• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN BAHAN PUSTAKA

2.1Perpustakaan Umum

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum biasanya berasal dari masyarakat dan kembali ke masyarakat dalam bentuk informasi dan ilmu pengetahuan, seperti yang diungkapkan oleh Sulistyo-Basuki (1992; 4) perpustakaan umum adalah: “Perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan”.

Pengertian perpustakaan umum menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000; 3) adalah: “Perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan tersebut”.

Pengertian perpustakaan umum menurut Hermawan dan Zen (2006; 30) adalah: “Perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya”.

Dalam Public Library Manifesto yang dikeluarkan oleh Unesco tahun 1950 antara lain dinyatakan bahwa:

“Public Library should provide services and resources and is the gateway of knowledge for everyone, especially those who are marginalized. Public libraries are available for the general public, by the public and to be enjoyed by the general public ”.

Seperti yang terungkap pada Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 pasal 22 tentang Perpustakaan Umum berbunyi:

1. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat.

2. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota

menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

3. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

4. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk

memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

5. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota

melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.

Sjahrial - Pamuntjak (2000; 30) menyatakan bahwa:

“Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan umum merupakan wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai pusat informasi.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992; 6) , ada tiga

jenis tujuan perpustakaan umum sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat berada dalam

jangkauan layanan, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional.

2. Tujuan Fungsional

Tujuan fungsional dan tujuan khusus Perpustakaan Umum adalah :

1. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca, serta

mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan.

2. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta

memanfaatkan informasi

3. Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan

memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna; 4. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri

5. Memupuk minat dan bakat masyarakat

6. Menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah

yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat

7. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang

menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.

3. Tujuan Operasional

Tujuan Operasional Perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta caramencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum

Ada banyak fungsi yang dapat kita temukan dalam Perpustakaan umum, diantaranya:

1. Merupakan sumber segala informasi,

2. Merupakan fasilitas pendidikan nonformal, khususnya bagi anggota masyarakat yang tidak sempat mendapatkan kesempatan pendidikan formal,

3. Sarana atau tempat pengembangan seni budaya bangsa, melalui buku atau

majalah,

4. Karena keragaman bahan bacaan yang disimpannya, perpustakaan sekaligus

memberikan hiburan bagi pembacanya, dan

5. Merupakan penunjang yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai

2.1.4 Ciri Perpustakaan Umum

Menurut Sulistyo-Basuki (1991; 46), Perpustakaan Umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, kecamatan, desa dan

kelurahan, atau oleh masyarakat atas prakarsa dan keinginan masyarakat setempat (swakarsa),

2. Dengan dukungan dana sendiri (swadana), dan dikelola (swakelola)

oleh masyarakat yang bersangkutan,

3. Koleksinya bersifat umum meliputi seluruh jenis dan cabang Ilmu

pengetahuan dalam sistem DDC antara kelompok 000 999,

4. Pemakainya seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan latar belakang

pendidikan, usia, agama, etnis, jenis kelamin, strata sosial, ekonomi dan budaya, bahkan pemakainya terutama ditujukan untuk masyarakat yang kurang beruntung ditinjau dari segi ekonomi termasuk para penyandang cacat (disabilities).

2.2Koleksi Perpustakaan Umum

2.2.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan Umum

Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan. Dengan adanya paradigma baru dapat disimpulkan bahwa, salah satu kriteria dalam penilaian layanan perpustakaan melalui kualitas koleksinya.

Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998; 2): ”Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Sedangkan menurut Ade Kohar (2003; 6): “Koleksi perpustakaan adalah yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan tersebut.

Perpustakaan umum adalah perpustakaan dengan variasi penggunanya yang paling beragam jika dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain pada umumnya. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap cakupan keberagaman koleksi yang dimilikinya.

Sutarno (2006; 37) menyatakan bahwa :

“Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai disiplin ilmu, dan penggunaannya oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali”.

Sedangkan dalam Standard Nasional Indonesia (SNI 7495): Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota (2009; 3) diperinci hal-hal yang terkait dengan koleksi perpustakaan umum sebagai berikut :

1. Koleksi perpustakaan dikembangkan untuk menunjang visi dan

misi, tugas pokok dan fungsi, serta kebutuhan masyarakat.

2. Jenis koleksi perpustakaan terdiri atas koleksi karya cetak, karya rekam dan bentuk lain yang mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan penyandang cacat.

3. Perpustakaan umum kabupaten/kota memiliki koleksi buku

sekurang kurangnya 5.000 eksemplar.

4. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi

muatan lokal.

5. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat.

6. Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 2% dari jumlah

7. Perpustakaan melakukan pencacahan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun.

8. Perpustakaan melakukan penyiangan koleksi sekurang-kurangnya

setiap3 tahun.

9. Perpustakaan melanggan sekurang-kurangnya 2 judul surat kabar

terbitan lokal/propinsi dan 2 judu l terbitan nasional.

10. Perpustakaan melanggan sekurang-kurangnya 5 judul majalah. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa koleksi dari perpustakaan umum sangat beragam, artinya dari berbagai jenis (buku maupun non buku), berbagai disiplin ilmu (pengguna yang beragam) dan juga menyediakan koleksi bahan pustaka terbitan lokal.

2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan Umum

Menurut Yulia (1993; 3) ada empat jenis koleksi perpustakaan yaitu : 1. Karya cetak

Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti :

A. Buku

Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.

a. Terbitan berseri

Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya.

2. Karya noncetak

Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah:

a. Rekaman suara

Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.

b. Gambar hidup dan rekaman video

Yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagimana cara menggunakan perpustakaan.

c. Bahan Grafika

Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparansi, dan filmstrip).

d. Bahan Kartografi

Yang termasuk kedalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya.

3. Bentuk mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan

mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader.

Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu:

a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran

film yaitu 16 mm, dan 35 mm.

b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm

x148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.

c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam

kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukuran sebesar mikrofis. 4. Karya dalam bentuk elektronik

Dengan adanya teknologi informasi, maka infornasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya.

Jenis koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka yang sesuai dengan keperluan dan mampu dibaca atau didengar dan dimengerti oleh masyarakat pengguna perpustakaan umum. Setiap bahan pustaka yang ditempatkan diruang koleksi adalah bahan pustaka yang sudah siap untuk dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna.

Menurut Yusuf (1996; 75) berbagai jenis bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan umum adalah sebagai berikut :

1. Buku teks atau monografi. 2. Buku fiksi.

3. Majalah. 4. Surat kabar.

5. Brosur atau pamflet. 6. Buku referensi. 7. Bahan grafis. 8. Bahan kartografi.

9. Bentuk komputer atau nonbuku.

Selain pendapat di atas, dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000; 19) diuraikan bahwa: “Koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah, dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti kaset, video, piringan dan lain-lain”.

Dari dua pandangan tentang jenis koleksi perpustakaan umum di atas, dapat dinyatakan bahwa koleksi perpustakaan umum adalah berupa buku teks, majalah, surat kabar, bentuk digital dan lain-lain.

Jenis koleksi yang beragam pada suatu perpustakaan umum membutuhkan penanganan yang baik, agar mampu memenuhi semua jenis koleksi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan.

2.3Struktur Organisasi Perpustakaan Umum

Teori tentang struktur organisasi dewasa ini oleh para peneliti dapat dijadikan panduan dalam menyusun struktur organisasi perpustakaan secara baik, salah satunya yang dikemukakan oleh T. Hani Handoko (2003; 169) bahwa :

“Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi”. Berdasarkan pendapat di atas, diperoleh gambaran bahwa struktur organisasi perpustakaan umum berguna untuk memperlihatkan pembagian kerja antara pimpinan dan bawahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kerangka dan susunan perwujudan pola hubungan-hubungan antara fungsi, bagian, kedudukan, wewenang tugas, dan tanggung jawab setiap bagian.

Perpustakaan umum sebagai salah satu unit lembaga teknis daerah kabupaten/kota, merupakan wadah penyedia sumber informasi pada satuan kabupaten/kota. Struktur organisasi perpustakaan secara makro akan menggambarkan kedudukan perpustakaan pada organisasi pemerintahan kabupaten/kota, sehingga kegiatan kerja sebuah perpustakaan umum tidak diatur semata-mata untuk kepentingan perpustakaan umum itu sendiri, namun juga untuk mendukung rencana kerja lembaga induk dari perpustakaan umum.

Yusuf (1996; 37) menyatakan bahwa :

“Perpustakaan umum di Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah (Depdagri) dengan jajarannya yaitu Pemda Tk. II (Kabupaten/Kota), kecamatan dan kelurahan,bekerjasama dengan masyarakat sebagai mitra kerja dalam pelaksanaannya. Selain itu, berdasarkan SK Mendagri nomor 56 tahun 1992 tentang pembentukan organisasi dan

tata kerja perpustakaan umum ditetapkan bahwa, perpustakaan umum diselenggarakan Pemda Dati II dan kecamatan sebagai cabangnya”. Struktur organisasi perpustakaan umum di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1: Struktur Organisasi Perpustakaan Umum

Sumber : Yusuf (1996; 38)

Dari uraian dan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi perpustakaan secara luas membutuhkan wadah dan diorganisasikan secara baik agar berjalan dengan teratur. Dengan demikian perpustakaan umum membentukstruktur organisasi yang seimbang dan sesuai dengan perencanaan operasional kerja.

2.3.1 Pembagian Seksi dan Tugas Seksi-Seksi pada Perpustakaan Umum 1. Kepala Perpustakaan

Kepala Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksaan kebijakan daerah di bidang

pengelolaan perpustakaan daerah.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi pengelolaan dan pelayanan perpustakaan daerah dan memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada semua unsur di lingkungan Kantor dan penyelenggaraan administrasi umum, surat menyurat, kepegawaian, pengelolaan keuangan, sarana dan prasarana,

perlengkapan, urusan rumah tangga, protokol, perjalanan dinas dan ketatalaksanaan dinas.

3. Kepala Seksi Akuisisi dan Pengolahan

Kepala Seksi Akuisisi dan Pengolahan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang akuisisi dan pengolahan data perpustakaan serta melaksanakan kegiatan akuisisi dan pengolahan bahan pustaka.

4. Kepala Seksi Pelayanan Perpustakaan

Kepala Seksi Pelayanan Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan, penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis dibidang pelayanan perpustakaan, referensi, pembuatan katalog, perawatan dan pengamanan bahan pustaka serta menyelenggarakan pelayanan perpustakaan umum daerah.

5. Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan

Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang pengembangan perpustakaan dan pengembangan koleksi bahan pustaka.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu sebagian tugas Kepala Kantor dalam melaksanakan kegiatan teknis sesuai dengan keahlian, ketrampilan dan spesialisasinya masing-masing dan bersifat mandiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang jabatan fungsional.

2.4Sistem Layanan Pada Perpustakaan Umum

Pemilihan sistem layanan perpustakaan perlu memperhitungkan dan mempertimbangkan beberapa hal sebelum menerapkan sistem tersebut karena sangat berpengaruh terhadap mekanisme kerja perpustakaan. Menurut Darmono (2001; 137) ada 5 (lima) pertimbangan dalam menentukan sistem layanan yang akan digunakan, yaitu :

1. Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan.

2. Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi. Untuk koleksi pandang dengar dan bentuk mikro pada umumnya layanan yang diberikan bersifat tertutup.

3. Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai dan jumlah koleksi. Jika jumlah pemakai sangat besar maka perpustakaan cenderung memilih sistem terbuka.

4. Luas gedung perpustakaan. Pada umumnya perpustakaan yang sangat menempati gedung sangat luas dengan tenaga pengelola yang relatif terbatas cenderung menggunakan sistem terbuka dan sebaliknya.

5. Rasio antara jam layanan dengan jumlah staf perpustakaan. Setiap sistem layanan memiliki beberapa kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Berdasarkan uraian di atas, sistem pada perpustakaan ditentukan berdasarkan pertimbangan yang matang pada aspek : koleksi, keselamatan koleksi, ketenaga kerjaan, jam layanan. Setelah mempertimbangkan aspek tersebut barulah sistem dapat di tentukan

2.4.1 Open Access

Perpustakaan umum identik dengan jumlah pengguna yang banyak dan beragam.Untuk mendukung kegiatan kerja, dibutuhkan sistem layanan yangsesuai dengan keadaan tersebut.

Menurut Darmono (2001; 139) yang menyatakan bahwa pengertian sistem layanan terbuka adalah : “Sistem layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendakinya dari jajaran koleksi perpustakaan”.

Pendapat lain tentang sistem layanan terbuka dikemukakan oleh Sutarno (2004; 114) bahwa yang dimaksud dengan sistem layanan terbuka adalah : “Perpustakaan membuka kesempatan seluas-luasnya secara bebas dan tertib bagi pengunjung dengan menyediakan sarana temu kembali berbentuk kartu katalog atau pun akses lainnya”.

Dari kedua pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa sistem layanan terbuka adalah sistem layanan yang memberikan kesempatan “sebesar-besarnya dan sebebas-bebasnya” kepada pengguna untuk mencari kebutuhan informasi yang diinginkan pada jajaran koleksi dengan bantuan perangkat perpustakaan (pustakawan), katalog, dan lain-lain.

Banyak perpustakaan menggunakan jenis sistem layanan ini pada perpustakaan, sebab sistem ini lebih mengutamakan pengguna perpustakaan atau berorientasi pengguna dan petugas layanan perpustakaan umum relatif tidak terlalu sibuk, sebab pemakai dapat mencari dan bebas memilih buku/bahan pustaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutarno (2004; 114) yang menyatakan bahwa : “Untuk perpustakaan umum yang memiliki jumlah koleksi yang cukup banyak serta pemakai perpustakaan yang bervariasi dapat menggunakan sistem layanan terbuka”.

Untuk melaksanakan pelayanan dengan sistem terbuka Sutarno (2004; 114) menyatakan bahwa :

“Ada beberapa hal yang patut diperhatikan bagi pengguna sistem layanan terbuka yang dapat mengurangi nilai keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan: Sistem keamanan perpustakaan karena kemungkinan buku hilang lebih banyak dan pengawasan sedikit lebih sulit. Selain itu, suasana tenang menjadi agak terganggu serta petugas layanan yang harus lebih sering memperhatikan susunan buku-buku di rak”.

Sedangkan menurut Larasati (1994; 91) jenis sistem pelayanan terbuka lebih menguntungkan karena :

1. Peminjam mempunyai kesempatan untuk menjajaki sepintas isi buku, apakah sungguh buku itu yang dikehendakinya.

2. Peminjam dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab agar ikut menjaga terpeliharanya buku perpustakaan.

3. Peminjam dapat belajar menggunakan kartu katalog dan mencari sendiri di rak mana buku yang ditunjuk oleh kartu katalog.

4. Dengan kebebasan tersebut pengguna menjadi puas dan karenanya

kebiasaan mengunjungi perpustakan, kesenangan membaca buku akan terbina.

Selain pendapat di atas, Darmono (2001; 139) menyatakan bahwa: “Terdapat keuntungan dan kelemahan dalam penerapan jenis sistem pelayanan terbuka pada perpustakaan, yakni:

Keuntungan sistem layanan terbuka :

1. Pemakai dapat mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendakinya dari jajaran koleksi.

2. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tnggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.

3. Pemakai akan merasa puas karena ada kemungkinan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan.

4. Dalam sistem ini tenaga pustakawan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.

Kelemahan sistem layanan terbuka :

1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak menjadi kacau, ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah di cabut dari jajaran rak tidak dikembalikan kembali secara tepat.

2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup.

3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar mobilitas pengguna lebih lancar.

4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai ekses seperti peningkatan tingkat kehilangan dan kerusakan. Uraian di atas, mengemukakan bahwa sistem layanan terbuka memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meminimalisasi tenaga dan jumlah pustakawan yang terlibat langsung dalam temu balik sumber informasi dan sesuai dengan keinginan pengguna perpustakaan (user oriented).

2.4.2 Close Access

Selain sistem layanan terbuka, sistem layanan tertutup juga masih sering digunakan, terutama bagi perpustakaan yang memiliki kendala dalam hal jumlah tenaga perpustakaan, jumlah koleksi yang sedikit, dan ruangan yang tidak mendukung untuk diterapkannya sistem layanan terbuka.

Menurut Darmono (2001; 139) pengertian sistem pelayanan tertutup adalah: “Sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan”.

Keuntungan dan kelemahan dalam penerapan jenis sistem pelayanan tertutup pada perpustakaan, yakni :

Keuntungan sistem layanan tertutup :

1. Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas pustakawan yang boleh masuk ke jajaran koleksi.

2. Kemungkinan terjadinya kehilangan atau robek bahan pustaka dapat ditekan karena pemakai tidak dapat melakukan akses langsung ke jajaran koleksi.

3. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas di daerah koleksi tidak padat.

4. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.

Kelemahan sistem layanan tertutup :

1. Dalam menemukan bahan pustaka, pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri kepengarangan dan ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman.

Dokumen terkait