• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak dan Status Gizi Anak

Anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah, remaja, dan waktu anak menginjak dewasa. Anak sekolah dasar disebut juga masa pertengahan anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan pada masa pra sekolah (Papalia & Olds 1979 dalam Lusiana 2008).

Periode pertengahan masa anak-anak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut Papalia & Olds (1979) dalam Lusiana (2008), pada usia sekolah, anak secara berangsur-angsur mengalami pertumbuhan tetapi berjalan agak lambat jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan mereka pada saat bayi atau usia pra sekolah. Pada usia sekolah ini, secara umum aktivitas fisik anak akan semakin tinggi sehingga memperkuat kemampuan motoriknya. Sedangkan akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan lambat dan relatif stabil.

Tubuh manusia terdiri atas dua bagian utama, yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas lemak, terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua jaringan lain selain jaringan lemak (Supariasa et al. 2001). Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011). Menurut Bredbenner et al. (2009), proporsi jaringan lemak bebas tertinggi yaitu pada masa bayi dan anak yang mulai tumbuh.

Menurut Lucas (2004), sekitar usia 6 tahun anak-anak akan mengalami adiposity rebound (fenomena pertumbuhan normal yang terjadi pada usia ± 6 tahun, dimana lemak tubuh pada anak-anak mengalami penambahan) atau terjadi peningkatan berat badan sebagai persiapan untuk pertumbuhan optimal pada masa puber (masa remaja). Perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Anak laki-laki mempunyai lean body mass yang lebih tinggi per cm tinggi badan dibanding anak perempuan. Anak perempuan mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi untuk setiap kg berat badan dibandingkan anak laki-laki.

5

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, lingkaran bagian-bagian tubuh, serta tebal lapisan kulit (skinfold). Disamping itu, juga diperlukan pengukuran terhadap usia dan kematangan seksual dalam pengukuran antropometri (Riyadi 2003).

Sistem klasifikasi standar yang biasanya digunakan untuk melihat status gizi pada anak adalah z-score atau skor standar deviasi (SD). Sistem klasifikasi ini direkomendasikan oleh WHO karena kemampuannya dalam menggambarkan status gizi termasuk pada keadaan ekstrim, serta menunjukkan proses hasil statistik, seperti mean dan standar deviasi dari z-score (WHO 2007). Berdasarkan pengolahan data status gizi menggunakan WHO AntrhoPlus diperoleh output dalam bentuk tiga kategori, nilai z-score berupa WAZ (weight- for-age z-score) atau BB/U, HAZ (length or height-for-age z-score) atau TB/U, dan BAZ (BMI-for-age z-score) atau IMT/U.

Fungsi Air dalam Tubuh

Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia, antara lain: Pertama, pembentuk sel dan cairan tubuh. Komponen utama sel, kecuali sel lemak; adalah air, yaitu 70-85%. Kandungan air dalam sel lemak kurang dari 10%. Air berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Darah mengandung 82% air. Selain itu, air juga terdapat dalam otot dan berguna menjaga tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi.

Kedua, pengatur suhu tubuh. Air menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Air membantu mendinginkan tubuh melalui penguapan dari paru dan permukaan kulit, membawa kelebihan panas keluar tubuh. Ketika tubuh memproduksi keringat, penguapan air dari permukaan kulit menyebabkan suhu tubuh menurun sehingga tubuh tetap merasa dingin. Ketiga, pelarut. Air melarutkan mineral, vitamin, glukosa, dan zat gizi lainnya agar dapat dihantarkan ke setiap sel dan air juga membantu proses pencernaan makanan.

Keempat, pelumas dan bantalan. Air sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan sendi, yang memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan

6

meredam gesekan antar sendi. Air berfungsi sebagai bantalan tahan getar (shock absorbing fluid cushion) pada jaringan tubuh; misalnya pada otak, medulla spinalis, mata, dan kantong amnion dalam rahim. Kelima, media transportasi. Air merupakan media transportasi di dalam sel, membantu pertumbuhan dan regenerasi sel, sehingga air merupakan media transportasi yang efektif (carrier). Air juga berperan dalam sistem pernafasan sebagai media transportasi oksigen dan karbondioksida.

Keenam, media eliminasi sisa metabolisme. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksik. Sisa metabolisme dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran nafas, dan kulit, yang memerlukan media, yaitu air.

Sumber Air bagi Tubuh Manusia

Air dalam tubuh manusia diperoleh dari tiga sumber, yaitu minuman, makanan, dan hasil metabolisme (air metabolik). Keseimbangan volume air dapat dicapai apabila jumlah masukan dan pengeluaran air tubuh pada seseorang seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran air tubuh

Sumber air tubuh Jumlah (mL) Pengeluaran air

tubuh Jumlah (mL)

1. Minuman/cairan 550 – 1500 1. Urin/ginjal 500 – 1400 2. Makanan 700 – 1000 2. Keringat/kulit 450 – 900 3. Hasil metabolisme 200 – 300 3. Pernafasan/paru 350

4. Tinja 150

Total 1450 – 2800 Total 1450 – 2800

(Sumber: Sherwood 1998 dalam Santoso et aI. 2011)

Berbagai bangsa mempunyai preferensi terhadap jenis minuman dalam memenuhi kebutuhan air tubuh. Berdasarkan penelitian THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) di Indonesia menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia menyukai air putih sebagai minuman utama yang dikonsumsi setiap hari. Minuman kesukaan berikutnya yang dipilih adalah teh, kopi, jus, dan susu bagi orang dewasa (Santoso et al. 2011). Air putih yang dikonsumsi berasal dari air putih tanpa kemasan (36%) dan air putih kemasan sejumlah 36% (Santoso et al. 2011).

Berbagai jenis pangan memberikan kontribusi asupan air yang berbeda- beda tiap jenis pangan terhadap tubuh manusia. Sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%), serta buah dan sayur (30%). Makanan

7

pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 23-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya.

Kebutuhan Air pada Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Menurut Alatas et al. (1991) dalam Santoso et al. (2011), untuk bayi baru lahir atau neonatus, kebutuhan air didasarkan pada berat badan lahir yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut.

Tabel 2 Kebutuhan air pada neonatus berat lahir rendah

Usia Kebutuhan air (mL/kg BB/hari) berdasarkan berat badan lahir (gram)

751-1.000 1.000-1.250 1.251-1.500 1.501-2.500 Minggu I hari 1 98 91 81 60 – 80 Minggu I hari 2 112 104 92 90 – 100 Minggu I hari 3-7 140 130 115 120 – 160 Minggu II 145 140 125 120 – 160 Minggu III 150 140 135 120 – 160 Minggu IV 150 140 135 120 – 160

Tabel 3 Kebutuhan air pada neonatus lahir cukup baik

Usia (hari) Kebutuhan air (mL/kg BB/hari)

2 50

3 60

4 80

5- 100

10- 130

(Sumber: Alatas et al. 1991 dalam Santoso et al. 2011)

Kebutuhan air maksimum pada anak dengan berat badan <10 kg sebesar 200 mL/kgbb/hari dan pada anak dengan berat badan >10 kg sebesar 4000 mL/m2 luas permukaan tubuh/hari (Kraus 2010 dalam Santoso et al. 2011).

Kebutuhan Air pada Bayi dan Anak

Air sangat dibutuhkan oleh manusia karena merupakan kebutuhan dan bagian dari kehidupannya. Baik asupan air yang terlalu berlebih maupun kurang akan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal ini, di dalam tubuh manusia ada mekanisme pengaturan keseimbangan air, sehingga kebutuhan tubuh akan air dapat terpenuhi. Hasil akhir dari mekanisme ini antara lain rangsangan atau hambatan terhadap pusat rasa haus bila terjadi kekurangan atau kelebihan air (Santoso et al. 2011).

8

Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada usia, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kebutuhan air pada bayi dan anak biasanya dihitung berdasarkan perhitungan kalori, tetapi hal ini sering meyulitkan dan tidak praktis. Dalam klinik, perhitungan kebutuhan air untuk anak biasanya didasarkan pada berat badan (Santoso et al. 2011).

Angka kecukupan air bagi orang Indonesia pada berbagai tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Angka kecukupan air bagi orang Indonesia

Kelompok usia AKG (2004) (L/hr) Bayi 0 – 6 bl 0.8 7 – 12 bl 1.0 Anak 1 – 3 th 1.1 4 – 6 th 1.4 7 – 9 th 1.6

(Sumber: Praboprastowo & Dwiriani 2004)

Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya usia, mulai 0.6 L pada bayi hingga 1.7 L pada anak-anak (Sawka et al. 2005). The National Research Council diacu dalam Sawka M et al (2005) merekomendasikan intake air harian yaitu sekitar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Asupan air yang dianjurkan di Filipina tergantung pada energi yang dikeluarkan (energy expenditure) dan keadaan lingkungan, yaitu sebesar 1 mL/Kal dari energi yang dikeluarkan. Jumlah tersebut dapat meningkat menjadi 1.5 mL/Kal tergantung dari aktivitas fisik dan pengeluaran keringat sampel (Barba dan Cabrera 2008). Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari asupan air dari makanan dan air dari minuman. Manz dan Wentz (2005) melakukan penelitian terkait kebutuhan air yang memperhitungkan asupan air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik.

Berdasarkan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), persentase air dalam tubuh berbeda pada setiap orang, tergantung dari beberapa faktor, yaitu komposisi tubuh, usia, dan jenis kelamin. Laki-laki memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan perempuan pada semua kelompok usia karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Institute

9

of Medicine of the National Academies (2004) menyebutkan bahwa jaringan lemak bebas mengandung 70-75% air, sedangkan jaringan lemak mengandung 10-40% air.

Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan kalori, suhu lingkungan, kegiatan fisik, kecepatan pertumbuhan, dan berat jenis urin. Bayi yang sehat akan merasa kenyang dengan asupan ASI sebanyak 150-200 cc/kg BB/hari (setara dengan 100-130 Kal/kg/hari) selama 6 bulan kehidupan. Jika bayi mampu secara teratur mengonsumsi ASI dengan jumlah tersebut, maka bayi tidak membutuhkan tambahan air dari sejak lahir sampai akhir tahun pertama, kecuali jika bayi telah diberi tambahan makanan padat (Arisman 2004). Pudjiadi (2001) menyatakan bahwa kebutuhan cairan pada bayi dan anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Kebutuhan cairan bayi dan anak

Usia Rata-rata berat badan

Jumlah air dalam 24 jam (mL)

Jumlah air per kilogram berat badan dalam 24 jam (mL)

3 hari 3.0 250 – 300 80 – 100 10 hari 3.2 400 – 500 125 – 150 3 bulan 5.4 750 – 850 140 – 160 6 bulan 7.3 950 – 1100 130 – 155 9 bulan 8.6 1100 – 1250 125 – 145 1 tahun 9.5 1150 – 1300 120 – 135 2 tahun 11.8 1350 – 1500 115 – 125 4 tahun 16.2 1600 – 1800 100 – 100 6 tahun 20.0 1800 – 2000 90 – 100 10 tahun 28.7 2000 – 2500 70 – 85 (Sumber: Behrman et al. 1996)

Asupan dan Keluaran Air

Keseimbangan air akan tercapai bila volume asupan air sama dengan volume keluaran air. Asupan air dapat berupa asupan air wajib dan asupan air kehendak sendiri (elektif), demikian juga keluaran air dapat berupa keluaran air wajib dan keluaran air elektif. Asupan air wajib berasal dari air minum volume minimal, air berasal dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011).

Air minum volume minimal adalah air minum yang harus masuk dalam keadaan basal (suhu badan dan lingkungan normal, serta dalam istirahat) untuk menjaga keseimbangan, volumenya kurang lebih 400 mL. Air berasal dari makanan adalah kandungan air yang ada dalam makanan (daging mengandung 70% air, sedangkan buah dan sayuran mengandung 100% air), volumenya kurang lebih 850 mL. Air hasil oksidasi zat makanan adalah air hasil oksidasi

10

protein, hidrat arang, dan lemak, volumenya kurang lebih 350 mL. Volume air wajib adalah sebesar 1600 mL (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011).

Volume asupan air elektif tergantung dari besarnya kebutuhan akibat kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan yang tinggi, atau setelah melakukan latihan fisik, yang merangsang pusat rasa haus sehingga individu tersebut ingin minum. Besaran volume ini yang disebut sebagai asupan air elektif. Keluaran air wajib berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011). Knochel et al. (1972) dalam Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pengeluaran keringat atau keluaran air elektif menyebabkan osmolalitas plasma meningkat dan akan merangsang pusat rasa haus, sehingga individu tersebut menginginkan air minum sejumlah keluaran air elektif hingga tercapai keseimbangan.

Regulasi Air di dalam Tubuh

Perbedaan fisiologis antara bayi dan anak dengan orang dewasa dalam hal cairan dalam tubuh mencangkup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit. Metabolisme berupa kecepatan siklus air pada bayi lima kali lebih besar per kilogram berat badan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Belum matangnya fungsi ginjal akan menyebabkan perbedaan komposisi plasma pada bayi bila dibandingkan dengan anak yang yang lebih besar (Santoso et al. 2011).

Anak perempuan mempunyai jumlah cairan tubuh lebih rendah dari anak laki-laki karena kandungan lemaknya lebih tinggi. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam dua kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler (Verdu, Navarrete 2009). Pada bayi, ekstraseluler lebih banyak dari intraseluler, dan ekstraseluler menurun seiring pertambahan usia. Cairan ekstraseluler menurun tajam setelah lahir sebagian besar karena postnatal diuresis, disamping karena peningkatan pertumbuhan sel dan penurunan relatif rata-rata pertumbuhan kolagen terhadap otot selama awal kehidupan (Kushartono 2006).

Cairan intraselular adalah cairan yang terkandung di antara sel. Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular. Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan

11

ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg. Kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial (Heitz, Horne 2005).

Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume interstitial adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa. Cairan Intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma). Cairan transeluler merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler (Heitz, Horne 2005).

Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus. Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010).

Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin. Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Popkin et al. 2010).

Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air

Kurang air sekitar 1% berpotensi menimbulkan gangguan mood (Temasek Polytechnic and Asian Food Informmation Center 1998 dalam Santoso et al. 2011). Kekurangan air sebanyak 2% atau lebih akan menurunkan kemampuan fisik, visuomotor, psikomotor, dan kognitif. Menurut Grandjean dan Grandjean (2007) dalam Santoso et al. (2011), kurang air 1% berat badan mulai

12

mengganggu kerja otak dan kemampuan berpikir, dan kurang air 2% berat badan menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat. Penurunan kosentrasi dan daya ingat dapat berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikan anak. European Food Safety Authority atau EFSA (2010), menyatakan bahwa hilangnya 10% atau lebih air dari tubuh dapat berakibat fatal.

Kurang air tubuh adalah kondisi dimana terjadi pengurangan air intrasel atau air ekstrasel. Kurang air tubuh dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu hipovolemia dan dehidrasi. Hipovolemia adalah kondisi terjadi pengurangan volume cairan ekstrasel. Keadaan ini terjadi bila keluaran airnya adalah cairan yang isotonik, yaitu air dan natrium keluar dalam jumlah yang sebanding (proporsional), sehingga osmolalitas plasma tidak berubah atau kadar natrium plasma tetap normal. Hipovolemia atau disebut juga deplesi volume, dapat terjadi misalnya pada perdarahan atau diare. Dehidrasi adalah kondisi terjadinya pengurangan volume cairan intrasel. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air yang keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus atau pada usia lanjut yang lupa minum (Santoso et al. 2011). Intoksikasi air bagi tubuh dapat menyebabkan hipo-osmolaritas, namun kasus ini jarang terjadi. Intoksikasi air terjadi karena rehidrasi yang cepat, sehingga minum air yang melebihi ekskresi ginjal maksimal, yaitu 0.7-1.0 L/jam (EFSA 2010).

Bayi, anak-anak, dan lansia merupakan golongan usia yang rawan terkena dehidrasi (Ben-Joseph 2007). Bayi dan anak rawan terkena dehidrasi karena beberapa sebab, diantaranya: sebagian tubuhnya terdiri dari air (80- 90%), memiliki laju metabolisme yang tinggi, ginjal yang masih belum berkembang seperti pada orang dewasa, sistem imun yang rendah, sehingga rentan terkena diare dan muntah, serta karena kekurangmampuan mengenali sensasi rasa haus. Bayi juga tergantung pada pengasuhannya untuk bisa memperoleh makanan maupun minuman. Anak-anak umumnya hanya akan minum ketika telah merasa sangat kehausan.

Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP)

Asupan pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian asupan pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu asupan pangan memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pangan yang bergizi,

13

perubahan sikap, serta perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih, dan mengonsumsi pangan. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimun yang harus dipenuhi dari asupan pangan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Mutu gizi pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh, sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik individu maupun masyarakat (Hardinsyah 2001). Menurut McCollum dan becker (1934) dalam Hardinsyah (2001), mutu gizi pangan atau makanan adalah totalitas kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berarti bahwa komponen mutu gizi tidak hanya ditentukan dari kandungan energi, karbohidrat, dan lemak, tetapi ditentukan juga oleh kandungan vitamin dan mineral. Sejak ada konsep yang dirumuskan oleh McCollum dan becker (1934), konsep mutu gizi yang semula diartikan sebagai kandungan zat gizi pangan, berubah menjadi tingkat kecukupan semua zat gizi, yaitu persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya (Hardinsyah 2001).

Salah satu ukuran mutu gizi pangan adalah kandungan gizi makanan. Penilaian kandungan gizi pangan dapat dilakukan melalui analisis dengan menggunakan data kandungan gizi pangan berupa Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Daftar ini menunjukan kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan (BDD). Daftar ini berguna sebagai alat untuk menilai asupan pangan, merencanakan menu, merencanakan ketersediaan, dan produksi pangan yang sesuai kecukupan gizi. Asupan zat gizi tertentu per hari yang diperoleh dari mengonsumsi aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001).

Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alami yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi, dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit, serta untuk kecerdasan bayi. ASI aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan, seperti diare, muntah, dan sebagainya. ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain

14

kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan (Depkes 2001).

Seorang ibu pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 mL ASI sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 mL pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi pada bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Produksi ASI dalam keadaan normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh oleh bayi adalah pada 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15- 25 menit (Winarno 1990).

ASI mengandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh bayi. Berikut Tabel komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI.

Tabel 6 Kandungan gizi Air Susu Ibu (mature breast milk) atau ASI dalam 100 mL ASI

Zat gizi Satuan Kandungan Zat gizi Satuan Kandungan

Energi Kal 70 Mineral:

Laktosa g 7.3 Kalsium mg 28 Total Protein g 0.9 Magnesium mg 3.0

Casein mg 187 Sodium mg 15

Alpha-Latalbumin mg 161 Potasium mg 58

Dokumen terkait