• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pajak Bumi dan Bangunan .1 Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan .1 Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teoritis

2.2.5 Tinjauan Pajak Bumi dan Bangunan .1 Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan .1 Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan

baru dicari siapa yang harus menanggung pajaknya, atau siapa yang menjadi subjek pajaknya.

Contoh: pajak kendaraan bermontor, Pajak senjata api, serta Pajak Bumi dan Bangunan.

2.2.4.4 Tarif Pajak

Tarif pajak secara umum menurut Mardiasmo (2013:13) ada empat macam tarif pajak yaitu:

a. Tarif sebanding/ proporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif degresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2.2.5 Tinjauan Pajak Bumi dan Bangunan 2.2.5.1 Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan

Siahaan (2011:10) Sejarah bangsa Indonesia atas pajak bumi dan bangunan sudah lama sejak masa sebelum penjajahan hingga saat ini, hanya saja aturan perpajakan yang diterapkan berbeda pada masing-masing zaman. Pajak bumi dan bangunan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sebelum penjajahan, masa penjajahan dan masa kemerdekaan.

a) Masa Sebelum Penjajahan

Pada masa kerajaan hindu di Indonesia rakyat sudah dibebani dengan persembahan upeti atau penyerahan wajib dalam bentuk natura kepada penguasa. Dalam sejarah disebutkan telah menerapkan tanah pertanian sebagai objek pajak. Saat itu pajak yang dipungut atas luas tanah. Dan digunakan untuk memelihara kepentingan negara seperti, menjaga keamanan negara terhadap serangan musuh dari luar, membiayai pegawai kerajaan dan sebagainya. Dalam perkembangan nya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri.

b) Masa Penjajahan

Pada masa penjajahan pajak bumi dan bangunan dikenal dengan nama land rent. Ketentuan pajak bumi dan banguanan saat itu dikenakan terhadap semua jenis tanah produktif dan wajib pajaknya adalah desa (kepala desa) bukan perseorangan, karena para kepala desa dianggap penyewa yang harus membayar sewa tanah. Besar tarif pajak bumi dan bangunan bervariasi antara 20% hingga 50% dari hasil

23

produksi pertanian tergantung pada jenis produksi. Pada masa penjajahan Belanda, sistem perpajakan menekankan fungsinya pada segi pemasukan keuangan keperluan penjajahan di negeri Belanda. Karena pajak ditarik dari rakyat untuk kepentingan di negri Belanda maka sistem pemungutan pajak yang dianut pada masa itu yang meletakkan dasar kekuatan administrasi perpajakan.

c) Masa Setelah Kemerdekaan

Pemerintah Republik Indonesia meneruskan pemungutan pajak atas tanah dengan nama pajak bumi yang kemudian diganti dengan pajak pendapatan tanah. Undang-Undang yang pertama tentang pajak hasil bumi yaitu Undang-Undang No. 12 tahun 1985. Pada tahun 1994 pemerintah membuat Undang-Undang No. 12 tentang perubahan Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan. Adanya otonomi daerah yang menimbulkan lahirnya Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Perpindahan pemungutan pajak bumi dan bangunan dari pusat kepada daerah (Kabupaten/Kota).

Setiap daerah memiliki kewenangan dalam mengelola pendapatan pajak bumi dan bangunan tidak terkecuali Kabupaten Kediri yang mempersiapkan pemungutan pajak bumi dan bangunan dengan baik. Kesiapan Kabupaten Kediri sebelum resmi memungut pajak bumi dan bangunan adalah mempersiapkan peraturan daerah (Perda/Kepbup) dalam hal ini untuk menjadi dasar hukum pelaksanaan dan tata cara

mengelola pajak bumi dan bangunan, mempersiapkan Sumber Daya manusia (SDM) agar dalam pemungutan pajak bumi dan banguanan tersebut petugas tidak kebingungan dan siap menjalankan tugas dengan baik dan mempersiapkan alat cetak SPPT karena untuk mendukung kelancaran pemungutan tersebut.

2.2.5.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Widyaningsih (2014:56) Pajak bumi dan Banguanan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994. PBB adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Peraturan Daerah (PERDA) No. 1 tahun 2011 (Bab XII Pasal 76) Pajak Bumi dan Banguan adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan perhutanan, dan pertambangan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a. Jalan lingkugan yang terletak dalam suatu kompleks banguanan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

25 b. Jalan tol.

c. Pagar mewah. d. Tempat olah raga.

e. Galangan kapal, dermaga. f. Taman mewah.

g. Tempat penampunga/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. h. Fasilitas lain yang memberikan manfa’at.

2.2.5.3 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Pemungutan pajak bumi dan bangunan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum pemungutan pajak bumi dan bangunan pada suatu Kabupaten/Kota adalah sebagaimana dibawah ini: 1. Undang-Undang PDRD No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah.

2. Peraturan daerah Kabupate/Kota yang mengatur tetang pajak bumi dan bangunan.

3. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak bumi dan bangunan pada Kabupaten/Kota yang dimaksudkan.

Sesuai Pereraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kediri No. 1 tahun 2011 tentang pajak daerah yang diperjelas dengan peraturan pemerintah daerah No. 36 tahun 2012 tentang petunjuk pelaksanaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Kediri.

2.2.5.4 Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang di peroleh dari trnsaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terjadi transaksi jual beli. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di tentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pengganti.

Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi: a. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan. b. Objek pajak sektor perkebunan.

c. Objek pajak sektor kehutanan atas hak milik pengusaha hutan, hak pengusahaan hasil hutan, izin pemanfaatan kayu serta izin sah lainnya selain hak pengusahaan hutan tanaman industri.

d. Objek pajak sektor kehutanan atas hak pengusahaan hutan tanaman industri.

e. Objek pajak sektor pertambangan minyak dan gas bumi. f. Objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi.

g. Objek pajak sektor pertambangan non migas selain pertambangan energi panas bumi dan galian C (Mardiasmo, 2013:332).

2.2.5.5 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Widyaningsih (2014:58) Objek PBB adalah “bumi dan bangunan” adalah bumi:

27

Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll. Bangunan: Kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,pagar mewah, dll. Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan atau bangunan menurut peratuaran daerah Kabupaten Kediri No. 36 tahun 2011 (Bab II Pasal 3) adalah Bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambagan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemenya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

b. Jalan Tol. c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olahraga. f. Galangan kapal,dermaga. g. Taman mewah.

h. Tempat penampung/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i. Menara.

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak yang:

a) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

c) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

d) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultant berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

e) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh mentri keuangan.

2.2.5.6 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Peraturan daerah Kabupaten Kediri No. 36 tahun 2012 (Bab II Pasal 4) adalah:

Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dalam hal atas objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Bupati dapat menentukan subjek pajak sebagai wajib pajak. Wajib pajak bumi dan

29

bangunan adalah orang atau badan secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

2.2.5.7 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Bumi dan Banguanan

a. Dasar Pengenanan

Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Kediri No. 36 tahun 2012 (Bab IV Pasal 9) adalah NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). NJOP yang dimaksud asalah NJOP Tanah dan NJOP Banguanan.

1. NJOP Tanah sebagaimana dimaksudkan adalah sebesar nilai konversi setiap Zona Nilai Tanah kedalam Klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi (tanah) yang akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

2. NJOP Bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual bangunan yang akan ditetapkan dalam keputusan Bupati.

b. Dasar Pengenaan Pajak

Tarif pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen). Peraturan daerah Kabupaten Kediri No. 1 tahun 2011 pasal 79 adalah:

a) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sampai dengan Rp. 1.000.000.00,00 (satu milyar) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen)

b) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen).

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kediri No. 1 tahun 2011 pasal 76 sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajaknya.

2.2.6.8 Wilayah Pemunggutan Pajak

Dasar pemungutan pajak bumi dan bangunan yang terutang berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Kediri No. 1 tahun 2011 pasal 83 adalah dipungut di wilayah daerah Kabupaten Kediri.

2.2.6.9 Masa Pajak

Dasar masa pajak bumi dan bangunan berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Kediri No. 1 Tahun 2011 (Bab XII pasal 84) adalah:

a. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.

b. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah keadaan objek pajak tanggal 1 (satu) januari.

c. Masa pajak dimulai tanggal 1 januari dan berakhir 31 desember pada tahun berkenaan.

31

Dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Peraturan daerah No. 12 tahun 2012.

Rumus:

PBB terutang = Tarif pajak x (NJOP-NJOPTKP) Keterangan:

Tarif Pajak = 0,1% atau 0,2% (sesuai perda No. 12 tahun 2012 pasal 79) NJOPTKP = Rp. 10.000.000 (No. 1 tahun 2011 pasal 76)

NJOP = NJOP tanah + NJOP banguan

NJOP Tanah = luas tanah x NJOP tanah per m2 Contoh:

Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa tanah seluas 250 m2 dengan harga jual Rp.300.000,00/m2 dan bangunan seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp. 350.000,00/m2.

Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut: 1. NJOP Bumi :

250 m² x Rp.300.000,00 = Rp 75.000.000,00 2. NJOP Bangunan

200 m² x Rp350.000,00 = Rp. 70.000.000,00 (+) Jumlah NJOP Bumi dan Bangunan = Rp. 145.000.000,00 NJOPTKP = Rp . 10.000.000,00 (-) 3. Nilai jual objek pajak kena pajak = Rp. 135.000.000,00 4. Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Perda 0,1 %

2.2.6.11 Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kediri No. 1 tahun 2011 (Bab XIV Pasal 101), mengatur wajib pajak yang lalai membayar PBB melewati tanggal jatuh tempo, dapat dikenai sanksi denda yang besarnya dua persen per bulan. Pajak terutang yang tidak dibayar pada tanggal jatuh tempo, dikenakan sanksi sebagai berikut:

1) Denda administrasi 2% sebulan dari jumlah pajak yang terutang yang tidak dibayar.

2) Ditagih dengan Surat Tagihan Pajak Daerah-PBB (STPD- PBB), dan dalam hal STPD-PBB tidak dilunasi, dilanjutkan dengan Surat Paksa yang diikuti dengan penyitaan dan pelelangan.

Apabila jatuh tempo tertulis tanggal 30 September, maka bulan I setelah tanggal jatuh tempo adalah tanggal 1 Oktober sampai dengan 31 Oktober, bulan II adalah tanggal 1 November sampai dengan 30 November dan seterusnya.

2.2.6.12 Surat Pemberitahuan Objek Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, dan Surat Ketetapan Pajak

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kediri No. 36 tahun 2012 (Bab V Pasal 19) dalam rangka pendataan, subjek wajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tersebut harus diisi

33

dengan jelas, benar, dan lengkap serta di tandatangani dan disampaikan kepada dinas pendapatan Kabupaten Kediri yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak. Selanjutnya, berdasarkan SPOP tersebut, Dinas Pendapatan (Dispenda) Kabupaten Kediri menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Surat Ketetapan Pajak (SKP) dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak apabila:

a. Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana di tentukan dalam surat teguran. Jumlah pajak terutang dalam SKP adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.

b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak. Jumlah pajak yang terutang dalam SKP tersebut adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi 25% dari selisih pajak terutang.

2.2.6.13 Jatuh Tempo dan Tempat Pembayaran PBB

Pajak yang terutang merupakan pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak bumi dan bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah

kabupaten/kota setempat. Pada pengenaan pajak bumi dan bangunan tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender. (Mardiasmo, 2013:256)

Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kediri No. 36 Tahun 2012 (Bab VIII Pasal 24 dan 25) Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo. Sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Denda administrasi tersebut ditambah dengan hutang pajak yang belum atau kurang bayar ditagih dengan surat tagihan pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya STP (Surat Tagihan Pajak) oleh wajib pajak. Pajak bumi dan bangunan yang terutang dibayar di bank JATIM, kasir Kecamatan dan petugas pungut atau pamong desa atau temapat Pembayaran yang ditetapkan oleh Bupati.

2.2.7 Tinjauan Pendapatan Daerah