• Tidak ada hasil yang ditemukan

JOY FELLOWSHIP 2008

B. Cell Group

6. Tinjauan multidisipliner c ell group di JOY Fellowship

a. Tinjauan tentang cell group

Cell group di JOY Fellowship sebagai kelompok untuk belajar dan berpengalaman bersama Allah melalui sharing quiet time dan belajar firman Tuhan, dalam relasi yang saling mendukung, saling berbagi pergumulan hidup di kost, keluarga, kampus, dll serta mendoakannya bersama-sama, dapat dikategorikan sebagai kelompok

belajar (learning group) dan kelompok pertumbuhan (growth group).

Kelompok belajar menurut Bungin (2006:270) adalah kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan informasi, pengetahuan dan kemampuan diri para anggotanya. Adapun kelompok pertumbuhan yaitu kelompok yang memusatkan perhatian pada permasalahan yang dihadapi anggotanya demi perkembangan pribadi mereka. Kedewasaan rohani dan perubahan/transformasi hidup dalam Kristus itulah yang menjadi tujuan dari kelompok ini tujuan belajar dan tujuan pertumbuhan cell group.

Sebagai sebuah kelompok kristiani, cell group tetap memiliki fungsi kelompok secara umum yaitu untuk hubungan sosial, pendidikan, persuasi dan problem solving. Sendjaja (dalam Bungin, 2006: 268) menjelaskan bahwa fungsi hubungan sosial dalam suatu kelompok adalah bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya. Fungsi pendidikan yaitu bagaimana sebuah kelompok bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Fungsi persuasi yaitu bagaimana setiap anggota berupaya mempersuasi anggota lainnya untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Fungsi problem solving yaitu adanya usaha dari kelompok untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Fungsi- fungsi tersebut tetap dilakukan dan semuanya tetap terarah pada anggaran dasar kelompok yang

bertujuan untuk mencapai kedewasaan rohani dan perubahan/transformasi hidup dalam Kristus.

b. Anggota Cell Group

Anggota cell group di JOY Fellowship adalah mahasiswa yang aktif dalam pelayanan di JOY Fellowship. JOY Fellowship

mensyaratkan bahwa sebuah cell group siap untuk multiplikasi atau memecah jika anggota sudah memiliki pertumbuhan iman yang cukup dan sudah beranggotakan 12-14 orang. Hal ini ditujukan demi adanya efektivitas dalam pelayanan, relasi yang lebih mendalam serta memberi kesempatan kepada mahasiswa lain untuk bergabung.

Berdasarkan status anggota JOY Fellowship yang merupakan mahasiswa, maka rentang usia rata-rata anggota cell group berkisar antara 17-25 tahun. Hal ini berarti bahwa mereka berada dalam rentang masa remaja akhir dan dewasa awal. Shelton (1991: 12) menyatakan bahwa orang/kaum muda pada masa tersebut disibukkan dengan hal- hal seperti kuliah/studi, karier dan perkawinan. Perhatian kaum muda semakin terpusat pada peran dan tugas-tugas yang menyiapkan mereka memasuki dunia kaum dewasa. Shelton (1991: 15) menyebutkan bahwa variabel umum yang menarik bagi kaum muda adalah penerimaan terhadap nilai-nilai yang pada umumnya dipegang yaitu cinta, kepenuhan dan persahabatan.

Adapun studi tentang sikap dan praktik keagamaan menyebutkan bahwa kaum muda secara menggebu- gebu mengungkapkan

kebutuhan-kebutuhan akan kehidupan keagamaan dan menemukan nilai- nilai personal dalam kehidupan beragama. Hal yang menjadi kesulitan bagi kaum muda adalah hubungan mereka dengan gereja yang institusional. Conger (dalam Shelton, 1991: 15) menyebutkan terdapat indikasi bahwa kaum muda sekarang lebih menekankan unsur pribadi dalam hal agama, sedangkan generasi sebelumnya lebih menekankan agama yang dilembagakan. Adapun spiritualitas kaum muda adalah pada usaha mereka mencari kebenaran dan makna terdalam dari eksistensi dirinya (Shelton, 1991: 19). Sifat khas spiritualitas kaum muda adala h aspek “relasional” yaitu hubungan pribadinya dengan Kristus dan hubungan dengan sesamanya demi pertumbuhan hidup rohaninya. Hal- hal tersebut berdasarkan pengamatan penulis merupakan hal- hal yang mendasari atau yang juga menjadi ciri khas anggota cell group di JOY Fellowship.

Anggota cell group di JOY Fellowship merupakan mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus/universitas di Yogyakarta, dengan latar belakang suku, denominasi gereja dan bahkan negara yang berbeda-beda pula. Hal- hal tersebut merupakan hal- hal yang turut pula mempengaruhi paradigma, pola pikir dan perilaku setiap anggota. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi kendala atau sumber konflik dalam relasi dan intimitas antar anggota cell group. Konflik-konflik inilah yang harus diselesaikan secara asertif sehingga mampu menciptakan hubungan antar pribadi yang lebih mendalam. Adapun falsafah, nilai-nilai JOY dan nilai- nilai cell group merupakan hal- hal

yang mampu mempererat dan menjadi acuan di tengah-tengan perbedaan yang ada.

c. Hubungan antar pribadi dalam cell group

Di dalam sebuah cell group, hubungan antar pribadi memainkan peranan penting dalam pembentukan kohesifitas dan sense of belonging

antar anggota dan terhadap cell group. Kesatuan hati dan rasa saling memiliki dalam cell group merupakan wujud kasih dan dukungan demi pertumbuhan masing- masing anggota dalam Kristus. Hubungan antar pribadi dalam cell group dapat memberi dorongan kepada anggota, yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri seseorang dan membantu orang untuk memahami harapan orang lain.

Hubungan pribadi antar anggota dalam cell group selain terbangun dalam pertemuan setiap minggunya, juga dibangun melalui kegiatan pertemuan one to one (sharing antar pribadi) dan juga konseling pribadi dengan pemimpin cell group. Pertemuan one to one

selain dilakukan antar anggota, bersifat wajib dilakukan oleh pemimpin

cell group agar secara dekat/pribadi mengenali dan melayani anggotanya. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin cell group dan setiap anggota ditantang untuk berani memberikan waktu, tenaga dan pikiran demi pelayanan yang lebih utuh. Acara-acara lain yang dilakukan di luar rutinitas cell group seperti homestay, home visit atau kunjungan ke kos/rumah anggota, kunjungan ke lembaga-lembaga

tertentu, evaluasi cell group, rekoleksi, nonton film bersama, serta jalan-jalan dan piknik juga menjadi sarana terjadinya komunikasi antar pribadi dan relasi yang semakin intens dan mendalam.

Hal ya ng nampak dalam pola relasi/hubungan antar pribadi dalam

cell group seperti tersebut di atas adalah dua hal yaitu pengungkapan diri (self disclosure) dan penetrasi sosial (social penetration). Bungin (2006: 261) menyatakan proses pengungkapan diri (self disclosure)

adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Di dalam pertemuan one to one atau sharing dalam cell group,

self disclosure ini seringkali digunakan. Penetrasi sosial (Bungin, 2006: 262) adalah proses dimana orang saling mengenal satu sama lain. Proses ini bersifat bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan akrab seiring dengan perkembangan hubungan. Cell group yang berfungsi sebagai social control di JOY Fellowship, tak lepas dari adanya penetrasi sosial dalam relasi antar anggotanya. Hub ungan antar pribadi yang mendalam/intimitas sebuah cell group akan nampak dalam pertemuan besar seluruh anggota JOY Fellowship seperti JNP (J Nite Party)