• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Anak di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Anak di Indonesia"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

2

ABSTRACT

LUCY AMILIA. An Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Indonesian Children (Supervised by Hardinsyah and Djoko Kartono).

The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among Indonesian children. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas collected in May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 441 Regencies/Cities in 33 Provinces of Indonesia with total screened sample size 41655 children from 48915 children age 0-9 years. Data processing, analysis, and interpretation were conducted in Bogor in June-September 2011. The result showed that the mean total water intake of boys and girls was 1269 ± 481 mL/day and 1250 ± 473 mL /day (p<0.01), respectively. Percentage of water from beverages, food, and metabolic of boys and girls was 62.1%, 27.3%, 10.6% and 62.2%, 27.3%, 10.5%, respectively. Water requirements of boys and girls was 1431±345 mL/day and 1360±285 mL/day (p<0.01), respectively. Water adequacy level for boys and girls was 92.6 ± 41.0 % and 95.4±42.7 % (p<0.01), respectively. Nutritional quality of diet from boys (40.9%) and girls (41.8%) in Indonesia was very low (a mean of MGP from boys and girls was 58.9 ± 18.0 and 58.7 ± 18.0, respectively). Only 8.3% of boys and girls had good nutritional quality of diet (p>0.05). Water intake and nutritional quality of diet had significant differences between children who live in rural and urban. Water intake had a significant correlation with father’s education (r=0.090), mother’s education (r=0.082), and economic status (r=0.167). MGP score also had a significant correlation with education of father (r=0.186), education of mother (r=0.184), and economic status (r=0.274).

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan air. Air sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang tidak tergantikan oleh zat lainnya. Makhluk hidup dapat bertahan selama sebulan tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama seminggu tanpa air (Hendrayana 2009).

Air merupakan zat yang vital dalam memelihara hidup dengan berbagai fungsi antara lain sebagai lingkungan untuk reaksi kimia, larutan yang mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan tubuh, alat untuk transpor nutrien, dan sebagai pengatur suhu tubuh (thermo-regulator). Secara garis besarnya, pada dewasa air di dalam tubuh terdiri dari 60% berat badan total. Pada anak, terutama bayi dan neonatus persentase ini lebih tinggi lagi. Semakin bertambahnya usia, persentase air dalam tubuh semakin berkurang dan mencapai persentase seperti pada dewasa setelah usia 1 tahun (Trachtman 2009 dalam Santoso et al. 2011).

Temasek Polytechnic dan Asian Food Information Center (1998) dalam Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa kurang air sekitar 1% berpotensi menimbulkan gangguan mood. Kurang air sebanyak 2% atau lebih akan menurunkan kemampuan fisik, visuomotor, psikomotor, dan kognitif. Menurut Grandjean dan Grandjean (2007) dalam Santoso et al. (2011), kurang air 1% berat badan mulai mengganggu kerja otak dan kemampuan berpikir, dan kurang air 2% berat badan menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat. Penurunan kosentrasi dan daya ingat dapat berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikan anak.

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan; bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan; sebelum pubertas sebesar 65-70% dari berat badan; orang dewasa sebesar 50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang gemuk lebih rendah dibanding orang yang tidak gemuk (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011).

(3)

2

700-1.000 mL per hari. Jumlah air dari makanan tergantung pada pola konsumsi makan. Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur, dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi, sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung, dan daging yang kering, maka air dari makanan akan lebih rendah. Jumlah air metabolik yang dihasilkan tubuh 200-300 mL dalam sehari. Semakin banyak produksi energi dari makanan karbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan tubuh (Sherwood 1998 dalam Santoso et al. 2011).

Kontribusi air dari air metabolik dan air makanan hanya sekitar sepertiga total asupan air (35%). Dengan demikian, air minum merupakan jumlah terbesar yang diperoleh tubuh, yaitu sekitar dua pertiga (65-70%). Asupan air berbeda untuk tiap kelompok usia. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun 2005-2006, menunjukkan bahwa rata-rata asupan air pada anak di United States lebih rendah daripada kebutuhan tubuhnya, kecuali pada kelompok usia 2-3 tahun. Asupan air pada kelompok usia 4-8 tahun sebesar 1.6 L, sedangkan kebutuhan air sebesar 1.7 L.

Alatas et al. (1991) dalam Santoso et al. (2011) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan fisiologis antara bayi dan anak dengan orang dewasa dalam hal cairan tubuh. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit. Kecepatan siklus air pada bayi dan anak sangat tinggi, sekitar 5 kali lebih besar per kilogram berat badan, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu, anak cenderung rawan terhadap dehidrasi.

(4)

3

Menyadari akan pentingnya pemenuhan asupan air yang diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu air dari minuman, air dari makanan yang dikonsumsi, dan air hasil metabolisme tubuh dan penilaian mutu gizi asupan pangan, di beberapa negara telah melakukan penelitian mengenai asupan air yang dibutuhkan tubuh dari berbagai tingkat usia dan mutu gizi asupan pangan yang mencerminkan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi tubuh akan pangan. Namun, penelitian terkait asupan air bagi tubuh dan mutu gizi asupan pangan masih terbatas di negara Indonesia dan belum dilakukan dalam skala nasional. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis lebih lanjut mengenai asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada anak di Indonesia.

Tujuan

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada anak di Indonesia. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan, antara lain: 1) Menganalisis asupan air pada anak; 2) Mengetahui kebutuhan air dan tingkat pemenuhan kebutuhan air

pada anak; 3) Menganalisis mutu gizi asupan pangan pada anak; dan 4) Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan mutu gizi

asupan pangan pada anak di Indonesia. Kegunaan

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak dan Status Gizi Anak

Anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah, remaja, dan waktu anak menginjak dewasa. Anak sekolah dasar disebut juga masa pertengahan anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan pada masa pra sekolah (Papalia & Olds 1979 dalam Lusiana 2008).

Periode pertengahan masa anak-anak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut Papalia & Olds (1979) dalam Lusiana (2008), pada usia sekolah, anak secara berangsur-angsur mengalami pertumbuhan tetapi berjalan agak lambat jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan mereka pada saat bayi atau usia pra sekolah. Pada usia sekolah ini, secara umum aktivitas fisik anak akan semakin tinggi sehingga memperkuat kemampuan motoriknya. Sedangkan akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan lambat dan relatif stabil.

Tubuh manusia terdiri atas dua bagian utama, yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas lemak, terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua jaringan lain selain jaringan lemak (Supariasa et al. 2001). Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011). Menurut Bredbenner et al. (2009), proporsi jaringan lemak bebas tertinggi yaitu pada masa bayi dan anak yang mulai tumbuh.

(6)

5

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, lingkaran bagian-bagian tubuh, serta tebal lapisan kulit (skinfold). Disamping itu, juga diperlukan pengukuran terhadap usia dan kematangan seksual dalam pengukuran antropometri (Riyadi 2003).

Sistem klasifikasi standar yang biasanya digunakan untuk melihat status gizi pada anak adalah z-score atau skor standar deviasi (SD). Sistem klasifikasi ini direkomendasikan oleh WHO karena kemampuannya dalam menggambarkan status gizi termasuk pada keadaan ekstrim, serta menunjukkan proses hasil statistik, seperti mean dan standar deviasi dari z-score (WHO 2007). Berdasarkan pengolahan data status gizi menggunakan WHO AntrhoPlus diperoleh output dalam bentuk tiga kategori, nilai z-score berupa WAZ (weight- for-age z-score) atau BB/U, HAZ (length or height-for-age z-score) atau TB/U, dan BAZ (BMI-for-age z-score) atau IMT/U.

Fungsi Air dalam Tubuh

Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia, antara lain: Pertama, pembentuk sel dan cairan tubuh. Komponen utama sel, kecuali sel lemak; adalah air, yaitu 70-85%. Kandungan air dalam sel lemak kurang dari 10%. Air berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Darah mengandung 82% air. Selain itu, air juga terdapat dalam otot dan berguna menjaga tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi.

Kedua, pengatur suhu tubuh. Air menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Air membantu mendinginkan tubuh melalui penguapan dari paru dan permukaan kulit, membawa kelebihan panas keluar tubuh. Ketika tubuh memproduksi keringat, penguapan air dari permukaan kulit menyebabkan suhu tubuh menurun sehingga tubuh tetap merasa dingin. Ketiga, pelarut. Air melarutkan mineral, vitamin, glukosa, dan zat gizi lainnya agar dapat dihantarkan ke setiap sel dan air juga membantu proses pencernaan makanan.

(7)

6

meredam gesekan antar sendi. Air berfungsi sebagai bantalan tahan getar (shock absorbing fluid cushion) pada jaringan tubuh; misalnya pada otak, medulla spinalis, mata, dan kantong amnion dalam rahim. Kelima, media transportasi. Air merupakan media transportasi di dalam sel, membantu pertumbuhan dan regenerasi sel, sehingga air merupakan media transportasi yang efektif (carrier). Air juga berperan dalam sistem pernafasan sebagai media transportasi oksigen dan karbondioksida.

Keenam, media eliminasi sisa metabolisme. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksik. Sisa metabolisme dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran nafas, dan kulit, yang memerlukan media, yaitu air.

Sumber Air bagi Tubuh Manusia

Air dalam tubuh manusia diperoleh dari tiga sumber, yaitu minuman, makanan, dan hasil metabolisme (air metabolik). Keseimbangan volume air dapat dicapai apabila jumlah masukan dan pengeluaran air tubuh pada seseorang seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran air tubuh

Sumber air tubuh Jumlah (mL) Pengeluaran air

tubuh Jumlah (mL)

1. Minuman/cairan 550 – 1500 1. Urin/ginjal 500 – 1400

2. Makanan 700 – 1000 2. Keringat/kulit 450 – 900

3. Hasil metabolisme 200 – 300 3. Pernafasan/paru 350

4. Tinja 150

Total 1450 – 2800 Total 1450 – 2800

(Sumber: Sherwood 1998 dalam Santoso et aI. 2011)

Berbagai bangsa mempunyai preferensi terhadap jenis minuman dalam memenuhi kebutuhan air tubuh. Berdasarkan penelitian THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) di Indonesia menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia menyukai air putih sebagai minuman utama yang dikonsumsi setiap hari. Minuman kesukaan berikutnya yang dipilih adalah teh, kopi, jus, dan susu bagi orang dewasa (Santoso et al. 2011). Air putih yang dikonsumsi berasal dari air putih tanpa kemasan (36%) dan air putih kemasan sejumlah 36% (Santoso et al. 2011).

(8)

7

pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 23-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya.

Kebutuhan Air pada Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Menurut Alatas et al. (1991) dalam Santoso et al. (2011), untuk bayi baru lahir atau neonatus, kebutuhan air didasarkan pada berat badan lahir yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut.

Tabel 2 Kebutuhan air pada neonatus berat lahir rendah

Usia Kebutuhan air (mL/kg BB/hari) berdasarkan berat badan lahir (gram)

751-1.000 1.000-1.250 1.251-1.500 1.501-2.500

Minggu I hari 1 98 91 81 60 – 80

Minggu I hari 2 112 104 92 90 – 100

Minggu I hari 3-7 140 130 115 120 – 160

Minggu II 145 140 125 120 – 160

Minggu III 150 140 135 120 – 160

Minggu IV 150 140 135 120 – 160

Tabel 3 Kebutuhan air pada neonatus lahir cukup baik

Usia (hari) Kebutuhan air (mL/kg BB/hari)

2 50

3 60

4 80

5- 100

10- 130

(Sumber: Alatas et al. 1991 dalam Santoso et al. 2011)

Kebutuhan air maksimum pada anak dengan berat badan <10 kg sebesar 200 mL/kgbb/hari dan pada anak dengan berat badan >10 kg sebesar 4000 mL/m2 luas permukaan tubuh/hari (Kraus 2010 dalam Santoso et al. 2011).

Kebutuhan Air pada Bayi dan Anak

(9)

8

Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada usia, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kebutuhan air pada bayi dan anak biasanya dihitung berdasarkan perhitungan kalori, tetapi hal ini sering meyulitkan dan tidak praktis. Dalam klinik, perhitungan kebutuhan air untuk anak biasanya didasarkan pada berat badan (Santoso et al. 2011).

Angka kecukupan air bagi orang Indonesia pada berbagai tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Angka kecukupan air bagi orang Indonesia

Kelompok usia AKG (2004) (L/hr) Bayi

0 – 6 bl 0.8

7 – 12 bl 1.0

Anak

1 – 3 th 1.1

4 – 6 th 1.4

7 – 9 th 1.6

(Sumber: Praboprastowo & Dwiriani 2004)

Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya usia, mulai 0.6 L pada bayi hingga 1.7 L pada anak-anak (Sawka et al. 2005). The National Research Council diacu dalam Sawka M et al (2005) merekomendasikan intake air harian yaitu sekitar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Asupan air yang dianjurkan di Filipina tergantung pada energi yang dikeluarkan (energy expenditure) dan keadaan lingkungan, yaitu sebesar 1 mL/Kal dari energi yang dikeluarkan. Jumlah tersebut dapat meningkat menjadi 1.5 mL/Kal tergantung dari aktivitas fisik dan pengeluaran keringat sampel (Barba dan Cabrera 2008). Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari asupan air dari makanan dan air dari minuman. Manz dan Wentz (2005) melakukan penelitian terkait kebutuhan air yang memperhitungkan asupan air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik.

(10)

9

of Medicine of the National Academies (2004) menyebutkan bahwa jaringan lemak bebas mengandung 70-75% air, sedangkan jaringan lemak mengandung 10-40% air.

Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan kalori, suhu lingkungan, kegiatan fisik, kecepatan pertumbuhan, dan berat jenis urin. Bayi yang sehat akan merasa kenyang dengan asupan ASI sebanyak 150-200 cc/kg BB/hari (setara dengan 100-130 Kal/kg/hari) selama 6 bulan kehidupan. Jika bayi mampu secara teratur mengonsumsi ASI dengan jumlah tersebut, maka bayi tidak membutuhkan tambahan air dari sejak lahir sampai akhir tahun pertama, kecuali jika bayi telah diberi tambahan makanan padat (Arisman 2004). Pudjiadi (2001) menyatakan bahwa kebutuhan cairan pada bayi dan anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Kebutuhan cairan bayi dan anak

Usia Rata-rata berat badan

Jumlah air dalam 24 jam (mL)

Jumlah air per kilogram berat badan dalam 24 jam (mL)

3 hari 3.0 250 – 300 80 – 100

10 hari 3.2 400 – 500 125 – 150

3 bulan 5.4 750 – 850 140 – 160

6 bulan 7.3 950 – 1100 130 – 155

9 bulan 8.6 1100 – 1250 125 – 145

1 tahun 9.5 1150 – 1300 120 – 135

2 tahun 11.8 1350 – 1500 115 – 125

4 tahun 16.2 1600 – 1800 100 – 100

6 tahun 20.0 1800 – 2000 90 – 100

10 tahun 28.7 2000 – 2500 70 – 85

(Sumber: Behrman et al. 1996)

Asupan dan Keluaran Air

Keseimbangan air akan tercapai bila volume asupan air sama dengan volume keluaran air. Asupan air dapat berupa asupan air wajib dan asupan air kehendak sendiri (elektif), demikian juga keluaran air dapat berupa keluaran air wajib dan keluaran air elektif. Asupan air wajib berasal dari air minum volume minimal, air berasal dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011).

(11)

10

protein, hidrat arang, dan lemak, volumenya kurang lebih 350 mL. Volume air wajib adalah sebesar 1600 mL (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011).

Volume asupan air elektif tergantung dari besarnya kebutuhan akibat kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan yang tinggi, atau setelah melakukan latihan fisik, yang merangsang pusat rasa haus sehingga individu tersebut ingin minum. Besaran volume ini yang disebut sebagai asupan air elektif. Keluaran air wajib berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses (Rose 2009 dalam Santoso et al. 2011). Knochel et al. (1972) dalam Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pengeluaran keringat atau keluaran air elektif menyebabkan osmolalitas plasma meningkat dan akan merangsang pusat rasa haus, sehingga individu tersebut menginginkan air minum sejumlah keluaran air elektif hingga tercapai keseimbangan.

Regulasi Air di dalam Tubuh

Perbedaan fisiologis antara bayi dan anak dengan orang dewasa dalam hal cairan dalam tubuh mencangkup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit. Metabolisme berupa kecepatan siklus air pada bayi lima kali lebih besar per kilogram berat badan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Belum matangnya fungsi ginjal akan menyebabkan perbedaan komposisi plasma pada bayi bila dibandingkan dengan anak yang yang lebih besar (Santoso et al. 2011).

Anak perempuan mempunyai jumlah cairan tubuh lebih rendah dari anak laki-laki karena kandungan lemaknya lebih tinggi. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam dua kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler (Verdu, Navarrete 2009). Pada bayi, ekstraseluler lebih banyak dari intraseluler, dan ekstraseluler menurun seiring pertambahan usia. Cairan ekstraseluler menurun tajam setelah lahir sebagian besar karena postnatal diuresis, disamping karena peningkatan pertumbuhan sel dan penurunan relatif rata-rata pertumbuhan kolagen terhadap otot selama awal kehidupan (Kushartono 2006).

(12)

11

ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg. Kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial (Heitz, Horne 2005).

Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume interstitial adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa. Cairan Intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma). Cairan transeluler merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler (Heitz, Horne 2005).

Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus. Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010).

Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin. Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Popkin et al. 2010).

Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air

(13)

12

mengganggu kerja otak dan kemampuan berpikir, dan kurang air 2% berat badan menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat. Penurunan kosentrasi dan daya ingat dapat berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikan anak. European Food Safety Authority atau EFSA (2010), menyatakan bahwa hilangnya 10% atau lebih air dari tubuh dapat berakibat fatal.

Kurang air tubuh adalah kondisi dimana terjadi pengurangan air intrasel atau air ekstrasel. Kurang air tubuh dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu hipovolemia dan dehidrasi. Hipovolemia adalah kondisi terjadi pengurangan volume cairan ekstrasel. Keadaan ini terjadi bila keluaran airnya adalah cairan yang isotonik, yaitu air dan natrium keluar dalam jumlah yang sebanding (proporsional), sehingga osmolalitas plasma tidak berubah atau kadar natrium plasma tetap normal. Hipovolemia atau disebut juga deplesi volume, dapat terjadi misalnya pada perdarahan atau diare. Dehidrasi adalah kondisi terjadinya pengurangan volume cairan intrasel. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air yang keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus atau pada usia lanjut yang lupa minum (Santoso et al. 2011). Intoksikasi air bagi tubuh dapat menyebabkan hipo-osmolaritas, namun kasus ini jarang terjadi. Intoksikasi air terjadi karena rehidrasi yang cepat, sehingga minum air yang melebihi ekskresi ginjal maksimal, yaitu 0.7-1.0 L/jam (EFSA 2010).

Bayi, anak-anak, dan lansia merupakan golongan usia yang rawan terkena dehidrasi (Ben-Joseph 2007). Bayi dan anak rawan terkena dehidrasi karena beberapa sebab, diantaranya: sebagian tubuhnya terdiri dari air (80-90%), memiliki laju metabolisme yang tinggi, ginjal yang masih belum berkembang seperti pada orang dewasa, sistem imun yang rendah, sehingga rentan terkena diare dan muntah, serta karena kekurangmampuan mengenali sensasi rasa haus. Bayi juga tergantung pada pengasuhannya untuk bisa memperoleh makanan maupun minuman. Anak-anak umumnya hanya akan minum ketika telah merasa sangat kehausan.

Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP)

(14)

13

perubahan sikap, serta perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih, dan mengonsumsi pangan. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimun yang harus dipenuhi dari asupan pangan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Mutu gizi pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh, sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik individu maupun masyarakat (Hardinsyah 2001). Menurut McCollum dan becker (1934) dalam Hardinsyah (2001), mutu gizi pangan atau makanan adalah totalitas kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berarti bahwa komponen mutu gizi tidak hanya ditentukan dari kandungan energi, karbohidrat, dan lemak, tetapi ditentukan juga oleh kandungan vitamin dan mineral. Sejak ada konsep yang dirumuskan oleh McCollum dan becker (1934), konsep mutu gizi yang semula diartikan sebagai kandungan zat gizi pangan, berubah menjadi tingkat kecukupan semua zat gizi, yaitu persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya (Hardinsyah 2001).

Salah satu ukuran mutu gizi pangan adalah kandungan gizi makanan. Penilaian kandungan gizi pangan dapat dilakukan melalui analisis dengan menggunakan data kandungan gizi pangan berupa Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Daftar ini menunjukan kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan (BDD). Daftar ini berguna sebagai alat untuk menilai asupan pangan, merencanakan menu, merencanakan ketersediaan, dan produksi pangan yang sesuai kecukupan gizi. Asupan zat gizi tertentu per hari yang diperoleh dari mengonsumsi aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001).

Air Susu Ibu (ASI)

(15)

14

kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan (Depkes 2001).

Seorang ibu pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 mL ASI sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 mL pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi pada bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Produksi ASI dalam keadaan normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh oleh bayi adalah pada 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit (Winarno 1990).

ASI mengandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh bayi. Berikut Tabel komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI.

Tabel 6 Kandungan gizi Air Susu Ibu (mature breast milk) atau ASI dalam 100 mL ASI

Zat gizi Satuan Kandungan Zat gizi Satuan Kandungan

Energi Kal 70 Mineral:

Laktosa g 7.3 Kalsium mg 28

Total Protein g 0.9 Magnesium mg 3.0

Casein mg 187 Sodium mg 15

Alpha-Latalbumin mg 161 Potasium mg 58

Lactoferin mg 167 Klor mg 40

IgA mg 142 Fosfor mg 15

Total Lemak g 4.2 Surlfur mg 14

Cholesterol mg 16

Vitamin: Trace elements:

Vit A (retinol) ug 47 Kromium ng 39

B-karoten ug 23 Kobal ug 1

Vit D ug 0.04 Koper ug 35

Vit E ug 315 Fluor ug 7

Vit K ug 0.21 Iodium ug 7

Thiamin ug 16 Besi ug 40

Riboflavin ug 35 Mangan ug 0.4-1.5

Niasin ug 200 Nickel ug 2

Asam folat ug 5.2 Selenium ug 2.0

Vit B6 ug 28 Zink ug 166

Biotin ug 0.6

Asam pantotenat ug 225 Total padatan g 12.0

Vit B12 ng 26 Total air g 88.0

Vit C mg 4.0 Total nitrogen mg 129

(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Asupan pangan individu dipengaruhi oleh besarnya asupan makanan dan asupan minuman setiap harinya. Asupan pangan didefinisikan sebagai jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh individu atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Besarnya tingkat asupan pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu yang meliputi berat badan, usia, dan jenis kelamin.

Asupan pangan akan mempengaruhi jumlah air yang diperoleh dari setiap bahan pangan dan air hasil metabolisme tubuh dari bahan pangan tersebut. Air dari makanan merupakan kandungan air yang terdapat pada masing-masing bahan pangan yang dikonsumsi. Setiap bahan pangan mempunyai kandungan air yang berbeda-beda antara satu bahan pangan dengan bahan pangan lainnya. Proses oksidasi yang terjadi pada bahan pangan yang dicerna dalam tubuh juga menghasilkan air metabolisme sebagai salah satu hasil akhirnya.

Pemenuhan kebutuhan air diperlukan untuk menggantikan pengeluaran cairan dari pernafasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran pencernaan. Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya 2.6 liter air hilang melalui pernafasan, keringat, feses dan urine. Rata-rata tubuh akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 mL keluar bersama dengan feces.

Asupan air yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan tubuh akan air berasal dari tiga sumber yaitu air dari makanan, air hasil metabolisme, dan air minuman. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Air dalam makanan padat menyumbangkan 750 mL dan sisanya diperoleh tubuh dari air hasil metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak, dan protein dimetabolisme untuk meghasilkan energi) sekitar 350 mL.

(17)

16

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada anak di Indonesia

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik sampel - Usia

- Pendidikan ayah - Pendidikan ibu - Status ekonomi

Asupan air: - Air dari makanan - Air metabolik - Air dari minuman

Mutu gizi asupan pangan - Asupan zat gizi

- Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi

(18)

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia, sehingga metode yang dilakukan secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan oleh tim Riskesdas pada bulan Mei–Agustus 2010 di Kabupaten/Kota di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data penelitian oleh peneliti dilakukan pada bulan Juni–September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel yang digunakan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi sampel Riskesdas merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke dalam sampel Riskesdas, karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT dan terdapat satu kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling, yaitu pemilihan sampel dengan dua tahap. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakuklan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.

(19)

18

rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga tersebut diperoleh 48915 anak berusia 0-9 tahun dengan jumlah anak laki-laki sebanyak 24827 orang dan anak perempuan sebanyak 24088 orang.

Cleaning data awal dilakukan pada data berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan yang tidak lengkap. Berdasarkan kriteria inklusi, eksklusi, dan cleaning data yang dilakukan, maka total sampel penelitian berjumlah 41655 orang (85.2% dari total sampel awal), dengan jumlah sampel laki-laki 21136 orang dan perempuan 20519 orang. Berikut adalah gambar alur cleaning data yang dilakukan untuk memperoleh jumlah sampel penelitian ini :

Gambar 2 Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian Jumlah seluruh anggota rumah

tangga 251388 orang

Jumlah sampel awal: 48915 anak (0-9 tahun)

Jumlah sampel penelitian 41655 anak

Cleaning selanjutnya pada data:

- Kondisi tidak biasa (sakit, puasa, dll)  416 sampel

- Asupan air dari minuman nol (0)  2.147 sampel

- Asupan air dari makanan nol (0)  607 sampel

- Asupan energi: <0.3 BMR & >3 BMR  118 sampel

- Tingkat kecukupan zat gizi >400%  1592 sampel

- WAZ (Weight-for-Age-Z-Score) <-4.0  497 sampel

Cleaning awal pada data:

- Tinggi badan, berat badan, dan konsumsi yang tidak lengkap

(20)

19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Data diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010 yang digunakan adalah:

Tabel 7 Sumber dan cara pengumpulan data

Peubah Sumber data yang digunakan Cara pengambilan data Karakteristik individu 1. Pendidikan ayah 2. Pendidikan ibu kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur

tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1) Asupan pangan

Food recall 1x24 jam

1. Status ekonomi

Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Olahan BPS

Dihitung menggunakan Nutrisurvey Software Dihitung menggunakan Nutrisurvey Software

Pengolahan dan Analisis Data

(21)

20

Karakteristik

Data mengenai karakteristik sosial ekonomi, yaitu data karakteristik individu dan keluarga dianalisis secara statistik deskriptif. Data tersebut adalah daerah tempat tinggal sampel, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan status ekonomi keluarga. Data status ekonomi keluarga dalam bentuk kuintil merupakan status ekonomi berdasarkan besar pengeluaran rumah tangga.

Daerah tempat tinggal sampel atau pemukiman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Kategori pendidikan orangtua sampel dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Kategori pekerjaan orangtua sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya.

Status Gizi

Status gizi diolah menggunakan application software WHO AnthroPlus yang dapat mengukur status gizi pada kelompok usia 0-19 tahun. Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap sampel dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO (2007). Nilai z-score yang digunakan dalam penilaian status gizi anak adalah BAZ (BMI-for-age z-score). Cut off points dari indikator tersebut adalah sampel dikatakan kurus apabila z-score < -2.0, normal pada range z-score ≥ -2.0 s/d z-score ≤ 2.0, dan tergolong gizi lebih apabila z-score > 2.0 (Tabel 10).

Asupan air

(22)

21

Database for Standard Reference (USDA 2011) yang dapat dilihat pada Lampiran 11.

Asupan air yang berasal dari makanan diperoleh berdasarkan data food recall 1x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi, dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan, dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Berat makanan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2007 dan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009). Jenis pangan yang dihitung kandungan airnya berdasarkan Energy and Nutrient Composition of Foods adalah jenis pangan yang tidak terdapat dalam DKBM Indonesia (Lampiran 11). Konversi bahan pangan untuk mengetahui kandungan zat gizi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan :

Kgij = kandungan zat-zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Data asupan air juga dapat diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi berupa air metabolik. Menurut Verdu, Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak, dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, maka diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut :

Air metabolik = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)

Kebutuhan air dan kebutuhan energi

(23)

22

energi sampel yang diadopsi dari hasil penelitian the Third National Health and Nutrition Examination Survery (NHANES III 1988-1994). Kebutuhan energi pada anak usia 0-9 tahun dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation.

Kebutuhan energi pada anak berbeda untuk tiap kelompok usia, berikut rincian perhitungan yang digunakan:

Tabel 8 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin

Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi (Kal)

EER for infant and young children 0-2 years EER + 10%TEE EER = TEE + Energy deposition

0-3 months

EER = 89 x BB (kg) – 100 + 175 Kal* 4-6 months

EER = 89 x BB (kg) – 100 + 56 Kal* 7-12 months

EER = 89 x BB (kg) – 100 + 22 Kal* 13-35 months

EER = 89 x BB (kg) – 100 + 20 Kal* *Energy deposition

EER for boys 3-8 years EER = TEE + Energy deposition

EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBB+903xTB) + 20 Kal*

EER for boys 9 years

EER = TEE + Energy deposition

EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBB+903xTB) + 25 Kal* Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.13 (ringan)

PA = 1.26 (aktif) PA = 1.42 (sangat aktif) *Energy deposition

EER + 10%TEE

EER for girls 3-8 years EER = TEE + Energy deposition

EER = 135.3 – (30.8xU) + PA x (10xBB+934xTB) + 20 Kal*

EER for girls 9 years

EER = TEE + Energy deposition

EER = 135.3 – (30.8xU) + PA x (10xBB+934xTB) + 25 Kal* Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan)

PA = 1.31 (aktif) PA = 1.56 (sangat aktif) *Energy deposition

EER + 10%TEE

Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan :

U = usia (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m) EER = estimasi kebutuhan energi (Kal)

TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

(24)

23

Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Tabel 8). Perhitungan kebutuhan energi pada anak juga termasuk kebutuhan Energy Deposition yang merupakan kalori tambahan untuk mendukung deposisi jaringan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan anak.

Faktor aktivitas

Faktor aktivitas untuk menghitung kebutuhan energi masing-masing sampel ditentukan dari pendidikan sampel yang tidak sekolah atau bersekolah. Sampel yang tidak sekolah tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan dan sampel yang sekolah tergolong kategori aktif. Faktor aktivitas ditentukan dari pendidikan sampel, karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung kebutuhan energi berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institut of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 8).

Kebutuhan protein

Perhitungan data kebutuhan protein didasarkan pada formula Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG (2004) sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan aktual sampel, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.2. Faktor koreksi mutu tersebut didasarkan pada rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia. Berikut rumus perhitungan kebutuhan protein dan tabel perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin:

Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) Faktor koreksi mutu protein = 1.2

Tabel 9 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan kelompok usia

Kelompok usia Formula

0-6 bulan 10 g (AKP dikoreksi mutu) 7-11 bulan 1.5 g/kg BB/hr x 1.2 1-3 tahun 1.2 g/kg BB/hr x 1.2 4-6 tahun 1.0 g/kg BB/hr x 1.2 7-9 tahun 0.95 g/kg BB/hr x 1.2

(25)

24

Kebutuhan lemak dan karbohidrat

WHO (2008) menyatakan bahwa kebutuhan lemak untuk anak adalah 0-11 bulan 40% kebutuhan energi total sampel, 12 bulan sampai 3 tahun 35% kebutuhan energi total sampel, dan 30% kebutuhan energi total untuk sampel 4-9 tahun. Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut :

Kebutuhan Karbohidrat = – Kebutuhan zat gizi mikro

Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C.

Tingkat pemenuhan kebutuhan air

Berdasarkan data asupan air, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan air dengan membandingkan antara asupan air dan kebutuhan air sampel yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air:

Tingkat pemenuhan kebutuhan air (%) =

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air

Berdasarkan data asupan zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak, dan karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 untuk zat gizi mikro yang dinyatakan dalam persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel:

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) =

Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP)

(26)

25

yang dinyatakan dalam persen. Mutu gizi asupan pangan dapat dihitung dengan rumus (Hardinsyah 2001) :

MGP (%) = Keterangan :

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (asupan zat gizi ke- i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP, yaitu 16 zat gizi meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, kalsium, besi, dan fosfor.

Perhitungan tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai

maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena

secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan empat kategori (Hardinsyah 1996), yaitu kategori < 55% tergolong sangat kurang, 55-69% tergolong kurang, 70-84%

tergolong cukup dan ≥ 85% tergolong baik. Analisis data

(27)

26

Definisi Operasional

Sampel adalah anak laki-laki dan perempuan berusia 0-9 tahun dalam penelitian Riskesdas 2010 yang telah melalui tahapan cleaning data.

Kebutuhan Air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi sampel.

Asupan Air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu yang diperoleh dari 3 sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme.

Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman (air putih dan selain air putih, seperti: teh, kopi, susu, jus, sirup, minuman berkarbonasi, dan lainnya) yang memberikan kontribusi asupan air bagi sampel.

Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air bagi sampel.

Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (Kkarbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh seseorang yang memberikan kontribusi asupan air.

Pangan segala macam jenis olahan atau mentah berupa makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi dan memberikan kontribusi energi, serta zat gizi bagi tubuh.

Asupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari asupan pangan.

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi adalah nilai yang menunjukkan pemenuhan asupan zat gizi terhadap kebutuhan zat gizi sampel.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal sampel, sedangkan karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, serta status ekonomi keluarga dalam bentuk kuintil. Daerah tempat tinggal sampel atau pemukiman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Sampel adalah anak dengan rentang usia 0-9 tahun (WHO 2011).

Sampel penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok usia, yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 2-3 tahun, 4-6 tahun, dan usia 7-9 tahun. Pengelompokan ini didasarkan pada WNPG (2004). Jumlah total sampel dari penelitian ini adalah 41655, dengan sampel laki-laki berjumlah 21136 orang (50.7%) dan sampel perempuan berjumlah 20519 orang (49.3%). Sebaran sampel laki-laki dan perempuan menurut karakteristik individu dan jenis kelamin dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Daerah tempat tinggal dapat menentukan kemudahan akses terhadap asupan pangan. Lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan dengan besar persentase masing-masing sampel laki-laki dan perempuan secara berurut, yaitu 51.7% dan 51.2%. Berdasarkan kelompok usia, lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan. Hanya saja, pada sampel laki-laki dengan kelompok usia 6-11 bulan dan 12-23 bulan lebih banyak tinggal di daerah perkotaan.

Pendidikan orangtua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pemilihan jenis pangan yang dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Penggolongan pendidikan orangtua sampel didasarkan pada kategori yang telah ditentukan oleh Riskesdas 2010. Kategori pendidikan orangtua dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase tertinggi untuk pendidikan terakhir ayah dan ibu baik pada sampel laki-laki maupun perempuan adalah tamat SD/MI.

(29)

28

pendapatan yang diterima. Kategori pekerjaan ditentukan oleh Riskesdas 2010, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Sebagian besar pekerjaan ayah sebagai wiraswasta pada daerah perkotaan dan sebagai petani/nelayan di daerah perdesaan. Ibu sampel sebagian besar tidak bekerja baik pada sampel yang di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Status ekonomi sampel berdasarkan data Riskesdas 2010 diperoleh dalam bentuk kuintil, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Kuintil 1 sampai 5 mengidentifikasi keadaan ekonomi suatu rumah tangga. Semakin tinggi kuintil maka semakin baik keadaan ekonomi suatu rumah tangga, sebaliknya semakin rendah kuintil semakin rendah pendapatan keluarga per kapita setiap bulannya. Secara keseluruhan, sampel penelitian berada pada kuintil 1 dengan persentase untuk sampel laki-laki sebesar 27.4% dan sampel perempuan 27.3%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki dan perempuan.

Status Gizi

Indikator antropometri yang digunakan untuk mengukur status gizi pada penelitian ini adalah usia, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap sampel dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO (2007). Pengolahan status gizi menghasilkan nilai z-score berupa WAZ (weight- for-age z-score), HAZ (length or height-for-age z-score), dan BAZ (BMI-for-age z-score). Nilai z-score yang digunakan dalam penilaian status gizi anak adalah BAZ (BMI-for-age z-score), karena lebih menggambarkan status gizi terkini. Cut off points dari indikator tersebut adalah sampel dikatakan kurus apabila z-score < -2.0, normal pada range z-score≥ -2,0 s/d z-score≤ 2,0, dan tergolong gizi lebih apabila z-score > 2.0.

(30)

29

lebih. Hasil perolehan status gizi ini sama dengan status gizi anak usia 0-9 tahun yang dihitung dan diperoleh Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2010).

Berikut tabel status gizi berdasarkan nilai z-score BAZ menurut jenis kelamin dan kelompok usia:

Tabel 10 Sebaran responden menurut status gizi (BAZ) dan kelompok usia

Status Gizi Tingginya persentase status gizi lebih pada anak laki-laki dan perempuan dapat menjadi beban tambahan bagi pemerintah, karena selain harus menanggulangi anak dengan status gizi kurang, pemerintah dituntut pula untuk memperhatikan anak dengan status gizi lebih. Menurut Riyadi (2003), gizi lebih atau overweight pada masa anak-anak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas pada masa dewasa. Baker et al. (2004) dalam penelitiannya menyimpulakan bahwa pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia 4 bulan dan ibu yang obesitas menyebabkan pertambahan berat badan bayi yang lebih banyak dibandingkan bayi yang mendapat ASI saja sampai usia 5 bulan.

(31)

30

Asupan Air Menurut Sumber Air dari Minuman

Air dari minuman, air dari makanan, dan hasil metabolisme (air metabolik) merupakan sumber air dalam tubuh. Asupan air dalam jumlah terbesar yang diperoleh tubuh merupakan air dari minuman, yaitu sekitar dua pertiga (65-70%) (Santoso et al. 2011). Air dari minuman dibedakan menjadi air putih dan bukan air putih.

Rata-rata asupan air putih pada sampel laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan. Asupan air putih pada sampel laki-laki dan perempuan secara berurut sebesar 616.2 ± 373.6 mL/hari dan 613.0 ± 369.0 mL/hari. Asupan air putih pada sampel usia 0-5 bulan sebanyak 456.1 ± 652.2 mL/hari, usia 6-11 bulan sebanyak 508.2 ± 531.0 mL/hari, usia 12-23 bulan sebanyak 510.2 ± 369.2 mL/hari, usia 2-3 tahun sebanyak 581.8 ± 372.3 mL/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 631.8 ± 345.2 mL/hari, dan pada sampel yang berusia 7-9 tahun sebesar 614.6 ± 371.4 mL/hari (Lampiran 6).

Selain air putih, air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel adalah susu, dengan besar asupan pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 78.1 ± 175.6 mL/hari dan 73.3 ± 167.6 mL/hari. Asupan susu lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua. Asupan susu paling tinggi berada pada kelompok usia 0-5 bulan, yaitu sebanyak 349.3 ± 325.9 mL/hari. Secara keseluruhan, rata-rata asupan susu pada sampel adalah 75.7 ± 171.7 mL/hari.

Asupan minuman teh semakin meningkat pada kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan minuman teh secara keseluruhan pada sampel sebesar 49.5 ± 124.4 mL/hari. Susu kental manis banyak dikonsumsi oleh kelompok sampel yang berusia 2-3 tahun sebanyak 53.9 ± 164.0 mL/hari. Secara berurut kontribusi air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih, susu, teh, susu kental manis, sirup, minuman lainnya (seperti es dawet, jamu, es cincau, dan lainnya), jus, minuman berkarbonasi, dan yang paling sedikit dikonsumsi sampel adalah kopi.

(32)

31

adalah 795.6 ± 394.6 mL/hari. Tabel asupan air dari minuman pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Rata-rata asupan air putih lebih tinggi pada kelompok usia 4-6 tahun dan 7-9 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lain yang lebih muda. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada kelompok usia 4-18 tahun oleh Fulgoni (2007) bahwa semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak.

Air dari Makanan

Pangan yang dikonsumsi seseorang berasal dari makanan dan minuman. Kontribusi air bagi tubuh dapat diperoleh dari asupan air dari makanan. Asupan air dari makanan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok, yaitu (1) serealia, umbi, dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan, dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan.

Asupan air dari makanan pada sampel laki-laki maupun sampel perempuan paling banyak berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya pada sampel laki-laki sebesar 201.6 ± 114.3 mL/hari dan pada sampel perempuan sebesar 196.6 ± 112.7 mL/hari. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya mengalami peningkatan pada kelompok usia yang lebih tua.

Menurut Hardinsyah et al. (2010), sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%), serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya.

(33)

32

kontribusi berasal dari golongan olahan susu, serta lemak dan minyak. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air dari makanan pada sampel adalah 334.8 ± 171.6 mL/hari.

Jumlah air dari makanan tergantung kepada pola konsumsi makan berupa jenis asupan makanan sampel. Apabila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung, dan daging yang kering (Santoso et al. 2011).

Air Metabolik

Air metabolik adalah air yang diperoleh dari hasil oksidasi dalam reaksi kimia, yaitu metabolisme (Makfoeld et al. 2002). Air metabolik berasal dari oksidasi substrat zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak di dalam tubuh. Total asupan air juga berasal dari air hasil metabolisme (air metabolik). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel laki-laki (130.6 ± 61.6 mL/hari) daripada sampel perempuan (128.0 ± 61.0 mL/hari). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata total asupan air metabolik pada seluruh sampel sebesar 129.3 ± 61.3 mL/hari. Berikut adalah tabel asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia:

Tabel 11 Asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Air Metabolik

Kelompok Usia

Total 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn

Laki-laki 57.0 ± 37.6 72.3 ± 44.5 96.9 ± 45.9 120.9 ± 52.5 134.9 ± 58.5 149.1 ± 65.0 130.6 ± 61.6

Perempuan 57.4 ± 38.4 72.3 ± 43.4 94.9 ± 48.3 116.8 ± 51.1 132.6 ± 58.6 145.8 ± 63.7 128.0 ± 61.0

Total 57.1 ±

37.9

72.3 ± 43.9

95.9 ± 47.1

118.9 ± 51.8

133.8 ± 58.6

147.5 ± 64.4

(34)

33 sebanyak 1221 ± 474 mL/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 1274 ± 451 mL/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 1338 ± 460 mL/hari (Tabel 12). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata asupan air anak laki-laki (1269 ± 481 mL/hari) yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (1250 ± 472 mL/hari) (p<0.01).

(35)

34

Asupan air berdasarkan karakteristik daerah tempat tinggal sampel juga perlu untuk diketahui. Untuk mengetahui asupan air di daerah perkotaan dengan perdesaan dilakukan uji beda. Asupan air untuk daerah perdesaan berbeda nyata dengan daerah perkotaan (p<0.01), dimana lebih tinggi di daerah perkotaan sebesar 1308 ± 498 mL/hari dibandingkan dengan daerah perdesaan sebesar 1214 ± 451 mL/hari. Tingginya asupan air di daerah perkotaan menunjukkan bahwa tingginya asupan pangan yang berkaitan dengan status ekonomi keluarga di daerah perkotaan, sehingga menghasilkan total asupan air yang tinggi pula.

Persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik terhadap total asupan air berbeda untuk tiap kelompok usia. Persentase asupan air juga lebih tinggi pada sample dengan kelompok usia yang lebih tua pada ketiga sumber asupan air tersebut (Gambar 3). Rata-rata persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik pada sampel secara berurut adalah 62.1%, 27.3%, dan 10.6%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase sumber asupan air paling besar berasal dari minuman. Berikut grafik yang menggambarkan asupan air menurut sumber berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia.

Gambar 3 Asupan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (mL/kap/hari) y = -6,0242x + 841,03

R² = 0,7031

y = 31,456x + 142,51 R² = 0,8572

y = 8,9915x + 73,207 R² = 0,8607 y = 34,472x + 1056,6

R² = 0,8527

y = 3,9127x + 760,12 R² = 0,272

y = 8,8091x + 71,6 R² = 0,8891 y = 31,119x + 134,89

R² = 0,8972 y = 43,859x + 966,57

R² = 0,8476

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

6 12 24 36 48 60 72 84 96 108

Laki-laki Air dari Minuman

Laki-laki Air dari Makanan

Laki-laki Air metabolik

Laki-laki Total Asupan Air

Perempuan Air dari Minuman

Perempuan Air metabolik

Perempuan Air dari Makanan

Perempuan Total Asupan Air

(36)

35

Setelah diperoleh total asupan air masing-masing sampel, maka dapat ditetapkan nilai Adequate Intake (AI) untuk asupan air pada median asupan air dari sampel dengan status gizi normal. AI adalah perkirain asupan dan penyerapan pangan yang cukup akan zat gizi yang penting untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kesehatan. Berdasarkan rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel dapat diperoleh nilai kebutuhan air bagi sampel. Nilai kebutuhan air bagi anak yang diperoleh berdasarkan penelitian ini sebesar 0.95 mL/Kal lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan air berdasarkan penelitian Manz dan Wentz (2005) sebesar 1.11 mL/Kal dan penelitian Popkin et al. (2010) sebesar 1 mL/Kal. Kebutuhan air menurut Manz dan Wentz (2005) menyesuaikan dengan data penelitian NHANES III, sedangkan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) menyesuaikan dengan data kebutuhan air menurut IOM.

Rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai kebutuhan air dari penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan karena food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010 hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap asupan air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan dengan wawancara secara mendalam. Rendahnya asupan air dari minuman pada kelompok usia 0-5 bulan diperkirakan karena adanya kontribusi air dari makanan dan air metabolik, yang seharusnya hanya berasal dari ASI saja.

Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air

Rata-rata kebutuhan air anak laki-laki adalah 1431

±

345 mL/hari dan anak perempuan adalah 1360

±

285 mL/hari dengan rata-rata kebutuhan air secara keseluruhan adalah 1396

±

319 mL/hari (Tabel 13). Rata-rata kebutuhan air pada anak meningkat seiring dengan peningkatan usia. Kebutuhan air sampel laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 10.

(37)

36

sehingga dibutuhkan asupan air yang lebih banyak untuk menggantikan asupan air yang hilang akibat aktivitas tersebut. Berikut adalah tabel tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia:

Tabel 13 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia mL/kap/hari (%)

Asupan Air Kelompok Usia Total

0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung berdasarkan data asupan Riskesdas 2010 untuk anak laki-laki adalah 92.6 ± 41.0 % lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 95.4 ± 42.7 % (p<0.01). Hal ini dikarenakan, kebutuhan pada anak perempuan lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan selisih nilai asupan air pada anak perempuan hanya sedikit berbeda dibandingkan dengan anak laki-laki.

Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral

(38)

37

pada sampel perempuan sebanyak 148.2 ± 76.4 g. Rata-rata asupan lemak pada penelitian ini relatif sama pada seluruh sampel sebesar 30.9 ± 22.7 g. Berikut adalah tabel asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari:

Tabel 14 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia

(39)

38

Asupan mineral yang paling tinggi pada seluruh sampel berasal dari zat gizi fosfor dengan besar asupan 524.0 ± 299.2 mg. Asupan mineral kalsium mengalami fluktuasi yang cenderung menurun pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan kalsium pada seluruh sampel adalah 264.8 ± 315.0 mg. Besi merupakan zat gizi dengan asupan yang paling rendah dibandingkan dengan asupan zat gizi makro dan mineral lainnya. Rata-rata total asupan besi pada seluruh sampel sebanyak 5.5 ± 8.1 mg.

Secara keseluruhan asupan zat gizi makro dan mineral (Tabel 14) meningkat pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Semakin tua kelompok usia, maka asupan pangan seseorang akan semakin meningkat sesuai dengan kebutuhannya. Asupan energi sampel lebih tinggi pada sampel laki-laki dibandingkan dengan sampel perempuan. Tingginya asupan energi pada sampel laki-laki, dikarenakan aktivitasnya lebih banyak daripada perempuan, sehingga dibutuhkan asupan energi yang lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya.

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral sampel diperoleh dari asupan zat gizi makro dan mineral dibandingkan dengan kebutuhan (Lampiran 8) masing-masing sampel. Secara berurut tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral dari nilai yang paling tinggi hingga yang paling rendah, yaitu berasal dari protein, fosfor, air, energi, karbohidrat, lemak, besi, dan kalsium.

Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro pada sampel laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan sampel perempuan. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel laki-laki adalah 81.2 ± 36.8 % dan pada sampel perempuan adalah 83.3 ± 38.0 %. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi sampel adalah 82.2 ± 37.4 % (Tabel 15).

(40)

39

pemenuhan kebutuhan kalsium, fosfor, dan besi secara berturut-turut adalah 51.8 ± 63.4 %, 135.6 ± 80.7 %, dan 62.3 ± 90.7 %. Berikut tabel tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak:

Tabel 15 Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Asupan Zat Gizi Kelompok Usia Total

Gambar

Tabel 10  Sebaran responden menurut status gizi (BAZ) dan kelompok usia
Tabel 12  Asupan air pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia
Gambar 3  Asupan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (mL/kap/hari)
Tabel 13  Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia mL/kap/hari (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

membahas tentang bagaimana deskripsi sistem penyewaan kolam pancing harian dan kiloan di Pemancingan Lestari di desa Cerme Lor, kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Hasil

Hasil pengujian secara parsial yang didapat dari uji T menunjukkan bahwa, Profitabilitas (ROE) dan Ukuran Perusahaan ( SIZE) berpengaruh secara positif dan

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin

Padat populasi hama tersebut masih menunjukkan tingkat serangan yang berat, namun penggunaan bahan nabati cukup dalam menekan perkembangan populasinya. Berdasarkan

Dalam penelitian ini, tujuannya adalah mencoba untuk mengetahui praktik pembiayaan murabahah di Kopma UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; mengetahui aplikasi pembiayaan

Pasir Pengaraian, 06 Oktober 2011 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Rokan

,VODP DGDODK VLVWHP NHSHUFD\DDQ DWDX WHRORJL GDQ LEDGDK $O 4XU·DQ PHUXSDNDQ SDQGXDQ XWDPD EDJL NHKLGXSDQ 0XVOLP VHODLQ

Interaksi 2,4-D dan TDZ berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan eksplan biji jeruk Kuok.Sehingga pemberian konsentrasi yang tepat pada setiap perlakuan memberikan perbedaan