• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

Adaptasi pengaturan suhu merupakan proses penyesuaian pusat pengaturan suhu di hypothalamus yang belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (Muslihatun, 2010).

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Adapun keadaan bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak

coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang bayi baru lahir. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir (Hapsari, 2009).

Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasika terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5 0C - 37 0C.

Adapun proses mekanisme kehilangan panas (hipotermia) menurut (Muslihatun, 2010) pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi:

1. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. (jumlah panas yang hilang tergantung kepda kecepatan dan suhu udara.

2. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap)

3. Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir , keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).

4. Konduksi

Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat (Muslihatun, 2010). Cegah kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir dengan upaya antara lain :

a. Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat c. Tutupi kepala bayi.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. f. Tempatkan bayi dilingkungan hangat

Cara Mengatasi

Cara mengatasi perubahan adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Apabila kondisi suhu BBL di bawah normal, dapat diatasi dengan cara:

a. Selimuti dengan dua selimut b. Pasang tutup kepala

c. Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas d. Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang

lebih ahli.

e. Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan

2. Apabila kondisi suhu BBL diatas normal, dapat diatasi dengan cara:

a. Lepaskan selimut

b. Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan c. Kaji suhu lingkungan sekali lagi

d. Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, segara laporkan ke dokter.

3. Upaya Untuk Mencegah Kehilangan Panas pada BBL a. Mengeringkan bayi

b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih,kering dan hangat c. Menutup bagian kepala bayi

d. Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukkan bayinya e. Jangan segera menimbang atau mamandikan bayi baru lahir b. Defenisi IMD

Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri.

1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan

Menurut Roesli (2008), langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Seluruh tubuh bayi dikeringkan termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangarnya.

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan terlebih dahulu karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

2) IMD yang kurang tepat

Menurut Roesli Utami (2008), umumnya praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering tali pusat lalu dipotong dan diikat.

3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak kulit).

5. Setelah bayi dibedong kemudian diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi. 6. Setelah itu, bayi ditimbang, diukur, diazankan oleh ayahnya,

diberi suntikan vitamin K, dan kadang-kadang diberi tetes mata.

3) Tata laksana melakukan IMD

1. Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2. Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi.

3. Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.

4. Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.

5. Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti.

6. Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

7. Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu. 8. Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit

dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.

9. Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai.

10. Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar.

Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni :

1. Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar kandungan.

2. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik.

4) Tujuan IMD

Menurut Affandi (2008), inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22 % kematian 28 hari. Sekitar 40 % kematian tiap satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lamanya menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh.

Menurut Roesli (2008), Inisiasi menyusu dini juga berperan dalam pencapaian Tujuan MDGs yakni :

1. Membantu mengurangi kemiskinanan.

Jika seluruh bayi di Indonesia dalam setahun disusui secara eskiusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selama 6 bulan tidak ada.

2. Membantu mengurangi kelaparan.

Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.

3. Membantu mengurangi angka kematian anak 5) Syarat melakukan IMD

Tidak semua ibu dapat melakukan inisiasi menyusu dini. Bayi dan ibu yang dapat melakukan inisiasi menyusu dini harus memenuhi syarat/kriteria sebagai berikut:

b. Bila lahir dengan tindakan, maka inisiasi menyusu dilakukan segera setelah kondisi ibu dan bayi stabil.

c. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai apgar minimal 7).

d. Umur 37 minggu atau lebih.

e. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum. f. Bayi dan ibu sehat.

Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka inisiasi menyusu dini tidak dilakukan misalnya pada:

a) Bayi yang sangat premature.

b) Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram. c) Bayi dengan sepsis.

d) Bayi dengan gannguan nafas.

e) Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya: hidrosefalus, meningokel, anensefali, atrisia ani, labio, omfalokel). f) Ibu dengan infeksi berat, misalnya sepsis.

6) Manfaat IMD

Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi menyusu dini adalah : 1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi

merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).

2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, memakan bakteri ‘baik’ dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan berkembang biak membentuk koloni dikulit dan usus bayi, menyaingi bakteri ‘jahat’ dari lingkungan.

4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. 5) Memberikan pada bayi kesempatan untuk menyusu dini maka

akan lebih berhasil menyusu esklusif dan akan lebih lama disusui.

6) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan pijatan bayi pada puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitoksin. 7) Hormon oksitoksin akan bekerja sama dengan hormon

prolaktin yang akan menyebabkan otot kecil di sekeliling alveoli mengerut sehingga mengalirkan air susu ke puting, pengeluaran oksitoksin juga menyebabkan rahim berkontaksi dan membantu pengeluaran plasenta serta mengurangi perdarahan.

8) Bayi dengan Inisiasi Menyusu Dini akan mendapatkan ASI kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar. Kolostrum atau ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus

bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus.

9) Ibu dan ayah akan merasa bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi Inisiasi Menyusu Dini ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah (Roesli, 2008).

7) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan IMD

Menurut UNICEF (2006), Banyak sekali masalah yang dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu:

1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD

2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek IMD

3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit Gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama 1 jam sampai bayi menyusu sendiri.

4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.

5. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baikuntuk bayi.

6. Kepercayaaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan.

Green (2000), terdapat 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku individu atau masyarakat, yaitu:

1) Faktor dasar (Prediposing factors) yang meliputi : a. Pengetahuan individu

b. Sikap c. Kepercayaan d. Tradisi

e. Unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat

f. Faktor demografi

2) Faktor pendukung (Enabling Fktors) yang meliputi: sumber daya dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia.

3) Faktor pendorong (Reinforcing Faktors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti teman, orang tua, dan petugas kesehatan.

8) Keuntungan IMD bagi ibu dan bayi

a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan: menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperature tubuh bayi, memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat

dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis dalam 1 jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, billirubin akan lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.

b. Keuntungan menyusu dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehtan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, yang berfungsi meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah kehilangan panas dan merangsang kolostrum keluar.

c. Keuntungan menyusu dini untuk bayi

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Memulai menyusui dini akan mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan

meningkatkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi susu. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

d. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran (Saifuddin, 2002). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).

1. Ciri-ciri bayi baru lahir

Menurut Depkes RI, 2007 ciri-ciri bayi baru lahir yaitu: a) Berat badan 2500 - 4000 gram.

b) Panjang badan 48 - 52 cm. c) Lingkar dada 30 - 38 cm. d) Lingkar kepala 33 - 35 cm.

e) Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit. f) Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.

g) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.

h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

i) Kuku agak panjang dan lemas. j) Genetalia

1. Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. 2. Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada. k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. l) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah

baik.

m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.

n) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2. Penanganan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir (Depkes RI, 2008) :

3. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat

4. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera mungkin.

5. Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :

1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.

2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).

3) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Hal-hal yang diperlukan pada bayi baru lahir

Menurut (Depkes RI, 2008) hal-hal yang diperlukan pada bayi baru lahir yaitu:

1) Klem dan potong tali pusat

Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, klem satu dipasang 3 cm dari umbilicus dan klem kedua dipasang dipasang 2 cm dari klem satu (tali pusat dipotong diantara kedua klem sehingga tali pusat tersisa 3-4 cm). Potonglah tali pusat diantara kedua klem smbil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri. Pertahankan kebersihan saat memotong tali pusat. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan gunting steril atau DTT. Periksa tali pusat setiap 15

menit, apabila masih terjadi perdarahan lakukan pengikatan ulang yang lebih kuat.

2) Jagalah bayi agar tetap hangat

a. Pastikan perut bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi.

b. Gantilah handuk / kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

c. Pastikan bayii tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.

d. Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi

e. Apabila suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 0 c segera hangatkan bayi.

3) Kontak dini dengan ibu

Berikan bayi pada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayinya penting untuk :

a. Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.

4) Pernafasan

Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan, pernafasan bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah hal-hal yang dilakukan adalah : a. Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit. b. Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal berikut :

1. Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat.

2. Gosoklah punggung bayi dengan lembut.

3. Jika bayi belum mulai bernafas setelah 60 detik, mulailah lakukan resusitasi.

4. Apabila bayi sianosis / sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berialh oksigen.

5) Perawatan Mata

Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (PMS). Salf mata ini diberikan pada jam pertama setelah kelahiran.

6) Asuhan bayi baru lahir

Dalam 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut :

a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitasnya. b. Pertahankan suhu tubuh bayi

2. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat,kepala bayi harus tertutup.

c. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

Ketika memeriksa bayi baru lahir, ingat hal-hal penting berikut :

1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan. 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.

3) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dari kepala dan berlanjut secara sistemik menuju kaki.

4) Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut.

5) Rekam hasil pengamatan 7) Berikan vit. K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin k pada bayi baru lahir , maka lakukan hal – hal berikaut : Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu disuntikkan vit.k 1 mg intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin.

a. Bayi resiko tinggi diberikan vit.k parentral denagan dosis 0,5 – 1 mg intramuskuler.

8) Identifikasi bayi baru lahir

a. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera pasca persalinan .alat pengenal yang efektif

harus diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus agar tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.

c. Pada alat /gelang identifikasi harus tercantum : 1. Nama(ibu dan bapaknya)

2. Tanggal lahir 3. Nomor bayi 4. Jenis kelamin 5. Unit

6. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer identitas. 7. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak

di catatan yang tidak mudah hilang. ukuran berat lahir, panjang bayi , lingkar kepala, lingkar dada dan catatan dalam rekam medis.

9) Perawatan lain-lain

a. Lakukan perawatan tali pusat

b. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutup dengan gaas steril jika diperlukan.

Dokumen terkait