• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Kurikulum

3. Tinjauan Pendekatan Saintifik

Di dalam kurikulum 2013 pelaksanaan pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini dijelaskan oleh Fadlillah(163:2014) serta dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hosnan, 2014:32) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan). Beberapa pengertian pendekatan pembelajaran lain menurut Hosnan (2014:32) antara lain adalah sebagai berikut.

a. Perspektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran.

26

b. Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran. Pandang terhadap pembelajaran

c. Sebagai titik titik tolak atau sudut pandang tentang terjadinya suatu proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Sementara itu menurut Sagala (2013: 68-69) pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan model, metode, maupun teknik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran mencapai tujuan pendidikan. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya dengan berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.

Selanjutnya Menurut Fadlillah (2014: 176), Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,

27

peneliti menyimpulkan bahwa Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran melalui proses ilmiah yang dilakukukan melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Menurut Daryanto (2014: 51) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik karena pendekatan ini dinilai sesuai untuk mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip.

Kurikulum 2013 tidak dapat terpisahkan dari adanya pendekatan saintifik. Hal ini termuat dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki beberapa kriteria. Menurut Majid(2014:194) kriteria pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

28

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap masalah dalam pembelajaran. Sehingga sedapat mungkin dalam pembelajaran dapat tercipta kondisi yang mengedepankan pendekatan saintifik. Sehingga siswa dapat diajak menuju perilaku yang ilmiah yang sesuai dengan perilaku 5 M.

Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik

29

mengamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang dalam kegiatan pemebelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampialan. Hasil belajar akan menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Ketiga ranah tersebut diperoleh melalui aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Sikap diperloeh melalui

aktivitas “menreima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan”.

Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas” mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Ranah sikap menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu apa”. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan

dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup layak (hard skills) dari siswa yang meliputi kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga akan melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

Kelima kegiatan/langkah pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik diimplementasikan Penjelasan untuk langkah-langkah/kegiatan-kegiatan yang

30

dilakukan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik adalah sebagai berikut.

a. Mengamati

Menurut Hosnan (2014: 39), mengamati adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Penulis mengartikan mengamati sebagai kegiatan mencari informasi tentang fenomena sosial dan gejala-gelaja psikis menggunakan panca indera dengan cara pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, diantaranya: menyajikan media atau objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu siswa, serta pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna.

Menurut Hosnan (2014:40) menyebutkan bahwa aktivitas mengamati dilakukan melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat(tanpa atau dengan alat). Sementara itu Menurut Majid (2014: 211) menyatakan bahwa dalam kegiatan mengamati mengutamakan pada kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning), dimana pada kegiatan mengamati siswa diajak untuk melihat, mendengar, menyimak, dan membaca suatu materi yang diberikan oleh guru agar siswa mampu menemukan fakta yang ada hubungannya dengan materi tersebut. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati. Guru bisa menyajikan media berupa gambar, video, benda

31

nyata, miniatur, dll (Hosnan, 2014:40). Siswa mengamati objek/media yang akan dipelajari atau digunakan saat pembelajaran.

Menurut Hosnan (2014:41) Kompetensi yang ingin dikembangkan dari kegiatan ini adalah melatih ketelitian, kesungguhan, dan mencari informasi. Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yan berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang yang diamati tersebut.

Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan mengamati menurut Hosnan(2014:42-43) adalah sebagai berikut.

1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

2) Membuat pedoman observasi atau sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

3) Menentukan data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. 4) Menentukan tempat objek yang akan diobservasi.

5) Menentukan bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancer

6) Menentukan cara melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Jadi dalam proses mengamati harus melakukan langkah-langkah tersebut agar objek yang diamati dapat secara jelas teramati. Dalam proses mengamati ini

32

terdapat manfaat yang diperoleh oleh siswa Menurut Hosnan(2014:44-45)Manfaat dalam mengamati adalah

1) Dengan mengamati lingkungan, siswa akan memperoleh pengalaman langsung. Pengalaman langsung dalam kegiatan mengamati ini merupakan alat yang baik untuk memperoleh kebenaran/fakta

2) Mengamati bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

3) Dengan metode mengamati siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan dengan materi pembelajaran yang dibawakan guru. Metode mengamati membantu proses perkembangan kognitif siswa yang terangsang melakukan adaptasi kognitif.

b. Menanya

Langkah kedua pada pendekatan saintifik adalah kegiatan menanya. Menurut Hosnan(2014:48) Kegiatan menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati( dimulai dari pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik). Model pembelajaran menanya sebenarnya merupakan pengembangan dari metode tanya

jawab. Sudirman (Hosnan, 2014: 50) mengartikan bahwa “metode tanya jawab

adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab

terutama guru kepada siswa, tetapi dapat pula siswa kepada guru”. Metode tanya

jawab juga dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) dengan berbagai

33

sumber belajar, seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya. Selanutnya dalam Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (2014:5), menyebutkan bahwa aktivitas menanya dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Semakin siswa terlatih untuk bertanya, maka akan semakin berkembang rasa ingin tahu siswa. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menanya adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses menanya. Hosnan (2014: 49) menyatakan bahwa dalam kegiatan menanya guru berusaha membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kegiatan bertanya ini sangat penting untuk mengembangkan rasa ingin tahu (curiousity) siswa.

Guru diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Saat guru bertanya, berarti guru membimbing siswa untuk belajar dengan baik. Saat guru menjawab, berarti guru mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Guru juga perlu mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.

34 c. Mengumpulkan Informasi/Mencoba

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (2014:5), menyebutkan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi/mencoba dilakukan melalui kegiatan mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

Jadi, kegiatan mengumpulkan informasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya sebagai upaya untuk menjawab suatu permasalahan.

Kegiatan yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi adalah eksperimen. Sagala Bahri Djamarah (Hosnan, 2014: 58) mendefinisikan eksperimen/ mencoba sebagai cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sedangkan Hosnan (2014: mendefinisikan eksperimen/ mencoba sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis.

35

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencoba adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari untuk mendapatkan data untuk menjawab permasalahan atau menguji hipotesis. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Hosnan, 2014: 58). Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengumpulkaninformasi/mencoba.

Kegiatan mencoba memiliki peran penting dalam melatih siswa untuk memperoleh data dan fakta dari hasil pengamatan dan bukan hanya opini semata. Dengan melakukan percobaan, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki. Selain itu, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan mencoba diharapkan dapat bertahan lama dalam ingatan siswa.

d. Menalar/Mengasosiasi

Menurut Hosanan(2014:67) menalar adalah proses berpikir secara logis dan dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Selanjutnya menurut Majid (2014: 223) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diamati untuk mendapatkan suatu kesimpulan berupa pengetahuan.

36

Menalar sering disebut juga dengan asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori (Hosnan, 2014: 67). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh simpulan. Kegiatan mengasosiasi/ menalar dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (2014:5), menyebutkan bahwa aktivitas menalar/mengasosiasikan dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yangbersifat umum (Hosnan, 2014: 73). Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara khusus menjadi simpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik

37

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus (Hosnan, 2014: 73). Jadi, menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, selanjutnya siswa secara bersama-sama dalam satu kelompok atau secara individual membuat kesimpulan. e. Mengkomunikasikan

Kegiatan terakhir adalah kegiatan mengomunikasikan. Pada kegiatan ini siswa memperoleh kesempatan mengkomunikasikan apa yang sudah dipelajari. Siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang sudah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok maupun secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat. Menurut Hosanan(2014:76) kegiatan mengomunikasikan dilakukan melalui menulisakan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi , mengasosiasikan dan menemukan pola. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (2014:5), menyebutkan bahwa aktivitas mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Menurut

38

menurut Hosnan (2014: 76) dan Daryanto (2014:80) kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Dalam kegiatan mengomunikasikan, peserta didik diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa percaya dirinya dapat terasah. Peserta didik yang lain dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengkomunikasikan. Selain itu guru dapat memberikan memberikan klarifikasi sehingga peserta didik mengetahui apakah secara benar jawaban yang telah mereka kerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas pembelajaran. 4. Pembelajaran Kurikulum 2013

a. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sebab pemebalajaran pada kurikulum ini lebih menggunakan pendekatan saintifik dan tematik integrative. Menurut Suyono dan Hariyanto (Fadlillah, 2014:172) Istilah pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian. Dalam kamus besar

39

bahasa Indonesia, pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Artinya dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran menurut Hamalik (2010: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Sementara itu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Tim MKDP(2011:128) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.

Hamzah(Fadlillah 2014:172) memberikan pendapat lain bahwa

“pemebelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan factor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.”

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interasi antara peserta didik dan pendidikdalam rangka memeproleh pengetahuan yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan. Dari pembelajaran peserta didik diharapkan mampu memperoleh informasi baru untuk menunjang kehidupannya.

Dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 ada tahap-tahap dalam pelaksanaannya seperti perencanaan, melaksanakan kegiatan pembelajaran

40

(kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir), serta melakukan evaluasi/penilain. Berikut ini adalah penjabaran dari tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013.

b. Perencanaan

Dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dan tematik integrative. Sebelum melaksanakan pembelajaran pada kurikulum 2013 ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang guru. Menurut Modul Impelentasi Kurikulum 2013 tahapan tersebut yaitu pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD, indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Saintifik. Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini.

1) Memilih/Menetapkan Tema

Penentuan dan pemilihan tema yang akan dikembangkan di sekolah dasar dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema sebagai berikut :

a) tema tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran

41

b) tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya

c) harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak

d) tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah

e) tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar

f) mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar peserta didik

g) mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar

2) Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat Indikator Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator) dilakukan dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran. Setelah memiliki sejumlah tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan dengan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai mata pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, Olah Raga, Jasmani dan Kesehatan. Kemudian masing-masing Kompetensi Dasar dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.

3) Melakukan Pemetaan KI, Mata Pelajaran , Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema

42

Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran telah disediakan dalam Kurikulum 2013, demikian juga sejumlah tema untuk proses pembelajaran selama satu tahun untuk Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 telah disediakan pula. Namun demikian guru masih perlu membuat Indikator dan melakukan kegiatan pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator tersebut dikaitkan dengan tema yang tersedia dimasukkan ke dalam format pemetaan agar lebih memudahkan proses penyajian pembelajaran, indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu dengan cara memberikan cek (√ ).

4) Membuat Jaringan Kompetensi Dasar

Kegiatan berikutnya setelah dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar, indikator dengan Tema dalam satu tahun dan telah terpetakan indikator mana saja yang akan disajikan dalam setiap tema, maka sebaiknya dilanjutkan dengan membuat Jaringan KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format Jaringan KD & indikator.