• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai istilah perjanjian. Mengenai istilah perjanjian dalam hukum perdata Indonesia yang berasal dari istilah Belanda sebagai sumber aslinya sampai saat ini belum ada kesamaan dan kesatuan dalam menyalin kedalam bahasa Indonesia, dengan kata lain belum ada kesatuan

terjemahan. Para ahli hukum perdata Indonesia menerjemahkan atau menyalin istilah perjanjian yang berasal dari istilah Belanda di dasarkan kepada pandangan dan tinjauan masing-masing.

Istilah yang berasal dari kata “janji” itu dapat di artikan sebagai suatu kesediaan atau kesanggupan yang di ucapkan atau di buat secara lisan dan dapat pula dinyatakan secara tulisan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal.

Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” .

Di antara kalangan pakar hukum terjadi perbedaan mengenai pengertian dari suatu perjanjian, seperti defenisi perjanjian yang di berikan oleh Wirjono Projodikoro, bahwa perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antar dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal sedangkan pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 2

Sedangkan menurut pendapat sarjana yang lain memberikan defenisi perjanjian antara lain menurut K.R.M.T Tirtodiningrat, SH , perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang di perkenankan oleh Undang-Undang. Sedangkan menurut R. Subekti, SH , perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

2

Wirjono Projodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, (Sumur Bandung), Hal. 11.

seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. 3

Dalam Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata di tentukan bahwa perjanjian atau Undang-Undang dapat melahirkan suatu perikatan. Adapun yang di maksud dengan perikatan adalah hal yang mengikat antara orang yang satu dengan orang yang lain, hal yang mengikat itu adalah peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan, berupa kejadian, atau berupa keadaan.4

2. Pengertian Kredit

Dari uraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa untuk terjadinya perjanjian itu haruslah ada dua belah pihak di dalamnya dan sedikitnya terdapat satu hak dan satu kewajiban.

Kata kredit barasal dari bahasa Romawi yaitu dari kata “credere” yang artinya adalah percaya. Dalam bahasa Belanda di sebut dengan vertrouwen, sedangkan dalam bahasa Inggris di sebut dengan believe atau trust atau confidence

yang artinya juga sama yaitu percaya. Kepercayaan adalah unsur yang sangat penting dan utama dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena seseorang akan di hargai apabila ia dapat di percaya. Dan rasa kepercayaan dari orang lain itu tidak dengan mudah di dapatkan, kita harus menunjukkan tingkah laku yang baik terhadap orang, berkata dengan jujur dan selalu menepati janji yang telah kita ucapkan. Jadi kepercayaan itu sangat penting dalam kehidupan. Dan seseorang tidak akan dengan mudah di terima dalam pergaulan masyarakat apabila ia tidak dapat di percaya.

3

Prof. Subekti, SH, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT. Intermasa), 1979, Hal. 1.

4

Abdul Kadir Muhammad, SH, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung :Citra Aditya Bakti), 1990, Hal. 198.

Menurut Molengraaf dalam buku (“kredoet” Tjeenk Willink Zwolle h 5 1878) yang di kutip oleh Prof. Dr. Mariam Darus Badrullzaman, SH dalam buku (Aneka Hukum Bisnis Hal.138) kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan, bahwa benda itu akan di kembalikan di kemudian hari kepada pihak yang meminjamkan. Defenisi tersebut di kembangkan bahwa jenis kredit mencakup :

a) Kredit berupa uang yang kemudian hari di kembalikan dalam bentuk uang.

b) Kredit berupa uang yang kemudian hari di kembalikan dalam bentuk barang.

c) Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari di kembalikan dalam bentuk uang.

d) Kredit dalam bentuk barang yang kemudian di kembalikan dalam bentuk barang.

Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 poin 11 tentang Perbankan memberikan rumusan mengenai pengertian kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari pengertian kredit tersebut maka dapat di simpulkan bahwa elemen- elemen kredit adalah :

a) Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.

c) Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit.

d) Dalam jangka waktu tertentu.

e) Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang di sertai dengan bunga.

3. Pengertian Kredit Sindikasi

Kredit sindikasi atau ”Syndicated Loan” ialah pinjaman yang di berikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari bank-bank dan/atau lembaga- lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk badan hukum untuk membiayai satu atau beberapa proyek (pembangunan gedung atau pabrik) milik debitur. Pinjaman tersebut di berikan secara sindikasi mengingat jumlah yang di butuhkan untuk membiayai proyek tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin di biayai oleh kreditur tunggal.

Stanley Hurn dalam bukunya Syndicated Loan : A Handbook for Banker and Borrower memberikan definisi mengenai kredit sindikasi sebagai berikut : A syndicated loan is a loan made by two or more lending institution, onsimilar terms and condition, using common documentation and administered by common agent.5

Definisi tersebut di atas mencakup semua unsur – unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi, yaitu : 6

5

Stanley Hurn, Syndicated Loan, A Hanbook For Banker and Borrower, (Cambridge, Woodhead Faulkener), hal. 1.

6

Sutan Remy Syahdeni, Kredit Sindikasi, Proses Pembentukan dan Aspek Hukumnya, (Jakarta : Grafiti), 1997, hal. 2-3.

1) Kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi.

2) Definisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang di berikan berdasarkan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang sama bagi masing – masing peserta sindikasi. Hal ini di wujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah bank peserta sindikasi.

3) Definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama – sama.

4) Sindikasi tersebut di administrasikan oleh satu agen (agent) yang sama bagi semua bank peserta sindikasi. Bila tidak, maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral (dua pihak), yang sama tetapi mandiri, antara masing – masing bank peserta dengan nasabah. Kredit yang berbentuk sindikasi atau kredit patungan yang dilakukan oleh bank ini, berbeda dari kredit – kredit yang biasa di berikan oleh bank kepada nasabahnya.

Adapun tujuan dan sasaran dari pemberian kredit sindikasi ini ialah : membantu sponsor/debitur yang membutuhkan kredit dalam jumlah yang besar dan sulit di biayai oleh satu bank dengan maksud membagi resiko, mengatasi masalah BMPK, meningkatkan interest income dan fee based income. Sedangkan sasaran kredit sindikasi ini ialah sponsor/debitur yang memerlukan bantuan pembiayaan (kredit) dalam jumlah besar, baik pembiayaan langsung maupun tidak langsung.7

E. Metode Penelitian

Dokumen terkait