• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pola Asuh Anak pada Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

ANALISIS POLA PENGASUHAN ANAK PADA PASANGAN DI BAWAH UMUR

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pola Asuh Anak pada Pasangan di Bawah Umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Agama islam mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk juga dalam urusan pengasuham anak. Anak merupakan titipan dari sang maha kuasa yang sudah sepantasnya diasuh, dirawat,dididik sebagaimana mestinya. Seorang anak ketika diasuh dengan baik oleh orang tuanya yang memahami dasar pengasuhan anak dalam islam dan mampu menerapkannya, maka anak akan memiliki kepribadian yang baik sesuai bentuk

61

pengasuhan tersebut. Beberapa aturan mengenai pengasuhan anak terdapat QS al Baqarah ayat 233 sebagai berikut:

ِْيَْلِماَك ِْيَْلْوَح َّنُىَد َلَْوَأ َنْعِضْرُ ي ُتاَدِلاَوْلاَو

ۖ

َةَعاَضَّرلا َّمِتُي ْنَأ َداَرَأ ْنَمِل

ۖ

َّنُهُ قْزِر ُوَل ِدوُلْوَمْلا ىَلَعَو

ِفوُرْعَمْلاِب َّنُهُ تَوْسِكَو

ۖ

اَهَعْسُو َّلَِإ ٌسْفَ ن ُفَّلَكُت َلَ

ۖ

ِهِدَلَوِب ُوَل ٌدوُلْوَم َلََو اَىِدَلَوِب ٌةَدِلاَو َّراَضُت َلَ

ۖ

ىَلَعَو

َكِلَٰذ ُلْثِم ِثِراَوْلا

ۖ

ِم ٍضاَرَ ت ْنَع ًلَاَصِف اَداَرَأ ْنِإَف

اَمِهْيَلَع َحاَنُج َلََف ٍرُواَشَتَو اَمُهْ ن

ۖ

ْنَأ ُْتُْدَرَأ ْنِإَو

ِفوُرْعَمْلاِب ْمُتْيَ تآ اَم ْمُتْمَّلَس اَذِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََف ْمُكَد َلَْوَأ اوُعِضْرَ تْسَت

ۖ

اَِبِ َوَّللا َّنَأ اوُمَلْعاَو َوَّللا اوُقَّ تاَو

ٌيِصَب َنوُلَمْعَ ت

Artinya:“para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan

pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan

menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disukai oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan ”.(QS al Baqarah ayat 233)

Di dalam ayat Al Baqarah ayat 233, Allah memerintahkan untuk menyempurnakan penyusuan kepada seorang ibu dan pemenuhan kewajiban untuk memenuhi sandang dan pangan kepada ayah. Hal tersebut diperkuat dengan tulisan sa‟id bin ali bin wahf al-qahthani dalam bukunya “Rasullullah sang pendidik menjaga amanah menuju jannah” bahwa nafkah yang baik bersumber dari yang halal. Perintah tersebut merupakan langkah ataupun cara yang semestinya dilakukan untuk menunaikan

62

pengasuhan anak. dalam hal ini ayah dan ibu harus saling berkerja sama mendidik dan mengasuh anak mereka karena pada umumnya, ayah dan ibu akan melakukan pengasuhan dengan baik apabila terjalin komunikasi, pemahaman, dan juga kesempatan atas ketersediaan waktu untuk saling berbagi dan melengkapi.

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab III bahwa dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh kepala keluarga. hal tersebut berhubungan dengan QS al-baqarah ayat 233 dimana ayat tersebut menjelaskan bahwa ayah berkewajiban menafkahi anggota keluarganya.

Pada ketiga pasangan perkawinan di bawah umur di Desa Klakah semua kebutuhan yang bersifat materiil digantungkan kepada kepala keluarga yakni PT, MS dan EL. Meskipun mereka menikah diusia yang masih sangat muda akan tetapi mereka tetap menjalankan kewajiban mereka sebagai kepala rumah tangga. Selain itu PT, MS dan EL sebagai kepala rumah tangga juga berkewajiban membimbing anggota kekuarganya untuk bertaqwa kepada Allah, sebagaimana dalam QS At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:

اَهُّ يَأ اَي

ُةَراَجِْلْاَو ُساَّنلا اَىُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْىَأَو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman pelihara dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarrya adalah manusia dan batu”(QS At-Tahrim ayat 6)

Ayat ini menjelaskan tentang orang tua diperintahkan oleh Allah SWT untuk memelihara keluarganya dari api neraka bukan hanya mengedepankan kepentingan sosial, melainkan tujuan utama seorang kepala keluarga untuk dapat menjadikan akhirat sebagai akhirnya dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya melaksanakan perintah dan larangan Allah. Dalam hal ini anak diberi pemahamanan pendidikan agama tentang ketaqwaan kepada Allah.

63

Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Walau secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ibu dan ayah). Perintah kepada orang beriman agar menjaga keselamatan diri dan seisi rumah tangga dari api neraka. Caranya adalah dengan menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri dengan iman agar tidak mengikuti hawa nafsu dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah swt.Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak.

Islam sangat memberi perhatian terhadap religiusitas keluarga inti, karenanya kepala keluarga diminta memberikan bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka secara baik. Diharapkan dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat dan selanjutnya akan tegak masyarakat islam. Keluarga yang rapuh keimananya, maka sendi-sendi bangunan masyarakat dan bangsa juga akan keropos dan rapuh.

PT dan MS sebagai kepala keluarga berkewajiban membimbing anggota keluarganya untuk selalu bertaqwa kepada Allah. Mereka mengajarkan anaknya tentang pengetahuan agama sejak dini, seperti membaca doa sehari-hari dan mengaji. Karena pengetahuan dan pemahaman mereka yang sangat minim mereka mendidik anak mereka sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Selain dalam pendidikan agama, mereka juga mengajarkan anaknya budi pekerti, tata karma dan sopan santun, karena mereka tinggal dilingkungan pegunungan maka hal tersebut sudah seperti kewajiban bagi seluruh orang tua agar mengajarkan pada anaknya budi pekerti dan tata krama. Hal tersebut terdapat dalam QS Luqman ayat 18 :

َلََو ِساَّنلِل َكَّدَخ رِّعَصُتَلََو

َّنِإ اًحَرَم ِضرَلأا ِفِ ِشَتَ

لاَتُمُ َّلُك ُّبُِيَُلَ َللها

64

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan muka mu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman:18)

Dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahawa Luqman menanamkan kesadasaran pada anaknya tentang tanggung jawab sosial. Luqman mendidik anaknya agar berbuat baik dan hormat kepada orang lain, bergaul secara baik, berperilaku baik, tidak sombong dan angkuh.

Di Desa Klakah merupakan daerah pegunungan, dimana daerah tersebut sangat kental dengan budaya, budi pekerti, sopan santun dan tatakrama. Oleh karena itu ketiga narasumber mengajarkan tatakrama dan sopan santun sejak dini. Sehubungan dengan QS Luqman yang mana Luqman mengajarkan anaknya tentang tanggung jawab sosial. seperti halnya AG anak dari pasangan PT dan WR yang sudah diajarakan sopan santun sejak kecil, seperti salim mencium tangan dengan orang yang lebih tua, berperilaku baik terhadap orang lain. Hal tersebut membuat anak akan diterima di lingkungan masyarakat serta disegani dikenal sebagai anak yang baik.

65 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus dan analisis yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dari penelitian yang dilakukan terhadap beberapa pasangan di bawah umur di Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali pola pengasuhannya adalah pola asuh otoriter dimana anak harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang tua. seperti yang dilakukan oleh narasumber dimana mereka memaksa anaknya diajak keladang serta tidak memberikan kesempatan anaknya untuk bermain. Mereka beralasan bahwa mereka lebih nyaman dan tenang bila anaknya ikut bersama mereka keladang dan meraka asuh sendiri tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan.

2. Dalam Undang-Undang No : 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah dijelaskan bahwa orang tua wajib mengasuh, memelihara, dan mendidik anak. dalam penelitian ini kewajiban orang tua sudah sesuai akan tetapi ditemukan penyimpangan dalam hak anak yang tercantum dalam pasal 11, dimana anak berhak untuk beristirahat, dan memenfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebayanya, bermain dan berkreasi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasannya.

3. Sedangkan dalam Hukum Islam telah di jelaskan bahwa seorang laki laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan harus bertanggungjawab dalam hal material maupun spiritual. Seperti halnya dalam penelitian ini bahwa orang tua sudah menjalankan kewajibannya menafkahi anggota keluarganya dan membimbing anggota keluarganya untuk takqwa kepada Allah SWT serta mengajarkan budi pekerti, tatakrama dan sopan santun.

66 B. Saran

1. Bagi pasangan yang menikah di bawah umur

Pola asuh yang diterapkan oleh pasangan pernikahan dibawah umur dalam mengasuh anak mereka masih belum maksimal karena anak tidak diberi kebebasan untuk bermain dan beristirahat. Alangkah baiknya jika anak dititipkan kepeda keluarga dekatnya agar anak bisa bermain. Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang guna pegembangan diri. selain itu orang tua lebih baik mendidik anak mereka sesuai dengan UU perlindungan anak yang berlaku dan Hukum islam agar anak tumbuh menjadi anak yang cerdas, berprestasi dan membanggakan karena anak merupakan tunas, potensi generasi penerus bangsa.

2. Bagi pemerintah Daerah

Pernikahan dibawah umur bisa berakibat ke hal yang negatif, seperti pada pola pengasuhan anak yang kurang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang kurang berkualitas. Hendaknya pemerintah daerah melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat akan pendidikan yang lebih baik. Karena faktor pendidikan ini akan berpengaruh pada sosial budaya masyarakat Desa Klakah. Dengan kesadaran masyarakat tersebut sehingga mampu menekan pernikahan dibawah umur yang terjadi di Desa Klakah. 3. Bagi masyarakat

Masyarakat hendaknya jangan terpengaruh kebiasaan atau tradisi yang berlaku dan perlu adanya peran aktif masyarakat dan ulama dalam memberikan pengetahuan keagamaan.

67