• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

Pada hakekatnya manusia memiliki naluri dalam berhubungan dengan sesamanya. Oleh sebab itulah manusia seringkali disebut sebagai mahluk sosial. Karena didalam kehidupannya setiap manusia selalu saling membutuhkan satu dengan yang lain, dan juga saling berinteraksi dengan sesamanya. Segala keterbatasan, kekurangan dan kelemahan yang ada di dalam diri manusia memaksa mereka untuk selalu berhubungan dengan orang lain. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tidak ada seorangpun yang dilahirkan sempurna, Tuhan memberikan suatu kekurangan atau suatu keadaan yang membuat kita sebagai seorang manusia merasa lemah baik dalam segi fisik maupun mental. Hal tersebut dapat juga berarti kita ada dalam keadaan sakit. Keadaan sakit seorang manusia bukan hanya dikarenakan oleh bawaan lahir atau seringkali dikatakan cacat lahir ataupun penyakit bawaan sejak lahir, tetapi didalam suatu kehidupan, dengan melihat faktor sekitar dimana manusia tersebut hidup, baik faktor cuaca, makanan, keadaan lingkungan yang kurang baik terlebih lagi buruk, atau oleh karena gaya hidup manusia itu sendiri, maka kita sebagai manusia dapat terkena penyakit karena berbagai faktor tersebut. Misalkan penyakit demam berdarah yang sering disebabkan oleh karena faktor lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya, seperti air didalam bak mandi yang tidak pernah dikuras sehingga banyak jentik-jentik nyamuk aedes aegypty didalamnya. Pada saat sakit seperti itulah manusia membutuhkan pertolongan dari manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat pulih kembali dari sakit yang dideritanya, dan juga mengobati rasa sakit dari penyakit itu sendiri. Orang yang dimaksud sebagai penolong dalam hal

penyembuhan atau pemulihan bagi penderita penyakit, dalam ruang lingkup medis biasa kita sebut dengan sebutan dokter. Pada saat ini ada berbagai pihak yang melakukan proses pengobatan tidak dengan menggunakan jasa seorang dokter, dimana hal itu seringkali disebut dengan pengobatan alternatif. Dengan melalui pengobatan alternatif itu, maka proses pengobatan tidak dilakukan didalam jalur medis.

Seorang dokter memiliki peranan yang sangat penting dan juga menempati posisi teratas didalam hal kesehatan, baik pada tahap pemeriksaan, diagnosa, pengobatan suatu penyakit sampai ketahap pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan. Pada sebagian masyarakat peran seorang dokter terkadang dianggap lebih tinggi dan mendapat suatu penghormatan yang lebih bila dibandingkan dengan profesi lain, dengan kata lain profesi dokter memiliki nilai social yang tinggi. Hal ini terjadi karena pada sejarah terjadinya pengobatan, dokter diidentikkan dengan dewa penyembuh yang diagung-agungkan oleh masyarakat laksana dewa penyelamat karena kemampuannya mengetahui hal yang tidak tampak dari luar. Dengan kemampuannya itu dokter dapat menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasiennya. Walaupun sebenarnya dokter dapat berbuat hal demikian tidaklah dengan cara yang sembarang, melainkan hal tersebut didapatkan dari proses pembelajaran dan pelatihan atas kurikulum pendidikan kedokteran yang ditekuninya sehingga memberikan kesempatan untuk menjadikan seseorang agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan dibidang sains tekhnologi kedokteran. Padahal dokter dan ilmu kedokteran masih sangat terbatas kemampuannya dalam menghadapi segala misteri yang selalu ada di setiap

penyakit yang diderita oleh manusia. Selain itu pula pengobatan dokter sangat tergantung dari tekhnologi yang mahal dalam memecahkan masalah kesehatan walau terkadang kurang efektif.

Seorang dokter memiliki fungsi sosial untuk melayani masyarakat umum atau pasien yang datang kepadanya dengan keahlian yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan agar terpenuhinya kepentingan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu. Dalam hubungan sosial tersebut, manusia dibatasi dengan nilai-nilai yang mengatur sikap dan tingkah laku mereka, yang bertujuan agar terjadi keseimbangan antara masing-masing kepentingan. Hubungan antara dokter dan pasien ditandai dengan beberapa prinsip-prinsip yang utama, yaitu:

1. Berbuat baik, yaitu tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Dalam berbuat baik ini dokter dituntut untuk rela berkorban walaupun dia sendiri mengalami kesulitan. Seorang dokter harus lebih mementingkan nyawa orang lain daripada nyawanya sendiri.

2. Keadilan, yaitu memberikan perlakuan yang sama, tanpa memandang jasa, kekayaan, status sosial dan kemampuan membayar dari pasiennya.

3. Otonomi, yaitu hak atas perlindungan privacy pasiennya.

A. Definisi Hukum Dan Norma-Norma Sosial

Ketentuan-ketentuan tingkah laku manusia bermacam-macam corak, tergantung dari berat ringannya reaksi yang diberikan dalam memberikan

penilaian. Jenis-jenis ketentuan itu berbeda dalam berbagai hal dan akan kelihatan nyata jika suatu ketentuan dilanggar oleh manusia. Jikalau suatu ketentuan kesopanan atau kesusilaan tidak diindahkan oleh seseorang, maka sanksinya hanya dikenakan oleh orang yang ada hubungan langsung dengan pelanggarnya dan sifat sanksi itu ringan. Berlainan halnya dengan ketentuan hukum. Setiap ketentuan hukum fungsinya mencapai tata tertib antar hubungan manusia didalam hubungan sosial. Hukum sebagai suatu sistem hukum mempunyai bentuk-bentuk sistematikanya sendiri berdasarkan hasil pemikiran dalam pembentukan sistem itu. Hukum berasal dari kata bahasa belanda “recht orde”, ialah susunan hukum, artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum4

Terdapat dua fungsi dari hukum, yaitu perlindungan dan kepastian bagi mereka yang melaksanakan kewajibannya dalam dengan pihak lain. Hukum kegunaannya adalah untuk menciptakan dan memelihara kedamaian, dan juga untuk mencegah dan menindak ketidakdamaian hidup antar pribadi serta lingkungan sekitarnya.

.

Yang dimaksud dengan peraturan hukum, adalah peraturan yang berisi tentang kumpulan kaidah-kaidah hukum. Dan yang dimaksud dengan peraturan non hukum adalah peraturan yang berisi tentang kumpulan kaidah-kaidah non hukum. Hukum positif sebagai aturan hukum yang ketentuan-ketentuannya berlaku disuatu saat, waktu, dan tempat tertentu, ditaati oleh manusia dalam pergaulan hidup selama timbulnya ketentuan itu berdasarkan kesadaran hukum masyarakat disamping cara yang digunakan oleh pergaulan hidup itu untuk mencapai keadilan.

4

R. Abdoel Djamali,S.H, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, Penerbit:PT. Rajagrafindo Persada, 2001, hlm.5.

Sesuai dengan tujuan dan fungsinya untuk mencapai tata tertib demi keadilan serta kepastian hukum, maka aturan-aturan hukum akan berkembang sejalan dengan perkembangan pergaulan hidup manusia. Dalam bidang Hukum Kedokteran yang sangat terkait dengan fungsi hukum, yaitu perlindungan dan kepastian hukum. Hukum Kedokteran akan membahas hubungan dokter dengan pasien, dimana dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien, sedangkan pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter5

1. Berdasarkan persetujuan .

Dalam upaya pelayanan medis, timbulnya suatu hubungan hukum antara dokter dan pasien. Dengan timbulnya suatu perikatan medis tersebut dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu:

Hubungan hukum antara dokter-pasien berdasarkan perjanjian timbul pada saat si pasien tersebut datang ketempat praktek dokter atau ke rumah sakit, lalu meminta pelayanan medis, kemudian sang dokter langsung melakukan pemeriksaan . Pada saat itulah sang dokter harus berupaya untuk dapat menyembuhkan pasiennya.Tetapi seorang dokter

juga tidak akan menjamin 100% bahwa pasien tersebut akan sembuh total, sebab banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil usaha dokter tersebut. 2. Berdasarkan Undang-Undang

Berdasarkan Undang-Undang, apabila ada pasien gawat membutuhkan pertolongan dokter sesegera mungkin yang jika tidak diberi pertolongan

5

Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999, hlm. 3-4.

nyawanya akan melayang. Dalam keadaan ini, Undang-Undang mewajibkan seorang dokter untuk segera melakukan pertolongan baik dengan maupun tanpa persetujuan pasiennya.

Selain dari segi hubungan hukum antara dokter-pasien, manusia juga dibatasi oleh norma-norma sosial yang mengatur sikap dan tingkah laku mereka, yang bertujuan agar terjadi keseimbangan antara masing-masing kepentingan di dalam masyarakat. Norma ini merupakan aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu. Ada tiga macam norma sosial yang dapat dijadikan pedoman untuk berperilaku dalam masyarakat, yaitu:

1. Norma Kesopanan, merupakan aturan yang memberikan pedoman terhadap perilaku manusia tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam berinteraksi antar sesama dalam bentuk perilaku sopan santun.

2. Norma hukum, merupakan peraturan yang dibuat secara resmi oleh Negara yang mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat Negara sehingga kaidah hukum dapat selalu dipertahankan berlakunya. 3. Norma moral atau etika, lebih mengatur tentang cara suatu perbuatan

harus dilakukan, sedang etika mengatur perbuatannya sendiri dan berlaku secara umum, kapanpun dan dimanapun.

Dari norma-norma sosial diatas dapat dikatakan dokter sebagai seseorang yang professional dibidangnya berkewajiban menyarankan kepada pasien untuk memilih tindakan medis yang dilakukan kepada dirinya.

B. Definisi Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

Sejak berdirinya republik ini, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan dan ketentuan hukum dalam bidang kesehatan agar pelayanan dan pemeliharaan kesehatan dapat berjalan dengan baik. Pemerintah menyadari rakyat yang sehat merupakan aset dan tujuan utama dalam mencapai masyarakat adil dan makmur. Peraturan dan ketentuan hukum ini tidak saja di bidang kedokteran, tetapi mencakup seluruh bidang kesehatan seperti farmasi, obat-obatan, rumah sakit, kesehatan jiwa, kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan. Sampai sekarang sudah ada puluhan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan yang diterbitkan pemerintah. Kumpulan peraturan-peraturan dan ketentuan hukum inilah yang dimaksud dengan Hukum Kesehatan. Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Undang-Undang ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat. Seperti disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Kesehatan, bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dilihat dari kacamata hukum, hubungan antara dokter-pasien termasuk dalam ruang lingkup hukum perjanjian. Dikatakan sebagai perjanjian karena adanya kesanggupan dari dokter untuk menyembuhkan pasiennya. Dilihat dari sudut hukum pidana, persoalan yang menjadi benang merah antara hukum kesehatan dengan hukum Pidana adalah adanya kesalahan.

PERHUKI organisasi yang menghimpun mereka yang mempunyai kaitan dengan hubungan kesehatan, semula pada waktu berdirinya bernama PERHIMPUNAN untuk HUKUM KEDOKTERAN INDONESIA. Dengan berbagai pertimbangan, nama yang sekarang adalah Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia.

Anggaran Dasar PERHUKI menyebutkan:

“Yang dimaksud dengan Hukum Kesehatan adalah semua yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban sebagai penerima pelayanan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis nasional/internasional,hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kesehatan-kedokteran”.6

“ Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu atau masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan diperhatikan pula aspek organisasi dan sarana.Pedoman-pedoman medis international, hukum kebiasaan dan hukum otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literature medis merupakan pula sumber hukum kesehatan”.

Rumusan Tim Pengkajian Hukum Kesehatan BPHN Depkeh RI menyebutkan:

7

Hukum Kedokteran, sebagai bagian dari hukum kesehatan yang terpenting, meliputi ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan medis. Hukum Kedokteran disebut juga hukum kesehatan dalam arti sempit. Apabila objek hukum Kesehatan adalah pelayanan kesehatan maka objek hukum kedokteran adalah pelayanan medis. Hukum Kedokteran dianggap bagian

6

Dr. Danny Wiradharma, S.H., M.S. Jm., Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta, Binarupa Aksara, 1996, hlm.33.

7

terpenting dari hukum kesehatan karena hampir selalu terdapat persinggungan atau daerah-daerah kelabu antara hukum kedokteran dengan bidang-bidang hukum lainnya. Hukum Kedokteran sendiri, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Hukum Kedokteran dalam arti luas yaitu medical law yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang menyangkut bidang medis baik profesi medis dokter maupun tenaga medis dan para medis lainnya.

2. Hukum Kedokteran dalam arti sempit yaitu artzrecht yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang hanya berkaitan dengan perofesi dokter saja, dan biasa disebut dengan Hukum Profesi Dokter.

Hukum Kedokteran sebagai suatu bentuk spesialisasi dari ilmu hukum mempunyai ruang lingkup yang sebenarnya belum mempunyai bentuk yang baku.

C. Definisi Dokter dan Pasien 1. Definisi Dokter dan Pasien

Di dalam masyarakat seorang yang menyandang profesi dokter seringkali dianggap mempunyai status sosial dan status ekonomi yang cukup tinggi di tengah-tengah masyarakat. Tapi saat ini dokter lebih dipandang sebagai ilmuwan yang sangat diperlukan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Walaupun pada kenyataannya dokter tidaklah berdiri sendiri. Pada prakteknya dokter menggunakan tekhnologi kedokteran guna menunjang tujuannya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya memberikan sebutan dokter kepada setiap orang yang

memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau di puskesmas, meskipun kenyataannya yang memberikan pelayanan kesehatan itu hanya seorang mantri atau perawat saja. Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran, yang dimaksud dokter sesuai dengan Pasal 1 (satu), Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi,dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan8

8

Praktek Kedokteran,Undang No. 29 Tahun 2004 dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Bandung, Penerbit: Fokusmedia, 2004, hlm. 3.

. Sedangkan dokter spesialis adalah seseorang yang telah memenuhi seluruh tuntutan di suatu fakultas kedokteran kemudian ia melanjutkan pendidikan spesialisasi tertentu dan telah memperoleh ijazah atau sertifikat untuk bidang spesialisasinya itu. Setiap dokter harus menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak akan pernah mengetahui semua permasalahan di bidang kedokteran karena bidang ini sangat luas. Sehingga konsultasi dengan sesama dokter maupun spesialis bagi dokter umum sangatlah diperlukan, tidak saja bagi kebaikan pasien tapi juga kebaikan dokter yang bersangkutan. Namun yang dimaksud dengan dokter oleh penulis disini, bahwa dokter adalah seorang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus yang diperolehnya secara akademik dari lulusan

pendidikan ilmu kedokteran yang mempunyai izin praktek dari pihak-pihak yang berwenang. Oleh Soerjono Soekanto dikatakan pula bahwa dokter disini tidak termasuk dokter yang tidak memiliki izin praktek sesuai standard kode etik kedokteran, dan tenaga paramedis yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan individual, seperti bidan, dukun, dan lainnya9

Seperti halnya dengan pengertian dokter, seorang pasien juga memiliki pengertian tersendiri. Pasien adalah seorang yang berdasarkan pemeriksaan dokter dinyatakan mengidap penyakit baik di dalam tubuh maupun di dalam jiwanya. Di dalam perkembangannya maka pasien juga diartikan secara luas yaitu termasuk orang yang datang kepada dokter hanya untuk check-up, untuk konsultasi tentang suatu masalah kesehatan, dan lain-lain. Jadi tidak terbatas pada orang yang sakit atau dianggap sakit oleh dokter. Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, yang dimaksud dengan Pasien sesuai dengan Pasal 1 (satu) adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperolah pelayanan kesehatan yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Jika dilihat dari cara perawatan maka pasien dapat dibedakan atas

.

10

a. Pasien opname, adalah pasien yang memerlukan perawatan khusus dan terus menerus secara teratur serta harus terhindar dari gangguan situasi dan keadaan dari luar yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakitnya, bahkan dapat menghambat kesembuhan pasien.

:

9

Prof.Dr.Soerdjono Soekanto,SH, Aspek Hukum Kesehatan, Cet.1, Jakarta, Penerbit:NUD HILL.CO, 1989, hlm.89.

10

Biasanya pasien yang diopname adalah pasien yang telah mendapat diagnosa dokter bahwa pasien ini harus dirawat secara khusus karena penyakitnya membutuhkan perawatan dan pengobatan secara intensif dan khusus.

Dengan demikian perawatan itu akan mengikuti cara-cara pengobatan secara teratur dan terus menerus, sehingga diharapkan dalam waktu yang singkat pasien akan sembuh.

b. Pasien berobat jalan, adalah pasien yang tidak memerlukan perawatan secara khusus di rumah sakit seperti pasien opname. Hal ini karena pasien yang berobat jalan itu hanyalah mengidap penyakit yang dianggap dokter tidak membutuhkan perawatan khusus dan untuk menjalani pengobatannya cukup datang pada waktu-waktu tertentu saja.

2. Hak dan Kewajiban Dokter

Suatu tindakan yang dilakukan dokter secara material tidak bersifat melawan hukum dengan tujuan perawatan yang sifatnya konkrit, dan dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam bidang ilmu kedokteran.Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran Pasal 50, hak dokter:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.

b. Memberikan pelayanan menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.

c. Memperolah informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.

Pada pasal tersebut yang dimaksud mengenai standard profesi ialah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Dan yang dimaksud dengan standard prosedur operasional ialah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.

Hak – hak dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik.

b. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanannya yang diberikan kepada pasien.

c. Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya.

d. Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikannya.

e. Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medik dari pasien ataupun keluarganya.

Selain Hak-hak dokter diatas, dokter memiliki kewajiban-kewajiban yang harus ia laksanakan sesuai dengan tanggung jawab profesionalis. Jika diperhatikan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1983, di dalamnya terkandung beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dokter di Indonesia. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi:

a. Kewajiban umum

b. Kewajiban terhadap penderita

c. Kewajiban terhadap teman sejawatnya d. Kewajiban terhadap diri sendiri11

Berpedoman pada isi rumusan kode etik kedokteran tersebut, Harmien Hadiati Koeswaji mengatakan bahwa secara pokok kewajiban dokter dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bahwa ia wajib merawat pasiennya dengan cara keilmuan yang ia miliki secara adekuat. Dokter dalam perjanjian tersebut tidak menjanjikan menghasilkan satu hasil tertentu, karena apa yang dilakukannya itu merupakan upaya atau usaha sejauh mungkin sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa dokter wajib berusaha dengan hati-hati dan kesungguhan menjalankan tugasnya.

b. Dokter wajib menjalankan tugasnya sendiri (dalam arti secara pribadi dan bukan dilakukan oleh orang lain) sesuai dengan yang telah

11

Dr Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban dokter, Jakarta, Penerbit: Rineka Cipta , 2005, hlm. 35.

diperjanjikan, kecuali apabila pasien menyetujui perlu adanya seseorang yang mewakilinya.

c. Dokter wajib memberi informasi kepada pasiennya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit atau penderitaannya. Kewajiban dokter ini dalam hal perjanjian perawatan menyangkut dua hal yang ada kaitannya dengan kewajiban pasien.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 51, kewajiban dokter dalam melaksanakan praktek kedokteran :

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien tersebut meninggal dunia;

d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi

Sepanjang diketahui di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, penulis hanya dapat menemui dua buah pasal yang berkaitan dengan kewajiban dokter, yakni pasal 50 dan pasal 53 ayat (2). Pasal 50 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Dari perumusan pasal tersebut dapat diketahui adanya kewajiban dokter sebagai salah satu unsur tenaga kesehatan untuk bekerja

atau melakukan kegiatan kesehatan yang sesuai dengan keahlian dan kewenangannya saja. Dan selanjutnya dalam Pasal 53 ayat (2) menyebutkan Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan mematuhi hak pasien. Artinya bahwa standar profesi adalah

Dokumen terkait