mengajar guru.

Fokus Supervisi Klinis : (1) Perbaikan cara mengajar, bukan merubah kepribadian guru; (2) Dalam perencanaan pengajaran dan analisisnya merupakan pegangan supervisor dalam memperkirakan perilaku mengajar guru; (3) Pada sejumlah keterampilan mengajar yang mempunyai arti penting bagi pendidikan, dan berada pada jangkauan guru; (4) Pada analisis yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement) pada pola-pola atau tingkah laku yang belum sukses; (5) Disadarkan pada bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.

Tujuan supervisi klinis secara umum adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan guru di kelas. Dalam hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru. Secara khusus

supervisi klinis bertujuan untuk : (1) Menyediakan suatu balikan dalam kegiatan mengajar yang dilakukan guru dengan terfokus terhadap kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar dan keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang dilakukan; (2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran; (3) Membantu guru mengembangkan keterampilan dan menggunakan strategi-strategi pembelajaran; (4) Membantu mengembangkan sikap

positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri. Dalam supervisi klinis terdapat prinsip umum yang menjadi landasan praktek supervisi klinis yaitu : (1) Hubungan antar supervisor dan guru adalah hubungan kolegial dan bersifat interaktif; (2) Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran, maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut; (3) Pengkajian balikan didasarkan pada data observasi yang cermat dan didasarkan atas kontrak, serta dilaksanakan dengan segera; (4) Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab guru, baik pada tahap perencanaan, pengkajian balikan, bahkan pengambilan keputusan, dan tindak lanjut.

c. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994 : 503) diartikan sebagai berikut : (1) Sesuatu yang dicapai; (2) Prestasi yang diperlihatkan; (3) Kemampuan kerja. Definisi serupa juga dikemukakan oleh Simamora (2004) kinerja adalah sebagai prestasi kerja. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu secara langsung tercermin sebagai output yang dihasilkan baik jumlah maupun kualitasnya.

Sujadi Prawirasentono (1992,2) mengartikan performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pengertian kinerja di atas menunjukkan bahwa kinerja identik dengan prestasi kerja. John Suprianto (1996, 7) mengatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja seseorang karyawan adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu yang telah disepakati bersama.

Sudarmayanti (1996, 144) berpendapat bahwa kinerja individu

ialah bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerja. Karena itu, kinerja individu dapat dilihat melalui kesungguhan individu yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dan sekaligus yang menjadi tanggung jawabnya.

Adapun yang dimaksud kinerja pada penelitian ini adalah kinerja guru sebagaimana yang termuat dalam Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya sebagai berikut : (1) Menyusun program pembelajaran; (2) Menyajikan program pengajaran; (3) Evaluasi belajar; (4) Melaksanakan program bimbingan penyuluhan yang menjadi tanggung jawabnya di kelas.

d. Kerangka Berfikir

Gambar 1 Kerangka Pikiran Penelitian e. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas, diajukan hipotesis sebagai berikut :

“Melalui supervisi klinis pembelajaran tematik kelas 2 dapat

meningkatkan kinerja guru”. 3. Metode Penelitian

Tempat penelitian kelas 2 SD/MI se-Dabin 3 UPK Purwokerto Selatan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari 2006 sampai dengan bulan April 2006.

Penelitian ini dilakukan terhadap sebelas guru kelas 2 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah se-Dabin 3 UPK Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan pengisian lembar instrumen.

Analisis data yang digunakan peneliti dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan antara hasil nilai kinerja sekolah sebelum melaksanakan supervisi klinis dan sesudah melaksanakan supervisi klinis.

Selanjutnya dari hasil nilai sebelum melaksanakan supervisi klinis dibandingkan dengan hasil sesudah melaksanakan supervisi klinis untuk mengetahui kemajuan hasil yang dicapai dalam kinerja guru kelas 2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang diambil dengan berpedoman pada buku Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1995/1996, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat

Pendidikan TK dan SD tahun 2003, serta rumusan instrumen supervisi KBM yang dihasilkan oleh Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas tahun 2003.

Data penelitian ini juga didapatkan dari hasil kolaborasi peneliti dengan pengawas senior sehingga diharapkan mendapatkan data yang objektif. Dengan berdasarkan hal-hal di atas maka data yang ada dalam penelitian ini tidak diragukan lagi validitasnya.

Langkah pertama yang peneliti lakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan. Tindakan yang dilakukan peneliti sebanyak dua siklus. Siklus I terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1)

Perencanaan, berdasarkan pengamatan secara langsung

terhadap guru dalam melakukan pembelajaran tematik, peneliti berdiskusi dengan guru kelas 2 se-daerah binaannya. Hal yang didiskusikan adalah (a) menyusun rencana pembinaan pembelajaran tematik berdasarkan usulan guru dan dilaksanakan secara kelompok; (b) membuat jadwal pembinaan pembelajaran tematik; (c) menelaah instrumen yang diperlukan dalam

melaksanakan pembelajaran tematik; (2) Tindakan yaitu peneliti

menyampaikan reviu pembelaran tematik, mendiskusikan penyusunan program pengajaran, melaksanakan program dan evaluasi. Dilanjutkan dengan simulasi pembelajaran tematik secara kelompok; (3) Pengamatan yaitu pengamatan dilakukan peneliti pada saat guru

melaksanakan simulasi pembelajaran tematik; (4) Refleksi

yaitu berdasarkan pengamatan hasil diskusi kelompok pembelajaran tematik, dilakukan analisis dan refleksi untuk menyusun rencana tindakan siklus II.

Siklus II, langkah-langkah dalam

melaksanakan pembinaan pembelajaran tematik kelas 2 pada

siklus kedua sama dengan siklus I, hanya lebih dioptimalkan.

4. Hasil Penelitian dan

Dokumen terkait